Anda di halaman 1dari 14

1

BAB 1
LATAR BELAKANG
Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah.
Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,,
dengan 4 jenis penyakit langsung yang ditimbulkan nya yaitu: depresi,
penggunaan alcohol, gangguan bipolar dan skizofrenia. Sementara itu WHO
mengatakan gangguan jiwa di seluruh dunia telah menjadi masalah serius. Pada
tahun 2001 terdapat 450 juta orang dewasa yang mengalami gangguan jiwa.1
Pada

gangguan

psikoaktif

yang

paling

sering

adalah

skizofrenia.Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa


gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas
dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.1
Gangguan psikotik akut adalah suatu gangguan yang jarang terjadi.
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan
yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan
dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.1
Beberapa dokter percaya bahwa gangguan yang mungkin paling sering
terjadi pada pasien dengan sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan
kepribadian yang sudah ada sebelumnya ( paling sering adalah gangguan
kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang ), dan orang
yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar ( misalnya imigran ).
Walaupun biasanya gangguan psikotik akut terjadi dalam rentang waktu dibawah
1 bulan, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat menyatakan
suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang
tidak diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik
singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia
dan gangguan mood.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau/aneh.1 Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu
gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan
gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.1
2.2.

Epidemiologi

Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan skizofrenia,


kejadian nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di negara
berkembang daripada di negara-negara industri. Beberapa dokter percaya bahwa
gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada pasien dengan sosioekonomi
yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah ada sebelumnya
( paling sering adalah gangguan

kepribadian histrionik, narsistik, paranoid,

skizotipal, dan ambang ), dan orang yang pernah mengalami perubahan kultural
yang besar ( misalnya imigran ).
2.3.

Etiologi

Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis


reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan
dalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam
kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang
penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk gangguan
yang heterogen.1
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai
pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis
atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor
stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan,

kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak
pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung
kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat.1
2.4.

Patofisiologi

Hipotesis dopamine pada gangguan psikosis serupa dengan penderita skizofrenia


adalah yang paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari
banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia
disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik.1
Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu: (1) kebanyakan obat-obat
antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di dalam sistem saraf pusat,
terutama di sistem mesolimbik frontal; (2) obat-obat yang meningkatkan aktifitas
dopaminergik, seperti levodopa (suatu precursor), amphetamine (perilis
dopamine), atau apomorphine (suatu agonis reseptor dopamine langsung), baik
yangdapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien; (3)
densitas reseptor dopamine telah terbukti, postmortem, meningkat diotak pasien
skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis; (4) positron
emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor
dopamine pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang tidak menderita
skizofrenia; dan (5) perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti
mengubah jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamine, di cairan
serebrospinal, plasma, dan urine.1
Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah karena
terlalu

banyaknya

pelepasan

dopaminergik,

terlalu

banyaknya

reseptor

dopaminergik atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di


dalam jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak
tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral.1

2.5.

Manifestasi klinis

Gambaran utama perilaku:


Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan,
bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alas an.1
Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu
gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu
memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa
klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan
perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat
daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik
singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak
teriak atau diam membisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum
lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang
mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang
lengkap, walaupun hasilnya mungkin negative.2
Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah
yang mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau
verbal, tidak teratur berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau
depresi, bunuh diri, membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan, halusinasi,
delusi, disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan
memori, dan wawasan miskin.4
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk
membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun
adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodromal,
episode

suatu

gangguan

mood

sebelumnya,

dan

riwayat

ingesti

zat

psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara

klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi
yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.
Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan
yang besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada
tiap orang. Peristiwa tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan
kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan
peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan kehidupan pasien.
Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin memperluas
definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan
dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin
merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa
tunggal yang menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress
yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan
klinis yang hampir tidak mungkin.4
2.6.

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai
berikut :
1. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,
mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada
bendanya).
2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima
oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni
oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh
orang lain).
3. Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel).2
Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala
psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang satu bulan dan
yang tidak disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan berhubungan dengan

zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis
gangguan psikotik singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk
gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai yang harus
dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham adalah gejala psikotik
yang utama), gangguan skizofreniform ( jikagejala berlangsung kurang dari 6
bulan), dan skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan).1
1. Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Psikotik Singkat.
Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :
a. Waham
b. Halusinasi
c. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)
d. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
Catatan: jangan masukan gejala jika pola respon yang diterima secara
kultural.
2. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi kurang dari
satu bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat funsi pramorbid.
3. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan mood dengan ciri
psikotik, gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena efek
fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan) atau
suatu kondisi umum.
Sebutkan jika:
1. Dengan stresor nyata ( psikosis singkat reaktif ); jika gejala terjadi segera
setelah dan tampak sebagai respon dari suatu kejadian yang sendirian atau
bersama-sama akan menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap
orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.
2. Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau
terlihat bukan sebagai respon terhadap kejadian yang terjadi sendirian atau
bersama sama akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir setiap
orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.

3. Dengan onset pasca persalinan: jika onset dalam waktu empat minggu setelah
persalinan.
4. Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di Indonesia ditegakkan
melalui Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III
(PPDGJ III). Berikut kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik
berdasarkan PPDGJ III.1
F23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia
Suatu gangguan psikotik akut dimana jelas terdapat halusinasi, waham, dan
gangguan persepsi, tetapi bersifat sangat variasi dan berubah ubah dari hari ke
hari atau bahkan dari jam ke jam. Emosional dengan berbagai perasaan senang
dan ekstasi atau ansietas serta iritabilitas juga sering ada. Gambaran klinis yang
polimorfik dan tidak stabil serta yang selalu berubah itu merupakan hal yang
bersifat khas walaupun kadang gejala afektif atau psikotik juga terdapat, kriteria
untuk episode manik (F30.-), episode depresif (F32.-) atau skizofrenia (F20,-)
tidak terpenuhi. Penyakit ini cenderung mempunyai onset yang mendadak (dalam
48 jam) dan gejala gejalanya cepat mereda, pada sebagian besar kasus tidak
terdapat stres pencetus yang jelas. Apabila menetap sampai 3 bulan maka
diagnosis harus berubah. Gangguan waham menetap (F22,-) atau gangguan
psikotik non organic lainnya (F28.-) mungkin merupakan diagnosis yang paling
cocok.
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan
psikotik yang jelas dalam waktu 2 minggu atau kurang)
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubah dalam
jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama
c. Harus ada keadaan emosional yang sama beranekaragamnya
d. Walaupun gejala beraneka ragam, tidak satu pun dari gejala itu ada
secara cukup konsisten, sehingga dapat memenuhi kriteria skizofrenia
(F20.-) atau episode manik (F30.-)2

F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia


Suatu gangguan psikotik akut yang memenuhi kriteria deskriptif untuk gangguan
psikotik polimorfik akut (F23.0) tetapi yang selalu disertai gejala skizofrenia yang
khas.
Pedoman diagnostik
Untuk diagnostik pasti, kriteria a, b, dan c, yang khas di atas untuk gangguan
psikotik polimorfik akut harus dipenuhi, sebagai tambahan, gejala gejala yang
memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar
waktu sejak muncul gambaran klinis psikotik itu secara jelas.
Apabila gejala gejala skizofrenia menetap lebih dari sebulan maka diagnostic
berubah menjadi skizofrenia (F20.-).2
F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia
Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala gejala psikotik yang secara
komparatif bersifat cukup stabil dan memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-)
tetapi hanya berlangsung kurang dari 1 bulan lamanya. Suatu derajat variasi dan
instabilitas emosional mungkin ada, tetapi tidak separah seperti yang diuraikan
dalam psikosis polimorfik akut (F23.0)
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset gejala psikosis harus akut (dua minggu atau kurang dari suatu
keadaan non psikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik)
b. Gejala gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus
sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran
klinis yang jelas psikotik.
c. Kriteria untuk psikotik polimorfik tidak terpenuhi
Apabila gejala gejala skizofrenia menetap untuk waktu yang lebih dari satu
bulan lamanya, maka diagnosis harus di ubah menjadi skizofrenia (F20.-)
Termasuk :

Skizofrenia akut (tak terinci)

Gangguan skizofreniform singkat

Psikosis skizofreniform singkat

Oneirofrenia

Reaksi skizofrenia

Tak termasuk:

Gangguan waham organic (lir-skizofrenia) (F06.2)

Gangguan skizofreniform YTT (F20.8).2

F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham


Gangguan psikotik akut dengan waham dan halusinasi yang secara komparatif
stabil merupakan gambaran klinis utama, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk
skizofrenia (F20.-). Waham kejaran atau waham rujukan biasa terjadi dan
halusinasi biasanya auditorik (suara yang berbicara langsung pada pasien)
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset dari gejala psikotik harus akut (dua minggu atau kurang dari
keadaan non psikotik sampai jelas psikotik)
b. Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak
berkembangnya keadaan psikotik yang jelas
c. Baik kriteria untuk skizofrenia (F20.-) maupun untuk ganguan psikotik
polimorfik akut (F23.0) tidak terpenuhi.
Kalau waham menetap selama lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosis harus
diubah menjadi gangguan waham menetap (F22.-) Apabila hanya halusinasi yang
menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosis harus diubah menjadi
psikosis nonorganik lainnya (F28)
Termasuk:
a. Reaksi paranoid
b. Psikosis paranoid psikogenik.2
F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya
Gangguan psikotik akut lain yang tak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori
manapun dalam F23 (seperti keadaan psikotik akut dengan waham dan halusinasi
jelas ada, tetapi menetap hanya untuk sebagian kecil waktu) harus dimasukan

10

dalam kode ini. Keadaan gaduh gelisah tak khas harus juga dimasukan dalam
kode ini kalau informasi yang lebih rinci tentang keadaan mental pasien tidak
dapat diperoleh, dengan syarat bahwa tidak terdapat tanda tanda suatu penyebab
organic.2
F23.9 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara YTT
2.7.
1.

Penatalaksanaan
Konseling pasien dan keluarga.
a. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan
pengobatan psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan
tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien
b. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak
dengan stressor
c. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala
membaik

2.

Penatalaksanaan Medis
a. Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100200 mg, 1 sampai 3 kali sehari. Dosis harus diberikan serendah
mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun beberapa pasien
mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi.
b. Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika
untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1
sampai 3 kali sehari)
c. Obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala
hilang.
d. Apabila menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku
di bawah ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.
Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi
dengan suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson.

11

Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan


pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker.
Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi
dengan obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3
kali sehari).5
2.8.

Prognosis

Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah


kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik
bermakna tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien.
Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak diketahui, yang pertama kali di
klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya menunjukkan
sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood. Tetapi, pada
umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang
baik, dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari
semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.6
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari.
Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri
adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik.
Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan
ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk kemudian menderita
skizofrenia atau suatu gangguan mood.7
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat
1. Penyesuaian premorbid yang baik
2. Sedikit trait schizoid pramorbid
3. Stressor pencetus yang berat
4. Onset gejala mendadak
5. Gejala afektif
6. Konfusi selama psikosis
7. Sedikit penumpulan afektif
8. Gejala singkat

12

9. Tidak ada saudara yang skizofrenik.2

13

BAB 3
KESIMPULAN
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan
kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala
psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai
pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis
atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor
stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan,
kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak
pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat.
Tatalaksana pasien meliputi konseling keluarga untuk membantu pasien
mengurangi stress dan kontak dengan stressor serta mendukung pelaksanaan
aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik. Untuk mengurangi gejala psikotik
dapat diberikan obat antipsikotik dan obat antiansietas untuk mengendalikan
agitasi akut.

14

DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatri.
9th ed. 2003. Philadelpia: Lippincott William &Wilkins.
2. Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJIII. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2012.
3. Trimble MR., George MS. Biological Psychiatry 3rd edition. 2010. WileyBlackwell.
4. Bora E., Yucel M., and Pantelis C. Cognitive functioning in schizophrenia,
schizoaffective disorder and affective psychoses: meta-analytic study. British
Journal of Psychiatry. 2009. 195:475-482
5. Lee KY., et al. Acute psychosis related to use of trimethoprim/sulfamethoxazole
in the treatment of HIV-infected patients with Pneumocystis jirovecii
pneumonia: a multicentre, retrospective study. Journal of Antimicrobial
Chemotherapy . 2012.
6. Kumar R., et al. Acute Psychosis as the Initial Presentation of MS: A Case
Report. The International MS Journal. 2011. 17.2: 5457.
7. Maggina, P., et al. Anti-N-Methyl D Aspartate Receptor Encephalitis Presenting
eith Acut Psychosis in A Preteenage girl: A Case Report. Journal of Medical
Case Report. 2012.
8. Grover, S. Acute and Transient Psychosis: An Overview. India: PGIMER. 2010.

Anda mungkin juga menyukai