Anda di halaman 1dari 56

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

LAPORAN KHUSUS

PENGARUH PAPARAN DEBU TOTAL DI TEMPAT


KERJA TERHADAP FUNGSI PARU KARYAWAN
DI PT. MARUNDA GRAHAMINERAL
JOB SITE LAUNG TUHUP
KALIMANTAN TENGAH

Denis Zulkan Pradika


R.0008029

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK
PENGARUH PAPARAN DEBU TOTAL DI TEMPAT KERJA TERHADAP
FUNGSI PARU KARYAWAN DI PT. MARUNDA GRAHAMINERAL JOB
SITE LAUNG TUHUP KALIMANTAN TENGAH
Denis Zulkan Pradika 1, Hardjanto2, dan Sarsono3
Tujuan: Tempat kerja yang prosesnya mengeluarkan debu, dapat menyebabkan
berkurangnya kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi paruparu, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum. Sehingga diperlukan upaya
pengendalian faktor bahaya tersebut dan penanganan terhadap orang yang
terpapar faktor bahaya tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh paparan debu total terhadap fungsi paru karyawan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross
sectional, jumlah sampel 40 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik
rancangan purposive sampling. Analisis data untuk mengetahui hubungan paparan
debu total dengan pengaruh yang dirasakan oleh karyawan di lapangan dan di
office secara subyektif mempertimbangkan umur dan masa kerja, menggunakan
uji chi square.
Hasil: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode analitik untuk
mengetahui hubungan paparan debu total dengan pengaruh yang dirasakan oleh
karyawan yang bekerja di lapangan dan di office. Pengambilan data mengenai
kadar debu total dari hasil pengukuran tahun 2010 dan data tentang pengaruh
paparan debu dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara dan
dengan kuesioner kepada karyawan serta studi kepustakaan. Data yang diperoleh
kemudian diolah dengan program SPSS.17. Dari hasil uji statistik didapatkan hasil
yang sangat signifikan yaitu P = 0,000 (P < 0,05). Maka terbukti bahwa ada
hubungan paparan debu dengan pengaruh yang dirasakan
Simpulan: Kadar debu total masih di atas baku mutu Ambien PP 41 tahun 1999
dan gejala-gejala yang dirasakan karyawan, debu bepengaruh terhadap fungsi
paru. Saran yang diberikan adalah supaya perusahaan melakukan pengendalian
terhadap debu yang melebihi baku mutu dan menindaklanjuti hasil penelitian ini
untuk mengetahui adanya gangguan pernafasan terutama pada fungsi paru.
Kata kunci: Paparan Debu Total, Fungsi Paru
1.

Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,


Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

commit to user
iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,
karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta
penyusunan laporan Tugas Akhir GHQJDQMXGXO Pengaruh Paparan Debu Total
di Tempat Kerja Terhadap Fungsi Paru Karyawan di PT. Marunda
Grahamineral Job Site Laung Tuhup Kalimantan Tengah
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah
dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S. PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes. selaku Ketua Program Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
4. Bapak Drs. Sarsono, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak dan Ibu Staff pengajar dan karyawan / karyawati Program D.III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
6. Bapak Ir. M. Samanhudi, selaku Mine Operator Manager atau Kepala Teknik
Tambang PT. Marunda Grahamineral, terima kasih telah memperkenankan
penulis melaksanakan magang di PT. Marunda Grahamineral.
7. Bapak Meldianto Sandi, selaku HRD & GA Dept Head PT. Marunda
Grahamineral yang telah menerima penulis untuk melaksanakan magang di
PT. Marunda Grahamineral
8. Bapak Ali Masruri selaku Safety Superintendent sekaligus pembimbing di
perusahaan, terima kasih banyak atas bantuan dan bimbingannya.
9. Seluruh keluarga besar PT. Marunda Grahamineral yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan, bimbingan dan sambutan
hangat yang diberikan selama penulis melaksanakan program magang.
10. Untuk Teman magangku, yang selalu saling memberikan motivasi dan
dukungan.
11. Ayah, Ibunda dan adik-adikku yang selalu memberikan motivasi, dukungan
serta doa restunya.
12. Teman-teman Angkatan 2008 D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
motivasi, dukungan VHUWD'RD.
13. Kakak-kakak Alumni Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
PRWLYDVLGXNXQJDQVHUWD'RD

commit to user
v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
berperan dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna, masih banyak kekurangan-kekurangan karena keterbatasan penulis.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Surakarta, 20 Juni 2011


Penulis,

Denis Zulkan Pradika

commit to user
vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ................................................. iii


ABSTRAK .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii


DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................

B. Rumusan Masalah ............................................................................

C. Tujuan Penelitian..............................................................................

D. Manfaat Penelitian............................................................................

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................

A. Tinjauan Pustaka ..............................................................................

B. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 18


C. Hipotesis ........................................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 20
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 20

commit to user
vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 20


C. Populasi Penelitian ........................................................................... 20
D. Teknik Sampling .............................................................................. 21
E. Sampel Penelitian ............................................................................. 21
F. Variabel Penelitian ........................................................................... 22
G. Definisi Operasional ......................................................................... 23
H. Sumber Data ..................................................................................... 23
I. Instrumen Penelitian ......................................................................... 24
J. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 25
K. Analisis Data .................................................................................... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 28
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 28
B. Pembahasan ...................................................................................... 38
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 45
A. Simpulan........................................................................................... 45
B. Saran ................................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 47
LAMPIRAN

commit to user
viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Kuesioner Karyawan di Jamut yang berada di Lapangan
PT. Marunda Grahamineral Tahun 2011 .............................................. 27
Tabel 2. Data Kuesioner Karyawan di Jamut dan Menyango yang berada di
Office PT. Marunda Grahamineral Tahun 2011 ................................... 28
Tabel 3. Jumlah jawaban tiap item pertanyaan dari seluruh Responden
PT. Marunda Grahamineral Tahun 2011 .............................................. 29
Tabel 4. Tabel Perhitungan Standar Deviasi ....................................................... 31
Tabel 5. Tabel 5. Perhitungan Standar Deviasi dengan program SPSS.17 ......... 33
Tabel 6. Data Kriteria Efek Debu yang dirasakan Karyawan
PT. Marunda Grahamineral Tahun 2011 .............................................. 33
Tabel 7. Paparan Debu dengan Tingkat Efek Crosstabulation ........................... 35
Tabel 8. Chi-Square Tests ................................................................................... 36

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengaruh Partikel Debu Terhadap Manusia ...................................... 13
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran ............................................................... 17

DAFTAR SINGKATAN
CCP
MCC
NAB
PT
ROM
SD
SDM
SPM
TSP
WHO

: Coal Crushing Plant


: Master Crushing Control
: Nilai Ambang Batas
: Perusahaan Terbatas
: Run Of Mine
: Standar Deviasi
: Sumber Daya Manusia
: Suspended Particulate Matter
: Total Suspended Particulate
: World Health Organization

commit to user
ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan Magang
Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Magang
Lampiran 3. Dokumentasi Hasil Observasi
Lampiran 4. Data Pengukuran Kadar Debu Total Tahun 2010
Lampiran 5. Kuesioner
Lampiran 6. Hasil Uji Statistik
Lampiran 7. Istilah-Istilah dalam tambang batubara

commit to user
x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini di Indonesia banyak didirikan berbagai macam industri. Hal ini
akan semakin banyak pula menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan
dengan proses-proses produksi pada industri tersebut. Pada setiap industri dalam
proses produksi akan menghasilkan efek negatif yang berupa pencemaran.
Diantara berbagai gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja, debu merupakan
salah satu sumber yang tidak dapat diabaikan. Dalam kondisi tertentu debu
merupakan bahaya yang dapat menimbulkan kerugian besar. Tempat kerja yang
prosesnya mengeluarkan debu, dapat menyebabkan berkurangnya kenyamanan
kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi paru-paru, bahkan dapat
menimbulkan keracunan umum. Apabila debu-debu yang ada pada ruangan
kerja yang konsentrasinya melebihi Baku Mutu Udara Ambien Nasional maka
hal ini akan menimbulkan gangguan kesehatan pada karyawan. Untuk itu perlu
adanya keseimbangan dan keselarasan antara manusia dan lingkungan kerjanya.
Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor
dalam pekerjaan bisa dihindarkan, asal saja pekerja dan pimpinan perusahaan
ada kemauan baik untuk mencegahnya. Tentu perundang-undangan tidak akan
ada faedahnya, apabila pimpinan perusahaan tidak melaksanakan ketetapanketetapan perundang-undangan itu, juga apabila para pekerja tidak mengambil

commit to user
1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

peranan penting dalam menghindarkan gangguan-gangguan tersebut. Cara


mencegah gangguan tersebut adalah dengan cara subtitusi, ventilasi umum,
ventilasi keluar setempat (local exhauster), isolasi, alat pelindung diri,
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala/ ulangan,
penerangan sebelum kerja, pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan
kepada pekerja secara kontinyu.(SXPDPXU .
Pemeliharaan dan peningkatan kondisi kesehatan tenaga kerja mutlak
diperlukan agar karyawan dapat terlindungi dari dampak negatif dalam
melaksanakan pekerjaan. Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM). Kesehatan dan keselamatan bagi masyarakat pekerja memiliki
korelasi terhadap produktivitas dan kesejahteraan karyawan. Oleh karena itu
perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga pada akhirnya dapat
memberikan sumbangan nyata dalam meningkatkan daya saing bangsa (Depkes
RI, 2003: MD-2).
Untuk memelihara kesehatan, manusia memerlukan berbagai sarana
kesehatan seperti kebutuhan akan gizi, lingkungan kerja yang baik dan
pelayanan kesehatan kerja yang memadai. Lingkungan kerja merupakan ruang
dimana pekerja berada dengan pekerjaannya dan kemungkinan terpapar dengan
faktor fisik, kimia, biologi, psikologi dan ergonomi. Untuk mencapai tujuan
tersebut Departemen Kesehatan menetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yang
merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai dengan tujuan
meningkatkan kualitas SDM yang dilakukan secara berkelanjutan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Visi Indonesia Sehat 2010 mengandung cita-cita bahwa pada tahun 2010
telah terwujud masyarakat pekerja yang bekerja dalam lingkungan kerja yang
sehat dan dengan perilaku kerja sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan dan produktivitas yang setinggi-tingginya. (Depkes, 2003:
MD-3)
PT. Marunda Grahamineral, Laung Tuhup site, Kabupaten Murung Raya,
Kalimantan Tengah. merupakan salah satu tambang batubara yang daerah
operasinya berada di kawasan Barito Kalimanatan, Kalimantan Tengah, dalam
produksinya yang melibatkan tenaga manusia dan lingkungan tempat kerja.
Lingkungan tempat kerja di perusahaan tersebut memiliki faktor-faktor bahaya
yang dapat mengganggu kesehatan karyawannya. Salah satunya karena debu
total yang ada di udara lingkungan tempat bekerja. Sehingga perlu dilakukan
analisis mengenai paparan debu total apakah mempengaruhi fungsi paru. Oleh
NDUHQDLWXSHQXOLVPHQJDPELOMXGXOSHQHOLWLDQ3HQJDUXK3DSDUDQ'HEX7RWDOGL
Tempat Kerja Terhadap Fungsi Paru Karyawan di PT. Marunda Grahamineral,
-RE6LWH/DXQJ7XKXS.DOLPDQWDQ7HQJDK
B. Rumusan masalah
$SDNDK DGD pengaruh paparan debu total di tempat kerja terhadap fungsi
paru karyawan di PT. Marunda Grahamineral, Job Site Laung Tuhup Kalimantan
7HQJDK"
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

1. Mengetahui pengaruh paparan debu total terhadap fungsi paru karyawan di


PT. Marunda Grahamineral.
2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh paparan debu total terhadap
fungsi paru karyawan di PT. Marunda Grahamineral.
3. Untuk mengetahui langkah pengendalian yang dilakukan guna meminimalkan
resiko faktor bahaya tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Perusahaan
Memberikan sumbangan pemikiran tentang paparan debu total dengan
fungsi paru karyawan dan pertimbangan untuk mengusahakan upaya
pengendalian faktor bahaya tersebut serta dapat digunakan untuk menentukan
tindakan yang sesuai agar dalam pengendalian menjadi efektif.
2. Peneliti
Meningkatkan wawasan dalam menganalisa paparan debu total dengan
fungsi paru karyawan yang ada di tempat kerja yang diteliti secara langsung
sehingga dapat merencanakan tindakan pengendalian secara praktis agar
gangguan kesehatan tidak terjadi.
3. Pembaca
Diharapkan menjadi informasi bagaimana paparan debu total dengan
fungsi paru karyawan di tempat kerja/ perusahaan.
4. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Dapat menambah kepustakaan tentang paparan debu total dengan fungsi


paru karyawan sebagai langkah awal pencegahan gangguan kesehatan kerja di
perusahaan atau tempat kerja, sehingga dapat diambil manfaatnya untuk
perkembangan kurikulum dan keilmuan kesehatan dan keselamatan kerja.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Debu
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan
ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara
baik dalam maupun di ruang gedung (Indoor and Out Door Pollution) debu
sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk
menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja.
Debu industri yang terdapat di udara dibagi menjadi 2, yaitu :
a.

Deposit Particulate Matter


Deposit particulate matter yaitu partikel debu yang hanya sementara di
udara. Partikel ini akan segera mengendap karena daya tarik bumi.

b.

Suspended Particulate Matter


Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan
tidak mudah mengendap. (Pudjiastuti, 2002)
0HQXUXW 6XPDPXU 6: 104), debu adalah partikel-partikel zat padat

yang ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti


pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan
dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun anorganik Secara fisik

commit to user
6

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

debu atau particulate dikategorikan sebagai pencemar yaitu dust udara


aerosol. Debu terdiri dari 2 golongan, yaitu padat dan cair.
Debu yang terdiri atas partikel-partikel padat dapat menjadi 3 macam :
a. Dust
Dust terdiri dari berbagai ukuran mulai dari yang submikroskopik sampai
yang besar. Debu yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhirup ke
dalam sistem pernafasan, umumnya lebih kecil dari 100 mikron dan
bersifat dapat terhirup ke dalam paru-paru
b. Fumes
Fumes adalah partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena
kondensasi dari bentuk gas, biasannya sesudah penguapan benda padat
yang dipijarkan dan lain-lain dan biasanya disertai dengan oksidasi
kimiawi sehingga terjadi zat-zat seperti logam (Cadmium) dan timbal
(Plumbum).
c. Smoke
Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak
sempurna dan berukuran sekitar 0,5 mikron.
2. Sifat-sifat Debu
Sifat-sifat debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan elektris,
tidak berdifusi, dan turun karena tarikan gaya tarik bumi. Debu di atmosfer
lingkungan kerja biasanya berasal dari bahan baku atau hasil produksi
(Depkes RI, 1994).
Sifat-sifat debu adalah sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

a. Sifat Pengendapan
Yaitu debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi.
Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih
besar dari debu yang terdapat di udara.
b. Permukaan cenderung selalu basah
Permukaan debu yang cenderung selalu basah disebabkan karena
permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini
menjadi penting sebagai upaya pengendalian debu di tempat kerja.
c. Sifat Penggumpalan
Debu bersifat menggumpal karena permukaan debu yang selalu basah
maka debu satu dengan yang lainnya cenderung menempel membentuk
gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi dan adanya turbelensi
di udara mempermudah debu membentuk gumpalan.
d. Debu Listrik Statik
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang
berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu mempercepat
terjadinya penggumpalan.
e. Sifat Opsis
Opsis adalah partikel yang basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar
yang dapat terlihat dalam kamar gelap.
3. Jenis debu
Menurut macamnya, debu diklasifikasikan atas 3 jenis yaitu :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

a. Debu organik adalah debu yang berasal dari makhluk hidup (debu kapas,
debu daun-daunan, tembakau dan sebagainya).
b. Debu metal adalah debu yang di dalamnya terkandung unsur-unsur logam
(Pb, Hg, Cd, dan Arsen)
c. Debu mineral ialah debu yang di dalamnya terkandung senyawa kompleks
(SiO2, SiO3, dll).
Debu memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda, antara lain debu
fisik (debu tanah, batu, dan mineral), debu kimia (debu organik dan
anorganik), dan debu biologis (virus, bakteri, kista), debu eksplosif atau debu
yang mudah terbakar (batu bara, Pb), debu radioaktif (uranium, plutonium),
debu inert (debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain).
Menurut sifatnya, debu diklasifikasikan menjadi :
a. Inert dust
Golongan debu inert tidak menyebabkan kerusakan atau reaksi fibrosis pada
paru efeknya sangat sedikit atau tidak sama sekali pada penghirupan normal.
Reaksi jaringan pada paru terhadap jenis debu ini adalah susunan nafas alat
tetap utuh, tidak terbentuk fibrosis di paru, reaksi jaringan potensi dapat pulih
kembali, dan tidak merupakan predisposing faktor penyakit TBC.
b. Proliferative dust
Golongan debu proliferatif di dalam paru akan membentuk fibrosis, fibrosis
ini akan membuat pengerasan pada jaringan alveoli sehinnga mengganggu
fungsi paru.
c. Debu lain

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

10

Debu yang tidak termasuk dalam debu inert maupun debu ganas, yaitu
keluhan debu yang tidak ditahan dalam paru, namun dapat menimbulkan efek
iritasi yaitu debu bersifat asam atau basa kuat. Efek keracunan secara umum
misalnya debu arsen, lead, sedangkan efek alergia khususnya debu golongan
organik.
4. Konsentrasi dan Ukuran Debu
Konsentrasi

debu

dalam

udara

semakin

tinggi

konsentrasi

kemungkinan mendapatkan keracunan semakin besar.


Ukuran partikel debu besar akan ditangkap oleh daluran nafas bagian
atas. Untuk menghitung konsentrasi debu ini dipakai alat pengukur debu
Electro precipitation yaitu yang mempergunakan aliran listrik dan Dust
Midget Impinger yang mempergunakan tenaga hisapan udara.
5. Faktor yang menentukan besarnya gangguan kesehatan
Lingkungan debu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenikmatan
kerja. Fakta yang menentukan besarnya gangguan kesehatan antara lain :
a. Kadar debu di udara : makin pekat kadar debu, makin cepat menimbulkan
gangguan kesehatan dan kenikmatan.
b. Ukuran/ diameter debu : debu yang berdiameter kecil akan dapat masuk
jauh ke dalam alveoli sementara yang besar akan tertahan di cilia dari
saluran nafas atas.
c. Sifat debu : berdasarkan sifat debu dalam memberikan gangguan
kesehatan, maka ada debu yang digolongkan mempunyai sifat inert,
fibrogenesis, dan karsinogenik.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

11

d. Reaktifitas debu : debu organik kurang reaktif namun dapat menyebabkan


reaksi alergik. Debu anorganik lebih reaktif namun dapat menyebabkan
reaksi iritasi.
e. Cuaca kerja : lingkungan kerja yang panas dan kering, mendorong
timbulnya debu, dan debu yang terbentuk dalam keadaan demikian akan
menjadi lebih reaktif.
f. Lama waktu pemaparan : debu menimbulkan kelainan dalam paru dalam
jangka waktu yang cukup lama.
g. Kepekaan individu : bentuk kepekaan seseorang sangat berbeda satu
dengan yang lain. Kepekaan disini tidak hanya dalam bidang imonologis
namun juga dalam bidang psikologis dan iritasi.
6. Efek Debu Terhadap Fungsi Pernafasan
Partikel debu melayang (Suspended Particulated Matter) adalah suatu
kumpulan senyawa dan bentuk padatan maupun cair yang tersebar di udara
dengan diameter yang sangat kecil, kurang dari 1 mikron sampai maksimal
500 mikron. Ukuran partikel debu yang membahayakan kesehatan umumnya
berkisar antara 0,1 mikron sampai 10 mikron. Partikel debu tersebut akan
berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayanglayang dan dapat masuk melalui saluran pernafasan.
Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk ke
dalam paru-paru. Jalur yang ditempuh hidung, pharinx, tracea, bronchus,
bronchioli dan alveoli. Apa yang terjadi dengan debu ini sangat tergantung
dari pada besarnya ukuran debu.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

12

Debu yang berukuran antara 5 10 mikron bila terhisap akan tertahan


dan tertimbun pada saluran nafas bagian atas; debu yang berukuran antara 3
5 mikron tertahan dan tertimbun pada saluran nafas tengah. Partikel debu
dengan ukuran 1 3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling
berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai dari bronkhiolus terminalis
sampai alveoli.
Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap
di alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1 0,5 mikron berdifusi dengan
gerak Brown keluar masuk alveoli; bila membentur alveoli ia dapat tertimbun
disitu. Bila debu masuk ke dalam alveoli, jaringan mengeras, yang disebut
fibrosis. Meskipun batas debu respirabel adalah 5 mikron, tetapi debu dengan
ukuran 5 10 mikron dengan kadar berbeda dapat masuk ke dalam alveoli.
Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron akan dikeluarkan semuanya
bila jumlahnya kurang dari 10 partikel per milimeter kubik udara. Bila
jumlahnya 1.000 partikel per milimeter kubik udara, maka 10% dari jumlah
itu akan ditimbun dalam paru (WHO, 1993).
Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada
saluran pernafasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai
target organ sebagai berikut :
1. Partikel diameter > 5,0 mikron terkumpul di hidung dan tenggorokan., ini
dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala faringitis.
2. Partikel diameter 0,5 5,0 mikron terkumpul di paru paru hingga alveoli,
ini dapat menimbulkan efek berupa bronchitis, alergi, atau asma.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

13

3. Partikel diameter < 0,5 mikron terkumpul di alveoli dan dapat terabsorbsi
ke dalam darah.

Gambar 1 : Pengaruh Partikel Debu Terhadap Manusia


Sumber : (Depkes RI Ditjen PPM dan PL, Dampak Pemanfaatan Batubara
Terhadap Kesehatan. 2001)
7. Diagnosa Pneumoconioses
Pneumoconioses adalah segolongan penyakit yang disebabkan oleh
penimbunan debu-debu dalam paru.
Cara menegakkan diagnosa untuk penyakit akibat kerja harus pula
dipergunakan disini. Harus ada riwayat pekerjaan yang menghadapi debu
berbahaya dan menyebabkan pneumoconioses , misalnya pernah atau sedang
bekerja di pertambangan, di pabrik keramik, dan lain-lain. Gejala klinis
berbeda-beda tergantung dari derajat banyaknya debu yang ditimbun dalam
paru-paru; sudah tentu makin besar bagian paru-paru yang terkena, makin
hebaylah gejala-gejalanya, walaupun hal itu tidak selalu benar.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

14

Gejala-gejalanya antara lain batuk-batuk kering, sesak nafas,


kelelahan umum, susut berat badan, banyak dahak dan lain-lain. Gambaran
Ro paru-paru menunjukkan kelainan-kelainan dalam paru-paru, baik noduler,
ataupun lain-lainnya. Pemeriksaan tempat kerja harus menunjukkan adanya
debu yang diduga menjadi sebab penyakit pneumoconioses itu. Bila
pemeriksaan akan diteruskan dengan biopsi paru-paru maka paru-paru harus
menunjukkan kadar zat penyebab yang lebih tinggi dari pada kadar yang
biasa.
Diagnosa pneumoconioses adalah sukar, sebab sesungguhnya tak
seorangpun manusia yang tidak menimbun debu-debu dalam paru-parunya.
Lebih-lebih kehidupan dikota atau ditempat kerja yang sangat berdebu itu.
Makin tua umur berarti makin banyak pulalah debu ditimbun dalam paru-paru
sebagai hasilpenghirupan debu sehari-hari. Lebih-lebih pneumoconioses
tingkat permulaan sangaW VXNDU GLSDVWLNDQ GLDJQRVDQ\D 6XPDPXU 
128)
Macam-macam Pneumoconioses yang mungkin ada ditambang:
a. Silicoses adalah penyakit golongan Pneumoconioses akibat debu silica
bebas (SiO2)
b. Anthracoses adalah penyakit golongan Pneumoconioses akibat debu
batubara.
c. Asbestoses adalah penyakit golongan Pneumoconioses akibat debu asbes.
d. Stannoses adalah penyakit golongan Pneumoconises akibat debu timah
putih.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

15

8. Pengendalian Debu
Pengendalian debu di lingkungan kerja dapat dilakukan terhadap 3 hal
yaitu pencegahan terhadap sumbernya, media pengantar (transmisi) dan
terhadap manusia yang terkena dampak.
a. Substitusi yaitu mengganti bahan yang memiliki bahaya dengan bahan
yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.
b. Ventilasi umum yaitu mengalirkan udara ke ruang kerja agar kadar debu
yang ada dalam ruangan kerja menjadi lebih rendah dari kadar nilai
ambang batas (NAB). Memakai metode basah yaitu, penyiraman lantai
dan pengeboran basah (Wet Drilling). Dengan alat berupa Scrubber,
Elektropresipitator, dan Ventilasi Umum.
c. Isolasi yaitu menutup proses, bahan atau alat kerja yang merupakan
sumber debu agar tidak tersebar ke ruangan lain.
d. Memodifikasi proses yaitu mengubah proses atau cara kerja sedemikian
rupa agar hamburan debu yang dihasilkan berkurang seperti melengkapi
water sprayer pada sumber.
e. Mengadakan pemantauan terhadap lingkungan kerja yaitu pemantauan
terhadap lingkungan kerja agar dapat diketahui apakah kadar debu yang
dihasilkan sudah melampaui nilai ambang batas atau baku mutu yang
diperkenankan.
f. Alat pelindung diri yaitu upaya perlindungan terhadap karyawan agar
terlindungi dari resiko bahaya yang dihadapi. Misalnya masker, sarung
tangan, kaca mata dan pakaian pelindung.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

16

g. Penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja secara intensif agar


karyawan tetap waspada dalam melaksanakan pekerjaannya.
9. Pencegahan dan Pengobatan
Tindakan pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada
penatalaksanaan penyakit paru akibat debu industri. Berbagai tindakan
pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit atau
mengurangi laju penyakit. Perlu diketahui apakah pada suatu industri atau
tempat kerja ada zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan pernafasan.
Kadar debu pada tempat kerja diturunkan serendah mungkin dengan
memperbaiki teknik pengolahan bahan, misalnya pemakaian air untuk
mengurangi debu yang beterbangan. Bila kadar debu tetap tinggi pekerja
diharuskan memaki alat pelindung diri. Bila seseorang telah menderita
penyakit, memindahkan ketempat yang tidak terpapar mungkin dapat
mengurangi laju penyakit.
Perokok hendaklah berhenti merokok terutama bila bekerja pada
tempat-tempat yang mempunyai risiko terjadi penyakit bronkitis industri dan
kanker paru, karena asap rokok cepat meninggikan risiko timbulnya penyakit.
Penderita yang atopik idealnya dianjurkan menghindari tempat yang jelas
tepat mencetuskan serangan asma, seperti produksi sutra, deterjen, dan
pekerjaan yang mempunyai paparan garam platinum. Industri dan tempat
kerja yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan serangan asma hendaklah
tidak menerima pegawai yang atopik. Pekerja yang menderita asma kerja
hendaklah dihindari dan paparan zat di tempat kerja. Tidak ada pengobatan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

17

spesifik dan efektif pada penyakit paru yang disebabkan oleh debu industri.
Penyakit biasanya memberikan gejala bila kelainan telah lanjut. Pada silikosis
dan asbestosis bila diagnosis telah ditegakkan penyakit dapat terus berlanjut
menjadi fibrosis masif meskipun paparan dihilangkan ( Irga, 2009).
10. Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk Debu
6XPDPXU 6: 106) menyatakan Nilai Ambang Batas (NAB adalah
kadar yang pekerja sanggup menghadapinya dengan tidak menunjukkan
penyakit atau kelainan dalam pekerjaan mereka sehari-hari untuk waktu 8 jam
sehari dan 40 jam seminggunya. Debu-debu yang hanya mengganggu
kenikmatan kerja (nuisance dust) adalah debu-debu yang tidak berakibat
fibrosis kepada paru-paru, melainkan berefek sangat sedikit atau tidak sama
sekali pada penghirupan normal. Dahulu debu-debu demikian disebut debu
inert (lamban), tetapi ternyata tidak ada debu yang sama sekali tanpa reaksi
seluler, sehingga istilah inert tidak dipakai lagi. Reaksi jaringan paru-paru
terhadap penghirupan debu yang demikian adalah :
a. Susunan saluran udara tetap utuh.
b. Tidak berbentuk jaringan parut.
c. Reaksi jaringan potensil dapat pulih kembali.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara di lingkungan kerja perlu
dilakukan upaya pengendalian pencemaran udara dengan penetapan nilai
ambang batas yaitu menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Kimia di Lingkungan Kerja yaitu sebesar 3 mg/m 3,
dengan Surat Edaran No.SE.01/MEN/1997, bahwa NAB kadar debu di udara

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

18

tidak boleh melebihi 3,0 mg/m. NAB dari debu-debu yang hanya
mengganggu kenikmatan kerja adalah 10 mg/m atau 30 dalam juta partikel
perkaki kubik / 30 jppkk.
Menurut PP 41-1996 tentang Baku Mutu Udara Ambien NAB debu
total untuk waktu pemaparan selama 24 jam adalah 230 g/m3. NAB batubara
menurut Menteri Tenaga Kerja No. 51/MEN/1999 tentang NAB Faktor Fisik
di Tempat Kerja adalah 2 mg/m3.
B. Kerangka Pemikiran
Tempat Kerja

Udara
lingkungan kerja

Tidak ada identifikasi


dan pengendalian

Gangguan pernafasan
dan kenikmatan kerja

Karyawan

- kadar debu di
udara.
- ukuran/
diameter debu.
- sifat debu.
- reaktifitas debu.
- cuaca kerja.
- lama waktu
pemaparan.
- kepekaan
individu.

Terjadi Kerugian bagi


perusahaan dan
penyakit akibat kerja
bagi karyawan

Identifikasi dan
Pengendalian

Tidak ada gangguan


pernafasan

Keuntungan bagi
perusahaan dan
karyawan

Gambar 2 : Bagan Kerangka Pemikiran

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

19

C. Hipotesis
Ada pengaruh paparan debu total terhadap fungsi paru karyawan di PT.
Marunda Grahamineral, Job Site Laung Tuhup Kalimantan Tengah.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan rancangan Cross
Sectional (potong lintang). Dalam penelitian ini variabel bebas (faktor risiko)
dan terikat (efek) dinilai secara simultan dengan pengukuran pada satu saat dan
akan diperoleh efek populasi pada suatu saat sehingga dapat dibandingkan antara
prevalensi kesehatan pada kelompok risiko dengan prevalensi kesehatan pada
kelompok tanpa risiko serta dapat menentukan hubungan antara faktor risiko dan
kesehatan.
Studi Cross Sectional adalah untuk menilai faktor risiko dalam kejadian
efek. Pengukuran variabel bebas (faktor risiko) dan terikat (efek) dilakukan pada
saat yang sama dan hanya satu kali.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian bertempat perusahaan 37 0DUXQGD *UDKDPLQHUDO
Laung Tuhup site,Kalimanatan Tengah Pada 8 Februari sampai 8 April 2011.
C. Populasi Penelitian
Populasi

dalam

penelitian

ini

adalah

karyawan

37 0DUXQGD

*UDKDPLQHUDO ODXQJ WXKXS VLWH  .DOLPDQWDQ 7HQJDK yang bekerja di bagian


coal chrushing plant (CCP), laboratorium, stone crusher, work shop, ruangan
control panel di Jamut, serta karyawan di kantor Menyango. Jumlah populasi
120 orang.

commit to user
20

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

21

1. Yang bekerja dilapangan.


2. Yang bekerja di dalam office.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Purposive
sampling atau disebut juga sampling purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu agar pengukuran yang dilakukan menjadi akurat.
Dengan kata lain, sampel penelitian ini ditentukan oleh peneliti menurut
pertimbangan kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk
mendapatkan sampel yang eligible atau yang memenuhi syarat penelitian maka
diterapkan kriteria inklusi.
E. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2005: 56). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
purposive sample, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu
dan adanya tujuan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2002: 117).
Sampel penelitian ini adalah karyawan yang terpapar debu total dan yang
tidak terpapar debu total. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan kriteria berikut:
1. Umur 20 45 tahun
Hal ini dimaksud karena faktor umur berperan penting dengan kejadian
penyakit dan gangguan kesehatan. Hal ini merupakan konsekuensi adanya
hubungan faktor umur dengan potensi kemungkinan untuk terpapar terhadap
suatu sumber infeksi, tingkat imunitas kekebalan tubuh, aktivitas fisiologis

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

22

berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan penyakit seseorang.


Bermacam-macam

perubahan

biologis

berlangsung

seiring

dengan

bertambahnya usia dan ini akan mempengaruhi kemampuan seseorang


dalam bekerja (Rosbinawati : 2002).
2. Masa kerja lebih dari 1 tahun
Hal ini dimaksud bagi karyawan yang telah merasakan dampak paparan
debu total.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 96). Variabel penelitian
ini terdiri dari variabel bebas (independent variable), variabel terikat (dependen
variabel) dan variabel pengganggu.
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Jadi variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi (Sugiyono, 2005: 3). Variabel bebas atau variabel independen
adalah kadar debu total.
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat atau variabel dependen dalam
penelitian ini adalah ganggauan fungsi paru karyawan.
Variabel pengganggu dalam penelitian ini meliputi umur, masa kerja,
status gizi, cuaca kerja, kadar debu, ukuran debu, sifat debu, reaktifitas debu,
lama waktu pemaparan dan kepekaan individu. Cuaca kerja, kadar debu, ukuran
debu, sifat debu, reaktifitas debu, lama waktu pemaparan dan kepekaan individu

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

23

dianggap sama karena tempat sama, sedangkan umur dan masa kerja
dikendalikan.
G. Definisi Operasional
1. Kadar debu total
Adalah jumlah kandungan debu yang terdapat di lingkungan kerja pada
semua ukuran. Diukur dengan alat High Volume Sampler untuk mengetahui
Total Partikel Debu (Total Suspended Particulate/TSP) dengan Satuan :
g/m3. Skala data rasio
2. Gangguan fungsi paru
Adalah gangguan terhadap fungsi paru yang dirasakan oleh karyawan selama
bekerja ditempat kerja yang berdebu. Untuk mengetahui secara subyektif
dengan menggunakan kuesioner. Untuk mengetahui kepastian adanya
gangguan pernafasan pada fungsi paru lebih lanjut dengan alat spirometri atau
medical check up. Skala data nominal.
H. Sumber Data
Data merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap penelitian. Untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka digunakan
teknik-teknik sebagai berikut:
1. Data Primer
Adalah data yang diperoleh secara langsung melalui kuesioner yang dipandu
pengisiannya mengenai identitas responden, umur, masa kerja serta
pengamatan lingkungan kerja, perhitungan hasil kuesioner.
a. Hasil Kuesioner

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

24

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk


memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto, 2002: 128).
Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk penyaringan
responden yang berisi data identitas responden, gangguan yang dirasakan
seperti irtasi mata, sesak nafas, sakit dada, batukbatuk, dll.
b. Pengamatan
Dalam penelitian pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana,
yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas
tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Soekidjo
Notoatmojo, 2002: 97).
Pengamatan dilakukan terhadap keadaan umum lingkungan kerja
(perorangan, kadar debu dan cuaca kerja). Pengamatan dilakukan juga
terhadap luas ruangan, proses kerja.
2. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari perusahaan mengenai perusahaan secara
umum. Data sekunder diperoleh secara studi dokumen meliputi data
perusahaan secara umum, data-data pengukuran dan kondisi fisik lingkungan
tempat kerja, data-data pengukuran serta jumlah karyawan.
I.

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dari suatu
penelitian. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

25

akan lebih baik dalam arti cepat, lengkap, sistematis sehingga akan lebih mudah
untuk diolah (Suharsimi Arikunto, 2002: 126). Instrumen penelitian ini meliputi:
1. Alat tulis.
2. Kuesioner tentang karakteristik responden.
3. Kamera.
4. Komputer.
J.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Teknik yang dilakukan pertama kali adalah dengan observasi. Pengamatan
dilakukan terhadap keadaan umum lingkungan kerja (perorangan, kadar debu
dan cuaca kerja). Pengamatan dilakukan juga terhadap luas ruangan, proses
kerja.
2. Wawancara dan Kuesioner
Teknik pengumpulan data dengan wawancara dilakukan untuk melengkapi
data yang ada dari hasil observasi dan kuesioner. Kuesioner digunakan untuk
mengetahui gangguan yang dirasakan oleh karyawan akibat debu.
3. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Data sekunder
diperoleh secara studi dokumen meliputi data perusahaan secara umum, datadata pengukuran dan kondisi fisik lingkungan tempat kerja, serta jumlah
karyawan yang relevan dengan objek penelitian melengkapi data.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

26

K. Analisis Data
Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis
data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data mentah yang telah
dikumpulkan oleh peneliti kemudian dianalisa agar memberikan arti yang
berguna dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini (Moh. Nasir, 1995:
405)
Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Editing
Pengecekan data untuk kelengkapan data, kesinambungan data, keseragaman
data sehingga validitas data dapat terjamin.
2. Coding
Adalah memberikan kode pada jawaban yang ada untuk mempermudah
dalam proses pengelompokan dan pengolahan data serta menjadi kerahasiaan
identitas responden.
3. Scoring
Dilakukan untuk memberikan skor terhadap variabel yang akan dianalisis
berdasarkan skor, yaitu skor 1 untuk index catagory (kategori indeks) dan
skor 0 untuk reference catagory (kategori pembanding).
4. Cleaning
Data yang dikumpulkan kemudian dilaksanakan cleaning (pembersihan)
data, artinya sebelum dilakukan pengolahan, dilakukan pengecekan data agar
supaya tidak terdapat data yang tidak diperlukan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

27

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua cara,
yaitu:
1. Analisis Univariat
Yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang
disajikan dalam bentuk mean (rata-rata), nilai terendah, nilai tertinggi dan
standar deviasi dari tiap variabel.
2. Analisis Bivariat
Yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang berhubungan atau
berkorelasi, yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat dengan uji
statistik yang disesuaikan dengan skala data yaitu nominal.
Analisis bivariate dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat, karena variabel penelitian ini terkait
dengan skala pengukuran data nominal/ordinal maka digunakan uji ChiSquare. Uji Chi-Square adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis bila dalam populasi/sampel terdiri atas dua atau lebih klas,
data berbentuk nominal dan sampelnya besar. Untuk menguji signifikansi
dilakukan dengan menguji harga Chi Square hitung yang didapat dengan
harga Chi Square tabel, pada taraf kesalahan dan dk tertentu. Ho ditolak bila
harga Chi Square hitung > Chi Square tabel atau bila p value < 0,05 pada
taraf kepercayaan 95%.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Feb-15 Maret 2011 yang
pertama kali dilakukan adalah observasi ke lapangan untuk mengamati
kegiatan yang dilakukan dan mengamati sumber debu dan tempat-tempat
yang terkena debu. Sumber debu berasal dari proses dari jalan penimbangan,
peremukan batubara di mesin CCP dan proses hauling dari ROM ke Hopper.
Dari hasil pengamatan di mesin CCP debu dapat dilihat beterbangan dan
mengkilat. Debu itu beterbangan sampai ke area workshop yang jaraknya
hanya beberapa meter. Di area jalan hauling dari ROM ke Hopper juga
terdapat banyak debu karena proses hauling dan dumping oleh dump truck
ketika cuaca cerah. Ketika cuaca hujan atau setelah hujan debu tidak terlalu
banyak.
(Dokumentasi : Lampiran 3)
Kemudian melakukan studi kepustakaan ke enviro dept. tentang data
pengukuran debu yang telah dilakukan oleh Balai Riset dan Standarisasi
Industri Banjarbaru. Pada pengukuran bulan november 2010 di office
Menyango 115 g/m3, office jamut 187 g/m3 hasil ini masih dibawah nilai
baku mutu Ambient PP 41 tahun 1999 dan di workshop hasilnya adalah 337,5
g/m3, hasil ini melebihi baku mutu Ambient PP 41 tahun 1999 yaitu 230
g/m3.

commit to user
28

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

29

(Data Pengukuran Kadar Debu Total Tahun 2010 : Lampiran 4)


Selanjutnya melakukan wawancara dan memberikan pertanyaan melalui
kuesioner dengan para karyawan. Hasil dari kuesioner :
(Kuesioner : Lampiran 5)
Tabel 1. Data Kuesioner karyawan di Jamut yang berada dilapangan
Data keadaan umum sampel meliputi; usia dan masa kerja.
Masa Kerja

Banyak jawaban ya

(Tahun)

pada item

40

26

38

31

28

10

25

21

27

28

10

10

29

11

29

12

21

13

25

14

40

15

37

16

27

17

40

18

25

19

35

No

Sampel

Usia (Tahun)

commit to user

Bersambung

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

30
Sambungan
20

40

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011


Tabel 2. Data karyawan di Jamut dan di Menyango yang berada di office.
Data keadaan umum sampel meliputi; usia dan masa kerja.
Masa Kerja

Banyak jawaban ya

(Tahun)

pada item

25

B1

27

C1

30

D1

29

E1

38

F1

27

G1

28

H1

40

I1

24

10

J1

40

11

K1

31

12

L1

34

13

M1

25

14

N1

27

15

O1

27

16

P1

25

17

Q1

40

18

R1

26

19

S1

22

20

T1

20

No

Sampel

Usia (Tahun)

A1

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

31

Tabel 3. Jumlah jawaban tiap item pertanyaan dari seluruh responden

No

Item
pertanyaan

Jumlah jawaban dari 20 responden yang


berada dilapangan dari tiap item
pertanyaan
19

16

80%

18

90%

17

85%

14

70%

16

80%

17

85%

0%

13

65%

10

10

11

55%

No

Item
pertanyaan

Jumlah jawaban dari 20 responden yang


berada office dari tiap item pertanyaan

Persentase

30%

5%

25%

10%

5%

10%

5%

0%

5%

10

10

5%

Persentase
95%

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

32

1. Wawancara
Hasil wawancara dengan karyawan debu memang sangat menggangu
pekerjaan maupun fungsi pernafasan mereka. Hal ini disebabkan karena
penyiraman kurang dan ketika setelah hujan dilakukan penyiraman, tetapi
ketika cuaca cerah jarang disiram pada jalan hauling dan ROM.
2. Mengetahui kriteria efek debu
Dari data kuesioner dengan 10 item pertanyaan tersebut, jawaban WLGDN
SHUQDK EHUDUWL WHUPDVXN NDWHJRUL WLGDN GDQ GDUL VDODK VDWX MDZDEDQ
SHUQDKNDGDQJGDQVHULQJWHUPDVXNGDODPNDWHJRUL\D
-DZDEDQ \D PHPLOLNL QLODL  GDQ MDZDEDQ WLGDN PHPLOLNL QLODL 
ELOD MDZDEDQ \D EHUDUWL PHPLOLNL SHQJDUXK GDUL GHEX GDQ ELOD WLGDN
berarti tidak ada pengaruh dari debu terhadap fungsi pernafasan karyawan.
5HNDSLWXODVLQLODL\DQJGLSHUROHKGDULUHVSRQGHQPHQJDFXSDGDVNRU<D
Dari data yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam tabulasi data dan
mencari standar deviasi (simpangan baku) dari populasi dengan rumus :

Keterangan :
SD

= standar deviasi.

x2

= jumlah dari kuadrat x, artinya masing-masing x dikuadratkan


dahulu kemudian dijumlah.

(x)2

= hasil penjumlahan dari x kemudian kita kuadratkan.

= banyaknya data/ responden.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

33

= nilai/ skor dari responden.

Tabel 4. tabel perhitungan standar deviasi :


No

(x)

x2

81

64

49

49

64

36

64

64

64

10

25

11

81

12

81

13

81

14

36

15

49

16

49

17

16

18

25

19

20

25

21

22

23

24

0
Bersambungcommit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

34
Sambungan

25

26

36

27

28

29

16

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

158

1082

)2

24964

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011

Perhitungan dengan rumus :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

35

Tabel 5. Perhitungan standar deviasi dengan program SPSS.17 :


Statistics
standar deviasi & mean
N

Valid

40

Missing

Mean

3.95

Std. Deviation

3.427

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011


Kategori penilaian :
1. Efek Tinggi

= bila responden yang diperoleh x > mean + 1SD

2. Ada Efek

= bila nilai mean, 1SD x mean + 1SD

3. Tidak Ada Efek = bila nilai responden yang diperoleh x < mean 1SD
Tabel 6. Kriteria efek debu yang dirasakan
No

Sampel

Kriteria efek debu yang dirasakan

Efek tinggi

Efek tinggi

Ada efek

Ada efek

Efek tinggi

Ada efek

Efek tinggi

Efek tinggi

commit to user

Bersambung

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

36
Sambungan
9

Efek tinggi

10

Ada efek

11

Efek tinggi

12

Efek tinggi

13

Efek tinggi

14

Ada efek

15

Ada efek

16

Ada efek

17

Ada efek

18

Ada efek

19

Ada efek

20

Ada efek

21

A1

Ada efek

22

B1

Ada efek

23

C1

Ada efek

24

D1

Tidak ada efek

25

E1

Tidak ada efek

26

F1

Ada efek

27

G1

Tidak ada efek

28

H1

Ada efek

29

I1

Ada efek

30

J1

Tidak ada efek

31

K1

Tidak ada efek

32

L1

Ada efek

33

M1

Ada efek

34

N1

Tidak ada efek

35

O1

Tidak ada efek

36

P1

Ada efek

commit to user

Bersambung

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

37
Sambungan
37

Q1

Tidak ada efek

38

R1

Tidak ada efek

39

S1

Tidak ada efek

40

T1

Tidak ada efek

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011


3. Uji Statistik
Uji statistik terhadap hubungan paparan debu dengan pengaruh yang
dirasakan menggunakan Pearson Chi- Square diolah menggunakan SPSS
17.00. Dari hasil uji statistik didapatkan hasil yang sangat signifikan yaitu P =
0,000 (P < 0,05). Maka terbukti bahwa ada hubungan paparan debu dengan
pengaruh yang dirasakan pada fungsi pernafasan. Berikut adalah hasil uji
statistic dengan program SPSS.17 tersebut:
Tabel 7. paparan debu * tingkat efek Crosstabulation
tingkat efek

paparan

Ada efek

Tidak ada efek

Total

11

20

4.5

10.0

5.5

20.0

% within paparan debu

45.0%

55.0%

.0%

100.0%

% of Total

22.5%

27.5%

.0%

50.0%

11

20

Expected Count

4.5

10.0

5.5

20.0

% within paparan debu

.0%

45.0%

55.0%

100.0%

% of Total

.0%

22.5%

27.5%

50.0%

20

11

40

9.0

20.0

11.0

40.0

% within paparan debu

22.5%

50.0%

27.5%

100.0%

% of Total

22.5%

50.0%

27.5%

100.0%

dilapangan Count

debu

Expected Count

dioffice

Total

Efek tinggi

Count

Count
Expected Count

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

38

Tabel 8. Chi-Square Tests


Value

df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square

20.200

.000

Likelihood Ratio

27.926

.000

Linear-by-Linear Association

19.598

.000

N of Valid Cases

40

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 4,50.

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 13Maret 2011


(Hasil uji statistik: Lampiran 6)
Interpretasi :
1. Jika p hitung p 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.
2. Jika p hitung 0,01 p 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
3. Jika p hitung p > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.
(Hastono, 2008).
B. Pembahasan
Penelitian yang di lakukan di PT. Marunda Grahamineral ini bertujuan
untuk mengetahui apakah ada pengaruh paparan debu terhadap fungsi
pernafasan terutama pada fungsi paru karyawan. Penelitian ini mengambil
lokasi di jamut site pada karyawan work shop, laboratorium, ruangan MCC,
CCP, office Jamut dan Menyango.
Variabel pada penelitian ini adalah Kadar debu sebagai variabel bebas
dan fungsi pernafasan terutama pada fungsi paru karyawan sebagai variabel
terikat atau variabel tergantung.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

39

Setelah mengadakan pengamatan, studi kepustakaan, wawancara dan


pemberian kuesioner serta pengolahan data, maka pembahasannya adalah
sebagai berikut :
1. Hasil pengamatan
Dari hasil pengamatan di mesin CCP debu masih banyak
beterbangan walaupun telah ada alat penyiramnya di beberapa titik. Karena
penyiraman pada alat hanya mengucurkan air saja dan sifatnya tidak merata,
sehingga debu masih bisa beterbangan. Debu batubara akan terlihat mengkilat
bila terkena sinar matahari. Debu batu bara ini beterbangan sampai ke
workshop karena jaraknya hanya beberapa meter dari mesin CCP. Dan
bahkan sampai ke lingkungan office dan camp. Sebagai cara pengendalian
penyiraman pada mesin CCP diberi water sprayer dibuat menyemprot dan
merata agar debu batu bara yang beterbangan dapat tertahan oleh semprotan
air.
Di area jalan ROM juga terdapat banyak debu akibat proses hauling
dari ROM ke Hopper mesin CCP. Debu ini merupakan debu campuran dari
debu batubara dan bahan-bahan lainnya. Penyiraman di jalan ini jarang
dilakukan karena terbatasnya water tank dari kontraktor dan pihak perusahaan
sendiri belum mempunyai water tank untuk penyiraman. Penyiraman hanya
dilakukan dengan dengan selang dan penyiramannya tidak dapat menyebar
rata. Dan kran selang air hanya ada di satu titik yaitu di ROM 1 yang berada
di dekat Hopper mesin CCP. Agar dapat mengurangi dan mengendalikan
debu di area tersebut perlu dilakukan modifikasi selang air dengan sistem

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

40

spray dan penyiraman dilakukan secara rutin setiap harinya secara merata di
area jamut site terutama di ROM dan di sepanjang jalan sekitar ROM. Karena
unit water tank milik kontraktor fokus di jalan hauling dari tambang. Pada
saat dumping batubara ke Hopper debu juga terlihat beterbangan karena tidak
ada waterspray hanya disemprot oleh checker dengan selang. Di mulut
hopper juga perlu di buat water sprayer agar pada saat dumping debu dapat
dikurangi dan dikendalikan.
2. Hasil Studi Kepustakaan
Pada pengukuran kadar debu total (Total Suspended Particulate) bulan
November 2010 di office Menyango 115 g/m3 karena jaraknya jauh dari area
CCP, di office jamut 187 g/m3 hasil ini masih dibawah nilai baku mutu
Ambient PP 41 tahun 1999 karena jaraknya yang tidak terlalu dekat dengan
CCP dan tertutup, dan di workshop jamut hasilnya adalah 337,5 g/m3, hasil
ini melebihi baku mutu Ambient PP 41 tahun 1999 yaitu 230 g/m3 karena
jaraknya dekat dengan area CCP dan ROM 1 yang Pengukuran kadar debu ini
dilakukan di area workshop karena di ditempat itu terdapat banyak karyawan
yang bekerja dan mewakili semua lingkungan kerja yang dilapangan area
jamut site.
3. Hasil Kuesioner
Pada hasil pengolahan data menunjukkan hasil yang signifikan antara
Uji statistik terhadap hubungan paparan debu dengan pengaruh yang
dirasakan menggunakan Pearson Chi- Square diolah menggunakan SPSS
17.00. Dari hasil uji statistik didapatkan hasil yang sangat signifikan yaitu p =

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

41

0,000 (P < 0,05). Maka terbukti bahwa ada hubungan paparan debu dengan
pengaruh yang dirasakan.
Dari item pertanyaan nomor 1, apakah debu menggangu kenyamanan
anda saat bekerja? Yang di lapangan 90% dan di office PHQMDZDE<D
Hal ini sebabkan karena debu dapat menempel pada anggota tubuh, pakaian,
alat-alat kerja ataupun ditempat kerja sehingga mengganggu. Perbedaan
jumlah jawaban dari karyawan di lapangan dan di office karena di lapangan
terpapar debu langsung dan di office walaupun di dalam ruang tertutup masih
dapat terkena debu saat jendela atau pintu terbuka, dan atau saat karyawan
berada diluar ruangan. Agar tidak terkena efek debu lebih lanjut dilakukan
perawatan dan membersihkan tempat kerja, pakaian kerja, alat-alat kerja dan
biasakan mencuci tangan setelah kerja.
Dari item pertanyaan nomor 2 apakah debu menggangu pandangan/
penglihatan? Yang di lapangan 80% dan di office 5PHQMDZDE<D Debu
yang tebal dapat mengganggu jarak pandang dan debu tersebut juga dapat
menempel

pada

kaca

unit

kendaraan

atau

pada

kacamata.

Cara

pengendaliannya dengan penyiraman pada sumber debu atau tempat yang


dapat menimbulkan debu.
Dari item pertanyaan nomor 3 apakah debu membuat mata anda iritasi/
mata perih/ kelilipan? Yang di lapangan 90% dan di office 25% menjawab
<D Debu yang tertiup angin masih dapat masuk ke dalam mata walaupun
sudah memakai kacamata, karena pemilihan kacamata yang tidak tepat dan
kesadaran memakai APD yang kurang. Debu yang masuk mata dapat

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

42

menyebabkan mata perih. Ketika mata terkena debu jangan langsung dikucek,
karena dapat merusak mata. Untuk penanganannya cucilah mata dengan air
bersih atau gunakan obat tetes mata.
Dari item pertanyaan nomor 4 apakah debu membuat hidung anda
iritasi? Yang di lapangan 85% dan di office 10PHQMDZDE<D Jalan nafas
yang pertama adalah hidung, Debu yang berukuran antara 5 10 mikron bila
terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran nafas bagian atas (WHO,
1990). Kesadaran untuk memakai masker perlu ditingkatkan. Bila hidung
terasa perih karena timbunan debu, lakukan pemeriksaan kesehatan hidung
agar mendapatkan perawatan. Hal ini dapat terjadi karena kepekaan individu,
reaktifitas debu, lama pemaparan dan sifat debu.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 5 apakah debu membuat
tenggorokan anda sakit? Yang di lapangan 70% dan di office 5% menjawab
<D Yang menyebabkan tenggorokan sakit adalah debu yang berukuran
antara 3 5 mikron tertahan dan tertimbun di saluran nafas bagian tengah.
Bila debu telah tertimbun disitu maka dapat menyebabkan radang
tenggorokan. Selain mengendalikan debu terhadap sumbernya, masker juga
perlu dipakai sebagai langkah pencegahan.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 6 apakah debu membuat
pernafasan anda sesak? Yang di lapangan 80% dan di office 10% menjawab
<D Akibat Partikel debu dengan ukuran 1 3 mikron disebut debu
respirabel merupakan yang paling berbahaya karena tertahan dan tertimbun
mulai dari bronkhiolus terminalis sampai alveoli. Hal ini sebagai diagnosa

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

43

awal timbulnya penyakit, untuk mengetahui pasti penyakit yang diderita


dapat dilakukan pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri atau foto
rontgen. Pengendalian hal ini dengan memindahkan karyawan ke tempat
kerja yang tidak terpapar debu secara langsung dan pemakaian masker.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 7 apakah debu membuat batukbatuk? Yang di lapangan 85% dan di office 5 PHQMDZDE <D Batuk
ternyata merupakan salah satu sistem pertahanan untuk mengeluarkan benda
asing dari dalam tubuh. Batuk juga merupakan gejala yang paling umum
akibat penyakit pernafasan. Bila ditempat yang berdebu mengalami batukbatuk segera pindah ke tempat yang udaranya segar dan apabila sudah sering
mengalami batuk-batuk sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan.
Pengendalian hal ini dengan memindahkan karyawan ke tempat kerja yang
tidak terpapar debu secara langsung dan pemakaian masker.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 8 apakah debu membuat batuk
darah? Yang di lapangan 0% dan di office 0PHQMDZDE<D Adanya lesi
saluran pernafasan dari hidung paru yang juga mengenai pembuluh darah.
Debu yang dapat menyebabkan batuk darah biasanya berbentuk runcing dan
tajam yang dapat merobek saluran pernafasan. Pemantauan lingkungan udara
di tempat kerja sangat penting sebagai langkah awal mengurangi dampak dari
debu.
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 9 apakah debu membuat
berdahak? Yang di lapangan 65% dan di office 5 PHQMDZDE <D Dahak
juga merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh mencegah benda asing

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

44

masuk dalam tubuh. Dahak orang dewasa normal membentuk sputum sekitar
100 ml per hari dalam saluran nafas, sedangkan dalam keadaan gangguan
pernafasan sputum dihasilkan melebihi 100 ml per hari. Bila sering dahak
berarti paparan debu sangat tinggi. Dahak akibat debu batubara berwarna
hitam (melanophtys).
Dari item pertanyaan pertanyaan nomor 10 apakah debu membuat dada
nyeri saat bernafas? Yang di lapangan 55% dan di office 5PHQMDZDE<D
Nyeri dada terjadi dari berbagai penyebab, tetapi yang paling khas dari
penyakit paru-paru adalah akibat radang pleura.
Hasil uji statistik menunjukkan hasil yang signifikan, hal ini berarti ada
pengaruh dari debu terhadap fungsi pernafasan terutama pada fungsi paru
karyawan dan karyawan yang dilapangan memiliki efek yang lebih besar
dibanding karyawan yang berada di office.
Untuk itu perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian debu agar
penyakit akibat kerja seperti Pneumoconioses (segolongan penyakit yang
disebabkan penimbunan debu-debu di dalam paru) dan gangguan pernafasan
lainnya dapat dihindarkan. Penyakit akibat penimbunan debu batubara di
dalam paru disebut Anthracoses. Penyakit akibat penimbunan debu silica
bebas disebut Silicoses.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Pada pengukuran kadar debu total (Total Suspended Particulate) bulan
November 2010 oleh Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru di
office Menyango 115 g/m3, di office jamut 187 g/m3 hasil ini masih
dibawah nilai baku mutu Ambient PP 41 tahun 1999, dan di workshop jamut
hasilnya adalah 337,5 g/m3, hasil ini melebihi baku mutu Ambien PP 41
tahun 1999 yaitu 230 g/m3.
2. Sumber debu terdapat pada Mesin CCP pada proses crushing dan jalan ROM
juga terdapat banyak debu akibat proses pengangkutan ke Hopper.
3. Penyiraman pada sumber-sumber berdebu jarang dilakukan.
4. Dari hasil penelitian dan analisa, teridentifikasi bahwa debu mengakibatkan
gangguan fungsi pernafasan terutama pada fungsi paru.
5. Dari hasil analisa pengaruh gangguan debu terhadap fungsi pernafasan
terutama pada fungsi paru karyawan di lapangan lebih besar dibanding
karyawan yang di office.
6. Kesadaran pemakaian APD yang kurang, menjadi salah satu penyebab
gangguan pernafasan.

commit to user
45

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

46

B. Saran
1. Supaya PT. Marunda Grahamineral menambahkan water sprayer di mesin
CCP dan di Hopper saat Dumping ke Hopper.
2. Supaya melakukan penyiraman rutin setiap harinya di area Jamut site
terutama di jalan sekitar ROM dan di ROM.
3. Untuk menindaklanjuti adanya gangguan pernafasan pada karyawan perlu
dilakukan Medical Check Up seperti tes fungsi paru dengan spirometri dan
Rontgen.
4. Supaya melakukan penambahan alat penghisap debu pada lab jamut agar
debu terhisap keluar, setelah pekerjaan selesai lakukan penyiraman pada
lantai yang digunakan untuk menghampar batu bara pada pengambilan
sampel.
5. Pemberian APD dan Meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya
memakai APD sesuai dengan jenis pekerjaannya.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai