PENDAHULUAN
Di
dalam Standar Internasional tcntang stcrilisasi produk kesehatan
(health care products) ISO 11137 disebutkan bahwa produk kesehatan adalah suatu
produk yang mencakup peralatan mcdis (medical devices). Sediaan farmasi
(pharmaceuticals) dan sediaan biologi (bioiogics)(1). Beberapa peralatan medis dan
sediaan. Farmasi seperti syringes, katup jantung buatan, jarum suntik, kantung darah,
pembalut luka hidrogel, grafi tulang, internal kateter, hemodialiser, obat suntik, obat
mata, bahan baku obat tertentu dan produk-produk yang berkontak langsung dengan
darah mempunyai salah satu persyaratan yaitu steril.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau menginaktivasi
mikroorganisme hidup (baktcri. jamur, virus dan organisme bersel satu lainnya) yang
terdapat pada suatu produk 2. Sedangkan istilah steril secara umum dapat diartikan
bebas dari mikroorganisme hidup
yaitu sterilisasi cara panas (panas basah. panas kering), sterilisasi carakimia (gas
etilen oksida, EtO) dan stcrilisasi dingin (filtrasi. radiasi). Sterilisasi cara dingin
(radiasi dan EtO) banyak digunakan untuk mensterilkan produk yang tidak
tahan/rusak oleh pemanasan.
Syringes, internal kateter, kantung darah, dan wadah obat mata (umumnya
terbuat dari bahan polimer/plastik), obat-obatan (antibiotika), jaringan lunak (soft
tissue). graft tulang akan mengalami kerusakan bila diperlakukan dengan sterilisasi
panas. Oleh sebab itu cara sterilisasi dingin seperti radiasi pengion mcrupakan
alternatif yang baik untuk mensterilkan produk-produk yang tidak tahan terhadap
panas. Cara sterilisasi dcngan gas etilenoksida sudah mulai ditinggalkan karena
adanya bahaya yang ditimbulkan gas EtO bersifat toksik dan karsinognik (3).
Secara umum ada dua jenis radiasi pcngionyang banyak digunakan untuk
stcrilisasi yaitu (3-5)
1. Sinar gamma yang dipancarkan dari radioisotope cobalt-60 atau cesium-13 7
2. Berkas elektron (electron heam) merupakan elektron berenergi tinggi yang
dihasilkan dari akselerator electron atau mesin berkas elektron.
Radiasi ionisasi dapat diperoleh melalui dua sumber yang berbeda seperti
radioisotop dan mesin. Radioisotop yang paling umum digunakan secara komersial
Namun dalam beberapa hal dosis yang lebih rendah dapat digunakan bergantung dari
kandungan mikroba awal dan jenis mikroba serta faktor-faktor lainnya 11
Di dalam kelima seri standar internasional tersebut diatas dibahas secara rinci
bagaimana cara menentukan jumlah kontaminasi awal suatu produk, metode
penentuannya, cara memvalidasi, penentuan dosis verifikasi hingga cara penentuan
dosis stcrilisasi sehingga dosis radiasi dibawah 25 kGy dapat digunakan apabila
produk yang akan disterilkan diproses sesuai dengan cara memproduksi yang
baik(GMP) untuk meminimalkan jumlah mikroba awal (bioburden). Sedangkan
untuk peralatan medis yang diproduksi dalam jumlah sedikit atau produksinyajarang
maka dapat dipilih dosis 25 kGy sebagai dosissterilisasi.
Selain pemahaman tentang standar internasional yang tclah discbutkan diatas.
dipcrlukan
juga pengetahuan tentang efek radiasi pada material penyusun produk dan pengemas
sehingga diperoleh tingkat jaminan kualitas yang tinggi dengan kerusakan yang
minimal mungkin terhadap produk yang disterilkan.
FASILITAS AKSELERATOR ELEKTRON
Akselerator clcktron atau mesin berkas elektron (MBE) merupakan jcnis
aksclcrator yang mcnggunakan elcktron scbagai partikcl yang dipercepatl
12
. Pada
dekontaminasi bahan pangan. Satu buah MBE energi sedang (2MeV) untuk penelitian
dan pengembangan pembuatan isolasi kabel tahan panas dan tegangantinggi,
pembuatan pembalut luka hidrogel, sterilisasi produk kesehatan (hidrogel, graft
tulang, amnion,dll), penelitian bidang pcrtanian, modifikasi dan proses polimer. Dua
buah MBE energi rendah terdapat di PT. Bridgestone Indonesia dan satu buah MBE
energi rendah terdapat di PT. Gajah Tunggaldigunakan untuk tujuan komersial dalam
prosesindustri pembuatan komponcn ban radial
14.15
- pemutusan rantai yang berdekatan pada kedua strain polinukleotid dari DNA disebut
dengan double break
- Terbentuknya intramolecular crosslink/intermolecular crosslink yang disebut dengan
base damage.
Kebanyakan mikroorganisme mampu untuk memperbaiki kerusakan single
strand break.
Beberaspa literatur menyebutkan bahwa mikroorganisme yang sensitif tidak dapat
memperbaiki double strand breaks, sedangkan mikroorganisme yang menunjukkan
resistensi yang lebih tinggi mempunyai kapasitas untuk memperbaiki double strand
breaks.
2. Efek tidak langsung
Efek ini terjadi melalui pembentukan radikal bebas air sebagai hasil dari
radiolisis air dalam mikroorganisme. Radiolisis air akibat radiasi ionisasi dapat
dinyatakan sebagai berikut:
H + OH + e- aq + H2 + H202 + H3O+
Radikal-radikal yang terbentuk ini bereaksi dengan molekul biologi seperti asam
amino. Karbohidrat, protein, mitokondria, DNA dan lemak. Oleh karena itu efek tidak
langsung dianggap sebagai efek dari faktor-faktor lingkungan seperti oksigen.
kandungan air, medium, temperatur, kecepatan dosis dan bahan kimia lainnya.
Pada efek tidak langsung ini melibatkan radikal bebas air sebagai intermediasi dalam
mentransfer energi radiasi ke molekul biologi. Sebaliknya pada efek langsung radiasi
melibatkan
interaksi sederhana antara radiasi ionisasi dan molekul-molekul biologi yang penting.
Ditinjau dari kerusakan biologi yang terjadi. tidak ada bedanya apakah kerusakan
yang terjadi
disebabkan oleh efek langsung atau efek tidak langsung. Namun demikian,
kebanyakan kerusakan radiobiologi terjadi sebagai akibat dari efek tidak langsung
karena sel-sel dan jaringan mengandung kurang lebih 70 - 90 % air.
Respon Mikroorganisme Terhadap Radiasi
Respon. mikroorganisme terhadap radiasi diukur dari suatu kurva inaktivasi atau
kurva dosis/respon. Kurva ini dibuat dengan cara meradiasi mikroorganisme yang
memiliki jumlah awal tertentu pada beberapa dosis radiasi. Ada 3 bentuk umum dari
kurva inaktivasi yaitu:
I. Kurva survival eksponensial (exponential survival curve). Terdapat hubungan linier
antara fraksi yang dapat bertahan hidup (survive) yang dinyatakan dalam log dan
dosis. Beberapa mikroorganisme yang sensitive terhadap radiasi umumnya
menunjukkan kurva ini.
2. Kurva survival berbahu (shouldered survival curve). Membentuk kurva bahu pada
dosis yang
relatif rendah dan diikuti dengan linier pada dosis yang semakin tinggi. Terbentuknya
kurva bahu ini karena adanya perbaikan (repair) kerusakan yangterjadi pada dosis
rendah.
3. Kurva survival konkaf (concav survival curve). Fraksi yang bertahan hidup
berkurang dengan
Bertambahnya dosis. Jenis kurva ini disebut konkaf dengan ekor yang resisten. Kurva
jenis ini
umumnya terjadi pada populasi mikroba yang heterogen atau populasi campuran.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON MIKROORGANISME
TERHADAP RADIASI
Mikroorganisme yang berbeda jenis akan memberikan respon terhadap radiasi
yang berbeda
sehingga akan menghasilkan kurva dosis/respon yangbcrbeda pula. Kondisi fisika dan
kimia lingkungan dimana mikroorganisme itu diradiasi juga mempunyai efek yang
berarti pada responnya terhadap radiasi.
Faklor-faklor yang mempengaruhi responmikroorganisme tcrhadap radiasi
antara lain:
1. Temperatur
Kondisi beku meningkatkan resistensi mikroba vegetatif. Mikroorganisme lebih
bersifat sensitif pada lingkungan cair dibandingkan dengan iradiasi dalam keadaan
beku. Peningkatan ini disebabkan oleh imobilisasi radikal bebas dan menccgah
difusinya jika mediumnya adalah beku, sehingga efek tidak langsung sangat
terhambat.
2. Oksigen
Radikal bebas dapat bereaksi dengan molekulmolekul oksigen dan reaksi
tersebut sangat berartikarena akan menghasilkan radikal-radikal peroksi, yang
Suatu produk dikatakan steril bila produk tersebut bebas dari mikroorganisme hidup.
Telah
diketahui bersama bahwa tidak ada satu sistem sterilisasi pun yang mampu untuk
mengukur nilai
absolut tersebut dan oleh karena itu semua proses sterilisasi mempunyai keterbatasan
dalam
menghancurkan mikroorganisme. Oleh karena itusuatu jaminan sterilitas absolut
tidaklah mungkin dan selalu terdapat suatu probabilitas teoritik dari nonsterilitas yang
dikenal dengan sterility assurance level (SAL). SAL adalah probabilitas
mikroorganisme hidup yang ada pada suatu produk setelah proses sterilisasi. SAL
dinyatakan dalam 10-n. SAL 10-6 artinya dari satu juta produk yang disterilkan hanya
boleh satu produk yang tidak steril. SAL 10 -3 artinya dari seribu produk yang
disterilkan hanya boleh satu produk yang tidak setril. Pemilihan nilai SAL
didasarkan atas penggunaan produk tersebut. Untuk produk yang digunakan
berkontak langsung dengan jaringan tubuh atau darah nilai SAL adalah 10 -6.
Sedangkan untuk produk yang tidak berkontak langsung dcngan darah mempunyai
SAL 10-3.
Tabel contoh beberapa produk dengan berbagai tingkat SAL.
Tabel 3. Nilai SAL dari beberapa alat kesehatan
SAL 10-3
Kantung urin
Bedak bayi
Bahan pengemas
Bioassay plate
Sarung tangan
Kondom
SAL10-6
Bone graft
Jarum suntik
Syringes
Benang
Tetes mata
Pisau bedah dan pralatan operasi
Internal kateter