Anda di halaman 1dari 2

Kapitalisme di Indonesia: Pra dan Pasca Kemerdekaan

Kapitalisme di Indonesia berakar dari sejarah pra-kemerdekaan Indonesia, yakni


pada era penjajahan Belanda. Tidak berhenti di situ saja, kapitalisme di Indonesia
juga terlihat sangat jelas dalam sistem oligarki pada masa Orde Baru. Oleh karena
itu, artikel ini akan mengulas susunan kapital yang berkembang di Indonesia pada
era penjajahan yang terus berlanjut pada masa pasca-kemerdekaan. Pengaruhpengaruh yang dibawa era kolonialisme kepada struktur kapital Indonesia juga akan
menjadi salah satu fokus dalam artikel ini.
Bermula pada era kolonialisme, sistem kapitalisme yang menghendaki
adanya kelas-kelas dalam masyarakat mulai terlihat jelas di Indonesia. Tan Malaka
(2008, 16) menjelaskan bahwa kapital di Indonesia pada saat itu memisahkan kota
dan desa. Kota sendiri diidentikkan dengan masyarakat maju yang menguasai
sumber produksi dan industri. Sementara penduduk desa merupakan pekerja yang
menjual jasa ke kota. Pada abad ke-17 dan ke-18, kapitalisme di Indonesia dapat
diidentifikasi dengan munculnya kolonialisme, yakni Oost-Indische Compagnie yang
menerapkan sistem monopoli di Indonesia (Soekarno 1930, 37). Pada saat itu,
rempah-rempah di Maluku dieskploitasi secara besar-besaran. Dilanjutkan pada
masa kolonialisme Belanda, Soekarno menyebutkan sistem politik devide et
impera (sistem pemecah belah) memaksa rakyat-rakyat Indonesia pada masa
kerajaan tunduk terhadap sistem ekonomi yang dimonopoli Belanda. Sistem
kapitalisme yang lebih parah terlihat pula pada masaCulturrstelsel (Tanam Paksa)
yang mencambuk penduduk kecil untuk tunduk dan bekerja keras, walaupun pada
akhirnya mereka hanya mampu meraup sangat sedikit keuntungan, tidak seperti
majikannya yang banyak memperoleh laba (Soekarno 1930, 43).
Periode baru kapitalisme disebut juga dengan imperialisme modern. Dalam era ini,
Soekarno menjelaskan cara pengedukan rezeki baru yang diterapkan pemerintah
kolonial. Pengerukkan sumber di Indonesia masih menjadi agenda utama
pemerintah kolonial. Hal itu diaplikasikan melalui terbentuknya pasar bagi industri
asing di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai lapangan usaha investor
asing. Seperti yang diungkapkan Tan Malaka (2008, 48), hal itu tidak lain
merupakan usaha eksploitasi sumber untuk memenuhi kepentingan asing. Pada era
pasca kemerdekaan pun, aliran usaha asing yang mencoba menembus pasar
Indonesia untuk dieksploitasi sudah hadir dari berbagai penjuru dunia, seperti
Amerika Serikat dan Inggris yang menjadikan Indonesia sebagai penganut kapital
internasional (Malaka 2008, 50). Hal ini terus berkembang pada rezim pemerintahan
Soeharto yang disebut juga dengan era Orde Baru.
Pada tahun 1968, era pemerintahan Soeharto disambut hangat oleh
pemerintahan Barat dan para investor asing yang ingin menanamkan modal di
Indonesia (Robinson et.al 2004, 40). Robinson et.al mengungkapkan bahwa Orde
Baru pada awalnya merupakan sebuah rezim pemerintahan tegas yang berpatokan
pada terpenuhinya kepentingan nasional negara, namun pada akhirnya rezim ini
mampu menyediakan lahan bisnis yang kompleks dan menumbuhkan oligarki

politik. Bentuk oligarki politik terpampang jelas dari penggunaan Pancasila sebagai
azas tunggal yang secara tidak langsung menghapuskan kesempatan bagi ideologi
lain untuk berkembang di Indonesia. Dalam menghadapi arus investasi dari luar
negeri, Orde Baru mengisolasi jalan masuk bagi investor luar negeri dalam
beberapa bidang, salah satunya ialah infrastruktur umum (Robinson et.al 2004, 51).
Namun, dalam perkembangannya, peran kehidupan ekonomi dipemerintahan
seringkali dimanfaatkan oleh anak-anak Soeharto. Pemanfaatan tersebut kemudian
melahirkan sistem monopoli yang juga merefleksikan eksistensi kapitalisme, seperti
pada sektor plastik dan perminyakan. Karena itu pemerintahan Orde Baru semakin
rapuh akibat adanya monopoli yang memberatkan hutang negara. Sistem oligarki
yang dianut pemerintahan Orde Baru pada akhirnya juga menjadi sebab jatuhnya
rezim Soeharto.
Melalui penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem kapitalisme di
Indonesia berakar dari era kolonialisme Eropa yang sempat memanfaatkan sumbersumber kekayaan Indonesia dan menjadikan rakyat Indonesia sebagai kerbau
pekerja. Perkembangan kapitalisme di Indonesia secara tidak langsung telah
meresap pada sendi-sendi kehidupan bangsa, seperti yang diperlihatkan oleh era
Orde Baru. Dengan demikan, pengaruh yang ditimbulkan era kolonialisme pada
struktur kapital di Indonesia sudah bisa dikatakan sangat besar.
Referensi:
Soekarno, Ir. 1930. Imperialisme di Indonesia, dalam Risalah Indonesia Menggugat,
dari pidato di depan Pengadilan Landraad di Bandung.
Malaka, Tan. 2008. "Kapitalisme Indonesia"' dalam Aksi Massa, Yogyakarta: Narasi,
pp 45-54
Robinson, Richard dan Vedi R, Hadiz. 2004. "The Genesis of Oligarchy: Soeharto's
New Order 1965-1982", dalam Reorganising Power in Indonesia the Politics of
Oligarchy in an Age of Markets, New York: Routledge Curzon, pp 136-167.

Anda mungkin juga menyukai