Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

TINEA CORPORIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Program Pendidikan Profesi
Kedokteraan Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal
Pembimbing :

dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK, MM

Disusun oleh:
Nama : Ayu Nabila K. Pradana
Nim : 030.10.046

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD KARDINAH TEGAL
PERIODE 19 OKTOBER 21 NOVEMBER 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
NOVEMBER 2015

LAPORAN KASUS

TINEA CORPORIS
Pembimbing : dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK, MM
Oleh : Ayu Nabila Kusuma Pradana (030.10.046)

I.

PENDAHULUAN
Tinea corporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut
(Glabrous skin) kecuali bagian telapak tangan, telapak kaki, dan daerah
inguinal.1 Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang
disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Berdasarkan lokasi anatomi yang
terinfeksi, dermatofitosis diklasifikasikan menjadi :

- Tinea kapitis

: dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala

- Tinea barbae

: dermatofitosis pada dagu dan janggut

Tinea kruris

: dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus,


bokong, dan kadang hingga perut bagian bawah

- Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan


- Tinea unguium

: dermatofitosis pada kuku

- Tinea korporis

: dermatofitosis pada kulit tubuh tak berambut

Dermatofita adalah golongan jamur yang bersifat mencerna keratin.


Dermatofita termasuk ke dalam kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3
genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophtyon.2 Masing-masing
spesies dermatofita dapat menyebabkan tinea corporis, namun penyebab
terseringnya adalah Trichophyton rubrum.3
Kelainan kulit ini merupakan bagian dari penyakit kulit dermatosis
eritroskuamosa yaitu penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya
eritema dan skuama yang meliputi psoriasis, parapsoriasis, pitiriasis rosea,
dermatitis seboroik, lupus erimatosus, dan dermatofitosis.4 Gejala klinis yang
biasa dijumpai adalah lesi berbentuk bulat atau lonjong, berbatas tegas dan terdiri
atas eritema dan skuama, dan terkadang disertai papul dan vesikel di tepi. Daerah
tengah biasanya lebih tenang. Kadang-kadang dapat terlihat erosi dan krusta
akibat garukan. Lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah, namun
1

Mirmirani P, Rogers M. Fitzpatrick Dermatology In General Medicine. 8 th edition. McGraw-Hill


Medical Publishing Division, New York. 2012.p.2277-88
2
Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editors. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi 6. Jakarta:FKUI. 2010. p.89-109
3
Mirmirani P, Rogers M, loc. cit
4
Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:FKUI. 2010. p.189-202

dapat pula terlihat polisiklik karena beberapa lesi yang menjadi satu. Pada tinea
corporis yang menahun, tanda radang biasanya tidak terlihat lagi.5
Infeksi dermatofitosis diduga mengenai sekitar 20-25% dari populasi di
seluruh dunia, dan insidennya terus meningkat. 6 Sebuah variasi yang signifikan
dalam pola infeksi jamur di berbagai negara terlihat jelas dari penelitian yang
dilakukan di negara yang berbeda seperti Aljazair, Afrika Selatan, Meksiko,
Italia, Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Brasil, India, dan Australia.
Heterogenitas ini dalam prevalensi infeksi dermatofitosis di berbagai negara
dikaitkan dengan faktor-faktor seperti iklim (kelembaban, suhu), gaya hidup
(higienitas), keterlibatan dalam kegiatan di luar ruangan dan prevalensi penyakit
yang mendasari (diabetes, kekurangan gizi, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta
imunosupresi). Faktor lain adalah keengganan pasien untuk mencari pengobatan
karena sifat ringan dari penyakit atau karena malu, kecuali kondisi penyakit
menjadi serius sehingga mempengaruhi kualitas hidup.7 Tinea korporis
merupakan infeksi yang umumnya sering dijumpai di daerah yang panas.
Tricophyton rubrum merupakan penyebab infeksi yang paling umum diseluruh
dunia dan sekitar 47 % menyebabkan tinea korporis.8
Laporan morbiditas divisi Mikologi, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin (IKKK) di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta antara
bulan Januari 1999 sampai Desember 2003 menunjukkan jumlah pasien
dermatofitosis sebesar 53,53 % dari total 7.170 orang pasien baru yang berobat
ke poliklinik divisi Mikologi. Tinea kruris dan/atau korporis mencakup 92,4 %
dari seluruh pasien baru dermatofitosis.9
Prevalensi penyakit tinea korporis di RSUD Kardinah Kota Tegal mulai
bulan Agustus 2013 - Juni 2015 adalah sebanyak 798 kasus dari 6.632 pasien
yang berobat ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Kota Tegal. Dengan
prevalensi pada perempuan sebesar 466 orang (58,3%), lebih banyak
dibandingkan prevalensi pada laki-laki yang hanya sebesar 332 orang (41,6%).
Pada laporan kasus ini akan dibahas tentang tinea corporis yang meliputi
definisi,

etiologi,

epidemiologi,

klasifikasi,

patogenesis,

gejala

klinis,

pemeriksaan penunjang, diagnosis banding, penatalaksanaan, dan prognosis.


II.

KASUS

Budimulja U, loc. cit


Risdianto A, Kadir D. Tinea Corporis and Tinea Cruris Caused by Trichophyton mentaghrophytes
Type Granular in Asthma Bronchiale Patients. IJDV 2013;2(2);31-8
7
Rahman MH, et al. Prevalence of Superficial Fungal Infections in the Rural Areas of Bangladesh.
Iran J Dermatol 2011;14;86-91
8
Lesher JL, et al. Tinea Corporis. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1091473overview#a6. Accessed on 12 November 2015
9
Chandra WW.(2006). Efektifitas Disinfeksi Beberapa Bahan Pembersih Rumah Tangga Terhadap
Isolat Klinis Trichophyton rubrum. Thesis PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI.
6

Seorang laki-laki berusia 44 tahun, pendidikan terakhir SMA, mempunyai


usaha warteg di Jakarta, menikah, dan beragama Islam, datang ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 10 November 2015 pukul
10.00 WIB dengan keluhan utama bercak kemerahan yang bersisik dan terasa
gatal pada perut kiri bagian atas.
A. Anamnesis Khusus
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis. Terdapat bercak kemerahan
yang bersisik dan terasa gatal pada perut kiri bagian atas sejak 6 bulan yang lalu.
Bercak kemerahan tersebut awalnya kecil, lalu semakin membesar, dan tidak
hilang timbul. Kulit terasa menebal dan bersisik kasar yang berwarna putih.
Gatal terutama saat berkeringat. Bila gatal muncul, sering digaruk sampai
terkadang lecet.
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Belum pernah
ke dokter untuk mengatasi keluhannya, hanya membeli sendiri obat-obatan di
apotek seperti supertetra, cetirizine dan amoxycillin. Tidak ada demam, nyeri
menelan, batuk, pilek, ataupun cairan berbau yang keluar dari hidung. Tidak
terdapat gigi berlubang. Tidak terdapat nyeri, kemerahan, maupun kelainan pada
sendi-sendi tangan. Tidak terdapat kuku berlubang, kerusakan kuku, perubahan
warna, maupun kuku yang terlepas. Tidak ada rasa gatal dan ketombe pada
rambut. Tidak ada anggota keluarga yang tinggal satu rumah yang memiliki
keluhan seperti pasien. Dalam hal kebersihan diri, pasien mandi 1-2x sehari.
Pasien gampang sekali untuk berkeringat. Bila berkeringat tidak di lap, dibiarkan
mengering sendiri dan tidak ganti baju.
Tidak memiliki riwayat penyakit kencing manis. Pasien tidak mempunyai
alergi obat. Tidak ada riwayat darah tinggi dan kencing manis pada keluarga
pasien.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis

Keadaan Umum

: Baik, tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan darah

: 120/80 mmHG

Nadi

: 88x/menit

Suhu

: 36,8o C

Pernafasan

: 18x/menit

Berat badan

: 70 kg

Tinggi

: 175 cm

Status gizi

: Baik (BMI = 22,85)

Kepala

: Bentuk normocephali

Kulit kepala

: Kelainan kulit (-)

Mata

: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Hidung

: Tidak ada septum deviasi, sekret (-)

Mulut

: Bibir sianosis (-), karies gigi (-), geographic

tongue (-), tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis


-

Telinga

: Normotia, serumen -/-

Leher

: Tidak terdapat pembesaran KGB dan tiroid

Thorax

Inspeksi

: Bentuk simetris, gerak napak simetris

Palpasi

: Vokal fremitus sama kuat kanan dan kiri

Perkusi

: Sonor di semua lapang paru

Auskultasi

: Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-,

bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen

Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Supel, hepar & lien tidak teraba, nyeri tekan(-)

Perkusi

: Timpani di semua kuadran abdomen

Auskultasi

: Bising usus (+)

Genitalia

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

Superior

: Oedem (-), deformitas (-), kelainan sendi (-),

kelainan kulit (-), kelainan kuku : pitting nail (-), onikolisis (-),
diskolorasi (-)
-

Inferior

: Oedem (-), deformitas (-), kelainan sendi (-),

kelainan kulit (-), kelainan kuku : pitting nail (-), onikolisis (-),
diskolorasi (-)

2. Status Dermatologikus

Distribusi

: Lokalisata

Ad Regio

: Perut kiri atas

Lesi

: Soliter, lonjong, plakat, berbatas tegas, menimbul dari

permukaan kulit, kering

Efloresensi

: Plak, eritema, skuama

Gambar 1. Regio Perut Kiri Atas

C. Pemeriksaan Khusus
1. Pemeriksaan mikologik dengan mengambil kerokan kulit (+) tampak
gambaran hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan
bercabang.

Gambar 2. Hifa pada Sediaan Basah Kerokan Kulit


2. Pemeriksaan fenomena tetesan lilin (-) tidak terdapat skuama berwarna
putih pada goresan (seperti lilin yang di gores)

D. Resume
Seorang laki-laki berusia 44 tahun, pendidikan terakhir SMA, mempunyai
usaha warteg di Jakarta, menikah, dan beragama Islam, datang ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 10 November 2015 pukul
10.00 WIB dengan keluhan utama bercak kemerahan yang bersisik dan terasa
gatal pada perut kiri bagian atas. Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis.
Terdapat plak eritema yang bersisik dan terasa gatal pada perut kiri bagian
atas sejak 6 bulan yang lalu. Bercak kemerahan tersebut awalnya kecil, lalu
semakin membesar, dan tidak hilang timbul. Kulit terasa menebal dan bersisik
kasar yang berwarna putih. Gatal terutama saat berkeringat. Bila gatal muncul,
sering digaruk sampai terkadang lecet.
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Belum pernah
ke dokter untuk mengatasi keluhannya, hanya membeli sendiri obat-obatan di
apotek seperti supertetra, cetirizine dan amoxycillin. Dalam hal kebersihan diri,

pasien mandi 1-2x sehari. Pasien gampang sekali untuk berkeringat. Bila
berkeringat tidak di lap, keringat dibiarkan mengering sendiri dan tidak ganti
baju.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal.
Status dermatologikus didapatkan distribusi lokalisata pada regio abdomen kiri
atas. Lesinya soliter, oval, ukuran plakat, berbatas tegas, menimbul dari
permukaan kulit dan kering. Efloresensinya plak, eritema, dan skuama

E. Diagnosis Banding
1. Tinea corporis
2. Pitiriasis rosea
3. Psoriasis vulgaris
4. Dermatitis seboroik
F. Diagnosis Kerja
Tinea corporis
G. Usulan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan kultur jamur menggunakan medium agar dekstrosa
Sabouraud Hasil yang diharapkan tumbuhnya kolonisasi jamur untuk
menentukan spesies jamur.
2. Pemeriksaan histopatologi Untuk menyingkirkan diagnosis psoriasis.
Hasil (+) bila adanya parakeratosis dan akantosis pada stratum spinosum,
infiltrasi leukosit (abses Munro), papilomatosis, dan vasodilatasi di
subepidermis.
H. Penatalaksanaan
1. Umum

Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang diderita


serta pengobatannya

Memotivasi pasien untuk rutin kontrol

Memberikan edukasi kepada pasien agar tidak menggaruk kulit yang


terasa gatal

2. Khusus

Sistemik

Anti histamine

: Cetirizine HCl 1x10 mg

Topikal
-

Keratolitik

: Asam salisilat 3% krim

Kortikosteroid

: Betamethasone propionate 0,05% krim

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

Quo ad sanationam

: ad bonam

Quo ad cosmeticum : ad bonam

I. Prognosis

III.

PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, et al, editor. Ilmu
Penyakit

Kulit

dan

Kelamin.

Edisi

6.

Jakarta:

Balai

Penerbit

FKUI;2010.p.189-203
2. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick Color Atlas and Synopsis of
Clinical

Dermatology.

7th

edition.

New

York:McGraw-Hill

Education;2013.p.287-321
3. Mirmirani P, Rogers M. Fitzpatrick Dermatology In General Medicine. 8th
edition. McGraw-Hill Medical Publishing Division, New York. 2012.p.197231
4. Sinaga D. Pengaruh Stres Psikologis Terhadap Pasien Psoriasis. J WIDYA
2013;1(2);129-34
5. Cantika AS. Hubungan Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris Terhadap
Kualitas Hidup Penderita. JMMM 2012;1(2);1-12
6. Budiastuti A. Korelasi Kadar TNF- dan Skor Psoriasis Area and Severity
Index (PASI) pada Pasien Psoriasis. M Med Indones 2011;45(2);123-37

Anda mungkin juga menyukai