Anda di halaman 1dari 19

Identitas Pasien

Nama
Jenis kelamin
Usia
Tempat Tanggal lahir
Alamat
Rekam medis
Tanggal & Jam MRS
Lama rawat

: An. RS
: Laki-laki
: 2 tahun 2 bulan
: Jakarta, 26 Mei 2013
: Koja, Jakarta Utara
: 21 14 39
: 5-9-2015, pukul 18.00
: 3 hari

Identitas Orangtua Pasien


Nama ayah

: Tn. I

Pendidikan

: SMK

Usia ayah

: 37 tahun

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Nama ibu

: Ny. S

Usia ibu

: 30 tahun

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: IRT

ANAMNESIS (alloanamnesis dengan ibu dan ayah pasien)


Keluhan Utama
Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 1 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang, kejang terjadi
seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien kaku, mata mendelik ke atas. Kejang
berlangsung 1 kali selama 5 menit. Setelah kejang berhenti, pasien menangis.
Kemudian oleh keluarga, pasien dibawa ke Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura.
Di IGD pasien tidak kejang tetapi masih demam. Hari ini pasien sudah muntah 4
kali yang berisi makanan bercampur cairan kekuningan.
Kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien demam tinggi, demam
terus menerus, semakin lama semakin tinggi, pasien sempat diberikan obat
penurun panas namun demam tidak berkurang. Batuk pilek disangkal, sesak
disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kejang demam disangkal

Riwayat kejang tanpa demam disangkal

Riwayat trauma kepala disangkal

Riwayat asma dan TB paru disangkal

Riwayat penyakit dalam keluarga

Riwayat kejang demam pada keluarga disangkal


Riwayat kejang tanpa demam pada keluarga disangkal
Ayah pasien pernah menderita TB Paru 10 tahun yang lalu, namun sudah
sembuh

Riwayat Pengobatan
Sempat minum obat penurun panas, namun panas tidak berkurang
Riwayat Alergi
Alergi cuaca, debu, makanan disangkal
Riwayat Psikososial
Ayah pasien berusia 37 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMK, bekerja
sebagai pegawai swasta dengan penghasilan Rp. 1.500.000,- per bulan, ayah
pasien perokok dan terkadang menggendong pasien setelah merokok. Ibu pasien
berusia 30 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai Ibu
Rumah tangga. Pasien tinggal di Koja bersama kedua orangtua dan kakanya di
sebuah rumah permanen berdinding bata dan lantai semen dengan fasilitas listrik
dari PLN dan air sumur. Rumah pasien berdempetan dengan rumah lainnya. Biaya
perawatan pasien ditanggung oleh fasilitas BPJS PBI.
Pasien makan 3x sehari, jarang jajan sembarangan pasien lebih senang makan di
rumah, konsumsi kopi dan teh jarang, pasien tidak suka minum susu, pasien
sering terbangun saat malam hari.
Kesan: pasien berasal dari kelas sosial ekonomi menengah ke bawah.
Riwayat kehamilan dan persalinan
Pasien merupakan anak kedua. Selama kehamilan ibu sehat, kontrol teratur di
bidan dandokter kandungan. Tidak ada riwayat konsumsi obat-obatan, jamu, atau
merokok selama kehamilan. Pasien lahir dengan seksio sesarea karena terdapat
lilitan tali pusat di RS Kartika, cukup bulan, ditolong dokter, langsung menangis,

dengan berat lahir 3.400 gram, panjang badan 48 cm dan lingkar kepala tidak
diukur. Pasien saat lahir tidak terlihat sesak, tidak terdapat biru maupun kuning.
Kesan: riwayat persalinan dalam batas normal
Riwayat imunisasi
Vaksin
I
II
III
IV
V
BCG

DPT

Polio

Campak

Hepatitis B
Imunisasi dasar dan imunisasi booster tidak lengkap. Imunisasi tambahan seperti
Hib, PCV, rotavirus, influenza, MMR, thypoid, hepatitis A, dan varisela belum
diberikan.
Kesan: Imunisasi dasar dan booster tidak lengkap, tidak diberikan imunisasi
tambahan.
Riwayat nutrisi
Pasien tidak mendapat ASI eksklusif karena ASI ibu pasien sedikit. Pasien sudah
diberikan susu formula sejak lahir. Makanan pendamping ASI (MPASI) mulai
diberikan sejak usia 10 bulan berupa bubur saring 2x sehari. Sejak usia 1 tahun
pasien sudah diberikan makanan keluarga, nasi 3-5 sendok makan, sayur beserta
lauk pauk 3x sehari.
Kesan: asupan makanan kurang, baik kuantitas maupun kualitas.
Riwayat perkembangan
Ranah
Personal

Kegiatan
Membantu di rumah

Penilaian

Interpretasi

Sosial

Membuka pakaian

Menyuapi boneka

Memakai baju

Gosok gigi dengan bantuan

Cuci dan mengeringkan

F
P

N
N

tangan
Motorik

Menyebut nama teman


Ambil manik-manik

halus

ditunjukkan

Menara dari 2 kubus

Menara dari 4 kubus

Menara dari 6 kubus

Meniru garis vertikal

Menara dari kubus

Menggoyangkan ibu jari


3 Kata

F
P

N
N

6 kata

Menunjuk 2 gambar

Kombinasi kata

Menyebut 1 gambar

Bagian badan

Menunjuk 4 gambar

Bicara dengan dimengerti

Menyebut 4 gambar

Motorik

Mengetahui 2 kegiatan
Berjalan mundur

F
P

N
N

kasar

Lari

Berjalan naik tangga

Menendang bola ke depan

Melompat

Melempar bola lengan ke atas

Bahasa

Loncat jauh
F
N
Kesan: Secara garis besar dapat disimpulkan perkembangan normal

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran
: Komposmestis

Tanda vital
Tekanan darah : Tidak dilakukan
Nadi
: 108x/m, regular, reguler kuat angkat isi cukup
RR
: 28x/m, regular, kedalaman cukup
Suhu
: 40,2oC (aksilla)
Status gizi & antropometri
Lingkar kepala

: 48 cm

Berat Badan

: 12 kg

Tinggi Badan

: 92 cm

LLA

: 12 cm

BB/U

: 12/12,4 x 100% = 96,7% (Gizi baik)

TB/U

: 92/86 x 100% = 106,9% (Normal)

BB/TB

: 12/13 x 100% = 92,3% (Normal)

Kesan klinis

: Normal

Pengamatan perilaku pasien selama pemeriksaan


Selama pengamatan pasien cukup aktif, respon terhadap bunyi/suara baik, respon
terhadap cahaya baik, kontak visual positif.
Pemeriksaan fisis per sistim
Sistem
Kulit
Kepala

Deskripsi
Sianosis tidak ada, warna kulit sawo matang.
Bentuk Normocephal, warna rambut hitam, distribusi rambut merata
dan lurus, rambut tidak mudah rontok, ubun-ubun besar sudah

Telinga
Hidung
Wajah

menutup.
Normotia, pendengaran baik, tidak terdapat sekret.
Tidak terdapat sekret, septum deviasi, dan nafas cuping hidung (-)
Tidak tampak paresis nervus kranialis, tidak terdapat nyeri ketok

Leher

sinus.
Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar

Tenggorokan

tiroid, tidak terdapat kaku kuduk


Faring hiperemis (+), tonsil T1-T1, tidak tampak detritus, uvula di

Mata

tengah, arkus faring simetris


Konjungtiva pucat (+), sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor ( 3
mm/3 mm), refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak
langsung (+/+), gerak bola mata baik ke segala arah, papil edema (-/-)

Mulut

Mukosa bibir dan lidah lembab, tidak terdapat sianosis, tidak terdapat

Jantung

afonia dan disfonia.


Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
Palpasi: thrill (-), iktus kordis teraba di sela iga 5 linea midklavikularis
sinistra
Perkusi: batas jantung kiri di linea midklavikularis sinistra

Paru

Abdomen

Genitalia eksterna
Ekstremitas

Auskultasi: BJ I normal, BJ II regular, tidak ada murmur dan gallop


Inspeksi
: dada simetris (+), retraksi dinding dada (+)
Palpasi

: Vokal fremitus sama di kedua lapang paru

Perkusi

: Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing

(-/-)
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi

: datar, lemas, scar (-)


: bising usus normal
: turgor kulit cukup, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),

defans muskular (-), hepar dan lien tidak teraba.


Perkusi
: timpani pada seluruh lapang abdomen
Tidak dilakukan karena anak tidak kooperatif
Akral teraba hangat, waktu pengisian kapiler kurang dari 2 detik,
edema (-), jari refleks fisiologis normal, refleks patologis (Babinski)
negatif, Brudzinsky I dan II negatif, Kernig <135/<135, Laseque
<70/<70, tidak didapatkan spastis, sensorik dan tonus otot-otot
ekstremitas kesan normal.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 1. Pemeriksaan darah rutin (14 Agustus 2015)
Pemeriksaan
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin (g/dl)
Leukosit
Hematokrit
Trombosit

Hasil

Satuan

Rujukan

10,3
25.100
30,4
548.000

g/dl
/ul
%
/ul

L = 13,8 - 17,0
L = 4800 - 10800
L = 42 - 50
L = 185.000 402.000

DIAGNOSIS KERJA
1. Kejang Demam Sederhana
2. Observasi febris et causa bacterial infection
3. Anemia

DIAGNOSIS BANDING
1. Epilepsi
2. Meningoensepalitis
RESUME
Anak laki-laki usia 2 tahun 2 bulan datang dengan keluhan kejang sejak 1 jam
sebelum masuk rumah sakit, kejang terjadi seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien
kaku, mata mendelik ke atas. Kejang berlangsung 1 kali selama 5 menit. Setelah
kejang berhenti, pasien menangis. Demam sejak 1 hari yang lalu, demam
dirasakan terus menerus, semakin lama semakin tinggi, pasien sempat diberikan
obat penurun panas namun demam tidak berkurang. Hari ini pasien sudah muntah
4 kali yang berisi makanan bercampur cairan kekuningan. Batuk pilek disangkal,
sesak disangkal, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pemeriksaan fisik: Nadi: 108x/m, regular, reguler kuat angkat isi cukup, RR:
28x/m, regular, kedalaman cukup, Suhu: 40,2oC (aksilla), BB= 10 kg, TB= 92 cm
BB/TB: 92,3% (Normal). Konjungtiva pucat (+).
Pemeriksaan laboratorium: Hemoglobin 10,4 g/dl, Leukosit 25.100/ul, Hematokrit
30,4%, trombosist 548.000/ul.
MEDIKAMENTOSA
Oral
-

Antipiretik:
Paracetamol sirup 120 mg/5 ml, dosis 10-15 mg/kgBB/hari
10-15 x 10 kg = 100-150 mg setara dengan 1-1,25 cth setiap pemberian.
Diberikan 3-4 kali sehari
Anti kejang
Diazepam oral 5 mg, dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam
0,3x10 = 3 mg setara dengan - 1 tablet setiap pemberian. Diberikan 3
kali sehari

Mukolitik
Ambroxol HCl sirup 15 mg/5 ml, dosis anak 2-5 tahun 3x2,5 ml atau
3x1/2 cth.

Injeksi

Antibiotik
Cefotaxim vial 500 mg, dosis 50-100 mg/kgBB/hari
50-100 x 10 kg = 500-1000 mg/hari, dibagi dalam 2-4 dosis sehingga
setiap pemberian 500 mg diberikan 2 kali sehari
Anti emetik
Ondansentron ampul 4 mg/2 ml, dosis 0,1 mg/kgBB/kali
0,1 x 10 = 1 mg. Diberikan 3 kali sehari

Lainnya
-

Propis supp. 125 mg


IVFD KAen 1B
BB x kebutuhan cairan = 10x100 = 1000
Tetes infus : 1000 x 20 = 13-14 tpm
24 60

PEMERIKSAAN ANJURAN
-

Pemeriksaan Serum Elektrolit


Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

PROGNOSIS
-

Quo ad Vitam

: Bonam

Quo ad Functionam

: Bonam

Quo ad Sanationam

: Dubia ad bonam

Follow up pasien selama dirawat


Hari perawatan ke-2
S
Batuk berdahak, pilek, BAB lembek 2x ampas kuning pukul 01.00 dan 04.30, mual,
muntah makanan bercampur cairan kekuningan 1x pukul 05.00, tidak terdapat demam dan
O

kejang
Komposmentis, tampak sakit sedang.
Laju nadi: 110 kali per menit, laju napas: 26 kali per menit, suhu tubuh 36,50C, BB= 10

A
P

kg, TB= 92 cm BB/TB: 92,3% (Normal), konjungtiva pucat (+).


Kejang Demam Sederhana, observasi febris et causa bacterial infection, dan anemia
Lanjutkan terapi
Paracetamol sirup hanya diberikan jika demam

Hari perawatan ke-3

10

Batuk berdahak, pilek, BAB dan BAK tidak ada keluhan, tidak terdapat mual, muntah,

demam dan kejang.


Komposmentis, tampak sakit sedang.
Laju nadi: 119 kali per menit, laju napas: 30 kali per menit, suhu tubuh 36,80C, BB= 10

A
P

kg, TB= 92 cm BB/TB: 92,3% (Normal), konjungtiva pucat (+).


Kejang Demam Sederhana, observasi febris et causa bacterial infection, dan anemia
Lanjutkan terapi
Paracetamol sirup hanya diberikan jika demam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38o C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat,
gangguan elektrolit atau metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
1.2 KLASIFIKASI
Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15
menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.
Kejang demam disebut kompleks jika kejang berlangsung lebih dari 15
menit, bersifat fokal atau parsial 1 sisi kejang umum didahului kejang fokal dan
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
1.3 ETIOLOGI
1. Infeksi dengan demam (52%) seperti kejang demam, ensefalitis,
meningitis.
2. Kelainan susunan saraf pusat (SSP) kronik (39%) seperti ensefalopati
hipoksik iskemik dan serebral palsi.
3. Penghentian obat anti kejang (21%)
4. Lain-lain (<10%).
1.4 PATOFISIOLOGI

11

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energi, yang di dapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang
terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen
disediakan dengan perantara fungsi paru paru dan diteruskan ke otak melalui
sistem kardiovaskular. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui
proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah
limpoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh kalium ( K+) dan sangat sulit dilalui oleh
ion Natrium ( Na+) dan elektrolit lainnya. Akibatnya konsentrasi K + dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan
diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari
sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na K ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:
1. Perubahan ion diruang ekstraseluler
2. Ragsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
melalui membran tadi, dengan akibat terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotrasmitter dan
terjadilah kejang.
1.5 DIAGNOSIS

12

Anamnesis

Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, frekuensi dalam 24


jam, interval, keadaan anak pasca kejang.

Suhu sebelum dan saat kejang

Penyebab demam di luar infeksi SSP ( gejala infeksi saluran napas akut/
ISPA, infeksi saluran kemih/ ISK, otitis media akut/ OMA, dll.)

Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi

dalam

keluarga

Singkirkan penyebab kejang


mengakibatkan

gangguan

yang lain (misalnya diare/ muntah yang


elektrolit,

sesak

yang

mengakibatkan

hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia)


Pemeriksaan Fisik

Kesadaran: Apakah terdapat penurunan kesadaran, suhu tubuh : apakah

terdapat demam.
Tanda rangsang meningeal: Kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kernique,

Laseque.
Pemeriksaan nervus kranialis
Tanda peningkatan tekanan intrakranial: ubunubun besar (UUB)

membonjol, papil edema.


Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll.
Pemeriksaan neurologis : tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologis.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium dilakukan sesuai indikasi untuk mencari
penyebab demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer
lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin atau feses.
b. Pemeriksaan
Cairan
serebrospinal
dilakukan
untuk
menegakkan/menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil
seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan
meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pungsi
lumbal dianjurkan pada:
Bayi usia <12 bulan: sangat dianjurkan
Bayi usia 12-18 bulan: dianjurkan
Bayi usia >18 bulan: tidak rutin dilakukan

13

c. Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG) tidak direkomendasikan. EEG


masih dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas. Misalnya:
kejang demam kompleks pada anak berusia lebih dari 6 tahun atau kejang
demam fokal
d. Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala) dilakukan hanya jika ada indikasi,
misalnya:
Kelainan neurologis fokal yang menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali,

spastisitas)
Terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial (kesadaran
menurun, muntah berulang, UUB membonjol, paresis nervus VI,
edema papil.

Indikasi Rawat
Kejang demam kompleks
Hiperpireksia
Usia <6 bulan
Kejang demam pertama kali
Terdapat kelainan neurologis
Kemungkinan berulangnya kejang demam

Riwayat kejang demam dalam keluarga

Usia kurang dari 12 bulan

Temperatur yang rendah saat kejang

Cepatnya kejang setelah demam

Faktor risiko terjadinya epilepsi

Kelainan neurologis atau perkembangan yang abnormal sebelum kejang


demam pertama

Kejang demam kompleks

Riwayat keluarga dengan epilepsi.

1.6 PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Fase Akut:
Semua pakaian yang ketat dibuka
Penderita dimiringkan untuk cegah aspirasi
Jalan napas harus bebas, isap lendir, beri O2, jika perlu intubasi
Awasi keadaan vital: kesadaran, tensi, pernapasan, jantung

14

Jika suhu tinggi: kompres, beri antipiretika


Penghentian kejang tercepat: diazepam (IV atau Intra Rektal).

15

ICU
Tambahkan fenobarbital
10-15 mg/kgIV
atau
Midazolambolus0.15mg/kg
dilanjutkan
2g/kg/menit infusdrip

Kejang(-) dalam24jam:
turunkan midazolam1g/kg/
menit ap 15 menit

Masih kejang:
Naikkan dosis2g/kg/menit
selama5 menit sampai dosis
max24 g/kg/menit
Bolusmidazolam0.15mg/kg
bilaperlu

2. Pengobatan profilaksis intermiten saat demam:


Antipiretik
Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak

lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari
Anti kejang
Jika suhu > 38,5 oC berikan:

Diazepam oral 0,3 mg/KgBB setiap 8 jam


Diazepam rektal 0,5 mg/KgBB setiap 8 jam
3. Pengobatan jangka panjang/rumatan
a. Indikasi: kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
kejang >15 menit, kejang fokal.
b. Dipertimbangkan jika: Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam,
kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan, kejang demam > kali per
tahun.
c. Berikan: Fenobarbital 3-4 mg/ kgBB/ hari dibagi 1-2 dosis dan asam
Valproat 15- 40 mg/ kgBB/hari dibagi 2-3 dosis. Pemberian obat ini
efektif dalam menurunkan risiko kejang berulang. Pengobatan
diberikan selam 1 tahun bebas kejang, kemudian hentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.

16

1.7 PROGNOSIS
Baik jika ditangani dengan cepat dan tepat. Jika tidak, KD dapat
berkembang menjadi:
1.
2.
3.
4.

KD berulang
Epilepsi
Kelainan motorik
Gangguan mental dan belajar.

BAB III
PENUTUP
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38o C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat,
gangguan elektrolit atau metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Pada kasus ini
didiagnosis sebagai Kejang demam sederhana karena kejang yang berlangsung
kurang dari 15 menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam.
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
dari demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah
perifer lengkap, serum elektrolit, urinalisis, analisa feses, dan gula darah. Hal ini
teragntung dari keluhan-keluhan yang menyertai demam.

17

DAFTAR PUSTAKA
Pudjiadi, Antonius H, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta:
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Matondang, Corry S, dkk. 2010. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-3. Jakarta:
CV Sagung Seto
Staf Pengajar

Ilmu

Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan

Anak . Infomedika . Jakarta. 2010; 11:1228-1233.


World Health Organization.Pneumonia Kills More Children Than Any Other
Diseases; 2005.
Saroso, Sulianti.. Pneumonia. Februari 2007.
Muchtar D, Ridwan. Kendala Pernafasan Infeksi Saluran Pernafasan

Akut.

Cermin Dunia Kedokteran. 1992; 80: 47-48.


Hidayat. Askep pada Anak dengan Bronkopneumonia; 2009.
Diunduh dari : (http://hanikamioji.wordpress.com)
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Respirologi Anak. 2008;
I : 350-365.
Behrman,Richard E, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan I.
Jakarta:EGC. 2000. p.883-889.

18

19

Anda mungkin juga menyukai