TINEA CORPORIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Program Pendidikan Profesi
Kedokteraan Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal
Pembimbing :
Disusun oleh:
Nama : Ayu Nabila K. Pradana
Nim : 030.10.046
LAPORAN KASUS
TINEA CORPORIS
Pembimbing : dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK, MM
Oleh : Ayu Nabila Kusuma Pradana (030.10.046)
I.
PENDAHULUAN
Tinea corporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut
(Glabrous skin) kecuali bagian telapak tangan, telapak kaki, dan daerah
inguinal.1 Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang
disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Berdasarkan lokasi anatomi yang
terinfeksi, dermatofitosis diklasifikasikan menjadi :
- Tinea kapitis
- Tinea barbae
Tinea kruris
- Tinea korporis
dapat pula terlihat polisiklik karena beberapa lesi yang menjadi satu. Pada tinea
corporis yang menahun, tanda radang biasanya tidak terlihat lagi.5
Infeksi dermatofitosis diduga mengenai sekitar 20-25% dari populasi di
seluruh dunia, dan insidennya terus meningkat. 6 Sebuah variasi yang signifikan
dalam pola infeksi jamur di berbagai negara terlihat jelas dari penelitian yang
dilakukan di negara yang berbeda seperti Aljazair, Afrika Selatan, Meksiko,
Italia, Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Brasil, India, dan Australia.
Heterogenitas ini dalam prevalensi infeksi dermatofitosis di berbagai negara
dikaitkan dengan faktor-faktor seperti iklim (kelembaban, suhu), gaya hidup
(higienitas), keterlibatan dalam kegiatan di luar ruangan dan prevalensi penyakit
yang mendasari (diabetes, kekurangan gizi, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta
imunosupresi). Faktor lain adalah keengganan pasien untuk mencari pengobatan
karena sifat ringan dari penyakit atau karena malu, kecuali kondisi penyakit
menjadi serius sehingga mempengaruhi kualitas hidup.7 Tinea korporis
merupakan infeksi yang umumnya sering dijumpai di daerah yang panas.
Tricophyton rubrum merupakan penyebab infeksi yang paling umum diseluruh
dunia dan sekitar 47 % menyebabkan tinea korporis.8
Laporan morbiditas divisi Mikologi, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin (IKKK) di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta antara
bulan Januari 1999 sampai Desember 2003 menunjukkan jumlah pasien
dermatofitosis sebesar 53,53 % dari total 7.170 orang pasien baru yang berobat
ke poliklinik divisi Mikologi. Tinea kruris dan/atau korporis mencakup 92,4 %
dari seluruh pasien baru dermatofitosis.9
Prevalensi penyakit tinea korporis di RSUD Kardinah Kota Tegal mulai
bulan Agustus 2013 - Juni 2015 adalah sebanyak 798 kasus dari 6.632 pasien
yang berobat ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Kota Tegal. Dengan
prevalensi pada perempuan sebesar 466 orang (58,3%), lebih banyak
dibandingkan prevalensi pada laki-laki yang hanya sebesar 332 orang (41,6%).
Pada laporan kasus ini akan dibahas tentang tinea corporis yang meliputi
definisi,
etiologi,
epidemiologi,
klasifikasi,
patogenesis,
gejala
klinis,
KASUS
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah
: 120/80 mmHG
Nadi
: 88x/menit
Suhu
: 36,8o C
Pernafasan
: 18x/menit
Berat badan
: 70 kg
Tinggi
: 175 cm
Status gizi
Kepala
: Bentuk normocephali
Kulit kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Genitalia
Ekstremitas
Superior
kelainan kulit (-), kelainan kuku : pitting nail (-), onikolisis (-),
diskolorasi (-)
-
Inferior
kelainan kulit (-), kelainan kuku : pitting nail (-), onikolisis (-),
diskolorasi (-)
2. Status Dermatologikus
Distribusi
: Lokalisata
Ad Regio
Lesi
Efloresensi
C. Pemeriksaan Khusus
1. Pemeriksaan mikologik dengan mengambil kerokan kulit (+) tampak
gambaran hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan
bercabang.
D. Resume
Seorang laki-laki berusia 44 tahun, pendidikan terakhir SMA, mempunyai
usaha warteg di Jakarta, menikah, dan beragama Islam, datang ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 10 November 2015 pukul
10.00 WIB dengan keluhan utama bercak kemerahan yang bersisik dan terasa
gatal pada perut kiri bagian atas. Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis.
Terdapat plak eritema yang bersisik dan terasa gatal pada perut kiri bagian
atas sejak 6 bulan yang lalu. Bercak kemerahan tersebut awalnya kecil, lalu
semakin membesar, dan tidak hilang timbul. Kulit terasa menebal dan bersisik
kasar yang berwarna putih. Gatal terutama saat berkeringat. Bila gatal muncul,
sering digaruk sampai terkadang lecet.
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Belum pernah
ke dokter untuk mengatasi keluhannya, hanya membeli sendiri obat-obatan di
apotek seperti supertetra, cetirizine dan amoxycillin. Dalam hal kebersihan diri,
pasien mandi 1-2x sehari. Pasien gampang sekali untuk berkeringat. Bila
berkeringat tidak di lap, keringat dibiarkan mengering sendiri dan tidak ganti
baju.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal.
Status dermatologikus didapatkan distribusi lokalisata pada regio abdomen kiri
atas. Lesinya soliter, oval, ukuran plakat, berbatas tegas, menimbul dari
permukaan kulit dan kering. Efloresensinya plak, eritema, dan skuama
E. Diagnosis Banding
1. Tinea corporis
2. Pitiriasis rosea
3. Psoriasis vulgaris
4. Dermatitis seboroik
F. Diagnosis Kerja
Tinea corporis
G. Usulan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan kultur jamur menggunakan medium agar dekstrosa
Sabouraud Hasil yang diharapkan tumbuhnya kolonisasi jamur untuk
menentukan spesies jamur.
2. Pemeriksaan histopatologi Untuk menyingkirkan diagnosis psoriasis.
Hasil (+) bila adanya parakeratosis dan akantosis pada stratum spinosum,
infiltrasi leukosit (abses Munro), papilomatosis, dan vasodilatasi di
subepidermis.
H. Penatalaksanaan
1. Umum
2. Khusus
Sistemik
Anti histamine
Topikal
-
Keratolitik
Kortikosteroid
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
I. Prognosis
III.
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, et al, editor. Ilmu
Penyakit
Kulit
dan
Kelamin.
Edisi
6.
Jakarta:
Balai
Penerbit
FKUI;2010.p.189-203
2. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick Color Atlas and Synopsis of
Clinical
Dermatology.
7th
edition.
New
York:McGraw-Hill
Education;2013.p.287-321
3. Mirmirani P, Rogers M. Fitzpatrick Dermatology In General Medicine. 8th
edition. McGraw-Hill Medical Publishing Division, New York. 2012.p.197231
4. Sinaga D. Pengaruh Stres Psikologis Terhadap Pasien Psoriasis. J WIDYA
2013;1(2);129-34
5. Cantika AS. Hubungan Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris Terhadap
Kualitas Hidup Penderita. JMMM 2012;1(2);1-12
6. Budiastuti A. Korelasi Kadar TNF- dan Skor Psoriasis Area and Severity
Index (PASI) pada Pasien Psoriasis. M Med Indones 2011;45(2);123-37