penurunan
kesadaran
pada
pasien
Hall.2006.Buku
Ajar
Fisiologi
Nyeri kepala
(n II) Papiladema ? pupil ?
Muntah
Trias clasic peningkatan tekanan intrakranial
Lusid interval
Ada ketrkaitan gak dengan gangguan kesadaran
PENYEBAB
Penyebab epistaksis:
1. Infeksi
- Sinusitis
2. Selaput lendir yang
cedera
- Trauma, misalnya
adanya benda asing
iritasi
oleh
- Patah tulang hidung
lokal
Vestibulitis
kering pada hidung yang mengalami
mengorek hidung, terjatuh, terpukul,
di hidung, trauma pembedahan atau
gas
yang
merangsang
3. Penyakit
Penyempitan
- Tekanan darah tinggi
4. Infeksi
Demam
- Demam tifoid
kardiovaskuler
arteri
(arteriosklerosis)
sistemik
berdarah
Influenza
Morbili
5. Kelainan
darah
Anemia
aplastik
Leukemia
Trombositopenia
Hemofilia)
- Telangiektasi hemoragik herediter
6. Tumor pada hidung, sinus atau nasofaring, baik jinak maupun
ganas
7. Gangguan endokrin, seperti pada kehamilan, menars dan
menopause
10
11
PENGOBATAN
Epistaksis anterior
Epistaksis
posterior
Pada epistaksis posterior, sebagian besar darah masuk ke
dalam mulut sehingga pemasangan tampon anterior tidak
dapat
menghentikan
perdarahan.
Perdarahan posterior lebih sukar diatasi karena perdarahan
12
13
14
Tanda-tanda klinis
dapat membantu mendiagnosa adalah:
yang
Tanda-tanda atau
klinis untuk yang trauma kepala ringan;
gejala
b.
c.
d.
e.
f.
Tanda-tanda atau
klinis untuk yang trauma kepala berat;
gejala
17
Trauma Murni
Trauma Murni adalah apabila korban didiagnosa
dengan satu kecederaan pada salah satu regio atau
bagian anatomis yang mayor (Barell, Heruti, Abargel dan
Ziv, 1999).
18
Trauma Multipel
Trauma multipel atau politrauma adalah apabila
terdapat 2 atau lebih kecederaan secara fisikal pada
regio atau organ tertentu, dimana salah satunya bisa
menyebabkan kematian dan memberi impak pada fisikal,
kognitif, psikologik atau kelainan psikososial dan
disabilitas fungsional. Trauma kepala paling banyak
dicatat pada pasien politrauma dengan kombinasi dari
19
kondisi
yang
cacat
seperti
amputasi,
kelainan
pendengaran dan penglihatan, post-traumatic stress
syndrome dan kondisi kelainan jiwa yang lain (Veterans
Health Administration Transmittal Sheet).
1. Trauma servikal, batang otak dan tulang belakang
Trauma yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
tempat yang tinggi serta pada aktivitas olahraga yang
berbahaya boleh menyebabkan cedera pada beberapa
bagian ini. Antara kemungkinan kecederaan yang bisa
timbul adalah seperti berikut:
Kerusakan pada tulang servikal C1-C7; cedera pada
C3 bisa menyebabkan pasien apnu. Cedera dari C4C6 bisa menyebabkan pasien kuadriplegi, paralisis
hipotonus tungkai atas dan bawah serta syok batang
otak.
Fraktur Hangman terjadi apabila terdapat fraktur
hiperekstensi yang bilateral pada tapak tulang
servikal C2.
Tulang belakang torak dan lumbar bisa diakibatkan
oleh cedera kompresi dan cedera dislokasi.
Spondilosis servikal juga dapat terjadi.
Cedera ekstensi yaitu cedera Whiplash terjadi
apabila berlaku ekstensi pada tulang servikal.
2. Trauma toraks
Trauma toraks bisa terbagi kepada dua yaitu cedera
dinding toraks dan cedera paru.
a) Cedera dinding torak seperti berikut:
Patah tulang rusuk.
Cedera pada sternum atau steering wheel.
Flail chest.
Open sucking pneumothorax.
b) Cedera pada paru adalah seperti berikut:
Pneumotoraks.
hematorak.
Subcutaneous(SQ) dan mediastinal emphysema.
Kontusio pulmonal.
Hematom pulmonal.
Emboli paru.
3. Trauma abdominal
20
penderita
mengalami
penyembuhan
total
dalam
merupakan
memar
pada
otak,
yang
biasanya
tulang
tengkorak.
Perdarahan Intrakranial
-
22
cedera
kepala
berat
atau
beberapa
saat
neurologis
pembedahan.
biasanya
Petunjuk
dikeluarkan
dilakukannya
melalui
pengaliran
Afasia
-
Afasia
adalah
hilangnya
kemampuan
untuk
23
Agnosia
-
dengan
baik
atau
benda-benda
umum
Amnesia
adalah
hilangnya
sebagian
atau
seluruh
X-ray Tengkorak
Peralatan diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi fraktur
dari dasar tengkoraK atau rongga tengkorak. CT scan lebih
dipilih bila dicurigai terjadi fraktur karena CT scan bisa
mengidentifikasi fraktur dan adanya kontusio atau perdarahan.
X-Ray tengkorak dapat digunakan bila CT scan tidak ada
( State of Colorado Department of Labor and Employment,
2006).
b. CT-Scan
Penemuan awal computed tomography scanner ( CT Scan )
penting dalam memperkirakan prognosa cedera kepala berat
(Alberico dkk, 1987 dalam Sastrodiningrat,, 2007). Suatu CT
24
scan yang normal pada waktu masuk dirawat pada penderitapenderita cedera kepala berat berhubungan dengan mortalitas
yang lebih rendah dan penyembuhan fungsional yang lebih
baik bila dibandingkan dengan penderita-penderita yang
mempunyai CT scan abnormal.
Hal di atas tidaklah berarti bahwa semua penderita dengan CT
scan yang relatif normal akan menjadi lebih baik, selanjutnya
mungkin terjadi peningkata TIK dan dapat berkembang lesi
baru pada 40% dari penderita (Roberson dkk, 1997 dalam
Sastrodiningrat, 2007). Di samping itu pemeriksaan CT scan
tidak sensitif untuk lesi di batang otak karena kecilnya struktur
area yang cedera dan dekatnya struktur tersebut dengan
tulang di sekitarnya. Lesi seperti ini sering berhubungan
dengan outcome yang buruk (Sastrodiningrat, 2007 ).
Breathing (pernafasan)
Pastikan pernafasan adekuat. Perhatikan frekuensi, pola
nafas dan pernafasan dada atau perut dan kesetaraan
pengembangan dada kanandan kiri (simetris). Bila ada
gangguan pernafasan, cari penyebab apakah terdapat
gangguan pada sentral (otak dan batang otak) atau
perifer (otot pernafasan atau paru2). Bila perlu berikan
oksigen sesuai dengan kebutuhan dng target saturasi O 2
>92%.
Circulation (sirkulasi)
Pertahankan BP sistolik >90mmHg. Berikan cairan IV
NaCl 0,9% atau Ringer. Hindari cairan hipotonis. Bila
perlu berikan obat vasopresor dan atau inotropik.
Manajemen Terapi
- Siapkan untuk operasi pada pasien yang mempunyai
indikasi
- Siapkan untuk masuk ruang rawat
- Penanganan luka2
- Pemberian terapi obat2an sesuai kebutuhan
(Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma
Spinal, PERDOSSI)
A. Kritikal GCS 3-4
Perawatan di Unit Intensif Neurologi (Neurological ICU / ICU)
B. Trauma Kapitis Sedang Berat (GCS 5 - 12)
1. Lanjutkan penanganan ABC
2. Pantau tanda vital (suhu, RR, BP), pupil, GCS, gerakan
ekstremitas sampai pasien sadar.
3. Cegah
kemungkinan
terjadinya
tekanan
tinggi
intracranial
4. Atasi komplikasi
5. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
6. Roboransia, neuroprotektan, nootropik sesuai indikasi.
C. Trauma Kapitis Ringan (Komosio Serebri)
1. Dirawat 2x24jam
2. Tidur dng posisi kepala ditinggikan 30 derajat
3. Obat2 simptomatis spt analgetik, anti emetik, dll sesuai
indikasi
(Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma
Spinal, PERDOSSI)
ABCD
Penanganan pingsan : resusitasi cairan, dexametason
Edem otak : diberi cairan hipertonik(manitol)
Operasi : jika ada epidural hematom, intraserebral
hematom, fraktur terbuka,fraktur dengan laserasi.
Komplikasi :
o
o
o
o
i. kebocoran
cairan
cerebrospinal
dapat
disebabkan
oleh
karotis
kavernasus
ditandai
oleh
trias
gejala:
27
iii. Diabetes
insipidus
dapat
disebabkan
oleh
kerusakan
28
29
30
32
Trauma Murni
Trauma Murni adalah apabila korban didiagnosa
dengan satu kecederaan pada salah satu regio atau
bagian anatomis yang mayor (Barell, Heruti, Abargel dan
Ziv, 1999).
33
Trauma Multipel
Trauma multipel atau politrauma adalah apabila
terdapat 2 atau lebih kecederaan secara fisikal pada
regio atau organ tertentu, dimana salah satunya bisa
menyebabkan kematian dan memberi impak pada fisikal,
kognitif, psikologik atau kelainan psikososial dan
disabilitas fungsional. Trauma kepala paling banyak
dicatat pada pasien politrauma dengan kombinasi dari
34
kondisi
yang
cacat
seperti
amputasi,
kelainan
pendengaran dan penglihatan, post-traumatic stress
syndrome dan kondisi kelainan jiwa yang lain (Veterans
Health Administration Transmittal Sheet).
1. Trauma servikal, batang otak dan tulang belakang
Trauma yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
tempat yang tinggi serta pada aktivitas olahraga yang
berbahaya boleh menyebabkan cedera pada beberapa
bagian ini. Antara kemungkinan kecederaan yang bisa
timbul adalah seperti berikut:
Kerusakan pada tulang servikal C1-C7; cedera pada
C3 bisa menyebabkan pasien apnu. Cedera dari C4C6 bisa menyebabkan pasien kuadriplegi, paralisis
hipotonus tungkai atas dan bawah serta syok batang
otak.
Fraktur Hangman terjadi apabila terdapat fraktur
hiperekstensi yang bilateral pada tapak tulang
servikal C2.
Tulang belakang torak dan lumbar bisa diakibatkan
oleh cedera kompresi dan cedera dislokasi.
Spondilosis servikal juga dapat terjadi.
Cedera ekstensi yaitu cedera Whiplash terjadi
apabila berlaku ekstensi pada tulang servikal.
2. Trauma toraks
Trauma toraks bisa terbagi kepada dua yaitu cedera
dinding toraks dan cedera paru.
a) Cedera dinding torak seperti berikut:
Patah tulang rusuk.
Cedera pada sternum atau steering wheel.
Flail chest.
Open sucking pneumothorax.
b) Cedera pada paru adalah seperti berikut:
Pneumotoraks.
hematorak.
Subcutaneous(SQ) dan mediastinal emphysema.
Kontusio pulmonal.
Hematom pulmonal.
Emboli paru.
3. Trauma abdominal
35
36
Tanda-tanda klinis
dapat membantu mendiagnosa adalah:
38
yang
Tanda-tanda atau
klinis untuk yang trauma kepala ringan;
gejala
39
Tanda-tanda atau
klinis untuk yang trauma kepala berat;
gejala
41
42