Anda di halaman 1dari 10

Edisi khu.

ms, Juli 2006


STERILISASI PROD UK KESEHA TAN (HEALTH CARE
PRODUCTS) DENGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON
Darmawan Darwis
Pusat Pengembangan Teknologi Iso top dan Radiasi (PATlR) - BATAN
JI. Onere. Pasar .Iumat, Jakarta
ABSTRAK
ISSN /.111-1349
Pwnggunaan radiasi ioniasi terutama sinar gamma dan berkas elektron (electron
heam) dalam berhagai bidang industry terus meningkat secara signifikan dalam tiga
dekade terakhir. Salah satu aplikasinya yang telah digunakan secara komersial
adalah sterilisasi peralatan medis (medical devices) dan sediaan farmasi
(pharmaceutical). Slerilisasi radiasi ionisasi merupakan salah salu cara slerilisasi
dengan menggunakan radiasi ionisasi baik menggunakan sinar gamma yang berasal
dari radioisotop (Co-60) atau berkas eleklron dari mesin pengakselerasi eleklron
(MBE). Beberapa peralatan medis seperli syringes, kateter. graf tulang (bone graft).
Hemodializer, kantung darah (blood bag), donor set, sarung tangan bedah dan
sediaan farmasi (obat injeksi, obat mata, tetrasiklin, neomycin sulfal, bahan baku
obat dll) telah disterilkan dengan leknik radiasi. Bila dihandingkan dengan leknik
konvensional, sterilisasi radiasi mempunyai beherapa keuntungan anlara lain: tidak
meninggalkan residu kimia seperti halnya pada gas EtO, tidak menimhulkan
kenaikan temperatur yang berarti, dapat dilakukan pada produk dalam kemasan
akhir, proses sterilisasi dilakukan pada temperatur kamar, proses mudah dikontrol
dengan mengatur waklu iradiasi. Disamping keunggulam tersebut terdapal juga
kekurangan teknik sterilisasi radiasi yaitu beberapa produk dapat rusak pada dosis
tertentu dan penetrasi radiasi terhadap produk terbatas (Ierutama E-beam). Untuk
mendapalkan hasil
sterililas produk yang optimal (kerusakan pada produk yang disterilkan seminimal
mungkin) diperlukan adanya pengetahuan tentang cara-cara sterilisasi radiasi yang
haik yang telah dituangkan dalam satu seri standar internasional (ISO) yaitulSO
11137, ISO 11737 dan ISO 13409.

PENDAHULUAN
Di
dalam Standar Internasional tcntang stcrilisasi produk kesehatan
(health care products) ISO 11137 disebutkan bahwa produk kesehatan adalah suatu
produk yang mencakup peralatan mcdis (medical devices). Sediaan farmasi
(pharmaceuticals) dan sediaan biologi (bioiogics)(1). Beberapa peralatan medis dan
sediaan. Farmasi seperti syringes, katup jantung buatan, jarum suntik, kantung darah,
pembalut luka hidrogel, grafi tulang, internal kateter, hemodialiser, obat suntik, obat
mata, bahan baku obat tertentu dan produk-produk yang berkontak langsung dengan
darah mempunyai salah satu persyaratan yaitu steril.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau menginaktivasi
mikroorganisme hidup (baktcri. jamur, virus dan organisme bersel satu lainnya) yang
terdapat pada suatu produk 2. Sedangkan istilah steril secara umum dapat diartikan
bebas dari mikroorganisme hidup

Secara garis bcsar tcrdapat tiga cara sterilisasi

yaitu sterilisasi cara panas (panas basah. panas kering), sterilisasi carakimia (gas
etilen oksida, EtO) dan stcrilisasi dingin (filtrasi. radiasi). Sterilisasi cara dingin
(radiasi dan EtO) banyak digunakan untuk mensterilkan produk yang tidak
tahan/rusak oleh pemanasan.
Syringes, internal kateter, kantung darah, dan wadah obat mata (umumnya
terbuat dari bahan polimer/plastik), obat-obatan (antibiotika), jaringan lunak (soft
tissue). graft tulang akan mengalami kerusakan bila diperlakukan dengan sterilisasi
panas. Oleh sebab itu cara sterilisasi dingin seperti radiasi pengion mcrupakan
alternatif yang baik untuk mensterilkan produk-produk yang tidak tahan terhadap
panas. Cara sterilisasi dcngan gas etilenoksida sudah mulai ditinggalkan karena
adanya bahaya yang ditimbulkan gas EtO bersifat toksik dan karsinognik (3).
Secara umum ada dua jenis radiasi pcngionyang banyak digunakan untuk
stcrilisasi yaitu (3-5)
1. Sinar gamma yang dipancarkan dari radioisotope cobalt-60 atau cesium-13 7
2. Berkas elektron (electron heam) merupakan elektron berenergi tinggi yang
dihasilkan dari akselerator electron atau mesin berkas elektron.
Radiasi ionisasi dapat diperoleh melalui dua sumber yang berbeda seperti
radioisotop dan mesin. Radioisotop yang paling umum digunakan secara komersial

untuk menghasilkan sinar gamma adalahadalah kobalt-60 dan cesium-137.


Sedangkan elektron berenergi tinggi dihasilkan dari suatu mesin berkas elektron
(MBE).
Baik radiasi berkas elektron maupun radiasi sinar gamma membcrikan efek yang
sama terhadap materi yang diiradiasi yaitu terjadinya perubahan terhadap bcrbagai
ikatan kimia dan molckulcr. Sel reproduktif dari mikroorganisme.
Sterilisasi radiasi mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan
metode sterilisasi lain yaitu (6):
1. Tidak menimbulkan kenaikan temperatur yang berarti
2. Dapat menembus kcdalam seluruh bagian produk dan dalam kemasan akhir
3. Waktu iradiasi merupakan satu-satunya variable yang dikontrol sehingga proses
dapat dikontrol dengan tepat.
4. Tidak meninggalkan residu.
5. Tidak memerlukan karantina produk setelah diiradiasi
6. Proses stcrilisasi cepat (hanya dalam beberapa menit) untuk teknik berkas elektron
Ada beberapa Standar Internasional (ISO) 1,7-10 yang dapat digunakan sebagai
acuan standar dalam menentukan dosis sterilisasi, validasi, verifikasi serta
persyaratan-persyaratan lainnya dari produk kesehatan yang akan disterilkan dengan
radiasi yaitu:
I. ISO 11137: Sterilization of Health Care Products
- Requirement for Validation and Routine Control
- Radiation Sterilization
2. ISO 11737-1: Sterilization of Medical DevicesMicrobiological
Methods - Part I: Estimation of
Population of Microorganisms on Products
3. ISO 11737-2: Sterilization of Medical Devices Microbiological
Methods - Part 2: Test of
Sterility Performed in the Validation of a
Sterilization Process
4. ISO 11737-3: Sterilization of Medical Devices Microbiological
Methods - Part 3: Guidance on
Evaluation and Interpretation of Bioburden data
5. ISO 13409: Sterilization of Health Care Products
- Radiation Sterilization - Substantiation of 25
kGy as a Sterilization Dose for Small or
Infrequent Production Batchs.
Selain standar internasional, Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV disebutkan
bahwa dosis sterilisasi yang digunakan untuk produk kesehatan adalah 25 kGy

Namun dalam beberapa hal dosis yang lebih rendah dapat digunakan bergantung dari
kandungan mikroba awal dan jenis mikroba serta faktor-faktor lainnya 11
Di dalam kelima seri standar internasional tersebut diatas dibahas secara rinci
bagaimana cara menentukan jumlah kontaminasi awal suatu produk, metode
penentuannya, cara memvalidasi, penentuan dosis verifikasi hingga cara penentuan
dosis stcrilisasi sehingga dosis radiasi dibawah 25 kGy dapat digunakan apabila
produk yang akan disterilkan diproses sesuai dengan cara memproduksi yang
baik(GMP) untuk meminimalkan jumlah mikroba awal (bioburden). Sedangkan
untuk peralatan medis yang diproduksi dalam jumlah sedikit atau produksinyajarang
maka dapat dipilih dosis 25 kGy sebagai dosissterilisasi.
Selain pemahaman tentang standar internasional yang tclah discbutkan diatas.
dipcrlukan
juga pengetahuan tentang efek radiasi pada material penyusun produk dan pengemas
sehingga diperoleh tingkat jaminan kualitas yang tinggi dengan kerusakan yang
minimal mungkin terhadap produk yang disterilkan.
FASILITAS AKSELERATOR ELEKTRON
Akselerator clcktron atau mesin berkas elektron (MBE) merupakan jcnis
aksclcrator yang mcnggunakan elcktron scbagai partikcl yang dipercepatl

12

. Pada

prinsipnya aksclerator adalah mesin elektrik. Jika mesin dihidupkan akan


menghasilkan energi elektron tinggi. namun jika dimatikan mesin sangat aman.
Elektron adalah partikel dengan muatan negatif sehingga mampu untuk diakselerasi
dengan medan listrik. Semakin tinggi energi elektron seteIah diaksclcrasi. Semakin
tinggi daya penetrasi jika elektron mcnghantam material.
Berdasarkan output energi yang dihasilkan. MBE dapat dibagi menjadi 3 macam
yaitu 13,14 :
1. MBE energi rendah menghasilkan elektron antara 100 keV sampai 500 keV.
2. MBE energi sedang (medium) menghasilkan elektron antara 500 keV sampai 5
MeV
3. MBE energi tinggi menghasilkan elektron antara 5MeV sampai 10 MeV
`Hingga tahun 2004 Indonesia telah memiliki beberapa MBE sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel I. MBE yang ada di BATAN terdiri dari dua buah MBE
energi rendah (300 keV dan 350 keV) yang digunakan terutama untuk penelitian dan
pengembangan pelapisan permukaan kayu, modifikasi sifat permukaan material;

dekontaminasi bahan pangan. Satu buah MBE energi sedang (2MeV) untuk penelitian
dan pengembangan pembuatan isolasi kabel tahan panas dan tegangantinggi,
pembuatan pembalut luka hidrogel, sterilisasi produk kesehatan (hidrogel, graft
tulang, amnion,dll), penelitian bidang pcrtanian, modifikasi dan proses polimer. Dua
buah MBE energi rendah terdapat di PT. Bridgestone Indonesia dan satu buah MBE
energi rendah terdapat di PT. Gajah Tunggaldigunakan untuk tujuan komersial dalam
prosesindustri pembuatan komponcn ban radial

14.15

Selain MBE yang telah

disebutkan diatas, beberapa akselerator elektron jenis akselerator linier (L1NAC)


telah dipasang di beberapa rumah sakit di Jakarta. Surabaya dan Semarang untuk
keperluan terapi kankcr 16
Radiasi berkas elektron yang banyak digunakan untuk tujuan sterilisasi adalah
yang mempunyai energi 2 hingga 10 MeV (MBE energi sedang hingga tinggi). MBE
dengan energi 5 MeV mempunyai kemampuan penetrasi elektron sekitar 2 cm pada
produk dcngan densitas 1 g/cm3 pada satu sisi pcrmukaan produk dan 4 cm pada dua
sisi permukaan produk. Scdangkan MBE dcngan encrgi 10 MeV dapat mcradiasi
produk dengan densitas 0,15 g/em3 setebal 60 cm dengan teknik radiasi dari dua sisi
(double side treatment). Dibandingkan dengan
MBE energi scdang, MBE energi tinggi mempunyai beberapa kelebihan yaitu
kemampuan penetrasi elcktron yang tinggi sehingga dapat untuk mensterilkan produk
dalam kemasan akhir: fleksibilitas perlakuan produk dan ketepatan dosis yang tinggi.
Adanya kecepatan dosis yang tinggi rnenyebabkan MBE semakin banyak dipilih
sebagaicara sterilisasi dibandingkan dcngan sinar gamma l3.I5

KARAKTERISTIK DARI RADIASi


ELEKTRON 1131
Tidak seperti radiasi y, berkas elektron yang dihasilkan dari akselerator bersifat mono
energy. Jadi, karakteristik penetrasi dari sinar y dan electron berbeda. Elektron
memberikan distribusi dosis terabsorbsi lebih uniform. Pada berkas elektron, dosis
terabsorhsi yang terbesar berada pada bagian sebelah dalam dari permukaan materi
yang diiradiasi dan kemudian secara cepat menurun hingga dosis terabsorpsi

mencapai nol persen. Gambar 2 menunjukkan kharakteristik dari distrihusi dosis


(depth-dose) elektron yang dipcrcepat dari MBE 5 MeV dalam air sebagai fungsi dari
kedalaman. Ketidakseragaman dosis yang dihasilkan oleh elektron menimbulkan
suatu konsep useful range (ru) dari elektron. Ru adalah kedalaman dimana dosis yang
tcrima oleh kedua permukaan material sama dengan dosis yang menembus material
(dosis permukaan dan dosis kcluar). Konsep ini digunakan scbagai dasar dalam
mcnentukan energi dan arusyang akan digunakan untuk meradiasi suatu material
dengan memperhatikan ketebalan dan densitas material yang akan diiradiasi.
Adanya dosis relatif yang besar 100 % (peak dose) pada bagian dekat
permukaan material oleh cfek back scattering yang elcktron akibat tumbukan
inelastik dan elastik. Useful range dapat ditingkatkan dengan cara meradiasi
bahan/matcrial melalui kedua
sisi/permukaan bahan yang diiradiiasi seceara bergantian. Iradiasi melalui dua
permukaan akan
meingkatkan useful range menjadi 2 - 2,4 kali lebih besar dibanding dengan iradiasi
melalui satu
permukaan seperti yang diperlihatkan oleh Gamba 3.
Efek Radiasi pad a Mikroorganisme 4
Telah diketahui secara umum bahwa efek letal dari radiasi terhadap sel hidup
disebabkan terutama oleh adanya penimbunan energi pada komponen kritis seperti
DNA dan scl membran dimana DNA tersebut mcnempel. DNA berfungsi membawa
informasi genetik sel. Dalam mikroorganisme, DNA terdiri dari dua rantai
polinukleotida yang berhadapan satu sama lain dalam suatu rantai double helik.
Kerusakan DNA akibat radiasi dapat dilihat pada Gambar 4.
Efek radiasi terhadap organisme hidup termasuk mikroorganisme dapat dibagi
kedalam dua cara yaitu:
1. Efek langsung
Efek langsung terjadi akiat adanya tubukan (interaksi) electron dengan organism.
Beberapa perubahan sifat fisika-kimia yang terjadi akibat iradiasi yaitu :
- pemutusan rantai gula pospat dari masing-masing strai polinukleoid dari DNA,
disebut sengan single break

- pemutusan rantai yang berdekatan pada kedua strain polinukleotid dari DNA disebut
dengan double break
- Terbentuknya intramolecular crosslink/intermolecular crosslink yang disebut dengan
base damage.
Kebanyakan mikroorganisme mampu untuk memperbaiki kerusakan single
strand break.
Beberaspa literatur menyebutkan bahwa mikroorganisme yang sensitif tidak dapat
memperbaiki double strand breaks, sedangkan mikroorganisme yang menunjukkan
resistensi yang lebih tinggi mempunyai kapasitas untuk memperbaiki double strand
breaks.
2. Efek tidak langsung
Efek ini terjadi melalui pembentukan radikal bebas air sebagai hasil dari
radiolisis air dalam mikroorganisme. Radiolisis air akibat radiasi ionisasi dapat
dinyatakan sebagai berikut:
H + OH + e- aq + H2 + H202 + H3O+
Radikal-radikal yang terbentuk ini bereaksi dengan molekul biologi seperti asam
amino. Karbohidrat, protein, mitokondria, DNA dan lemak. Oleh karena itu efek tidak
langsung dianggap sebagai efek dari faktor-faktor lingkungan seperti oksigen.
kandungan air, medium, temperatur, kecepatan dosis dan bahan kimia lainnya.
Pada efek tidak langsung ini melibatkan radikal bebas air sebagai intermediasi dalam
mentransfer energi radiasi ke molekul biologi. Sebaliknya pada efek langsung radiasi
melibatkan
interaksi sederhana antara radiasi ionisasi dan molekul-molekul biologi yang penting.
Ditinjau dari kerusakan biologi yang terjadi. tidak ada bedanya apakah kerusakan
yang terjadi
disebabkan oleh efek langsung atau efek tidak langsung. Namun demikian,
kebanyakan kerusakan radiobiologi terjadi sebagai akibat dari efek tidak langsung
karena sel-sel dan jaringan mengandung kurang lebih 70 - 90 % air.
Respon Mikroorganisme Terhadap Radiasi
Respon. mikroorganisme terhadap radiasi diukur dari suatu kurva inaktivasi atau
kurva dosis/respon. Kurva ini dibuat dengan cara meradiasi mikroorganisme yang

memiliki jumlah awal tertentu pada beberapa dosis radiasi. Ada 3 bentuk umum dari
kurva inaktivasi yaitu:
I. Kurva survival eksponensial (exponential survival curve). Terdapat hubungan linier
antara fraksi yang dapat bertahan hidup (survive) yang dinyatakan dalam log dan
dosis. Beberapa mikroorganisme yang sensitive terhadap radiasi umumnya
menunjukkan kurva ini.
2. Kurva survival berbahu (shouldered survival curve). Membentuk kurva bahu pada
dosis yang
relatif rendah dan diikuti dengan linier pada dosis yang semakin tinggi. Terbentuknya
kurva bahu ini karena adanya perbaikan (repair) kerusakan yangterjadi pada dosis
rendah.
3. Kurva survival konkaf (concav survival curve). Fraksi yang bertahan hidup
berkurang dengan
Bertambahnya dosis. Jenis kurva ini disebut konkaf dengan ekor yang resisten. Kurva
jenis ini
umumnya terjadi pada populasi mikroba yang heterogen atau populasi campuran.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON MIKROORGANISME
TERHADAP RADIASI
Mikroorganisme yang berbeda jenis akan memberikan respon terhadap radiasi
yang berbeda
sehingga akan menghasilkan kurva dosis/respon yangbcrbeda pula. Kondisi fisika dan
kimia lingkungan dimana mikroorganisme itu diradiasi juga mempunyai efek yang
berarti pada responnya terhadap radiasi.
Faklor-faklor yang mempengaruhi responmikroorganisme tcrhadap radiasi
antara lain:
1. Temperatur
Kondisi beku meningkatkan resistensi mikroba vegetatif. Mikroorganisme lebih
bersifat sensitif pada lingkungan cair dibandingkan dengan iradiasi dalam keadaan
beku. Peningkatan ini disebabkan oleh imobilisasi radikal bebas dan menccgah
difusinya jika mediumnya adalah beku, sehingga efek tidak langsung sangat
terhambat.
2. Oksigen
Radikal bebas dapat bereaksi dengan molekulmolekul oksigen dan reaksi
tersebut sangat berartikarena akan menghasilkan radikal-radikal peroksi, yang

beberapa diantaranya dapat menyebabkan pengrusakan secara biologi. Pada


umumnya, mikroorganisme menjadi lebih sensitif terhadap radiasi dengan adanya
oksigen dibandingkan tanpaoksigen. Efek letal ionisasi radiasi pada mikroorganisme
meningkat dengan adanya oksigen. Sebaliknya pada kondisi bebas oksigen total, baik
dalam kondisi basah maupun kering, resistensimikroba biasanya meningkat.
3. Air
Mikroorganisme lebih tahan terhadap radiasi dalam keadaan kering dari pada
adanya air atau kandungan air aktif tinggi. Dalam kondisi air aktif rendah atau kering,
jumlah radikal air bebas yang dihasilkan oleh radiasi adalah rendah sehingga efek
kerusakan akibat reaksi tidak langsung juga kecil. Untuk bakteri bentuk spora, adanya
kandungan air yang rendah dari spora merupakan penyebab utama dari resistensi
bakteri spora terhadap radiasi.
Kandungan air protoplas spora kurang dari 10 % beratnya, sebaliknya bakteri
vegetatif mengandung 70% beratnya. Jadi kerusakan tidak langsung yang disebabkan
oleh serangan radikal bebas yang berasal dari intraselular air menjadi sangat kecil
pada bakteri spora. Selama germinasi, kandungan air protoplas spora bertambah dan
karena itu resistensi radiasinya sangat berkuning.
4. Siklus sel (cell cycle)
Kebanyakan mikroorganisme menunjukkan resistensi yang lebih tinggi pada fase
pertumhuhan
stasioner dari pada fase pertumbuhan logaritmik. Ini mungkin disebabkan oleh
degradasi DNA yang lambat dan kemampuan memperbaiki kerusakan single break
yang tinggi dalam fase stasioner.
5. Bahan kimia
Komposisi medium dimana mikroba itu berada dapat menyebabkan mikroba
terlindungi (resistensi bertambah) atau menjadi lebih sensitif terhadap radiasi.
Senyawa-senyawa kimia yang bersifat melindungi bekerja dengan cara menghabiskan
oksigen (oxygen depletion) selama iradiasi. Senyawa-senyawa tersebut antar lain H2S,
alkohol alilatik, dimetil sulfoksid, tiourea. gliserol, sistein dan glotation. Sebaliknya,
senyawa-senyawa nitrat dan nitrit menyebabkan mikroba menjadi sensitif.
TINGKAT JAMINAN STERILITAS
(STERILITY ASSURANCE LEVEL, SAL)

Suatu produk dikatakan steril bila produk tersebut bebas dari mikroorganisme hidup.
Telah
diketahui bersama bahwa tidak ada satu sistem sterilisasi pun yang mampu untuk
mengukur nilai
absolut tersebut dan oleh karena itu semua proses sterilisasi mempunyai keterbatasan
dalam
menghancurkan mikroorganisme. Oleh karena itusuatu jaminan sterilitas absolut
tidaklah mungkin dan selalu terdapat suatu probabilitas teoritik dari nonsterilitas yang
dikenal dengan sterility assurance level (SAL). SAL adalah probabilitas
mikroorganisme hidup yang ada pada suatu produk setelah proses sterilisasi. SAL
dinyatakan dalam 10-n. SAL 10-6 artinya dari satu juta produk yang disterilkan hanya
boleh satu produk yang tidak steril. SAL 10 -3 artinya dari seribu produk yang
disterilkan hanya boleh satu produk yang tidak setril. Pemilihan nilai SAL
didasarkan atas penggunaan produk tersebut. Untuk produk yang digunakan
berkontak langsung dengan jaringan tubuh atau darah nilai SAL adalah 10 -6.
Sedangkan untuk produk yang tidak berkontak langsung dcngan darah mempunyai
SAL 10-3.
Tabel contoh beberapa produk dengan berbagai tingkat SAL.
Tabel 3. Nilai SAL dari beberapa alat kesehatan
SAL 10-3
Kantung urin
Bedak bayi
Bahan pengemas
Bioassay plate
Sarung tangan
Kondom

SAL10-6
Bone graft
Jarum suntik
Syringes
Benang
Tetes mata
Pisau bedah dan pralatan operasi
Internal kateter

Anda mungkin juga menyukai