Nama
Jenis kelamin
Usia
Tempat Tanggal lahir
Alamat
Rekam medis
Tanggal & Jam MRS
Lama rawat
: An. RS
: Laki-laki
: 2 tahun 2 bulan
: Jakarta, 26 Mei 2013
: Koja, Jakarta Utara
: 21 14 39
: 5-9-2015, pukul 18.00
: 3 hari
: Tn. I
Pendidikan
: SMK
Usia ayah
: 37 tahun
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Nama ibu
: Ny. S
Usia ibu
: 30 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: IRT
Riwayat Pengobatan
Sempat minum obat penurun panas, namun panas tidak berkurang
Riwayat Alergi
Alergi cuaca, debu, makanan disangkal
Riwayat Psikososial
Ayah pasien berusia 37 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMK, bekerja
sebagai pegawai swasta dengan penghasilan Rp. 1.500.000,- per bulan, ayah
pasien perokok dan terkadang menggendong pasien setelah merokok. Ibu pasien
berusia 30 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai Ibu
Rumah tangga. Pasien tinggal di Koja bersama kedua orangtua dan kakanya di
sebuah rumah permanen berdinding bata dan lantai semen dengan fasilitas listrik
dari PLN dan air sumur. Rumah pasien berdempetan dengan rumah lainnya. Biaya
perawatan pasien ditanggung oleh fasilitas BPJS PBI.
Pasien makan 3x sehari, jarang jajan sembarangan pasien lebih senang makan di
rumah, konsumsi kopi dan teh jarang, pasien tidak suka minum susu, pasien
sering terbangun saat malam hari.
Kesan: pasien berasal dari kelas sosial ekonomi menengah ke bawah.
Riwayat kehamilan dan persalinan
Pasien merupakan anak kedua. Selama kehamilan ibu sehat, kontrol teratur di
bidan dandokter kandungan. Tidak ada riwayat konsumsi obat-obatan, jamu, atau
merokok selama kehamilan. Pasien lahir dengan seksio sesarea karena terdapat
lilitan tali pusat di RS Kartika, cukup bulan, ditolong dokter, langsung menangis,
dengan berat lahir 3.400 gram, panjang badan 48 cm dan lingkar kepala tidak
diukur. Pasien saat lahir tidak terlihat sesak, tidak terdapat biru maupun kuning.
Kesan: riwayat persalinan dalam batas normal
Riwayat imunisasi
Vaksin
I
II
III
IV
V
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
Imunisasi dasar dan imunisasi booster tidak lengkap. Imunisasi tambahan seperti
Hib, PCV, rotavirus, influenza, MMR, thypoid, hepatitis A, dan varisela belum
diberikan.
Kesan: Imunisasi dasar dan booster tidak lengkap, tidak diberikan imunisasi
tambahan.
Riwayat nutrisi
Pasien tidak mendapat ASI eksklusif karena ASI ibu pasien sedikit. Pasien sudah
diberikan susu formula sejak lahir. Makanan pendamping ASI (MPASI) mulai
diberikan sejak usia 10 bulan berupa bubur saring 2x sehari. Sejak usia 1 tahun
pasien sudah diberikan makanan keluarga, nasi 3-5 sendok makan, sayur beserta
lauk pauk 3x sehari.
Kesan: asupan makanan kurang, baik kuantitas maupun kualitas.
Riwayat perkembangan
Ranah
Personal
Kegiatan
Membantu di rumah
Penilaian
Interpretasi
Sosial
Membuka pakaian
Menyuapi boneka
Memakai baju
F
P
N
N
tangan
Motorik
halus
ditunjukkan
F
P
N
N
6 kata
Menunjuk 2 gambar
Kombinasi kata
Menyebut 1 gambar
Bagian badan
Menunjuk 4 gambar
Menyebut 4 gambar
Motorik
Mengetahui 2 kegiatan
Berjalan mundur
F
P
N
N
kasar
Lari
Melompat
Bahasa
Loncat jauh
F
N
Kesan: Secara garis besar dapat disimpulkan perkembangan normal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran
: Komposmestis
Tanda vital
Tekanan darah : Tidak dilakukan
Nadi
: 108x/m, regular, reguler kuat angkat isi cukup
RR
: 28x/m, regular, kedalaman cukup
Suhu
: 40,2oC (aksilla)
Status gizi & antropometri
Lingkar kepala
: 48 cm
Berat Badan
: 12 kg
Tinggi Badan
: 92 cm
LLA
: 12 cm
BB/U
TB/U
BB/TB
Kesan klinis
: Normal
Deskripsi
Sianosis tidak ada, warna kulit sawo matang.
Bentuk Normocephal, warna rambut hitam, distribusi rambut merata
dan lurus, rambut tidak mudah rontok, ubun-ubun besar sudah
Telinga
Hidung
Wajah
menutup.
Normotia, pendengaran baik, tidak terdapat sekret.
Tidak terdapat sekret, septum deviasi, dan nafas cuping hidung (-)
Tidak tampak paresis nervus kranialis, tidak terdapat nyeri ketok
Leher
sinus.
Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar
Tenggorokan
Mata
Mulut
Mukosa bibir dan lidah lembab, tidak terdapat sianosis, tidak terdapat
Jantung
Paru
Abdomen
Genitalia eksterna
Ekstremitas
Perkusi
Auskultasi
(-/-)
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 1. Pemeriksaan darah rutin (14 Agustus 2015)
Pemeriksaan
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin (g/dl)
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Hasil
Satuan
Rujukan
10,3
25.100
30,4
548.000
g/dl
/ul
%
/ul
L = 13,8 - 17,0
L = 4800 - 10800
L = 42 - 50
L = 185.000 402.000
DIAGNOSIS KERJA
1. Kejang Demam Sederhana
2. Observasi febris et causa bacterial infection
3. Anemia
DIAGNOSIS BANDING
1. Epilepsi
2. Meningoensepalitis
RESUME
Anak laki-laki usia 2 tahun 2 bulan datang dengan keluhan kejang sejak 1 jam
sebelum masuk rumah sakit, kejang terjadi seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien
kaku, mata mendelik ke atas. Kejang berlangsung 1 kali selama 5 menit. Setelah
kejang berhenti, pasien menangis. Demam sejak 1 hari yang lalu, demam
dirasakan terus menerus, semakin lama semakin tinggi, pasien sempat diberikan
obat penurun panas namun demam tidak berkurang. Hari ini pasien sudah muntah
4 kali yang berisi makanan bercampur cairan kekuningan. Batuk pilek disangkal,
sesak disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pemeriksaan fisik: Nadi: 108x/m, regular, reguler kuat angkat isi cukup, RR:
28x/m, regular, kedalaman cukup, Suhu: 40,2oC (aksilla), BB= 10 kg, TB= 92 cm
BB/TB: 92,3% (Normal). Konjungtiva pucat (+).
Pemeriksaan laboratorium: Hemoglobin 10,4 g/dl, Leukosit 25.100/ul, Hematokrit
30,4%, trombosist 548.000/ul.
MEDIKAMENTOSA
Oral
-
Antipiretik:
Paracetamol sirup 120 mg/5 ml, dosis 10-15 mg/kgBB/hari
10-15 x 10 kg = 100-150 mg setara dengan 1-1,25 cth setiap pemberian.
Diberikan 3-4 kali sehari
Anti kejang
Diazepam oral 5 mg, dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam
0,3x10 = 3 mg setara dengan - 1 tablet setiap pemberian. Diberikan 3
kali sehari
Mukolitik
Ambroxol HCl sirup 15 mg/5 ml, dosis anak 2-5 tahun 3x2,5 ml atau
3x1/2 cth.
Injeksi
Antibiotik
Cefotaxim vial 500 mg, dosis 50-100 mg/kgBB/hari
50-100 x 10 kg = 500-1000 mg/hari, dibagi dalam 2-4 dosis sehingga
setiap pemberian 500 mg diberikan 2 kali sehari
Anti emetik
Ondansentron ampul 4 mg/2 ml, dosis 0,1 mg/kgBB/kali
0,1 x 10 = 1 mg. Diberikan 3 kali sehari
Lainnya
-
PEMERIKSAAN ANJURAN
-
PROGNOSIS
-
Quo ad Vitam
: Bonam
Quo ad Functionam
: Bonam
Quo ad Sanationam
: Dubia ad bonam
kejang
Komposmentis, tampak sakit sedang.
Laju nadi: 110 kali per menit, laju napas: 26 kali per menit, suhu tubuh 36,50C, BB= 10
A
P
10
Batuk berdahak, pilek, BAB dan BAK tidak ada keluhan, tidak terdapat mual, muntah,
A
P
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38o C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat,
gangguan elektrolit atau metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
1.2 KLASIFIKASI
Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15
menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.
Kejang demam disebut kompleks jika kejang berlangsung lebih dari 15
menit, bersifat fokal atau parsial 1 sisi kejang umum didahului kejang fokal dan
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
1.3 ETIOLOGI
1. Infeksi dengan demam (52%) seperti kejang demam, ensefalitis,
meningitis.
2. Kelainan susunan saraf pusat (SSP) kronik (39%) seperti ensefalopati
hipoksik iskemik dan serebral palsi.
3. Penghentian obat anti kejang (21%)
4. Lain-lain (<10%).
1.4 PATOFISIOLOGI
11
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energi, yang di dapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang
terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen
disediakan dengan perantara fungsi paru paru dan diteruskan ke otak melalui
sistem kardiovaskular. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui
proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah
limpoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh kalium ( K+) dan sangat sulit dilalui oleh
ion Natrium ( Na+) dan elektrolit lainnya. Akibatnya konsentrasi K + dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan
diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari
sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na K ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:
1. Perubahan ion diruang ekstraseluler
2. Ragsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
melalui membran tadi, dengan akibat terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotrasmitter dan
terjadilah kejang.
1.5 DIAGNOSIS
12
Anamnesis
Penyebab demam di luar infeksi SSP ( gejala infeksi saluran napas akut/
ISPA, infeksi saluran kemih/ ISK, otitis media akut/ OMA, dll.)
dalam
keluarga
gangguan
sesak
yang
mengakibatkan
terdapat demam.
Tanda rangsang meningeal: Kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kernique,
Laseque.
Pemeriksaan nervus kranialis
Tanda peningkatan tekanan intrakranial: ubunubun besar (UUB)
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium dilakukan sesuai indikasi untuk mencari
penyebab demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer
lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin atau feses.
b. Pemeriksaan
Cairan
serebrospinal
dilakukan
untuk
menegakkan/menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil
seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan
meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pungsi
lumbal dianjurkan pada:
Bayi usia <12 bulan: sangat dianjurkan
Bayi usia 12-18 bulan: dianjurkan
Bayi usia >18 bulan: tidak rutin dilakukan
13
spastisitas)
Terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial (kesadaran
menurun, muntah berulang, UUB membonjol, paresis nervus VI,
edema papil.
Indikasi Rawat
Kejang demam kompleks
Hiperpireksia
Usia <6 bulan
Kejang demam pertama kali
Terdapat kelainan neurologis
Kemungkinan berulangnya kejang demam
1.6 PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Fase Akut:
Semua pakaian yang ketat dibuka
Penderita dimiringkan untuk cegah aspirasi
Jalan napas harus bebas, isap lendir, beri O2, jika perlu intubasi
Awasi keadaan vital: kesadaran, tensi, pernapasan, jantung
14
15
ICU
Tambahkan fenobarbital
10-15 mg/kgIV
atau
Midazolambolus0.15mg/kg
dilanjutkan
2g/kg/menit infusdrip
Kejang(-) dalam24jam:
turunkan midazolam1g/kg/
menit ap 15 menit
Masih kejang:
Naikkan dosis2g/kg/menit
selama5 menit sampai dosis
max24 g/kg/menit
Bolusmidazolam0.15mg/kg
bilaperlu
lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari
Anti kejang
Jika suhu > 38,5 oC berikan:
16
1.7 PROGNOSIS
Baik jika ditangani dengan cepat dan tepat. Jika tidak, KD dapat
berkembang menjadi:
1.
2.
3.
4.
KD berulang
Epilepsi
Kelainan motorik
Gangguan mental dan belajar.
BAB III
PENUTUP
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38o C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat,
gangguan elektrolit atau metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Pada kasus ini
didiagnosis sebagai Kejang demam sederhana karena kejang yang berlangsung
kurang dari 15 menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam.
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
dari demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah
perifer lengkap, serum elektrolit, urinalisis, analisa feses, dan gula darah. Hal ini
teragntung dari keluhan-keluhan yang menyertai demam.
17
DAFTAR PUSTAKA
Pudjiadi, Antonius H, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta:
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Matondang, Corry S, dkk. 2010. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-3. Jakarta:
CV Sagung Seto
Staf Pengajar
Ilmu
Akut.
18
19