Anda di halaman 1dari 14

ILMU BIOMEDIK DASAR, SUB FISIKA KESEHATAN

MATERI PERALATAN KESEHATAN


MAHASISWA FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Abstrak
Pembahasan
Pengertian alat kesehatan
Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, perkakas dan/atau implan, reagen in vitro
dan kalibratornya, perangkat lunak, bahan atau material yang digunakan tunggal atau
kombinasi, untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh, menghalangi pembuahan, desinfeksi alat kesehatan, dan
pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia, dan dapat mengandung obat yang
tidak mencapai kerja utama pada tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi atau
metabolisme untuk dapat membantu fungsi/kinerja yang diinginkan.(Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Pengujian Dan Kalibrasi Alat
Kesehatan).
Alat kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud oleh produsen, dapat
digunakan sendiri maupun kombinasi untuk manusia dengan satu atau beberapa tujuan
sebagai berikut :
a. diagnosis, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau pengurangan penyakit;
b. diagnosis, pemantauan, perlakuan, pegurangan atau kompensasi kondisi sakit;
c. penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi, atau proses
fisiologis;
d. mendukung atau mempertahankan hidup;
e. menghalangi pembuahan;
f. desinfeksi alat kesehatan;
g. menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui pengujian in vitro
terhadap spesimen dari tubuh manusia.
Macam-macam peralalatan kesehatan
1. ANAESTHESIA VAPORIZER

Tujuan penggunaan
Alat yang digunakan menguapkan cairan anestesi dan menghantarkan uap tersebut kepada
pasien dengan jumlah terkontrol
Deskripsi:
Anaesthesia vaporizer secara umum melekat ke mesin anestesi yang menghantarkan zat
anestesi yang mudah menguap pada konsentrasi tertentu
Peringatan:
Salah satu bahaya terbesar dari penggunaan anastesi adalah hypoxia yang dapat
mengakibatkan kerusakan otak dan kematian yang diakibatkan oleh masuknya O2 (100%)
yang terkonsentrasi yang mungkin beracun. Gas dengan konsentrasi CO2 yang berlebihan,
jumlah zat anestesi yang tidak cukup, atau tekanan tinggi yang berbahaya yang dapat
menyebabkan hypoventilasi, nilai keluaran jantung yang ditentukan.
2. APNEA MONITOR

Tujuan penggunaan:
Alat yang digunakan untuk memberikan peringatan jika terjadi penghentian nafas (apnea)
pada bayiatau orang dewasa yang memiliki resiko gagal respirasi dan membuat orang tua
atau pendamping siaga atas kondisi tersebut.
Deskripsi:
Apnea monitor, termasuk juga metode deteksi apnea secara tidak langsung seperti
pemantauan detak jantung dan parameter fisiologi lainnya yang terkait dengan keberadaan
respirasi yang adekuat. Prinsip pengoperasian: Monitor yang menggunakan impedansi
pneumograph mendeteksi perubahan kecil impedansi elektrik ketika udara masuk dan
meninggalkan paru-paru dan ketika volume darah berubah dalam rongga toraks. Sensor
secara spesifik memonitor perubahan pada kapasitansi atau resistansi transducer mattress.
Sensor abdominal pneumatik juga mendeteksi pernafasan yang
berubah dengan berubahnya tekanan.
3. ARGON SURGICAL LASER

Tujuan penggunaan
Alat laser yang dimaksudkan untuk
merusak atau menghancurkan atau
mengkoagulasikan jaringan dengan
menggunakan energi cahaya yang
diemisikan oleh argon.
Deskripsi/prinsip pengoperasian:
Argon surgery laser merupakan laser dengan argon terionisasi sebagai
medium aktif dan dengan berkas cahaya pada spektrum cahaya tampak biru
dan hijau dengan panjang gelombang 514 nm. Laser ini dapat digunakan
untuk melaksanakan iridectomy, iridoplasty, iridotomy, photokoagulasi atau
trabeculoplastry.
4. ASPIRATOR
Tujuan penggunaan:
Alat yang digunakan untuk
menghilangkan material penginfeksi
dari luka atau cairan dari jalur
pernafasan pasien atau sistem
penunjang respirasi, dgn
menggunakan daya elektrik atau
udara.
Deskripsi:
- Aspirator dapat digunakan selama proses bedah di dalam ruang operasi
atau pada sisi tempat tidur pasien.
- Aspirator bedah terdiri atas line-powered vacuum pump, vacuum regulator
dan gauge, wadah pengumpul, dan penyaring bakteri yang bersifat
opsional.

5. AUDIOMETER

Tujuan penggunaan

Alat elektrokaustik yang


menghasilkan bunyi uji dengan level
terkontrol dan signal yang
dimaksudkan untuk melakukan
evaluasi pendengaran diagnostik dan
membantu mendiagnosa
kemungkinan adanya gangguan
otologi.
Deskripsi :
Audiometer biasanya terdiri atas perangkat keras yang tertanam yang
terkoneksi ke sepasang headphone dan tombol feedback subjek uji, kadang-
kadang dikontrol oleh PC standard. Sistem seperti ini juga dapat digunakan
dengan vibrator tulang, untuk menguji mekanisme pendengaran konduktif.
6. AUTOTRANSFUSION UNIT

Tujuan penggunaan:
Alat yang digunakan untuk
mengumpulkan dan memproses darah
yang hilang dari pasien akibat proses
bedah ataupun trauma untuk
memperoleh sel darah merah dan
kemudian diinfuskan kembali (reinfus)
ke pasien yang sama.
Deskripsi:
Autotransfusion unit termasuk sistem suction disposable untuk
mengumpulkan darah dari area bedah, reservoir untuk menyimpan darah,
chamber pemroses spinning (misalnya alat sentrifugasi) untuk memisahkan
buangan (misal: clotting factor, debris) dan membilas sel darah merah dengan
saline, mikrofilter partikulat dan kantong reinfusi yang menyimpan sel darah
merah yang tersuspensi dalam saline
7. AUTOMATIC SPHYGMOMANOMETER (NON INVASIVE)

Tujuan penggunaan:
Alat yang digunakan untuk mengukur
dan menampilkan tekanan darah
arteri pasien.
Deskripsi:
Automatic sphygmomanometer termasuk kontrol dan tampilan, dan juga
manset, probe, dan sensor yang memungkinkan pengukuran beberapa
parameter secara bersamaan
8. BLOOD PRESSURE MONITOR, INVASIVE
Tujuan Penggunaan :
Untuk mengukur tekanan darah
dengan menggunakan kateter IV
yang dimasukkan ke dalam arteri
yang menghasilkan pengukuran
tekanan darah pasien yang lebih
akurat.
Deskripsi:
Blood pressure monitor invasive adalah alat yang memberikan sinyal sistolik,
diastolik, atau kombinasi dari tiga tekanan melalui penggunaan tranducers
yang ditempatkan pada permukaan tubuh yang terdiri dari tiga bagian
penting yaitu :
1. the measuring apparatus
2. the transducer
3. the monitor

9. BLOOD/SOLUTION WARMER

Tujuan Penggunaan:
Untuk menghangatkan darah atau
larutan lain sebelum di infuskan ke
tubuh pasien.

Deskripsi:
Biasanya terdiri dari a lightweight warmer yang dapat menghangatkan darah
atau cairan dengan mudah diatas rentang laju aliran.
10. CAPNOMETER (CO2
MONITOR)

Tujuan penggunaan
Alat yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi karbon dioksia dalam
campuran gas untuk membantu
ventilator, sirkulasi dan status
metabolik pasien. Digunakan untuk
pemantauan tekanan parsial ETCO2
(end-tidal karbon dioksida).
Deskripsi/prinsip pengoperasian:
Capnometer digunakan untuk pemantauan laju pernafasan dan adekuasi
ventilasi. Capnometer melekat pada ETT (endotracheal tube) dan mengukur
tekanan parsial karbon dioksida dalam gas ekspirasi. Capnometer dapat
menggunakan teknik seperti titrasi kimia, absorpsi radiasi infra merah,
kromatografi gas atau spektrometri massa.
A. Teknik Sterilisasi

Sterilisasi atau suci dari hama yaitu suatu proses pembunuhan segala bentuk kehidupn
mikro organisme yang ada dalam sampel atau contoh, alat-alat atau lingkungan
tertenetu. Dalam bakteriologi, kata stereilisasi sering dipakai untuk menggambarkan
langkah yang diambil agar mencapi tujuan menadakan atau membunuh semua bentuk
kehidupan mikro organisme.
Teknik sterilisasi pada dasarnya dapt ditempuh melalui cara:
1. Secara fisis
2. Secarera kimia/chemical

1. Sterilisasai secara gisis


a. Metode radiasi
Dalam kikro biologi, radiasi gelombang elektromagnetik yang banyak digunakan
adalah radiasi sinar ultraviolet, sinar gamma atau sinar X dan sinar matahari. Sinar
matahari banyak mengandung sinar ultravioletm sehingga secara langsung dapat
dipakai untuk proses sterilisasi. Sinar ultraviolet dapat diperoleh dengan
menggunakan katoda panas (emisi termisi yaitu ke dalam katoda bertekanan
rendah diisi dengan uap air raksa panjang gelombang yang dihasilkan dari proses
ini biasanya dalam orde 2.500s/d2.600 Angstrom. Lampu merkkuri yang banya
dipasang di jalan-jalan juga banyak mengandung sinar ultraviolet, namun sinar
ultraviolet yang dihasilkan banyak diserap oleh tabung gelas yang dilaluinya. Dlam
proses sterilisasi hendaknya memeperhatikan dosis ultraviolet.
Sinar ultraviolet yang diserap oleh organisme yang hidup khusunya oleh nukleotida
maka elektron-elektron dari molekul sel hidup akan mendapatkan tambahan energi.
Tambahan energi ini terkadang cukup kuat untuk mengganggu bahkan merusak
ikatan intramolekuler, misalnya ikatan atom hydrogen dalam DNA. Perubahan
inntramolekuler ini menyebabkan kematian pada sel-sel tersebut. Beberapa plasma
sangat peka terhadap sinar ultraviolet sehingga mudah menjadi rusak.
Sinar gamma mempunyai tenaga yang lebih besar dari pada sinar ultraviolet dan
merupakn radiasi pengion. Interaksi antara sinar gamma dengan bakteri biologis
sangat tinggi sehingga mampu memukul electron pada kulit atom sehingga
mengasilkan pasangan ion ( pair production). Cairan sel baik intraselluler maupun
ekstraselluler akan terionisasi sehingga menyebabkan kerusakan dan kematian
pada mikro organisme tersebut.
Sterilisasi dengan penyinaran sinar gamma berdaya tinggi diergunakan untuk
obyek-obyek yang tertutup plastik (stick untuk swab, jarum suntik). Untuk
makanan maupun obat-obatan tidak boleh menggunakan sinar gamma untuk
sterilisasi, karena akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur kimia pada
makanan maupun obat-obatan tersebut.
b. Metode pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan (auto clave)
Benda yang akan disucci hamakan diletakkan di atas lempengan saringan dann
tidak langsung mengenai air di bawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air
mendidih (diperkirakan pada suhu 100 derajat cessius), pada tekanan 15 lb
temperatur mencapai 121 derajat celsius. Organisme yang tidak berspora dapat
dimatikan dalam tempo 10 menit saja. Banyak jenis spora dapat mati hanya
dengan pemansan 100 derajat celsius dapat dimatikan hanya dlam waktu 30 menit
apabila air yang mendidih ini ditambah dengan natrium carbonat (Na2CO3).
c. Metode pemanasan secara kering
Pemanasan kering ini kurang efektif apabila tempperatur kurang tinggi. Untuk
mencapai efektivitas diperlukan pemanasan mencapai temperatur antara 160C s/d
180C. Pada temperatur ini akan menyebabkann kerusakan pada sel-sel hidup dan
jaringan. Hal in disebabkan terjadinya outo oksidasi sehingga bakteri pathogen
dapat terbakar. Pada sistem pemanasan kering terdapat udara, di mana udara
merupakan penghantar pnas yang buruk sehiga cukup lama, rata-rata waktu yang
diperlukann 45 menit. Pada temperatur 160C memerlukan waktu 30 menit. Pada
metode pemanasan kering ini secara rutin dipergunakan untk mensterilisasi lat-alat
pipet, tabung reaksi,stick swab, jarum operasi, jarum suntik syring. Oleh karena
temperatur tinggi sangat memperngaruhi ketajaman jarum atau gunting, maka
hindarilah sterilisasi dengan metode panas kering terhadap jarum dan gunting.
d. Metode pemanasan secara intermittent/terputus-putus
John Tyndall (1877) dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa pada temperatur
didi 100C selama 1 jam tidak dapat membunuh semua mikro organisme, tetapi
bila air dididihkan berulang-ulang sampai lima kali dan setiap air mendidih
istirahat selama 1 menit akan sangat berhasil membunuh kuman hal ini disebabkan
bahwa dengan pemanasann intermitten, lingkaran hidup pembentukan spora dapat
diputuskan.
e. Metode incineration (pembakaran langsung)
Alat-alat platina, khrome yang akan disterilkan dapat dilakukan melalui
pembakaran secara langsung pada nyala lampu buzen hingga mencapai merah
apdam. Hanya saja dalam proses pembakaran langsung ini alat-alat tersebut lama
kelamaan menjadi rusak. Keuntungannya : mikroorganisme akan hancur
semuanya.
f. Metode penyaringan (filtration)
Metode penyaringan berbeda dengan meetode pemanasan. Sterilisasi dengan
metode pemanasan dapat membunuh mikroorganisme, tetapi mikroorganisme,
tetapi mikroorganisme yang mati tetap berada pada material tersebut, sedangkan
sterilisasi dengan metode penyaringan mikroorganisme tetap hidup hanya
dipisahkan dari material. Bahan filter/ penyaringan adalah ssejenis porselin yang
berpori yang dibuat khusus dari masing-masing pabrik. Metode filtrasi ini hanya
diakai untuk sterilisasi larutan gula, cairan lain seperti serum atau sterilisasi hasil
produksi mikroorganisme seperti enzyme dan exotoxin dan untuk memisahkan
fitrable virus dari bakteri dan organisme lain.
2. Sterilisasi secara kimia
Sterilisasi secara kimia tidak dibahas secara terperinci di sini, namun yang lazim
digunakan adalah alkoohol 96%, Aceton tab disucihamakan dibersihkan terlebih
dahulu kemudian direndam dalam alkohol atau ocetone atau tab formalin selama
kurang lebih 24 jam.
B. Pelaksanaan sterilisasi
Agar sterilisasi dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan yaitu
mikroorganisme dapat dibunuh dan peralatan tetap baik, perlu memperhatikan
beberap hal yaitu: jenis atau macam peralatan yang akan disterilisasikan dan metode
sterilisasi yang akan dipakai.
1. Sterilisasi terhdap bahan baku logam dan gelas
Alat yang terbuat dari logam, sebelum disteril dicuci terlebih dahulu. Dianjurkan
segera mencuci alat-alat begitu selesi memakainya agar kotoran yang melengket
mudah dibersihkan. Alat-alat logam (jarum suntik, pinset, gunting, jarum operasi,
scapel blede) maupun tabung reaksi, pipet, petridisk, mula-mula dibersihka
terlebih dahulu kemudian dibungkus dengan kain gaas. Setelah itu menggunakan
metode pemanasan secara kering, suhu mencapi 160C, jarak waktu mancapai 1-
2 jam, kemudian didiamkan agar suhu turun perlahan-lahan.
2. Sterilisasi terhadap bahan baku kain dan media kultur
Media kultur yang akan disterilisasi terlebih dahulu dibungkus dengna kertas agar
setelah disteril dan dikeluarkan dari alat sterilisator dibungkus dengan plastik
terlebih dahulu sebelum melakukan sterilisasi. Metode sterilisasi yang digunakan
adalah metode pemanasan uap air dan pengaruh tekanan (autoclave).
3. Sterilisasi bahan baku dari karet dan plastik
Bahan karet misalnya sarung tangan apabila akan disterilkan sebaiknya tidak
memakai metode pemanasan, karena hal ini dapat mengganggu elastisitas karet
dan karet akan meleleh. Untuk mensterilkan bahan baku karet, mula-mula
dibersihkan dari kotoran dengan memakai air bersih dan detergent kemudian
dikeringkan. Setelah itu taburi talk dan disimpan dengan menggunakan tablet
formalin.

Sumber :Fisika Kesehatan, Ahmad Ruslan Hani, S.Pd., Handoko Riwidikdo,


S.Kp., Mitra Cendikia, Jogjakarta,2008.
Pemeliharaan Alat-Alat
Kamar hitung
Membersihkan kamar hitung segera sesudah diakai penting sekali. Kotoran yang kecil
sekali dapat mengganggu kapilaritas dan akan memberi hasil pemriksaan yang jauh
berbeda. Cucilah kamar hitung dan kaca penutupanya dengan air suling, kemudian
keringkan dengan kain halus yang bersih. Hati-hatilah jangan sampai menggores
permukaan kamar hitung yang bergaris-garis atau loji-loji tempat kaca penutup
diletakan.
Pipet darah
Untuk membersihkan pipet darah (pipet leukosit, eritosit dan hemoglobin) isaplalah
berganati-ganti ke dalam pipet itu air kemudian aseeton atau camputan alkohol dan
ather sama banyaknya. Lalu diisap udara ke dalam pipet itu sampai menjadi kering.
Janganlah meniup pipet itu dengan udara nafas, sebab uap air dalam udara nafas akan
mengembun dan mengotori pipet. Sekirangya pipet itu tinggal kotor karena banyak
dipakai atau karena selau segera membersihkannya, maka isilah pipet itu dengan
larutan natrium karbonat atau kaporit dan biarkan semalam. Keesokan harinya dicuci
lagi seperti diterangkan di atas.
Jika darah membeku dalam pipet, buanglah terlebih dulu darah itu dengan memakai
rambut kuda atau kawat baja yang halus sebelum pipet dicuci. Jagalah benar-benar
jangan sampai ujung pipet yang runcing itu pecah; pecahan yang kecil sekalipun
menyebabkan pipet itu tidak dapat dipakai lagi karena pengenceran yang berdasarkan
volume menjadi tidak teliti.
Hemoglobinometer
Alat pembanding yang terbuat dari plastik dan logam itu janganlah termasuk cairan;
kalau terjadi harus segera dikeringkan. Permukaan bataang standard jangan tercemar
atau berdebu.
Tabung pengencera perlu dibersihkan tiap kali setelah dipakai dengan air suling dan
HCl; baik juga sekali-kali dipergunakan detergent.
Lanset darah, jarum dan semprit
Dianjurkan memakai lanset darah utuk dipkai sekali saja. Jikalau benar-benar tidak
mungkin, lanset boleh dipakai lagi asal saja diserilkan dalam otoklafsebelum
memakainya pada orang lain. Dalam hal itu lanset harus segera dibersihkan setelah
dipakai.
Jikalau keadaan tidak memungkinkan memakai semprit dan jarum yang disposable,
ikutilah petunjuk-petunjuk berikut. Setelah darah yang diambil dikeluarkan dari jarum
atau semprit, sucilah segera jarum dan semprit itu. Janganlah membiarkan darah
membeku dalam semprit atau dalam jarm. Darah beku dalam semprit yang
pengisapnya terpasang menyebabkan pengisapnya itu sukar sekali dicabut dan semprit
mungkin pecah karena itu. Jarum dan semprit sebaiknya di simpan dalam keadaan
kering dan steril agar dapat segera dipakai lagi.
Tabung dan pipet wintrobe
Tabung wintrobe dibersihkan dengan memutarbalikannya sehingga mulutnya
mengarah ke bawah. Ujung pipet wintrobe dimasukn sampai ke dasar tabung itu dan
air bersih dialirkan melewati pipet iu ke dalam tabung. Sekali-kali tabung wintrob itu
dibersihkan juga memkai semacam detergent.
Pipet wintrobe janganlah dipakai untuk makskud lain dariada mengisi tabung
wintrobe dan membersihkannya. Jangan dipakai untuk mengisap zat-zat kimia.
Kaca objek dan kaca penutup
Kaca objek yang dipergunakan hendaknya bersih dari debu dan lemak. Teristimewa
untuk membuat sediaan apus darah kaca objek harus bebas dari lemak. Untuk itu tidak
cukuplah kaca digosok dengan atau direndam dalam ether atau alkohol ( kecuali kalau
kaca itu baru dan oleh pabriknya sudah dibersihkan sempurna, precleaned).
Kaca yang masih baru direndam dalam semacam detergent sebelum dicuci dengan air
biasa. Detergent yang dipakai harus dihilangkan sama sekali dari permukaan kaca,
pekerjaan membilas dengan air ini hendaknya dilakukan dengan seksama;kalau tidak,
sisa-sisa detergent akan mengurangi mutu pulasan kemudian. Setelah kering dan
bersih disimpan dalam tempat tertutup agar tidak menjadi kotor lagi.
Kaca objek kotor yang bekas dipakai, harus dibersihkan dulu larutan asam nirat pekar
atau larutan campuran kalium-bicarbonat dan asam sulfat, kemudian dicuci seperti
kaca baru. Larutan campuran bicarbonat dan asam sulfat dubuat sbb:larutan jenuh
kalium-bichrbonat dalam air (4,9 g per 100 ml) dicampur dengan sama banyaknya
asam sulfat pekat. Kaca objek direndam paling sedikit selama 4 jam dalam larutan
campuran ini.
Kaca objek yang telah bersih jangan dipegang permukaannya d engan tangan,
peganglah pada sisi-sisinya. Jagalah jangan sampai sisi-sisi yang diratakn menjadi
kikis.
Kaca penutup hendaknya dicuci dengan air,lalu dengan alkohol 95%. Simpanlah
dalam alkohol atau campuran alkohol ether. Jika akan memakainya angkatlah dengan
pinset bersih dan keringkan dengan menggosoknya memakai kain halus dan bersih.
Jangan sampai ada benang, serat atau kotoran lain memelengket lagi pada kaca itu.

Sumber:Penuntun Laboratorium Klinik, R. Gandasoebrata, Dian Rakyat, 1967,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai