Anda di halaman 1dari 15

A.

ANAMNESA
1. Data Demografi
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting.
Beberapa gangguan endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu
merupakan proses patologis sudah berlangsung sejak lama. Kelainan-
kelainan somatik harus selalu dibandingkan dengan usia dan gender,
misalnya berat badan dan tinggi badan. Tempat tinggal juga merupakan
data yang perlu di kaji, khususnya tempat tinggal pada masa bayi dan
kanak-kanak dan juga tempat tinggal klien sekarang.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan seperti yang di alami klien atau gangguan tertentu yang
berhubungan secara langsumg dengan gangguan hormonal seperti:
a. Obesitas
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
c. Kelainan pada kelenjar tiroid
d. Diabetes melitus
e. Infertilitas
Dalam mengidentifikasi informasi ini tentunya perawat harus dapat
menerjemahkan informasi yang ingin diketahui dengan bahasa yang
sederhana dan di mengerti oleh klien atau keluarga.
3. Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien
Perawat mengkaji kondisi yan pernah dialami oleh klien di luar
gangguan yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin
sudah berlangsung lama bila di hubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini
tidak di keluhkan.
a. Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya amenore,
bulu rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang dan lain-lain.
b. Berat badan yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus
meskipun banyak makan dan lain-lain.

1
c. Gangguan psikologia seperti mudah marah, sensiif, sulit bergaul dan
tidak mampu berkonsentrasi, dan lain-lain.
d. Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan kejadiannya.
Bila klien dirawat beberapa kali, urutkan sesuai dengan waktu
kejadiannya.

Juga perlu memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan


di saat sekarang dan masa lalu. Penggunaan obat-obatan ini mencakup
obat yang di peroleh dari dokter atau petugas kesehatan maupun obat-
obatan yang di peroleh secara bebas.jenis obat-obatan yang mengandung
hormon atau yang dapat merangsang aktivitas hormonal seperti
hidrokortison, evothyroxine, kontrasepsi oral, dan obat-obatan anti
hipertensif.

4. Riwayat Diit
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan
dapat saja mencerminkan gangguan endokrin tertentu atau pola dan
kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena
itu kondisi berikut ini perlu di kaji:
a. Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
b. Penurunan atau penambahan berat badan yang drastis
c. Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan
d. Pola makan dan minum sehari-hari
e. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi
endokrin seperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjar
tiroid
5. Status Sosial Ekonomi
Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka
bagi banyak orang maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini
perawat melakukannya bersama-sama dengan klien. Menghindarkan
pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan melainkan
lebih di fokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu.
Mendiskusikan bersama-sama bagaiman klien dan keluarganya

2
memperoleh makanan yang sehat dan bergizi, upaya mendapatkan
pengobatan bila klien dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan
kesehatan klien dan keluarga tetap optimal dapat mengungkapkan keadaan
sosial ekonomi klien dan menyimpulkan bersama-sama merupakan upaya
untuk mengurangi kesalahan penafsiran
6. Masalah Kesehatan Sekarang
Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal yang menyebabkan
klien meminta bantuan pelayanan seperti :
a. Apa yang di rasakan klien
b. Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau
poerlahan dan sejak kapan dirasakan
c. Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
d. Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine
e. Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi
f. Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sanat menggangu klien

Selain alasan klien dating ke RS, juga perlu diidentifikasi hal-hal


yang berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum seperti :
a. Tingkat Energi
Perubahan kekuatan fisik dihubangkan dengan sejumlah gangguan
hormonal khusunya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal. Kaji
kemampuan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari, apakah dapat
dilakukan sendiri tanpa bantuan, dengan bantuan atau sama sekali
klien tidak berdaya melakukannya. Kaji juga asupan makanan klien.
b. Pola Eliminasi dan keseimbangan cairan
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin
secara langsung oleh ADH, aldosteron, dan kortisol. Kaji pola
berkemih dan jumlah volume urine. Dan apakah klien sering bangun
malam hari untuk berkemih. Bila volume urine berlebih, maka kaji
apakah klien mengalami gejala kurang cairan dan bagaimana klien
mengatasinya. Tanyakan seberapa besar volume cairan yang
dikonsumsi setiap hari.
c. Pertumbuhan dan Perkembangan

3
Secara langsung tumbang dibawah pengaruhi GH, Kelenjar tiroid dan
kelenjar gonad. Gangguan tumbang dapat terjadi semenjak dalam
kandungan, itu terjadi pada ibu hamil hipertiroid.
1) Kaji gangguan tumbang yang dialami semenjak lahir atau terjadi
selama proses pertumbuhan
2) Kaji secara lengkap dari penambahan ukuran tubuh dan fungsinya :
tingkat intelegensi, kemampuan berkomunikasi dan rasa tanggung
jawab. Kaji juga perubahan fisik dampaknya terhadap kejiwaan.
d. Seks dan reproduksi
Pada wanita kaji siklus menstruasi mencakup lama, volume, frekuensi
dan perubahan fisik terutama sensasi nyeri atau kram abdomen sebelum
selama dan sesudah haid. Jika bersuami kaji apakah pernah hamil,
abortus, dan melahirkan. Jumlah anak yang pernah dilahirkan dan
apakah klien menggunakan cara tertentu untuk membatasi kelahiran
atau cara mendapatkan keturunan. Pada Pria kaji apakah klien mampu
ereksi dan orgasme. Dan kaji juga apakah terjadi perubahan bentuk dan
ukuran alat genitalnya.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Ada 2 aspek utama yg dapat digambarkan, yaitu :


1. Kondisi kelenjar endokrin : testis dan tiroid
2. Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari gangguan endokrin
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan
terhadap kelenjar tiroid dan kelenjar gomad pria (testes).Secara umum,tekhenik
pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai
penyimpangan fungsi adalah :
1. Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin menyebabkan perubahan fisik sebagai
dampaknya terhadap tumbang, keseimbangan cairan dan elektrolit, seks
dan reproduksi, metabolisme dan energi. Hal-hal yg harus diamati yaitu
Penampilan umum amati apakah klien tampak kelemahan berat, sedang
dan ringan. Amati pula bentuk dan proporsi ubuh. Pada pemeriksaan

4
wajah fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah
seperti dahi, rahang dan bibir. Pada mata amati adanya edema periorbital
dan exopthalamus serta ekspresi wajah tampak datar atau tupul. Amati
lidah klien terhadap kelainan bentuk dan penebalan, ada tidaknya tremor
pada saat diam atau bila digerakkan.
Pada daerah leher amati bentuk leher, apakah tampak membesar,
asimetris. Perbesaran leher dapat disebabkan perbesaran kelenjar tiroid dan
untuk meyakinkannya perlu dilakukan palpasi. Distensi pada vena
jugularis dapat mengindikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung.
Amati warna kulit pada leher, apakah merata dan catat lokasinya dengan
jelas. Bila dijumpai kelainan pada kulit leher, lanjutkan memeriksa lokasi
yang lain ditubuh. Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut biasanya
dijumpai pada orang yang mengalami gangguan kelenjar adrenal. Vitiligo
atau hipopigmentasi pada kulit tampak pada orang yg mengalami
hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi melanosit dikulit oleh
proses autoimun. Hipopigmentasi biasa terjadi di wajah, leher, dan
ekstremitas. Penumpukan massa otot berlebihan pada leher bagian
belakang atau disebut bufflow neck dan terus sampai daerah clavikula
sehingga klien tampak bungkuk, terjadi pada klien hiperfungsi
adrenokortikal. Amati bentuk dan ukuran dada, pergerakan dan simetris
tidaknya.
2. Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa
melalui rabaan. Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun
isthmus dapat diraba dengan menengadahkan kepala klien. Lakukan
palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran, nodul tinggal atau
multipel, apakah ada rasa nyeri pada saat di palpasi. Pada saat melakukan
pemeriksaan, klien duduk atau berdiri sama saja namun untuk menghindari
kelelahan klien sebaiknya posisi duduk.Untuk hasil yang lebih baik, dalam
melakukan palpasi pemeriksa berada dibelakang klien dengan posisi kedua
ibu jari perawat dibagian belakang leher dan keempat jari-jari lain ada
diatas kelenjar tiroid.

5
Palpasi testes di lakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat
harus dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut began ibu jari
dan dua jari lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap
ukuran/besarnya, simetris tidaknya nodul. Normalnya testes teraba lembut,
peka terhadap sinaar dan sinyal seperti karet.
3. Auskultasi
Auskultasi pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat
mengidentifikasi“ bruit“. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena
turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini
tidak terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi
darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar
tiroid.
Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan
pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate
jantung yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan,
perangsangan katekolamin dan perubahan metabolisme tubuh.

C. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

Perawat mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman, dan


handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat sakit. Sejaumlah
ganguan endokrin yang serius mempengaruhi persepsi klien terhadap dirinya
sendiri oleh karena perubahan-perubahan yang dialami menyangkut perubahan
fisik, fungsi seksual dan reproduksi dan lain-lain yang akan mempengaruhi
konsep dirinya. Kemampuan klien dan keluarga dalam memberi perawatan di
rumah termasuk penggunaan obat-obatan yang biasanya dapat berlangsung lama
perlu dikaji.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Hipofise
a. Foto Tengkorak (Kranium)

6
Dilakukan untuk melihat kondisi seila tursica (tumor atau atrofi).
Tidak di butuhkan persiapan fisik secara khusus.
b. Foto Tulang (Osteo)
Untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan
dijumpai ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai
tulang-tulang perifer yang bertambah ukurannnya ke samping.
Persiapan fisik secara khusus tidak ada, pendidikan kesehatan
diperlukan.
c. Ct Scan Otak
Untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau
hipotalamus. Tidak ada persiapan fisik secara khusus.
d. Pemeriksaan Darah dan Urine
1) Kadar Growth hoemone (GH): Nilai normal 10 pg/ml pada anak
dan orang dewasa. Pada bayi di bulan-bulan pertama kelahiran
nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah venalebih
kurang 5 cc. Tanpa persiapan khusus.
2) Kadar thyroid stimulatin hormone (TSH) : Nilai normal 6-10
pg/ml, Untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer
atau sekunder, dibutuhkan darah kurang lebih 5 cc. Tanpa
persiapan khusus.
3) Kadar adrenocotricotropine hormon (ACTH): Pengukuran
dilakukan dengan tes supresi deksametason,. Spesimen darah vena
kurang lebih 5 cc dan urine 24 jam
Persiapan :
a) Tidak ada pembatasan makanan dan minuman
b) Bila klein menggunakan obat-obatan kortisol atau antagonisnya
dihentikan dulu 24 jam sebelumnya
c) Bila obat harus diberikan lampirkan sejenis obat dan dosisnya
pada lembaran pengiriman spesimen
d) Cegah stres fisik dan fisikologis
Pelaksanaan :

7
a) Klien diberikan deksametason 4x0,5 ml/hari selama lamanya 2
hari
b) Besok paginya darah vena diambil kurang lebih 5 cc
c) Urine ditampung selama 24 jam
d) Spesimen dikirim ke laboratorium
Hasil :
Normal bila:
a) Kadar ACTH dalam darah menurun kortisol darah kurang dari
5 mg/dl
b) 17-hydroxy-cortico-streroid (17 –OHCS) dalm urine kurang
dari 2,5 mg

Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian


deksametason 1 mg per oral tengah malam , baru darah vena
diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan urin ditampung
selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila
kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan ekskresi
OHCS dalam urin 24 jam kurang dari 2.5 mg.

2. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Tiroid


a. Uptake Radioaktif (RAI)
Tujuan : menukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap
iodide.
Persiapan :
1) Klien puasa 6-8 jam
2) Jelaskan tujuan dan prosedur
Persiapan klien :
1) Klien diberikan yodium radioaktif 50 microcuri per oral. Dengan
alat pengukur (di taruh di atas klenjer tiroid) di ukur radioaktif
yang bertahan
2) Dapat pula di ukur clearance yodium melalui ginjal dengan
mengumpul kan urine selama 24jam dan di ukur kadar radioaktif
yodium.

8
Hasil:
Banyak yodium yang ditahan oleh kalenjer tiroid di hitung dalam
persentase
1) Normal : 10-35%
2) Menurun : < 10% (pada hipotiroidisme) 3. Meningkat > 35% (pada
tirotoksis,pengobatan panjang hipertiroidisme)
b. T3 dan T4 Serum
Pemeriksaan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen darah vena 5-10
cc
1) Nilai normal pada dewasa: yodium bebas 0,1-0,6 mg/dl T3 0,2-0,3
mg/dl T4 6-12 mg/dl
2) Pada anak T3180-240 mg/dl
c. Up take T3 Resin
Tujuan mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau thyrcid binding
globulin (TBG) tak jenuh. TBG meningkat pada hippertirodisme
menurun pada hipotiroidisme. Spesimen darah vena 5cc.
Persiapan: puasa 6-8 jam
Nilai normal
1) Dewasa : 25-35% uptake oleh resin
2) Anak : umur nya tidak ada
d. Protein Boun Iondine (PBI)
Bertujuan mengukur yodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai
normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Spesimen darah vena 5-10 cc.
Klien di puasakan 6-8jam sebelum pemeriksaan.
e. Basal Metabolic Rate (BMR)
Bertujuan mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang
dibutuhkan di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.
Persiapan :
1) Klien puasa 12jam
2) Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress
3) Klien harus tidur sedikit nya 8 jam
4) Tidak mengkonsumsi analgetik & sedative

9
5) Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaandan prosedur nya
6) Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan di
lakukan.
Penatalaksanaan:
1) Segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan
nadi
2) Dihitung dengan rumus : BMR (0,75 x pulse) + (0,74 x tek. Nadi)
– 10 s/d 15 %.
f. Scanning Tyroid
Dapat digunakan dengan beberapa tehnik antara lain :
1) Radio Iodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah
nodul tiroid tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin
(berfungsi atau tidak berfungsi). Nodul panas menyebabkan
hipersekresi jarang bersifat ganas.
2) Up take Iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium
dari plasma. Nilai normal 10 s/d 30 % dalam 24 jam.

3. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjer Paratiroid


a. Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine,
sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Persiapan:
1) Urine 24 jam ditapung
2) Diet rendah kalsium 2 hari berturut-turut.
Penatalaksanaan:
1) Masukkan urin 3ml ke dalam tabung (2 tabung)
2) Tabung pertama masukkan reagen sulkowitch, tabung kedua hanya
sebagai kontrol.
Pembacaan secara kuantitatif
1) Negatif ( - ) jika tidak terjadi keruhan
2) Positif ( + ) terjadi keruhan yang halus
3) Positif (+ + ) kekeruhan sedang
4) Positif ( + + + ) kekeruhan banyak timbul dalam waktu < 20 detik
5) Positif ( + + + + ) kekeruhan hebat, terjadi seketika

10
b. Percobaan Ellwort-Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis fosfat yang dipengaruhi oleh
parathormon. Pada hipoparatiroid, diuresis fosfor mencapai 5-6x nilai
normal Pada hiperparatiroid, diuresis tidak banyak berubah. Cara
pemeriksaannya :
1) Klien disuntikkan parathormon intravena
2) Urin ditampung dan diukur kadar fosfatnya.
c. Percobaan Kalsium Intravena
Normal bila fosfor serum meningkat dan fosfor diuresis berkurang.
Pada hiper paratiroid, pospor serum dan pospor diuresis tidak banyak
berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir tidak mengalami
perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.
d. Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis.
Pada hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar
tengkorak. Densitas tulang bisa normal atau meningkat. Pada
hipertiroid, tulang menipis, terbentuk kista dalam tulang serta
tuberculae pada tulang.
e. Pemeriksaan Elektrokardiogran ( EKG )
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kelainan gambaran ekg akibat perubahan kadar
kalsium serum terhadap otot jantung. Pada hiperparatiroid, akan
dijumpai gelombang Q – T yang memanjang sedangkan pada
hiperparatiroid interval Q – T mungkin normal.
f. Pemeriksaan Elektromiogram ( EMG )
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi
otot akibat perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak
ada.
4. Pemeriksaan Diagnostik Kelenjar Pankreas
a. Pemeriksaan Gula Darah (puasa)

11
Bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10
jam.
Nilai normal
1) Dewasa : 70-110mg/dl
2) Anak-anak : 60-100mg/dl
3) Bayi : 50-80mg/dl
Persiapan
1) Klien di puasakan 8-10 jam sebelum pemerksaan
2) Jelaskan rtujuan dan prosedur tindakan
Pelaksanaan
1) Spesimen adalah darah vena ± 5 cc
2) Gunakan antikoagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan
3) Pengobatan insulin atau oral hipoglikemi sementara dihentikan
4) Setelah pengambilan darah, klien diberi minum dan makan serta
obat sesuai program.
5. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Adrenal
a. Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal pada :
1) Dewasa wanita : 37-47 %
2) Pria : 45-54%
3) Anak-anak :30-40%
4) Neonatal :44-62%
Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh
dari perifer seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi
antikoagulan ke dalam darah untuk mencegah pembekuan.
b. Pemeriksaan Elektrolit Serum ( Na, K, Cl ), dengan nilai normal :
1) Natrium : 310 – 335 mg ( 13.6 – 14 meq / liter )
2) Kalium : 14 -20 mg% ( 3.5 – 5.0 meq/liter )
3) Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq /liter)
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan
sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan
hiperkalemia. Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.

12
c. Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)
Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine
24 jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus.
d. Stimulasi test
Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal.
Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi
terhadap aldosteron dengan pemberian sodium.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bruner and Suddarth, (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
Volume 2 Jakarta :EGC.

Morton, Patricia Gonce. 2005. Panduan Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta : EGC

Rumaharbo, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin. Jakarta: EGC.

14
PENGKAJIAN PADA SISTEM ENDOKRIN

OLEH :

1. NI WAYAN INTAN AFSARI DEWI (P07120213016)


2. IDA AYU MAS SWANDEWI (P07120213022)
3. DIAN INDRAYANI (P07120213024)
4. AYU RESITA PRADNYADEWI (P07120213036)
5. NI KADEK ANITA RISMAWATI (P07120213037)

JURUSAN DIV KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

2015

15

Anda mungkin juga menyukai