PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit
dipengaruhi
oleh
frekuensi
eksaserbasi.
Eksaserbasi
BAB 2
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Secara umum eksaserbasi adalah perburukan kondisi pasien
yang menetap dari keadaan stabil dan di luar variasi normal. Bersifat
akut dan mengharuskan pasien merubah obat regular yang digunakan
sebelumnya. Deskripsi ini dapat membedakan eksaserbasi dari
perburukan gejala dalam beberapa jam dan dapat dengan mudah
diatasi dengan rapid acting bronkodilator.4
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan
dibandingkan
dengan
kondisi
sebelumnya.
Eksaserbasi
dapat
Etiologi
Penyebab eksaserbasi akut :
1.
2.
eksaserbasi akut. 4
Sekunder :
a. Pneumonia
b. Gagal jantung, aritmia
c. Emboli paru
d. Pneumotoraks spontan
e. Penggunaan oksigen yang tidak tepat
f. Penggunaan obat-obatan yang tidak tepat (obat penenang,
g.
h.
i.
j.
obat diuretik).
Penyakit metabolic (DM, gangguan elektrolit)
Nutrisi buruk
Lingkungan memburuk (polusi udara)
Aspirasi berulang
1.
terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan
riwayat merokok perlu diperhatikan :
a.Riwayat merokok
-
Perokok aktif
Perokok pasif
Ringan : 0-200
Sedang : 200-600
Berat : >600
2.
3.
4.
napas distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau
dekat pleura
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi
karena perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi,
fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama
obstruksi jalan napas.
2.5.
Gambaran Klinis
a. Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir
rendah (BBLR), infeksiB. Infeksi saluran napas berulang, lingkungan
asap rokok dan polusi udara
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan fisis PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
Inspeksi
Diagnosis
5
Sesak bertambah
Batuk dan produksi sputum meningkat
Perubahan warna dan atau tenacity sputum.
Dapat timbul juga gejala non spesifik pada PPOK eksaserbasi
sebelumnya;
perlukah
rawat
inap
dan
regimen
pengobatan sekarang.
Penilaian berat ringan exacerbasi bisa berdasarkan gejala,
pemeriksaan fisik,tes faal paru, AGD, dan test laboratorium lain. 4
a. Tes faal paru
Tes faal paru yang sangat sederhana pun sulit untuk
dikerjakan dengan benar, namun secara umum PEF < 100
L/menit atau FEV1 < 1 l menunjukkan eksaserbasi berat.
b. Pemeriksaan gas darah
Pemeriksaan darah sangat penting untuk dapat menilai
keparahan eksaserbasi. PaO2 <60 mmHg dan atau SaO2 <
90% dengan atau tanpa PaCo2 >50 mmHg waktu bernafas
dengan udara kamar menunjukkan gagal nafas. Penderita
dengan PaO2 <50 mmHg, PaCo2 >70 mmHg dengan pH < 7.30
6
Klasifikasi
Klasifikasi PPOK
Derajat
Derajat 0 Beresiko
Klinis
Gejala
Faal Paru
klinis
(batuk
produksi sputum)
Dengan atau tanpa
klinis
(batuk,
produksi sputum)
Normal
VEP1/KVP < 75%.
VEP1 > 80% prediksi
VEP1/KVP < 75%
Dengan
gejala
Derajat
II:
PPOK produksi
Sedang
Gejala
sehingga
sesak.
atau
klinis
tanpa
(batuk,
sputum).
bertambah
menjadi
prediksi
Gejala diatas ditambah VEP1/KVP < 75%
tanda-tanda gagal nafas VEP1 < 30% prediksi
7
dan
gagal
jantung
kanan
Eksaserbasi akut dibagi menjadi 3, yaitu :
1.
2.
3.
baseline. 5
2.8.
d. Menambahkan ekspektoran
e. Antibiotic, hanya efektif bila diberikan pada pasien dengan
peningkatan sesak dan batuk yang disertai dahak yang purulen.
Penatalaksanaan pada PPOK:
1. Oksigen terkontrol
Terapi oksigen adalah bagian yang sangat penting dari
penatalaksanaan PPOK eksaserbasi yang dirawat di rumah sakit.
Oksigenasi adekuat (PaO2 >60 mmHg atau SaO2 >90%) mudah
dicapai pada eksaserbasi yang uncomplicated tetapi retensi CO2
dapat terjadi samar dan dengan sedikit perubahan gejala. Setelah
oksigen diberikan, 30 menit kemudian pemeriksaan gas darah
harus dikerjakan untuk mengevaluasi oksigenasi tercapai dengan
baik tanpa retensi CO2 atau asidosis. Pemberian oksigen dapat
diberikan dengan cara : nasal 1-4 L/menit, dan Venturi Mask FIO2
24-48%. Sasarannya yaitu PaO2 60-65 mmHg atau SaO2 >90%. 4
2. Bronkodilator
Inhalasi SABA adalah bronkodilator yang lebih disenangi
untuk terapi PPOK eksaserbasi. Jika respon adekuat dari obat
tidak terjadi, tambahan antikolinergik dianjurkan. SABA dapat
diberikan dengan nebulizer atau MDI dengan spacer.
Tabel 1.
Bronkodilator pada PPOK eksaserbasi
Obat
Agonis beta 2
Fenoterol
Terbutalin
Antikolinergik
Ipratorium Bromide
MDI (mcg)
Nebulizer (mcg)
150-200
250-500
0,1-2,0
5-10
40-80
0,25-0,5
level serum. Jika tidak ada fasilitas, agonis 2 beta dapat diberikan
secara subkutan. 4
3. Antibiotika
Antibiotic diberikan jika:
yang purulen.
Peningkatan sputum yang purulen dan salah satu dari gejala
kardinal
Pasien yang dilakukan bantuan ventilasi mekanik. 8
Pilihan anttibiotika yang masih sensitive terhadap
10
11
dan
bronkodilator
pada
penatalaksanaan
PPOK
eksaserbasi yang dirawat inap di rumah sakit. Prednisolon oral 3040 mg/hari selama 10-14 hari optimal bila ditinjau dari sudut efikasi
dan keamanan, karena dosis yang tinggi dikaitkan dengan resiko
efek samping. 4
6. Nutrisi
Tujuan : mempertahankan berat badan dan pemecahan
protein. Tatalaksana : tinggi protein rendah karbohidrat. Protein >
1,5 mg/kgBB/hari. 4
7. Ventilator mekanik
Tujuan utama bantuan ventilator mekanik untuk pasien
eksaserbasi sangat berat adalah menurunkan mortalitas dan
morbiditas dan menghilangkan keluhan. Bantuan ventilasi mekanik
dapat dengan non invasive mechanical ventilation (NIPPV) dan
invasive mechanical ventilation (IPPV). 4
Indikasi diberikan bantuan ventilator mekanik invasive yaitu :
Henti nafas
Penurunan kesadaran
Aspirasi massif
HR <50n kali/menit
Aritmia ventrikularis 7
12
2.9.
respiratory arrest
Penurunan kesadaran
sangat gemuk
trauma kraniofasial
Komorbid
Komorbid biasanya ditemukan pada pasien dengan PPOK,
meningkatkan ketidakmampuan pasien dalam aktivitas sehari-hari dan
potensial menimbulkan penatalaksanaan menjadi lebih kompleks. 9
adanya komorbid juga dapat berpengaruh terhadap prognosis pasien
PPOK.10
Komorbid yang sering muncul pada PPOK yaitu penyakit
jantung, osteoporosis, kanker paru, infeksi berat dan adanya sindrom
metabolic (DM).8
gagal
jantung,
atrial
fibrilasi
dan
hipertensi.
kortikosteroid
sistemik
sebaiknya
dihindari
karena
dapat
eksaserbasi.
Kanker paru
Sering menimbulkan kematian pada pasien PPOK ringan. 13
Penurunan fungsi paru pada pasien PPOK sering menimbulkan
tidak
tepat
pada
pasien
PPOK
eksaserbasi
sering
2.10. Pencegahan
PPOK eksaserbasi dapat dicegah dengan berhenti merokok,
vaksinasi dan pemahaman terapi yang akan diberikan, baik teknik
penggunaan obat bronkodilator maupun jenis bronkodilator.7
Rehabilitasi paru yang dilakukan lebih dini dapat memperbaiki
status kesehatan dan aktivitas fisik pada pasien PPOK eksaserbasi. 15
Pasien PPOK senantiasa selalu didorong untuk mempertahankan
latihan fisik, dan jika terdapat kecemasan, depresi atau pun masalah
social harus didiskusikan.7
14
BAB 3
KESIMPULAN
Morbiditas dan mortalitas penderita PPOK dihubungkan dengan
eksaserbasi akut. Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya
perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Gejala utama
dari eksaserbasi, yaitu: sesak yang bertambah, batuk dan produksi
sputum meningkat serta terjadi perubahan warna dan atau tenacity
sputum. Penilaian berat ringan exacerbasi bisa berdasarkan gejala,
pemeriksaan fisik,tes faal paru, AGD, dan test laboratorium lain.
Prinsip penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut adalah
mengatasi segera eksaserbasi yang terjadi dan mencegah terjadinya
eksaserbasi berulang dan mencegah terjadinya gagal nafas. Setelah
gagal nafas terjadi mencegah terjadinya kematian. Penatalaksanaan
PPOKO eksaserbasi dapat dilakukan di rumah maupun rumah sakit.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penatalaksanaanya
yaitu : Diagnosis derajat eksaserbasi; Terapi oksigen adekuat;
15
DAFTAR PUSTAKA
16
of
COPD.
Update
2013
Available
from
dkk.
Kompedium Tatalaksana
Penyakit
of
COPD.
Update
2013
Available
from
of
COPD.
Update
2013
Available
from
18
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL. . ... iii
BAB 1
PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1
BAB 2
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 2
2.1.
2.2.
Definisi ......................................................................... 2
Etiologi .......................................................................... 2
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
2.10.
Gambaran Klinis 4
Diagnosis 6
Klasifikasi 8
Penatalaksanaan .. 9
Komorbid 14
Pencegahan .. 15
KESIMPULAN........................................................................... . 17
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21