Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Contoh-contoh pemeriksaan penunjang yaitu :

1. UBT (Urea Breath Test)

Merupakan pemeriksaan non invasive gold standard untuk deteksi infeksi Helicobacter
pylori. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel nafas dan didasarkan
pada kemampuan Helicobacter pylori dalam mengeluarkan enzim urease yang dapat
mengubah urea menjadi karbondioksida (CO2) dan amonia. Pemberian tablet urea
13 13
dengan C pada pasien dengan infeksi Helicobacter pylori akan menghasilkan CO2
yang tinggi pada nafas yang dapat dideteksi dengan spektrofotometer inframerah UBiT-
13
IR300 dengan cara mengukur rasio CO2 tersebut dibandingkan dengan baseline
(sebelum diberikan tablet urea).

Pemeriksaan UBT dapat dilakukan pada orang dewasa maupun anak-anak, dengan tata
cara pemeriksaan yang sama.

Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan UBT adalah sebagai
berikut :

1. Berpuasa selama minimal 3 jam


2. Tidak boleh melakukan pemeriksaan dengan barium
3. Tidak boleh minum antibiotik dan sediaan bismuth atau sodium ecabet , sukralfat atau
protom pump inhibitor 30 hari sebelum pemeriksaan.

Pemeriksaan diawali dengan pengumpulan udara pernafasan normal (baseline) ke dalam


13
sebuah kantong, kemudian pasien diminta untuk meminum C-urea (urea berlabel).
Setelah itu pasien diminta berbaring ke sisi kiri selama 5 menit sebelum melakukan
pengambilan sampel nafas yang kedua. Perbedaan konsentrasi CO2 pada kedua sampel
nafas tersebut diukur.

Kegunaan UBT :

1. Diferensial diagnostik penyakit ulkus peptik dan gastritis kronik yang aktif
2. Monitoring terapi dan dokumentasi kesembuhan pada pasien dengan infeksi H.pylori
3. Pemeriksaan hanya ditujukan bagi pasien yang memang akan diterapi

Sensitivitas pemeriksaan UBT untuk diagnosis 95% dan untuk eradikasi 96%, sementara
spesifitasnya untuk diagnosis 95% dan untuk eradikasi 96%.

2. AUDIOMETRI

Audiometri adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat/ambang batas


pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila ada. Pemeriksaan dilakukan dengan
memakai alat audiogram nada murni di dalam ruang kedap suara.

Prinsip pemeriksaannya adalah bermacam-macam frekuensi dan intensitas suara (dB)


ditransfer melalui headset atau bone conducter ke telinga atau mastoid dan batasan
intensitas suara (dB) pasien yang tidak dapat didengar lagi dicatat, melalui program
computer atau diplot secara manual pada kertas grafik.

Kegunaan audiometri :

- untuk mengetahui derajat ketulian ringan, sedang atau berat

- untuk mengetahui jenis tuli konduktif, tuli syaraf (sensorineural) atau tuli campuran

Indikasi pemeriksaan :

1. Adanya penurunan pendengaran


2. Telinga berbunyi dengung (tinitus)
3. Rasa penuh di telinga
4. Riwayat keluar cairan
5. Riwayat terpajan bising
6. Riwayat trauma
7. Riwayat pemakaian obat ototoksik
8. Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga
9. Gangguan keseimbangan

Derajat parameter ketulian :


- Tuli ringan : 26-40 dB

- Tuli sedang : 41-60 dB

- Tuli berat : 61 – 90 dB

- Tuli sangat berat : > 90 dB

Pelaporan hasil berupa ambang dengar normal, ambang dengar dengan tuli konduktif,
ambang dengar dengan tuli sensorineural, ambang dengar tuli campuran

3. SPIROMETRI

Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif


kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan
disebut spirometer.

Tujuan :

- mengukur volume paru secara statis dan dinamik

- menilai perubahan atau gangguan pada faal paru

Prinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru


selama pernafasan yang dipaksakan atau disebut forced volume capacity (FVC).
Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal
dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin Nilai FVC dibandingkan
terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin.

Sebelum dilakukan spirometri, terhadap pasien dilakukan anamnesa, pengukuran tinggi


badan dan berat badan. Pada spirometer terdapat nilai prediksi untuk orang Asia
berdasarkan umur dan tinggi badan. Bila nilai prediksi tidak sesuai dengan standar
Indonesia, maka dilakukan penyesuaian nilai prediksi menggunakan standar Indonesia.
Volume udara yang dihasilkan akan dibuat prosentase pencapaian terhadap angka
prediksi.
Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital capacity (SVC) atau forced vital
capacity (FVC). Pada SCV, pasien diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece
sudah terpasang di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara
maksimal. Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth piece
dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara maksimal.

Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan :

1. Forced vital capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa
setelah inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter.
2. Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah udara yang dapat
dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. Bersama dengan FVC merupakan
indikator utama fungsi paru-paru.
3. FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya sekitar
75% - 80%
4. FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional
5. Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan pergerakan udara keluar dari
paru-paru pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik.
6. FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara keluar
dari paru-paru selama pertengahan pernafasan (sering disebut juga sebagai
MMEF(maximal mid-expiratory flow)

Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa hal yang menyebabkan
spirogram tidak memenuhi syarat :

1. Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah


2. Batuk
3. Terminasi lebih awal
4. Tertutupnya glottis
5. Ekspirasi yang bervariasi
6. Kebocoran

Setiap pengukuran sebaiknya dilakukan minimal 3 kali. Kriteria hasil spirogram yang
reprodusibel (setelah 3 kali ekspirasi) adalah dua nilai FVC dan FEV1 dari 3 ekspirasi
yang dilakukan menunjukkan variasi/perbedaan yang minimal (perbedaan kurang dari
5% atau 100 mL)

4. EKG

EKG atau elektrokardiografi adalah pencatatan grafik variasi-variasi potensial listrik


yang disebabkan oleh aktivitas listrik otot jantung dan terdeteksi pada permukaan tubuh.
Prinsip kerja EKG adalah merekam signal elektrik yang berkaitan dengan aktivitas
jantung dan menghasilkan grafik rekaman tegangan listrik terhadap waktu.

EKG adalah suatu metode untuk mempelajari kerja otot jantung sehingga dapat
membantu diagnosis abnormalitas jantung dan kecenderungan atau perubahan fungsi
jantung.

Electrocardiograph adalah alat untuk melakukan elektrokardiografi sedangkan


electrocardiogram adalah kertas yang mencatat grafik variasi-variasi potensial listrik
yang disebabkan oleh eksitasi otot jantung dan terdeteksi pada permukaan tubuh.

Elektrokardiogram yang normal menunjukkan defleksi/pembelokkan yang dihasilkan


dari aktivitas atrial dan ventricular sebagai perubahan kecenderungan tegangan/voltage
dan polaritas (positif dan negatif) terhadap waktu. Defleksi pertama atau P wave adalah
hasil eksitasi atria; Defleksi kompleks QRS adalah hasil eksitasi (depolarisasi) ventrikel
dan T wave sebagai hasil recovery ventrikel (repolarisasi)

Faktor-faktor kritis yang mempengaruhi pemeriksaan EKG :

1. Penempatan elektroda yang tidak benar atau elektroda yang tidak menempel sempurna
di kulit dapat mempengaruhi keakuratan rekaman EKG.
2. Suhu di area pemeriksaan harus dipertahankan pada suhu 20-25oC dan
kelembabannya harus rendah.
3. Pemeriksaan EKG harus jauh dari peralatan yang menyebabkan bising seperti
ultrasonic, X-ray, handphone atau alat elektronik lainnya.
4. Pasien harus dalam kondisi tenang, tidak bergerak atau berbicara selama pemeriksaan.
Kaki dan lengan pasien dipastikan tidak kontak dengan bahan metal.
5. Data usia dan jenis kelamin pasien harus benar karena beberapa jenis alat EKG
menginterpretasi hasil berdasarkan usia dan jenis kelamin.
6. Tidak menggunakan barang yang mengandung logam seperti jam, handphone, kunci
dll
7. Pasien tidak diperkenankan berolah raga sebelum pemeriksaan

5. CT SCAN

CT Scan adalah salah satu jenis pemeriksaan penunjang medis dengan menggunakan
sinar X dengan bantuan Operator yang handal dapat memeriksa jaringan tubuh yang
diinginkan sesuai dengan kebutuhan pasien dan dokter.

CT Scan merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal
untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperi susunan saraf pusat, otot dan tulang,
tenggorokan, hidung, thorax dan rongga perut.

Cara melakukan pemeriksaan CT SCAN ?

1. Pastikan bahwa Pemeriksaan CT Scan ini adalah atas Istruksi Dokter ( Bukan
keinginan Pribadi ).
2. Konsultasikan Kondisi tubuh ANDA dengan Dokter pilihan ANDA, bila diperlukan
pemeriksaan CT SCAN segera minta surat pengantar dan ANDA dapat menghubungi
unit PENDAFTARAN & RADIOLOGI di RS yang ANDA tuju.

Indikasi CT SCAN :

Berbagai kelainan dari beberapa jaringan mapun organ tubuh dapat dideteksi dengan
pemeriksaan CT Scan pada :

 Kepala, leher, tulang belakang : (Infeksi, tumor, kelainan pembuluh darah)

 Telinga, Hidung, Tenggorokan : (Sinusitis, Ca. Nasopharynx, larynx)

 Rongga Dada (Thorax) : (Tumor Paru, Infeksi)

 Rongga Perut (Abdomen) : (Hati,ginjal,limpa,pancreas,tractor biliaris)

 Organ Kebidananan kandungan


 Otot Tulang (Muculoskeletal)

6. EEG

Elektro Ensefalografi adalah suatu prosedur pemeriksaan menggunakan alat


elektromedik yang digunakan untuk merekam aktivitas listrik otak, melalui tengkorak
yang utuh.

TUJUAN

Untuk mengetahui ada tidaknya abnormalitas fungsi maupun struktur lapisan otak bagian
luar

INDIKASI :

1. Pasien dengan Kemungkinan EPILEPSI


2. Pasien Kejang
3. Pasien dengan penurunan Kesadaran/ KomaSakit Kepala Menahun
4. Mengevaluasi efek Serebral pada penyakit metabolic sistemik
5. Mengevaluasi Tidur (Sleepy Study)
6. Memonitor aktivitas serebral pada pasien dalam narkose umum

Note : Pemeriksaan EEG bukan untuk menegakkan diagnosis tetapi untuk mencari
penyebab kemungkinan salah satu factor penyebab

PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN :

1. Pasien tidak dalam keadaan Batuk, Pilek atau Demam.


2. Berhenti meminum obat tertentu ( Obat Penenang).
3. Hindari makanan yang mengandung Kafein ( seperti Kopi, Teh, Cola, Coklat)
sedikitnya 8 jam se belum test.
4. Hindari Puasa malam sebelum prosedur, Makanlah dalam porsi kecil sebelum test,
sebab gula darah rendah dapat mempengaruhi hasil EEG.
5. Rambut Harus Bersih, bebas dari minyak rambut. hair spray, gel, conditioner atau
cairan yang mengandung obat kulit (atau sebaiknya keramas terlebih dahulu).
6. Tidur malam yang cukup.
7. Tidak perlu persiapan puasa.
7. USG

Ultrasonografi (USG) : adalah sebuah tehnik diagnostic pencitraan yang tidak


memancarkan sinar radiasi, tetapi memanfaatkan gelombang suara untuk melihat janin di
dalam kandungan. Gelombang suara tersebut akan dipantulkan oleh tubuh janin dan akan
direkam dan diubah menjadi gambar oleh alat USG

Kelebihan USG 4 Dimensi :

 Ibu dapat melihat gerakan tubuh janin secara jelas

 Ibu dapat mengetahui permukaan anatomi bayi secara jelas mulai wajah hingga
kelengkapan anggota tubuh. Apakah sedang senyum, sedih, akan terlihat lewat USG 4
Dimensi

 Ibu dapat mengetahui kelainan pada bayi secara jelas.

Pemeriksaan USG terbagi menjadi 3 Tahapan , Yakni :


Trimester I

 Memastikan Hamil atau tidak


 Mengatahui adanya kelainan bentuk kepala
 Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin & tanda kehidupannya

Trimester II

 Melihat bentuk jantung & system saraf pusat


 Melihat ada tidaknya kelainan di otak dan rongga jantung
 Melihat ada tidaknya kelainan tulang belakang
 Melihat lokasi plasenta

Trimester III

 Melihat posisi, ukuran janin, aliran darah, tali pusat, lilitan tali pusat
 Menilai Keadaan plasenta

8. TREADMILL
Treadmill adalah pemeriksaan rekam jantung yang terus berlangsung tanpa henti pada
saat pasien sedang menjalankan tingkat latihan yang meningkat.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk :

 Mendiagnosa penyakit jantung koroner


 Mendeteksi adanya tanda tanda penyumbatan (Iskemia) pada pembuluh darah jantung
 Cocok untuk melatih kemampuan kardiovaskuler (Jantung), membakar lemak.
 Bila dilakukan dengan porsi tepat dapat melangsingkan tubuh.

yang boleh melakukan pemeriksaan ini :

 Penderita dengan keluhan yang menyerupai gejala penyakit jantung (misalnya : Nyeri
dada, sesak napas)
 Penderita dengan resiko penyakit jantung koroner
 General Check Up Khusus
 Evaluasi hasil pengobatan penderita hipertensi
 Evaluasi hasil pengobatan penderita penyakit jantung koroner.

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam melakukan pemeriksaan ini :

 Penderita boleh memakai sepatu olahraga dan pakaian yang nyaman untuk aktivitas
fisik.
 Sebaiknya tiga jam sebelumnya tidak makan dan tidak minum berlebih
 Jangan merokok sebelum pemeriksaaan.
 Beritahukan pihak dokter jenis obat—obatan yang dikonsumsi dan penyakit lain yang
diderita.

9. CAPD (Continuius Ambulatory Peritoneal Dialysis)

Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput yang melapisi perut
dan pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya
akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui
peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang
menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu
tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam
cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang
baru.

KAPAN HARUS CUCI DARAH

Cuci darah dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:

 Kelainan fungsi otak (ensefalopati uremik)


 Perikarditis (Peradangan kantong jantung)
 Asidosis (peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan respon terhadap
pengobata lainnya.
 Gagal Jantung
 Hiperkalemia (kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah)

KEUNGGULAN CAPD

1. Proses dialysis peritoneal ini tidak menimbulkan rasa sakit.

2. Membutuhkan waktu yang singkat, terdiri dari 3 langkah.

 Pertama, masukkan dialisat berlangsung selama 10 menit


 Kedua, cairan dibiarkan dalam rongga perut untuk selama periode waktu tertentu (4-6
jam)
 Ketiga, pengeluaran cairan yang berlangsung selama 20 menit

3. Ketiga proses diatas dilakukan beberapa kali tergantung kebutuhan dan bisa dilakukan

olehpasien sendiri secara mandiri setelah dilatih dan tidak perlu ke rumah sakit.

bila terjadi penyulit yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi selama test fisik ini.

10. FOTO THORAX

Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari
thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur-
struktur di dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray.
Dosis radiasi yang digunakan pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah
sekitar 0.06 mSv.
Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding
thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-
paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif
sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit
paru yang terkait dengan pekerjaan di industri-industri seperti pertambangan dimana
para pekerja terpapar oleh debu.

Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :


- untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
- untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)
- untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)
- untuk memeriksa keadaan jantung
- untuk memeriksa keadaan paru-paru

Pada beberapa kondisi, CXR baik untuk skrining tetapi buruk untuk diagnosis. Pada saat
adanya dugaan kelainan berdasarkan CXR, pemeriksaan imaging thorax tambahan dapat
dilakukan untuk mendiagnosis kondisi secara pasti atau mendapatkan bukti-bukti yang
mengarah pada diagnosis yang diperoleh dari CXR.

Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi relatif
tubuh dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling umum adalah posteroanterior
(PA), anteroposterior (AP) dan lateral.

1. Posteroanterior (PA)

Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui posterior (back) dari
thorax dan keluar dari anterior (front) dimana X-ray tersebut terdeteksi. Untuk
mendapatkan gambaran ini, individu berdiri menghadap permukaan datar yang
merupakan detektor X-ray. Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak
yang standard, dan pancaran X-ray ditransmisikan ke pasien.

2. Anteroposterior (AP)

Pada AP posisi sumber X-ray dan detector berkebalikan dengan PA. AP chest X-ray
lebih sulit diinterpretasi dibandingkan dengan PA dan oleh karena itu digunakan pada
situasi dimana sulit untuk pasien mendapatkan normal chest x-ray seperti pada pasien
yang tidak bisa bangun dari tempat tidur. Pada situasi seperti ini, mobile X-ray
digunakan untuk mendapatkan CXR berbaring (“supine film”). Sebagai hasilnya
kebanyakan supine film adalah juga AP.

3. Lateral

Gambaran lateral didapatkan dengan cara yang sama dengan PA namun pada lateral
pasien berdiri dengan kedua lengan naik dan sisi kiri dari thorax ditekan ke permukaan
datar (flat).

11. HOLTER MONITOR

Holter monitor merupakan alat praktis yang mampu memantau berbagai aktivitas listrik
selama 24 jam untuk menilai irama jantung, posisi ruang jantung, dan evaluasi terapi
(pemasangan pacemaker). Bila terdapat keluhan berupa pusing, pingsan, tekanan darah
rendah, lelah berkepanjangan atau berdebar tanpa adanya perubahan pada pemeriksaan
EKG saat istirahat. Alat ini dapat berguna untuk mengetahui adanya gangguan irama
jantung (aritmia) atau kejadian epileptic (EEG) yang sulit diketahui bila dipantau dalam
jangka pendek.Bersamaan dengan perekaman, pasien mencatat aktivitas dan keluhan
yang muncul saat perekaman.

Alat ini menggunakan elektroda yang dipasangkan di dada yang dihubungkan ke alat
yang berfungsi menyimpan informasi mengenai aktivitas listrik jantung selama periode
perekaman.

Prosedur pemasangan holter monitor antara lain:

- Elektroda ECG dipasang pada dada dan disambungkan dengan kabel lead.

- Monitor ECG dengan ukuran kecil dibawa sepanjang masa perekaman

- Pasien diberitahu agar elektroda harus selalu terpasang, tidak membasahi elektroda,
tidak menggunakan peralatan elektronik dan alat yang menggunakan magnet selama
masa perekaman agak tidak mengganggu sinyal EKG, mencatat adanya gejala dan
aktivitas yang dilakukan selama masa perekaman, dan menghubungi dokter atau rumah
sakit bila terdapat masalah selama perekaman.
12. Endoskopi gastrointestinal

Gastrointestinal endoskopi adalah prosedur yang memungkinkan spesialis pencernaan


untuk melihat lapisan dalam saluran pencernaan. The endoskopi gastrointestinal
menawarkan akses ke saluran pencernaan yang meliputi seluruh usus kecil, saluran
empedu, usus, duodenum, perut, dan kerongkongan. Berdasarkan organ-organ yang
spesialis pencernaan ingin lihat, prosedur GI dapat disebut sebagai endoskopi perut atas
atau bawah endoskopi. Endoskopi saluran pencernaan atas (juga dikenal sebagai EGD)
membantu dalam melihat kerongkongan, lambung dan duodenum sedangkan endoskopi
saluran pencernaan bawah membantu dalam memvisualisasikan usus besar. Biasanya
endoskopi pasien masuk melalui anus, tenggorokan, dan uretra atau melalui insisi kecil
dibuat di kulit.

Prosedur endoskopi ini dapat dilakukan baik di dasar rawat jalan atau dasar rawat inap.
Endoskopi saluran pencernaan membantu dalam mendiagnosis beberapa gangguan GI.
Prosedur endoskopi gastrointestinal tidak hanya digunakan untuk diagnosis penyakit
saluran pencernaan tetapi juga digunakan untuk masalah perawatan GI. Prosedur
endoskopik kurang menyakitkan dan umumnya dikaitkan hanya dengan sedikit
ketidaknyamanan.

Hanya sedikit masalah endoskopi GI yang bisa membantu untuk mendiagnosis atau
menyelidiki adalah –

 Infeksi saluran kemih


 Perdarahan Internal gastrointestinal
 Ulkus gastrointestinal
 sindrom iritasi usus (IBS)
 Masalah Usus Besar
 Diare kronis

Jenis prosedur endoskopi


Ada berbagai jenis prosedur endoskopik yang terlibat dalam pemeriksaan organ yang
berbeda atau sistem. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut -
1. Kolposkopi
2. Bronkoskopi
3. Kapsul Endoskopi
4. Laparoskopi
5. Double Balloon Enteroskopi
6. Fetoskopi
7. Kolonoskopi
8. Fleksibel Sigmoidoskopi
9. Endoskopik mundur cholangio-pankreatografi
10. Arthroskopi
11. Amnioskopi
12. Endoskopi gastrointestinal Atas (OCD)
13. Proctoskopi
14. Rhinoskopi
15. Thorakoskopi

Persiapan
Pasien menjalani prosedur pencernaan ini tidak boleh makan atau minum apa pun dalam
delapan sampai sepuluh jam dari prosedur ini. Dalam hal ini jika ada makanan di perut,
makanan akan menghalangi pandangan melalui endoskopi, dan bisa menyebabkan
muntah.
Prosedur
Prosedur endoskopi biasanya berlangsung antara 5 sampai 10 menit. Selama prosedur
ini, pasien diminta untuk berbaring di sisi kiri. Selama prosedur endoskopi, pasien berada
di bawah anestesi pendek. Prosedur endoskopi dilakukan dengan bantuan endoskop.
endoskop adalah tabung fleksibel dengan sistem pengiriman cahaya yang menerangi
saluran tersebut. Lebih lanjut memiliki sistem lensa yang menyampaikan gambar dari
fiberscope dan menampilkan gambar di TV warna. endoskop ini diturunkan
kerongkongan, ke perut dan ke dalam usus. endoskopi yang gagal dapat mengganggu
pernapasan. Selama prosedur, pengambilan napas lambat dan dalam dapat membantu
pasien rileks.
Sebuah endoskopi kapsul adalah bentuk lain dari endoskopi dimana pasien memakan
kamera berbentuk kapsul yang merekam gambar ketika kapsul bergerak melalui saluran
pencernaan. Kapsul keluar dari tubuh pasien melalui gerakan usus.
Komplikasi
Mungkin terdiri dari

 Perforasi gastrointestinal,
 Pendarahan dan
 Infeksi.

Endoskopi adalah suatu prosedur yang aman dan menguntungkan yang telah
menyelamatkan nyawa banyak orang. Sebagian besar pasien mentolerir prosedur
endoskopi sangat baik dan merasa baik-baik saja nantinya.

Anda mungkin juga menyukai