Perdarahan Sub Arachnoid
Perdarahan Sub Arachnoid
PENDAHULUAN
Perdarahan Sub Arachnoid (PSA) adalah suatu ekstravasai darah ke ruang subarachnoid dan
selaput arachnoid. PSA primer terjadi bila sumber perdarahan (aneurisma) terletak pada
rongga subarakhnoid dan PSA sekunder adalah bila perdarahan terjadi pada substansi otak
dengan kemungkinan hematoma bocor kedalam CSS melalui robekan ventrikel atau melalui
permukaan otak.
Secara garis besar perdarahan intracranial digambarkan sebagai berikut :
1. Aneurisma terletak pada rongga subarakhnoid dan berdarah ke CSS atau jaringan otak
sekitarnya.
2. Angioma serebral (AVM)
3. Perdarahan primer (hipertensif).
2 dan 3 masing-masing berdarah didalam jaringan otak. Bekuan darah mungkin pecah ke
CSS ventrikel atau ke permukaan otak.
PSA adalah kejadian mendadak. Adanya darah pada ruang subarakhnoid menimbulkan gejala
dan tanda meningisme hingga pasien tampil dengan gambaran meningitis onset akut.
Gejalanya adalah nyeri kepala, nyeri leher dan punggung, muntah, fotopobia dan iritabilitas.
Sedang tanda-tandanya adalah kaku kuduk, tanda Kernig positif dan pasien terbaring diam
serta menghindari gerakan dan gangguan sekitar.
EPIDEMIOLOGI
Di amerika serikat frekuensinya dicatat sebanyak 6-16 kasus dari 100.000 orang. Insiden ini
frekuensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan puncaknya pada usia 50
tahun. Kira-kira 80% kasus PSA terjadi pada orang tua ( 40-65 tahun ), 15% terjadi pada usia
20-40 tahun dan hanya 5% terjadi pada orang berusia < 20 tahun. Kejadian PSA pada anakanak < 10 tahun sangat jarang, hanya sekitar 0,5% dari semua kasus PSA.
Kejadian PSA pada wanita lebih sering jika dibandingkan dengan laki-laki, yaitu sekitar 3 : 2
dan meningkat pada wanita hamil trimester ketiga. Rupture aneurisma merupakan penyebab
utama kematian pada ibu hamil, dengan frekuensi 8-20% kematian ibu selama kehamilan
ETIOLOGI
PSA non traumatic umumnya disebabkan oleh ekstravasai darah dari pembuluh darah ke
permukaan otak. Pada umumnya disebabkan oleh cerebral aneurisma atau arteriovenous
malformation (AVM) yang bocor.
Penyebab cerebral aneurisma tidak diketahui secara pasti tapi diduga berhubungan dengan
kongenital atau acquired.
Kelainan congenital pada otot atau jaringan elastik dari arteri media menunjukkan micro
aneurisma ( <> 5mm ) pada sekitar 5% penderita.
Faktor acquired yang diduga dapat menyebabkan aneurisma adalah :
Atherosclerosis.
Hipertensi.
Stress Hemodinamik
Beberapa hal yang diduga merupakan penyebab Perdarahan Sub Arachnoid adalah :
Fusiform dan mycotic aneurisma
Fibrinomuscular dysplasia.
Blood discrasias.
Infeksi dan neoplasma.
Trauma kepala.
Amyloid angiopathy.
Vasculitis.
Idiopathic PSA
Faktor Resiko
Walaupun faktor resiko PSA telah di evaluasi secara ekstensif, tetapi hanya sedikit bukti yang
dapat ditemukan. Merokok merupakan faktor resiko yang utama, seperti halnya peminum
alkohol yang berat. Data mengenai hubungan antara hipertensi dengan PSA masih
diperdebatkan.
Beberapa hal berikut adalah faktor resiko yang penting untuk PSA :
Pemakai kontrasepsi oral
Pasien yang dalam perawatan / terapi hormone
Hiperkolesterolemia
Aktivitas yang berat
PATOFISIOLOGI
Aneurisma biasanya terjadi pada arteri cerebral dari circle of willis. Pada awalnya aneurisma
ditandai dengan penonjolan kantung kecil melalui cacat yang ada di dalam arteri. Cacat ini
akan semakin meluas akibat tekanan hidrostatik dari pulsasi dan turbulensi aliran darah.
Semakin lama aneurisma ini akan mempunyai suatu jaringan tipis. Kemungkinan pecahnya
aneurisma berhubungan dengan tegangan pada dinding aneurisma. Tegangan ditentukan oleh
radius dari aneurisma dan gradien tekanan pada dinding aneurisma. Misalnya : aneurisma
dengan garis tengah < 5mm mempunyai resiko 20% untuk pecah sedangkan 6-8 mm
mempunyai resiko 40% untuk pecah. Pada aneurisme yang pecah darah akan mengalami
ekstravasasi ke ruang sub arachnoid dan dengan cepat menyebar sampai ke Cerebrospinal
Fluid ( CSF ) dan spinal cord. Darah yang dilepaskan dengan tekanan yang tinggi ini secara
langsung akan menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitar. Ekstravasasi menyebabkan
peningkatan tekanan intracranial ( ICP ) secara global dan menyebabkan meningeal iritation.
Arteria intrakranial berbeda dengan dibagian lain tubuh dimana ia tidak memiliki lamina
elastika internal. Juga selubung otot tidak sempurna pada daerah dimana percabangan penting
terbentuk. Ini keadaan yang normal yang mempertinggi dugaan bahwa aneurisma akan timbul
didaerah kelemahan kongenital pada dinding arteria.
Lokasi terpenting adalah:
Sekitar arteria komunikating anterior.
Arteria karotid internal pada hubungannya dengan arteria komunikating posterior atau pada
ujungnya.
Cabang-cabang utama arteria serebral media.
Sirkulasi posterior pada akhir dari arteria basiler atau pada asal arteria serebral posterior
inferior dari arteria vertebral.
Hipertensi sistemik dan ateroma merupakan katalis untuk terjadinya aneurisma yang bisa
sakuler dan dapat pula multilokuler. Diameter kurang dari 4 mm jarang ruptur, namun bila ia
tumbuh membesar akan berakibat kerusakan endotelial baik karena arus turbulen didalamnya
ataupun akibat trombus mural, merupakan predisposisi untuk ruptur.
Penyebab yang jarang dari aneurisma serebral adalah:
Endokarditis bakterial subakut ( aneurisma mikotik ).
Cedera penetrating otak.
30% pasien dengan perdarahan akibat aneurisma, pada pemeriksaan menunjukkan aneurisma
multipel.
GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda PSA sering salah diagnosa dengan sakit kepala klasik akibat trauma.
Riwayat dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang utama untuk dapat menegakkan diagnosa
PSA.
1. Sakit kepala
Sakit kapala merupakan suatu tanda awal dari terjadinya ruptur aneurisma. Selain sakit
kepala ada juga mual, muntah, photophobia, rasa tidak enak badan dan sakit di leher. Gejalagejala ini seringkali diabaikan oleh dokter.
2. Mass efect
Pada umumnya berdasarkan lokasi dari aneurisma
Arteri carotid interna : bersifat focal, retro orbita headaches dan kelumpuhan saraf
oculomotor.
Midle cerebral arteri : kelumpuhan kontralateral dari tangan dan wajah, aphasia, gangguan
penglihatan kontralateral.
Arteri communicating anterior : bilateral parese pada kaki dan babinski sign (+) pada kedua
kaki.
Apex arteri basillar ; vertical gaze, paresis dan coma.
Arteri vertebral intracranial/arteri cerebral posterior inferior : vertigo
3. Emboli
Transient Ischemic Attack dapat terjadi karena emboli dan trombus intra aneurisma. Gejala
dan tanda pecahnya aneurisma ke dalam rongga sub arachnoid dalai sebagai berikut :
Sakit kepala yang amat sangat dan timbul secara mendadak, bisa juga sampai menimbulkan
amnesia.
Mual/muntah.
Gejala-gejala meningeal iritation mis : nuchal rigidity, sakit punggung ( back pain ) dan
sakit pada kedua tungkai.
Gangguan penglihatan dan photophobia.
Kehilangan kesadaran ( pada 45% kasus ).
Penurunan kesadaran ( pada 10% kasus ).
4. Pada pemeriksaan fisik bisa juga normal, tapi kadang-kadang dijumpai beberapa hal
berikut ini, antara lain :
Penurunan neurologis focal mis : hemipharesis, aphasia, hemineglect, cranial nerve palsy
dan amnesia ( pada 25% kasus ).
Defisit neurologis.
Perdarahan retina dan papil oedema.
Peningkatan tekanan darah ( pada 50% kasus ).
Suhu meningkat, biasanya pada hari ke 4.
Tachicardia, biasanya terjadi beberapa hari setelah PSA.
darah yang ekstrem, gangguan kesadaran serta kelainan neurologis fokal ( seperti hemiparesis
) lebih sering memiliki perdarahan intraserebral primer.
Hanya pemeriksaan neuroradiologi seperti angiografi akan memastikan penyebab perdarahan
dan karenanya semua pasien dibawah usia 65 tahun dengan keadaan klinis memungkinkan,
harus dibawa ke unit radiologi.
PENGELOLAAN
Pengelolaan memerlukan integrasi diagnosis klinis dan pengelolaan di UGD, penilaian
pencitraan neurologis segera, pertimbangan jenis operasi dan anestesi khusus dan perawatan
intensif.
Kunci penting dari langkah pertama di UGD adalah memikirkan kemudian memastikan
diagnosis dari PSA sambil mempertahankan tanda-tanda vital. Tanda khas PSA adalah nyeri
kepala dengan karakteristik yang mendadak, tidak biasa dialami sebelumnya dan sering
unilateral dan disertai nyeri atau kaku kuduk. Kemungkinan lain, pasien datang dengan
obtundasi atau koma, dengan atau tanpa defisit neurologis. Pada kasus-kasus demikian, PSA
harus disangka dan CT-scan adalah tindakan penting berikutnya.
Pengelolaan di UGD juga memperbaiki keadaan umum serta tanda-tanda vital, airway,
breathing dan circulation. Pasien koma diintubasi dengan hiperventilasi ringan untuk
memastikan perlindungan jalan nafas dan oksigenisasi adekuat selama tindakan diagnostik
dan terapeutik awal dan juga untuk mengurangi efek peninggian TIK.
Usaha-usaha untuk menurunkan TIK adalah :
Osmotik agents ( mis : manitol ) dapat menurunkan TIK secara drastis (40-50% setelah 30
menit pemberian )
Loop diuresis ( mis : furosemid )
Steroid intravenous ( tapi penggunaannya masih diperdebatkan )
Hanya pasien yang memperlihatkan tanda penekanan batang otak (abnormalitas pupiler) yang
diberikan mannitol. Kateter ventrikuler dipasang pada pasien koma dalam usaha memantau
TIK dan mengalirkan CSS bila perlu.
Tekanan darah harus dikontrol dalam usaha meminimalkan risiko akan perdarahan ulang dini.
Lebih disukai obat intravena yang reversibel dengan cepat seperti nitro-prusida sodium.
Tujuannya adalah mencegah hipertensi sistolik yang berat dan untuk menstabilkan tekanan
darah sistolik dibawah 150 mmHg. b-blockers intravenous dengan waktu paruh yang singkat
dapat dititrasi dengan mudah dan tidak meningkatkan TIK. Penggunaan nitrat ( nitrogliserin )
dihindari karena dapat meningkatkan TIK, demikian juga dengan hydralazin dan Calcium
Channel Blocker dapat meningkatkan TIK meskipun onsetnya sedikit lebih lambat juka
dibandingkan dengan nitrat. Hipotensi dicegah agar tidak mengurangi aliran darah serebral
(CBF) ketingkat yang berbahaya. Karena adanya risiko hipertensi yang diinduksi oleh
bangkitan, semua pasien diberikan anti-konvulsan..
Setelah pasien distabilkan di UGD dan diagnosis PSA sudah ditegakkan, angiogram serebral
segera dilakukan pada kebanyakan kasus tanpa menunggu-nunggu lagi. Angiografi karotid
dan vertebral dilakukan untuk mengetahui lokasi perdarahan dan untuk menilai adanya
aneurisma berganda. Penting untuk memantau pasien secara ketat selama angiografi, dengan
perhatian khusus terhadap tekanan darah, TIK (bila ventrikulostomi terpasang) dan keadaan
neurologis.
Setelah menyelesaikan angiogram, operasi dilakukan dalam 24 jam. Pada pasien PSA dengan
grade mild-moderate ( Hunt & Hess/WFNS grade 1-3 ) tindakan pembedahan dianjurkan,
karena resiko dan komplikasi dari PSA lebih berbahaya jika dibandingkan dengan resiko
pembedahan itu sendiri.
PUNGSI LUMBAR
Pungsi lumbar dilakukan bila diduga suatu PSA. CSS akan berwarna darah segera setelah
perdarahan namun kemudian sel darah merah menghilang dan warna cairan menjadi
xantokhromik ( kuning ) karena penghancuran pigmen hemoglobin. Pungsi lumbar hanya
dilakukan bila hasil CT scan negatif.
Pungsi lumbar dikontraindikasikan bila diduga adanya hematom yang ukurannya cukup
untuk meninggikan tekanan intrakranial dimana pengurangan CSS mendadak akan
mempresipitasi terjadinya coning.
PEMERIKSAAN NEURORADIOLOGIS UNTUK PSA
Tomografi terkomputer (CT Scan)
Hematoma intraserebral tampak sangat jelas dan pada 90% kasus etiologinya dapat
diperkirakan secara tepat berdasarkan lokasi anatomisnya. Adanya koleksi darah pada
sisterna subarakhnoid, didasar otak bisa dideteksi pada hari-hari pertama setelah perdarahan.
CT scan juga memperlihatkan faktor-faktor komplikasi lain seperti hidrosefalus dan pada
kasus yang jarang terjadi, perdarahan yang berasal dari tumor yang tak diduga sebelumnya.
Malformasi arterio-venosa mungkin juga mengandung bercak-bercak kalsium yang dapat
disaksikan pada CT scan dan memperlihatkan penguatan setelah penyuntikan zat kontras.
PSA dengan Ruptur Aneurisma Intracranial
Angiografi
Kelainan anatomi yang pasti yang bertanggungjawab atas perdarahan hanya dapat diketahui
dengan angiografi. Riwayat klinis dan tanda-tanda neurologis serta hasil CT scan menentukan
pembuluh serebral didaerah mana terjadinya perdarahan, yang mana merupakan daerah yang
pertama-tama diselidiki. Angiografi setelah suatu PSA mempunyai sedikit risiko tertentu,
tergantung keadaan pasien saat pemeriksaan.
Gambaran Rupture Aneurisma pada Angiografi
Diagnosis klinis dan radiologis kemudian dapat dibuat sebagai salah satu dari berikut:
Ruptur aneurisma serebral
PSA tanpa kelainan vaskuler yang dapat dideteksi
Perdarahan dari malformasi arterio-venous
Perdarahan intraserebral primer (hipertensif).
KOMPILIKASI NEUROLOGIS PERDARAHAN SUBARACHNOID
Komplikasi neurologis setelah PSA aneurismal adalah berdasar frekuensi dan arti penting
relatifnya:
Vaso-spasme.
Perdarahan ulang.
Hidrosefalus.
Peninggian TIK dan bangkitan.
Vasospasme adalah sebab terpenting dari outcome yang buruk pada pasien yang datang dalam
keadaan baik.
PROGNOSIS
Menurut Hunt & Hess, angka keberhasilan adalah :
70 % pada grade I
60 % pada grade II
50 % pada grade III
20 % pada grade IV
10 % pada grade V
Kebanyakan yang bertahan hidup akan mengalami defisit neurologi permanen. Morbiditas
dan mortalitas ditentukan oleh umur dan komplikasi