Anda di halaman 1dari 15

DAKRIOSISTITIS AKUT

I.

PENDAHULUAN
Sistem lakrimasi mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan

drainase air mata. Glandula lakrimal terbentuk dari ektodermal yang banyak terdapat
di bagian anterior supero-lateral orbita. Bagian ini bercabang dan mempunyai kanal
membentuk duktus alveoli. Glandula lakrimal ini sangat kecil dan tidak berfungsi
sempurna hingga 6 minggu setelah kelahiran. Ini menjelaskan mengapa pada bayi baru
lahir tidak memproduksi air mata walaupun menangis.(1,2)
Pada penghujung minggu kelima dari kehamilan, jalur nasolakrimalis
membentuk alur yang terletak diantara nasal dan bagian penonjolan maxilla. Pada
bagian dasar dari alur, duktus nasolakrimalis ini terbentuk dari bagian ektoderm linear
yang tebal. Terdapat bagian solid yang terpisah dari bagian ektoderm dan terbentuk
dalam mesenkim. Bagian ini berkanalisasi membentuk duktus nasolakrimalis dan
sakkus nasolakrimal pada bagian ujung kranialnya.(1)
Kelainan sistem lakrimal sering terjadi dan dapat menimbulkan gejala kronis
dengan morbiditas bermakna. Kelenjar lakrimal normalnya menghasilkan sekitar 1,2l
air mata per menit. Sebagian hilang melalui evaporasi. Sisanya dialirkan melalui
sistem nasolakrimal. Bila produksi air mata melebihi kapasitas sistem drainase, air
mata yang berlebih akan mengalir ke pipi. Ini dapat disebabkan oleh:
-

Iritasi permukaan mata, misalnya karena benda asing pada kornea, infeksi, atau
blefaritis.

Oklusi pada bagian manapun di sistem drainase

Keluhan yang sering ditemukan pada penderita dengan kelainan sistem lakrimal ialah
mata kering, lakrimasi dan epifora.(2,3)
Lakrimasi ialah kelebihan produksi air mata yang disebabkan oleh rangsangan
kelenjar lakrimal. Mata kering disebabkan oleh kurangnya produksi air mata. Keadaan
ini dapat disebabkan oleh sikatris yang terdapar pada konjungtiva, oleh karena

trakoma, trauma kimia, erythema multiforme yang menyumbat kelenjar lakrimal dan
sindrom Sjorgen. Epifora ialah keadaan dimana terjadi gangguan sistem ekskresi air
mata. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kelainan posisi pungtum lakrimal, jaringan
sikatriks pada pungtum, paresis atau paralisis otot orbikularis okuli yang
menyebabkan berkurangnya efek penghisapan dari kanalikuli lakrimal, benda asing
dalam kanalikuli, obstruksi duktus nasolakrimal dan sakus lakrimal. (4) Dakriosistitis
merupakan peradangan sakus lakrimal. Biasanya peradangan ini dimulai oleh
terdapatnya obstruksi duktus nasolakrimalis. Obstruksi ini pada anakanak biasanya
akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal sedang pada orang dewasa akibat
tertekan salurannya.(5)

II. ANATOMI SISTEM LAKRIMAL

Gbr.1 Anatomi Sistem Lacrimal


Mata kanan tampak depan(6)

Sistem lakrimal terdiri atas dua jaringan utama yaitu sistem sekresi lakrimal atau
kelenjar lakrimal dan sistem ekskresi lakrimal.
Sistem sekresi lakrimalis
Bagian utama dari glandula lakrimal sebenarnya merupakan glandula eksokrin
yang terletak pada kuadran superolateral dari orbita dan fossa glandula lakrimal.
Pembentukan embriologi levator aponeurosis glandula lakrimalis dibagi yakni bagian
anterior pada orbita dan lobus palpebra. Bagian superior transversus ligamentum
menembus pada dua lobus ini dengan sedikit serat dan juga memproyeksi ke lateral
tuberkel orbita.
Pada 8 dari 12 duktus lakrimalis mayor yang kosong di bagian superior ratarata
5mm terletak di atas lateral tarsal setelah bagian posterior dari aponeurosis melalui
otot muller dan seterusnya melalui konjungtiva. Duktus dari bagian orbital juga akan
bergabung dengan duktus pada bagian lobus palpebra. Karena itu, membuang atau
kerusakan pada bagian porsi palpebra dari glandula akan menyebabkan penurunan
sekresi dari keseluruhan glandula tersebut. Ini penyebab mengapa pada biopsi
glandula lakrimal dilakukan pada bagian lobus orbital.
Iritasi pada bagian okular mengaktifkan produksi air mata dari glandula
lakrimal. Refleks pengeluaran air mata ini dikendalikan oleh nervus trigeminus untuk
sensorik. Bagian efferen lebih komplit. Serat parasimpatetik berasal dari nukleus
salivatorius superior yang berasal dari pons, keluar dari batang otak melalui nervus
fasialis. Serat lakrimalis ini kemudian meninggalkan N.VII ini sebagai nervus petrosal
superficial yang lebih besar dan keluar ke ganglion sphenopalatina. Dari sana, semua
yang diatas masuk ke glandula lakrimal melalui cabang superior dari nervus
zygomaticus melalui anastomose diantara nervus zygomaticotemporal dan nervus
lakrimalis. Namun bagaimana karakteristik kerja dari sistem nervus simpatetik untuk
penghasilan air mata masih belum diketahui. Glandula eksokrin aksessorius dari
Krause dan wolfring terletak di bagian dalam dari forniks superior dan di atas tarsal
superior. (1)

Sistem ekskresi lakrimalis


Merupakan bagian dari sistem drainase lakrimal melalui puncta yang terletak
medial dari bagian atas dan bawah kelopak mata. Bagian bawah puncta terletak lebih
lateral dibanding puncta atas. Secara normal, puncta agak inversi. Setiap punctum
dikelilingi oleh ampulla.
Setiap punctum mengarah ke kanalikuli. Kanalikuli merupakan struktur
nonkeratinasi, epitel squamous non mucin. Berjalan 2mm vertikal dan berputar 90o dan
berjalan 8-10mm medial berhubungan dengan sakus lakrimalis. Pada 90% pasien,
kanalikuli ini berkombinasi membentuk kanalikuli tunggal sebelum masuk ke bagian
dinding lateral dari sakus lakrimalis.
Valva Rosenmuller dideskripsikan sebagai struktur yang mencegah refluks air
mata dari sakus kembali ke kanalikuli. Terdapat beberapa studi yang menyatakan
bahwa kanalukuli membelok dari posterior ke bagian anterior di belakang dari tendo
kantus medial sebelum memasuki sakus lakrimal. Belokan ini pada konjungtiva
berperan untuk memblokir refluks.
Terletak pada anterior medial orbital, sakus lakrimalis terletak dalam cekungan
tulang yang dibatasi oleh lakrimal anterior dan posterior, dimana tendo kantus medial
melekat. Pada tendo kantus medial merupakan struktur kompleks berkomposisi krura
anterior dan posterior. Dari medial ke lamina papyracea merupakan bagian tengah dari
meatus hidung, kadang juga terdapat sel ethmiod. Bagian kubah dari sakus memanjang
beberapa mm di atas tendo kantus medial. Pada bagian superior, sakus ini dilapisi
dengan jaringan fibrosa. Ini menjelaskan mengapa pada kebanyakan kasus, distensi
sakus lakrimalis memanjang dari inferior ke tendo kantus medial. Pada bagian lateral,
sakus lakrimal ini bersambung pula dengan duktus nasolakrimalis.
Duktus nasolakrimalis berukuran 12mm atau lebih panjang. Berjalan melalui
tulang dalam kanalis nasolakrimalis yang melengkung inferior dan sedikit lateral dan
posterior. Duktus nasolakrimalis ini membuka ke dalam hidung melalui ostium, yang
9

biasanya sebagian dilapisi oleh lipatan mukosa (valva hasner). Kegagalan


pembentukan ostium ini pada kebanyakan kasus adalah disebabkan oleh obstruksi
duktus nasolakrimalis kongenital.(1)
Topografi sistem lakrimal
Suplai darah dari sakus lakrimalis berasal dari cabang palpebra superior dan
inferior dari arteri oftalmica. arteri angularis, arteri infraorbitalis cabang dari arteri
sphenopalatina dan mengalir ke vena angularis, vena infraorbitalis dan vena-vena di
hidung. Saluran getah bening masuk ke dalam glandula submandibular dan glandula
cervical dalam. Persarafan berasal dari cabang nervus infratrochlearis dari nervus
nasociliaris dan antero-superior nervus alveolar.(7)

III. FISIOLOGI SISTEM LAKRIMAL


Sistem lakrimal terdiri atas dua jaringan utama yaitu sistem sekresi lakrimal
atau kelenjar lakrimal dan sistem ekskresi lakrimal. Komponen sekresi terdiri atas
kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata. Duktus
nasolakrimalis merupakan unsur ekskresi sistem ini yang mencurahkan sekret ke
dalam hidung. Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang
terletak di fossa lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang berbentuk
kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang
lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing dengan sistem saluran
pembuangannya tersendiri ke dalam forniks temporal superior. Lobus palpebra
kadang-kadang dapat dilihat dengan membalikkan palpebra superior. Sekresi dari
kelenjar lakrimal utama dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata
mengalir berlimpah melewati tepian palpebra. Persarafan kelenjar utama datang dari
nucleus lakrimalis pons melalui nervus intermedius dan menempuh jalur rumit dari
cabang maxillaris nervus trigeminus.(2,5)
Kelenjar lakrimal tambahan, meskipun hanya sepersepuluh dari massa utama
mempunyai peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar
10

utama namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam
konjungtiva, terutama di fornix superior. Sel goblet uniseluler, yang juga tersebar di
konjungtiva menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin.
Sistem ekskresi terdiri atas puncta, kanalis, sakus lakrimalis dan duktus
nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup menyebarkan air mata secara
merata di atas kornea dan menyalurkan kedalam system ekskresi pada aspek medial
palpebra. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan sesuai dengan
jumlah yang diuapkan dan itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai ke sistem
ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan memasuki puncta sebagian
karena sedotan kapiler. (2)

Gbr.2 Gerakan mengedip yang


menyebarkan air mata(6)

Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pra-tarsal yang mengelilingi


ampula mengencang untuk mencegahnya keluar. Bersamaan waktu, palpebra ditarik
kearah Krista lakrimalis posterior dan traksi fascia mengelilingi sakus lakrimalis
berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negative di dalam
sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalam sakus yang kemudian
berjalan melalui duktus nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas
jaringan ke dalam meatus inferior hidung.(2)

11

IV. INSIDEN DAN PREVALENSI


Infeksi dari sakkus lakrimalis adalah penyakit umum yang biasanya terdapat pada
bayi atau wanita pasca menopause. Peradangan dan infeksi dari sakus lakrimal paling
sering terjadi pada dua kelompok umur, yaitu anak-anak dan dewasa 40 tahun ke atas.
Frekuensi penderita lebih banyak ditemukan pada usia 50-60 tahun. Dakriosistitis
jarang terdapat pada golongan usia pertengahan kecuali sesudah trauma. Pada anakanak khususnya yang baru lahir paling sering terjadi kongenital dakriosistitis. Pada
dakriosistitis infantile, tempat stenosis biasanya pada valvula hasner. Tiadanya
kanalisasi adalah kejadian umum (4-7% dari neonatus), namun biasanya duktus itu
membuka secara spontan dalam bulan pertama. Hasil studi juga menunjukkan bahwa
angka 70-83% kasus didapatkan pada wanita. (2,6,8)

V.

PATOGENESIS
Dakriosistitis merupakan peradangan sakus lakrimal. Biasanya peradangan ini

dimulai oleh terdapatnya obstruksi duktus nasolakrimalis. Obstruksi ini pada anakanak
biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimalis. Sistem nasolakrimalis
berkembang sebagai tabung solid yang kemudian mengalami kanalisasi dan menjadi
paten tepat sebelum cukup bulan. Jika kanalikuli mengalami obstruksi, sebagian
kumpulan air mata yang tidak mengalir dalam sakus dapat terinfeksi dan berakumulasi
sebagai mukokel atau menyebabkan dakriosistitis. Obstruksi sistem drainase
merupakan predisposisi infeksi sakus lakrimalis. Pasien datang dengan pembengkakan
nyeri pada medial orbita, yang merupakan sakus yang membesar dan terinfeksi.(3)

VI. ETIOLOGI
Penyebab dakriosostitis pada umumnya adalah stenosis sakus lakrimalis. Pada bayi,
infeksi menahun menyertai obstruksi duktus nasolakrimalis, namun dakriosistitis akut
jarang terjadi. Dakriosistitis akut pada anak-anak seringkali adalah akibat infeksi
Haemophilus influenzae. Dakriosistitis akut pada orang dewasa biasanya disebabkan

12

Staphylococcus aureus atau kadang-kadang Streptococcus hemolyticus. Agen infeksi


dapat ditemukan secara mikroskopik dengan memulas hapus konjungtiva yang
diambil setelah memeras sakus lakrimalis.

(2,6)

VII. GEJALA KLINIS


Gejala utama dakriosistitis adalah berair mata dan belekan (bertahi mata).
Peradangan berupa pembengkakan, merah dan nyeri, biasanya disertai dengan
pembengkakan

kelenjar

pre-aurikuler,

submandibular

serta

demam

ringan.

Kadangkadang kelopak mata dan daerah sisi hidung membengkak. Gejala


dakriosistitis akut ialah epifora dan regurgitasi pada penekanan daerah sakus lakrimal.
Pada stadium lanjut dapat dapat terjadi komplikasi berupa fistula. Apabila terdapat
erosi kornea misalnya karena trauma, maka erosi akan berkembang menjadi ulkus
kornea. (2)

Gbr.3 Pembesaran sakus lakrimal


mata kanan pada dakriosistitis akut(9)

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah:
Dakriosistografi, cara ini relatif mahal dan memerlukan keterampilan ahli
radiologiuntuk mendapatkan foto yang baik.

13

Sondase horizontal, uji penting dilakukan hanya pada arah horizontal. Hasil
pengujian akan membedakan letak sumbatan pada daerah pra-sakus atau pasca
sakus.(10)

IX. DIAGNOSIS BANDING

X.

Selulitis orbita

Sinusitis ethmoidal

Sinusitis frontalis(5)

PENATALAKSANAAN
Pengobatan dakriosistitis adalah dengan melakukan pengurutan daerah sakus

sehingga nanah bersih dari dalam kantung dan kemudian diberi antibiotik local dan
sistemik. Bila terlihat fluktuasi dengan abses pada sakus lakrimal maka dilakukan
insisi. Bila kantung lakrimal telah tenang dan bersih maka dilakukan pemasokan
pelebaran duktus nasolakrimalis. Bila sakus tetap meradang dengan adanya obsruksi
duktus nasolakrimal maka dilakukan tindakan pembedahan dakriosistorinostomi atau
operasi toti.
Pengobatan dakriosistitis pada anak (neonates) adalah dengan melakukan pengurutan
kantong air mata kearah pangkal hidung. Dapat diberikan antibiotik atau tetes mata,
sulfonamide 4-5 kali sehari. Bila perlu dapat dilakukan probing ulangan. Pengobatan
dakriosititis akut dewasa adalah dengan kompres hangat pada daerah sakus yang
terkena dalam frekuensi yang cukup sering. Antibiotik yang sesuai, baik sistemik
maupun lokal. Bila terjadi abses dapat dilakukan insisi dan drainase.(5)

14

XI. PROGNOSIS
Pengobatan dakriosistitis dengan antibiotik biasanya dapat memberikan kesembuhan
pada infeksi akut. Jika stenosis menetap lebih dari 6 bulan maka diindikasikan
pelebaran duktus dengan probe. Satu kali tindakan efektif pada 75% kasus. (11)

BAB 3. KESIMPULAN

Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata (sakus lakrimalis).
Dakriosistitis terbagi atas akut dan kronik. Bentuk spesial dari inflamasi pada saccus
lacrimalis adalah dakriosistitis kongenital, dimana patofisiologinya terkait erat dengan
embryogenesis sistem eksresi lakrimal. Pada orang dewasa, perempuan lebih sering
terkena dakriosistitis. Umumnya dakriosistitis mengenai umur lebih dari 40 tahun, dan
tertinggi pada usia 60-70 tahun.
Pada dakriosistitis kongenital, kanalisasi yang tidak lengkap dari duktus
nasolakrimalis memiliki peran yang penting dari pathogenesis yang terjadi. Obstruksi
dari bagian bawah duktus nasolakrimalis seringkali ditemukan pada orang dewasa
yang terkena dakriosistitis. Bakteri aerob dan anaerob bisa didapatkan pada kultur dari
anak-anak dan orang dewasa dengan dakriosistitis.
Infeksi menyebabkan nyeri di daerah sekitar kantong air mata yang tampak
merah dan membengkak. Mata menjadi merah dan berair serta mengeluarkan nanah.
Selain itu, penderita juga mengalami demam. Jika infeksi yang ringan atau berulang
berlangsung lama maka sebagian besar gejala mungkin menghilang hanya
pembengkakan ringan yang menetap.

15

Dakriosistitis akut biasanya berespons terhadap antibiotika sistemik yang


memadai, dan bentuk kronis sering dapat dipertahankan dengan tetesan antibiotika.
Kompres dengan menggunakan desinfektan juga berpengaruh positif terhadap
gangguan klinis. Meskipun begitu, menghilangkan obstruksi adalah penyembuhan
satu-satunya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Structure and Function of the External Eye and
Cornea. In: Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Development, Anatomy and
Physiologi of the Lacrimal Secretory and Drainage System. Singapore:
American Academy of Ophthalmology; 2007. p.259-264
2. Vaughan Daniel. Oftalmologi umum (General Ophthalmology). Widya Medika.
Jakarta. 2000
3. James Bruce. Oftalmologi. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2006
4. Ilyas Sidarta,Prof. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa
kedokteran, edisi ke-2. Sagung Seto. Jakarta.2002
5. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.2005
6. Lang Gerhard. Ophtalmology, A Pocket Textbook atlas, second edition. Stuttgart,
New York.2006
7. Pitts R Crick, Tee P Khaw. A Textbook of Clicical Ophthalmology, 3 rd edition.
World Scientifis Publishing. Singapore;2003.p.27-29
8. Gilliland

Grand.

Dacryocystitis.

Available

from: URL:

HYPERLINK http://www.emedicine.com
16

9. StLukesEye. Dacrycystitis. St.Lukes Cataract & Laser Institute. Available From:


www.StLukesEye.com
10. Sastrosatomo Hadisudjono. Penanganan gangguan system ekskresi lakrimal.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1993
11. Robert Altha. Dacryocystitis. Available from: www.HealthAtoz.com

DAFTAR PUSTAKA

AAO. 2007. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System. Singapore:American Academy of


Ophtalmology.

Anonim. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF. Ilmu Penyakit Mata Ed.III.
Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo.

Bahar, Ardiansyah. 2009. Dakriosistitis. [serial online]. http://arbaafivone.blogspot.com/2009/03/dakrisistitis.html. [17 November 2010].

Barathi, Ramakrishnan, Maneksha, Shivakumar, Nithya dan Mittal. 2007. Comparative


Bacteriology of Acute and Chronic Dacryocystitis. [serial online]. http://www.eye.com/. [7
November 2010].

Ellis, Harold. 2006. Clinical Anatomy, A Revision and Applied Anatomy for Clinical
Students Eleventh Edition. Massachusetts, USA : Blackwell Publishing, Inc .

17

Gilliland, G.D. 2009. Dacryocystitis. [serial online]. http://www.emedicine.com/. [7


November 2010].

Ilyas, Sidharta. 2006. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi Kedua.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Ilyas, Sidharta. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Kaneshiro, N.K. 2010. Blocked Tear Duct. [serial online].


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001016.htm. [24 November 2010]

10

Kassir, Kari. 2007. Dacryocystitis. [serial online].


http://www.doctorofusc.com/condition/document/237309.htm. [24 November 2010]

11

Leitman, M.W. 2007. Manual for Eye Examination and Diagnosis Seventh Edition.
Massachusetts, USA : Blackwell Publishing, Inc .

12

Mamoun, Tarek. 2009. Chronic Dacryocystitis. [serial online]. http://


eyescure.com/Default.aspx?ID=84. [20 November 2010]

13

Mamoun, Tarek. 2009. Congenital Dacryocystitis. [serial online].


http://eyescure.com/Default.aspx?ID=83. [20 November 2010].

18

14

Mamoun, Tarek. 2009. Acute Dacryocystitis. [serial online].


http://eyescure.com/Default.aspx?ID=85. [20 November 2010].

15

O'Brien, Terrence P. 2009. Dacryocystitis. [serial online].


http://www.mdguidelines.com/dacryocystitis.htm. [13 November 2010]

16

Sanders, Laura. ____. Cosmetic Facial and Eye Plastic Surgery Evaluation. [serial
online]. http://drlaurasanders.com/topics/102-Evaluation/. [11 November 2010]

17

Sowka, J.W., Gurwood, A.S., dan Kabat, A.G. 2010. Review of Optometry, The Handbook
of Occular Disease Management Twelfth Edition. [serial online].
http://www.revoptom.com/. [9 November 2010]

18

Yohai, Robert. ____. Cosmetic and Reconstructive of The Eyelids, Orbits, and Tear Ducts.
[serial online]. http://www.dryohai.com/102-Evaluation.htm. [10 November 2010]

19

Yuliani, Putri. 2009. Pendekatan Sederhana dan Evolusional Untuk Merekanalisasi


Obstruksi Duktus Nasolakrimalis. [serial online].
http://www.scribd.com/doc/37289785/Journal-Reading-Rekanalisasi-Obstruksi-SistemLakrimalis#. [15 November 2010]

20

Zulvikar. 2009. Dakriosistitis. [serial online]. http://zulvikar.web.id/dakriosistitis/. [2


November 2010]

19

20

Anda mungkin juga menyukai