Anda di halaman 1dari 8

Borang Portofolio

No. ID Peserta :
Nama Peserta
: dr. Gracia Angelia
No. ID Wahana :
Nama Wahana : RSPKT Bontang
Topik
: Demam Tifoid
Tanggal Kasus : 22 Februari 2015
Nama Pasien : An. L
No. Rekam Medis : 05.94.42
Tanggal Presentasi :
Nama Pendamping : dr. Zukhrida
Tempat Presentasi :
Obyek Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : An. L 2 tahun
Tujuan :
Bahan Bahasan :
Tinjauan Pustaka
Riset
Audit
Cara Membahas :

Diskusi

Presentasi dan Diskusi

Kasus
Email

Pos

DATA PASIEN
Nama : An. L
No. RM : 05.94.42
Nama Klinik : RSPKT Bontang
Telpon :
Terdaftar Sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / gambaran klinis : Demam Tifoid
2. Riwayat pengobatan
: belum pernah berobat sebelumnya
3. Riwayat penyakit
: Demam Tifoid(+), DBD (-), Malaria (-), Kejang (-)
1

4. Riwayat keluarga
: Demam Tifoid(+), DBD (-), Malaria (-), Kejang (-)
5. Riwayat Pekerjaan : Belum sekolah
6. Lain-lain :
Daftar Pustaka :
1. Ilmu Penyakit Anak FKUI
2. Patofisiologi Sylvia
3. Kapita Selekta
4. Penyakit Tropis FKUI
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis demam tifoid
2. Penatalaksanaan demam tifoid
3. Edukasi tentang demam tifoid

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :


Subyektif :
Keluhan Utama :
Demam sejak 3 hari SMRS
Keluhan Tambahan :
BAB cair, nyeri perut, nafsu makan berkurang
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien anak laki-laki usia 2 tahun, datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 3 hari
SMRS. Pasien demam naik turun dan cenderung tinggi pada malam hari. Ibu tidak pernah
mengukur suhu tubuh pasien.. Nafsu makan pasien menjadi berkurang semenjak demam dan
merasa nyeri pada perut bagian pusat. Pasien juga merasakan nyeri perut di bagian pusat dan
nyeri telan. Pasien setiap hari BAB cair 3x/hari ampas ada kuning, lendir dan darah tidak ada.
Sakit kepala (-), nyeri sendi (-), batuk dan pilek (-), keluar cairan dari telinga (-), BAK lancar
tidak ada perubahan dari sebelumnya. Mimisan (-), gusi berdarah (-), kemerahan pada kulit
(-), riwayat berpergian ke daerah endemik malaria (-), keringat malam (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa.
Riwayat Kebiasaan :
Pasien memiliki kebiasaan sering dibelikan jajan jajanan yang dijual disekitar rumah.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga dengan keluhan serupa.

Obyektif :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 10 kg, TB : 90 cm
Keadaan Gizi : BB/U 20/20 x 100% = 100% (gizi baik)
TB/U 114/114 x 100% = 100% (normal)
BB/TB 20/21 x 100% = 95% (normal
o Tanda Vital :
Frekuensi nafas : 24x/ menit
Nadi : 88x/ menit, kuat angkat
Suhu : 38,9 oC
o Pemeriksaan Generalis
o
o
o
o

Kepala

: Simetris
-

Mata

:
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik

Hidung

: epistaksis (-), serumen (-), sekret (-)

Mulut

: sianosis (-), bibir lembap, lidah kotor (+).

Telinga

: sekret -/-, serumen -/-

Tenggorokan

: faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis

Leher

: Simetris, KGB tidak membesar\

Dada

: Bentuk dan gerak simetris

Paru

:
Thorak
Inspeksi

Retraksi (-), simetris kanan dan kiri statis

Perkusi

dinamis
Sonor pada semua lapang

Palpasi

Vokal fremitus simetris kanan dan kiri

Auskultasi

Wheezing -/Ronkhi -/Vesikuler +/+

Jantung :
Thorak
3

Inspeksi

ictus cordis tak terlihat

Palpasi

Ictus cordis teraba kuat angkat

Perkusi

Batas atas kanan : ICS III linea parasternal


dekstra
Batas atas kiri

: ICS III midclavicula

sinistra
Batas bawah kanan

: ICS IV linea

parasternal dekstra
Batas bawah kiri : ICS IV midclavicula
sinistra
bunyi jantung 1 dan 2 reguler, murmur (-),

Auskultasi

gallop (-)
Abdomen :
Abdomen
Inspeksi

Datar, distensi (-)

Palpasi

Supel, nyeri tekan (+) pada region


epigastrium dan umbilicus, hepar dan lien tak

Perkusi

teraba pembesaran, defens muscular (-)


Timpani

Auskultasi

Bising usus (+) normal 4x/menit

Extremitas (lengan & tungkai) :


Kekuatan :

Edema :

+5

+5

+5

+5

Akral Hangat :

Sianosis

Pemeriksaan Penunjang :
Hematologi : Tanggal 27-2 -2015
-

Hemoglobin : 11,7 g/dl


Hematokrit : 38,8%
Leukosit : 11.900 /ul
Trombosit : 292.000 /ul
4

Tubex 6+

Assessment :
Penegakan diagnosis pada pasien ini didasarkan pada
Demam Tifoid
DEMAM TIFOID
A. Definisi
Suatu penyakit sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella typhii, yang
ditandai dengan panas berkepanjangan. Merupakan penyakit endemic di Indonesia.
Rata-rata usia penderita 3-19 tahun. Insidensi yang tinggi berkaitan dengan sanitasi
yang buruk.
B. Etiologi
Salmonella typhii merupakan bakteri gram (-), berbentuk batang, motil, memiliki
flagel peritrik, tidak berspora, tidak berkapsul. Salmonella typhii memiliki antigen O
(somatik), H (flagelar) dan Vi (envelope). Salmonella typhii juga memiliki endotoksin
dan eksotoksin yang merupakan kompleks lipopolisakarida pada lapisan luar dinding
sel.
C. Patogenesis
Manusia sebagai natural reservoir Salmonella typhii mengekskresikan keluar tubuh
melalui sekret saluran nafas, urin dan tinja. Penularan melalui makanan, minuman
yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita / karier (orofekal). Salmonella
typhii yang masuk ke dalam tubuh, sebagian dimusnahkan oleh asam lambung,
sebagian lolos ke lumen usus bila pertahanan lambung tidak efektif. Bila imunitas
humoral mukosa usus (IgA yang berasal dari sel B) tidak baik, maka mikroorganisme
dapat melekat pada sel-sel mukosa, melakukan invasi dengan bantuan antigen Vi,
menembus sel epitel sampai lamina propria ileum dan yeyenum. Di lamina propria,
kuman difagosit oleh makrofag dan berkembang biak, karena makrofag tidak dapat
menghancurkan basil, mikroorganisme di dalam makrofag dibawa ke plaque peyer
ileum distal lalu ke KGB mesenterika, duktus torasikus lalu masuk ke dalam sirkulasi
darah. Adanya bakteri di dalam saluran darah disebut sebagai bakterimia primer. Pada
stadium ini pasien asimtomatik. Selanjutnya kuman menyebar ke sel RES di organ
hati dan limpa, melakukan multiplikasi dan menyebabkan nekrosis hati dan limpa,
sehingga dapat menyebabkan hepatosplenomegali. Di hati, kuman menuju kandung

empedu dan dridrainasi oleh empdu masuk kembali ke usus, selain itu kuman
meninggalkan sel B dan berkembang ekstrasel, stadium ini disebut sebagai bakterimia
sekunder dan membuat gejala. Reinfeksi usus dapat menyebabkan nekrosis jaringgan
usus sehingga berisiko terjadi perdarahan saluran cerna bahkan perforasi.
Salmonella typhii juga mengeluarkan eksotoksin, yang menyebabkan meningkatnya
kadar cAMP kripta usus yang menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke luman
intestinal yang menyebabkan BAB seperti sup kacang peasoup diare. Endotoksin
berinteraksi dengan sel fagosit makrofag/monosit (sel kupfer hati) selanjutnya
mensisntesis IL-1 (pirogen endogen). Pirogen endogen menyebabkan :
- Merangsang produksi PGE2 yang meningkatkan patokan thermostat
hipotalamus sehingga menyebabkan demam, demam cenderung terjadi
pada malam hari, karena pada malam hari, kortisol rendah yang berperan
sebagai antiinflamasi sehingga IL-1 tidak dihambat dibandingkan pagi hari
dimana kortisol meningkat.
- Mengaktifasi sel B membentuk sel plasma lalu membentuk antibody
terhadap antigen O,H dan Vi sehingga dapat dideteksi pada pemeriksaan
Widal.
- Aktivasi sel T, yang menyababkan produksi IL-2 yang bersifat sitotoksik
dan nekrosis sel menghasilkan bradikinin yang menyebabkan nyeri perut.
- Anoreksia
- Depresi sumsum tulang, sehingga terjadi anemia normositik normokromik,
leukopenia, trombositopenia
D. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi berlangsungg antara 10-14 hari. Demam bersifat remiten yaitu demam
naik bertahap tiap harinya dan mencapai titik tertinggi pada akhir minggu I, setelah itu
demam bertahan tinggi dan pada minggu ke IV demam turun. Demam meningkat
perlahan-lahan terutama pada sore-malam hari. Demam tifoid sering ditemukan
bradikardi relative (peningkatan suhu 1 tidak diikuti peningkatan nadi 8x/menit),
lidah berselaput kotor ditengah tepi dan ujung merah, tremor, hepatosplenomegali,
rose spot (eritematosa 1-5 mm lesi timbul dengan penekanan pucat di bagian dada dan
abdomen), gangguan mental seperti somnolen, stupor, koma, delirium sampai
psikosis.
E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah dapat ditemukan anemia, leukopenia, trombositopenia, LED


meningkat, SGOT dan SGPT meningkat. Pemeriksaan Widal yaitu pemeriksaan untuk
mendeteksi antibody terhadap kuman Salmonella typhii, pada uji widal terjadi
aglutinasi antara antigen kuman salmonella typhii dengan antibody yang disebut
aglutinin (antigen yang digunakan adalah suspense Salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di lab). Pembentukan agglutinin mulai terjadi pada ahir minggu pertama
demam, kemudian mencapai puncak pada minggu keempat dan bertahan selama
bertahun-tahun. Titer agglutinin O > 1/160 menunjukkan demam tifoid akut, titer
agglutinin H menunjukkan infeksi lampau atau telah vaksinasi, titer agglutinin Vi
menunjukkan karier tifoid. Kultur darah dapat digunakan untuk mendeteksi kuman
secara langsung, hasil negative bukan berarti tidak terinfeksi demam tifoid, dapat
terjadi bila sudah mendapat antibiotik, volume darah kurang dari 5 cc atau riwayat
vaksinasi. Saat ini adanya pemeriksaan Tubex untuk mendeteksi antigen Salmonella
typhii bersifat lebih akurat dibandingkan widal.
F. Tatalaksana
- Istirahat dan perawatan diharapkan akan mempercepat penyembuhan
- Diet lunak dan rendah serat, yaitu makanan diberikan secara bertahap mulai
dari ubur untuk mengistirahatkan usus dan mencegah terjadinya perdarahan
dan perforasi.
- Pemberian antibiotika, untuk mencegah dan menghentikan penyebaran
kuman. Demam akan turun pada hari ke 5 setelah pemberian antibiotik.
Sebelum pulang sebaiknya pasien dilakukan pemeriksaan stool analysis untuk
memastikan walau gejala sudah tidak ada mungkin pasin karier tifoid (seseorang
masih mengandung Salmonella typhii pada tinjanya setelah 1 tahun pasca demam
tifoid tanpa disertai gejala klinis)
G. Komplikasi
Demam tifoid yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi
intestinal dan ekstraintestinal. Komplikasi intestinal dapat menyebabkan perdarahan
dan perforasi usus. Komplikasi ekstraintestinal berupa kelainan hematologi karena
depresi sumsum tulang, pembengkakan hati, pancreatitis tifosa, miokarditis,
neuropskiatrik, tifoid karier dann sindrom nefrotik,
H. Pencegahan

Perhatikan kualitas makanan yang dikonsumsi, pemanasan makanan minimal sampai


57, jaga higienis pribadi. Penting dalam mengidentifikasi dan eradikasi pada kasus
demam tifoid yatitu berupa penyuluhan higienis dan sanitasi, pemeriksaan air minum
dan MCK, pencarian dan eliminasi sumber penularan, pencarian dan pengobatan
kasus tifoid, vaksinasi.

Anda mungkin juga menyukai