STABILITAS LERENG
Oleh :
Kelompok IV
Ketua : Kornelis Eko Patty (0806103329)
Anggota: Jemrifus Soinbala (0806103322)
Jesika Lazarus (0806103324)
Jovi Upu (0806103326)
Khaisyah Amirullah (0806103327)
Kondradus Y. S. Malut (0806103328)
Melida Andrea Boeky (0806103338)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kemantapannya. Semakin besar
kemiringan dan tinggi suatu lereng, maka kemantapannya semakin kecil.
2) Struktur Batuan
Struktur batuan yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah bidang-bidang sesar,
perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang-bidang lemah dan sekaligus
sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.
3) Sifat Fisik dan Mekanik Batuan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah : bobot isi (density), porositas
dan kandungan air. Kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi, dan sudut geser dalam merupakan
difat mekanik batuan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng.
Bobot Isi
Bobot isi batuan akan mempengaruhi besarnya beban pada permukaan bidang longsor. Sehingga
semakin besar bobot isi batuan, maka gaya penggerak yang menyebabkan lereng longsor akan
semakin besar. Dengan demikian, kemantapan lereng tersebut semakin berkurang.
Porositas
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan demikian bobot
isinya menjadi lebih besar, sehingga akan memperkecil kemantapan lereng.
Kandungan Air
Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tertekan air pori menjadi besar juga. Dengan
demikian kuat geseer batuannya akan menjadi semakin kecil, sehingga kemantapannya pun
berkurang.
Akan tetapi menurut Varnes (1978) terdapat sejumlah penyebab internal maupun
eksternal yang dapat menyebabkan naiknya gaya geser sepanjang bidang runtuh maupun
menyebabkan turunnya
Kondisi material bukan merupakan penyebab terjadinya longsoran melainkan kondisi yang
diperlukan agar longsoran dapat terjadi. Meskipun material pada lereng mempunyai kekuatan
geser yang cukup lemah, longsoran tidak akan terjadi apabila tidak ada proses-proses pemicu
longsoran yang bekerja.
Proses-proses pemicu longsoran dapat terjadi secara alami, seperti hujan lebat dengan
intensitas yang cukup tinggi, gempa bumi, erosi pada kaki lereng, maupun pemicu yang
ditimbulkan oleh kegiatan manusia, seperti penggalian pada kaki lereng, pembebanan pada
permukaan lereng bagian atas, peledakan, penggundulan hutan. Untuk beberapa kasus tertentu,
longsoran dapat terjadi tanpa proses pemicu yang jelas karena merupakan kombinasi dari
beberapa proses, seperti keruntuhan progressif atau pelapukan, yang menyebabkan terjadi
longsoran secara perlahan.
apabila terjadi
perubahan yang tiba-tiba, seperti hujan lebat dengan intensitas yang tinggi, erosi pada kaki
lereng atau pembebanan pada permukaan lereng. Ilustrasi yang menggambarkan adanya variasi
atau perubahan kondisi kestabilan diperlihatkan pada gambar.
Kondisi kestabilan lereng berdasarkan tahapan kondisi kestabilannya dapat dibagi
menjadi tiga tahap sebagai berikut:
Sangat stabil, pada tahap ini lereng mempunyai tahanan yang cukup besar untuk
mengatasi gaya-gaya yang menyebabkan lereng menjadi tidak stabil.
Cukup stabil, pada kondisi lereng lereng mempunyai kekuatan yang tahanan yang
sedikit lebih besar daripada gaya-gaya yang menyebabkan lereng menjadi tidak
stabil serta terdapat kemungkinan untuk terjadi keruntuhan lereng pada suatu
waktu apabila gaya-gaya yang menyebabkan terjadinya longsoran mencapai suatu
nilai tertentu.
Tidak stabil, lereng dinyatakan berada dalam kondisi tidak stabil apabila telah
terdapat pergerakan secara kontinu atau berselang-seling
Geologi
Beberapa kondisi geologi yang diperlukan dalam analisis kestabilan lereng, yaitu: tipe
mineral pembentuk material lereng, bidang-bidang diskontinuitas dan perlapisan,tingkat
intensitas pelapukan, kedalaman
keadaan tegangan di tempat. Tipe longsoran yang mungkin terjadi sangat dipengaruhi oleh
kondisi dari bidang- bidang tak menerus pada daerah yang distudi/diselidiki. Berikut ini adalah
sketsa dari beberapa bentuk tipe longsoran dan kondisi bidang-bidang tak menerus yang
mempengaruhinya.
Selama proses pekerjaan penggalian lereng kondisi geologi harus terus dikaji dan desain
lereng dapat dimodifikasi ulang apabila ternyata kondisi geologi yang aktual berbeda dengan
yang
diasumsikan. Pada umumnya data geologi yang tersedia biasanya sangat terbatas
sehingga dapat menghasilkan beragam interpretasi. Oleh sebab itu kondisi geologi harus selalu
diamati selama pekerjaan berlangsung serta mempertimbangkan kemungkinan adanya
perubahan rancangan lereng apabila kondisi aktual di lapangan berbeda dengan kondisi geologi
yang diasumsikan.
Sifat material
Sifat material yang diperlukan dalam analisis kestabilan lereng yaitu parameter
kekuatan geser dan berat satuan material. Parameter kekuatan geser merupakan sifat material
terpenting karena faktor keamanan dinyatakan dalam bentuk perbandingan kekuatan geser
yang tersedia dan kekuatan geser yang diperlukan, sehingga penentuan parameter kekuatan
geser harus seakurat mungkin. Parameter kekuatan geser terdiri dari komponen yaitu kohesi
dan sudut geser. Untuk analisis lereng yang telah mengalami longsoran harus diperhatikan
tentang kekuatan geser sisa.
Berdasarkan kondisi pengujian di laboratorium atau pengujian di lapangan terdapat dua
t i p e k e k u a t a n ge s e r material yaitu: kekuatan geser takterdrainase dan kekuatan geser
terdrainase. Kekuatan geser takterdrainase digunakan apabila analisis kestabilan lereng
dilakukan dengan pendekatan tegangan total, sedangkan kekuatan geser terdrainase digunakan
apabila analisis kestabilan lereng dilakukan dengan pendekatan tegangan efektif.
Air tanah
Kondisi air tanah merupakan salah satu parameter terpenting dalam analisis kestabilan
lereng, k a r e n a seringkali terjadi longsoran yang diakibatkan oleh kenaikan tegangan air pori
yang berlebih. Tekanan air pori tidak diperlukan apabila dilakukan analisis kestabilan dengan
tegangan total. Gaya hidrostatik pada permukaan lereng yang diakibatkan oleh air yang
menggenangi permukaan lereng juga harus dimasukkan dalam perhitungan kestabilan lereng,
karena gaya ini mempunyai efek perkuatan pada lereng.
Pada umumnya keberadaan air akan mengurangi kondisi kestabilan lereng yang antara lain
karena
menurunkan kekuatan geser material sebagai akibat naiknya tekanan air pori,
bertambahnya berat satuan material, timbulnya gaya-gaya rembesan yang ditimbulkan oleh
pergerakan air.
faktor keamanan=
visual,
maupun
stabil
dengan
ini
kurang
Cara
teliti, tergantung dari pengalaman seseorang. Cara ini dipakai bila tidak ada
resiko longsor terjadi saat pengamatan.
Cara
ini
mirip
dengan
memetakan
komputasi
berdasarkan
adalah
dengan
melakukan
hitungan
dan
dianalisis kekuatannya. Menurut Bowles (1989), pada dasarnya kunci utama gerakan
tanah adalah kuat geser tanah
untuk beberapa kasus pembebanan, (c) meningkat sejalan pening- katan konsolidasi
(sejalan dengan waktu) atau dengan kedalaman, (d) ber- kurang dengan meningkatnya
kejenuhan air (sejalan dengan waktu) atau ter- bentuknya tekanan pori yang berlebih
atau terjadi peningkatan air tanah. Dalam menghitung besar faktor keamanan lereng
dalam analisis lereng tanah melalui metoda sayatan, hanya longsoran yang mempunyai
bidang gelincir saya yang dapat dihitung.
c. Cara grafik adalah dengan menggunakan grafik yang sudah standar (Taylor, Hoek
&
Bray, Janbu, Cousins dan Morganstren). Cara ini dilakukan untuk material homogen
dengan struktur sederhana. Material yang heterogen (terdiri atas berbagai lapisan)
dapat didekati dengan penggunaan rumus (cara komputasi). Stereonet, misalnya
diagram jaring Schmidt (Schmidt Net Diagram) dapat menjelaskan arah longsoran
atau runtuhan batuan dengan cara mengukur strike/dip kekar-kekar (joints) dan strike/dip
lapisan batuan.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan dan studi-studi yang menyeluruh
tentang keruntuhan lereng, maka dibagi 3 kelompok rentang Faktor Keamanan (F) ditinjau
dari intensitas kelongsorannya (Bowles, 1989), sperti yang diperlihatkan pada Tabel berikut:
F diatas 1,25
dengan
berbagai metode.
Longsoran dengan bidang gelincir (slip surface), F dapat dihitung dengan metoda
sayatan (slice method) menurut Fellenius atau Bishop. Untuk suatu lereng dengan
penampang yang sama, cara Fellenius dapat dibandingkan nilai
faktor
keamanannya
dengan cara Bishop. Dalam mengantisipasi lereng longsor, sebaiknya nilai F yang
diambil adalah nilai F yang terkecil, dengan demikian antisipasi akan diupayakan
maksimal. Data yang diperlukan dalam suatu perhitungan sederhana untuk mencari
nilai F (faktor keamanan lereng) adalah sebagai berikut :
a.
D
ata lereng (terutama diperlukan untuk membuat penampang
lereng) meliputi:
sudut lereng, tinggi lereng, atau panjang lereng dari kaki lereng ke puncak lereng.
b. Data mekanika tanah
sudut geser dalam (; derajat)
bobot satuan isi tanah basah (wet; g/cm3 atau kN/m3 atau ton/m3)
2
/ ( 1 + ). Pada lereng yang dipengaruhi oleh muka air tanah nilai F (dengan metoda
sayatan, Fellenius) adalah sbb.:
= kohesi (kN/m2)
Dimana :
u)
tan '
F
(1)
Untuk irisan ke i, nilai Ti = i , yaitu nilai gaya geser yang berkembang pada bidang longsor
untuk keseimbangan batas. Karena itu
Ti
c' i
F
( Ni u i )
tan '
F
(2)
Kondisi keseimbangan momen terhadap pusat rotasi O antara berat massa tanah yang akan
longsor dengan gaya geser total pada dasar bidang longsornya dapat dinyatakan oleh (Gambar
5)
Wixi
TiR
Dimana :
(I3)
xi
i 1
(4)
i n
Wixi
i 1
Ni
Wi
Xi
Xi
cos
1
i
Ti sin
(5)
Ni '
Wi
Xi
Xi
cos
1
i
ui i cos
c' i sin
sin i tan ' / F
i/F
(6)
Wi
/F
i n
(7)
Wixi
i 1
(8)
bi = ai cos i
(9)
substitusi Persamaan (8) dan (9) ke Persamaan (7), diperoleh persamaan faktor aman :
i n
i 1
1
cos i (1 tan i tan ' / F
i n
Wi sin
(10)
i 1
Dimana :
= faktor aman
bi
= lebar irisan ke i
Wi
ui
ub
W
u
h
(11)
dimana :
ru
= lebar irisan
dari Persamaan ( 11), bentuk lain dari persaman faktor aman untuk analisis stabilitas lereng cara
Bishop, adalah :
i n
i 1
1
cos i (1 tan i tan ' / F
i n
Wi sin
(12)
i 1
Persamaan faktor aman Bishop ini lebih sulit pemakainya dibandingkan dengan metode
Fillinius. Lagi pula membutuhkan cara coba coba ( trial and error ), karena nilai faktor aman F
nampak di kedua sisi persamaannya. Akan tetapi, cara ini telah terbukti memberikan nilai faktor
aman yang mendekati nilai faktor aman dari hitungan yang dilakukan dengan cara lain yang
lebih teliti. Untuk mempermudah hitungan, Gambar 10 dapat digunakan untuk menentukan nilai
fungsi Mi, dengan
Mi = cos i ( 1 + tan i tan / F )
(13)
Lokasi lingkaran longsor kritis dari metode bishop ( 1955 ), biasanya mendekati dengan
hasil pengamatan di lapangan. Karena itu, walaupun metode Fillinius lebih mudah, metode
Bishop ( 1955 ) lebih disukai karena menghasilkan penyesaian yang lebih teliti.
Dalam
praktek, diperlukan
bidang longsor dengan nilai faktor aman yang terkecil. Jika bidang longsor dianggap lingkaran,
maka lebih baik kalau dibuat kotak kotak di mana tiap titik potong garis garisnya merupakan
tempat kedudukan pusat lingkaran longsornya. pada titik titik potong garis yang merupakan
pusat lingkaran longsornyadituliskan nilai faktor aman terkecil pada titik tersebut (lihat Gambar
7). Perlu diketahui bahwa pada tiap titik pusat lingkaran harus dilakukan pula hitungan faktor
aman untuk menentukan nilai faktor aman yang terkecil dari bidang longsor dengan pusat
lingkaran pada titik tersebut, yaitu dengan mengubah jari-jari lingkarannya.
Kemudian, setelah faktor aman terkecil pada tiap-tiap titik pada kotaknya diperoleh,
Digambarkan garis kontur yang menunjukkan tempat kedudukan dari titik-titik pusat lingkaran
faktor aman yang sama. Dari kontur faktor aman tersebut dapat ditentukan letak kira-kira dari
pusat lingkaran yang menghasilkan faktor aman terkecil.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam pembuatan makalah ini menggunakan perhitungan dan analisa kestabilan lereng
menggunakan cara manual, yakni dengan metode irisan (Fellenius dan Bishop), serta dengan
menggunakan aplikasi software Geostudio 2004. Ada beberapa langkah yang perlu dilalui :
Langkah pertama adalah membuat sketsa lereng berdasarkan data penampang lereng,
Dibuat sayatan-sayatan vertikal sampai batas bidang gelincir.
Langkah berikutnya adalah membuat tabel untuk mempermudah perhitungan.
Melakukan perhitungan sesuai dengan rumus dari metode-metode yang dipergunakan
Mendapatkan hasil berupa faktor keamanan lereng
Menganalisis hasil yang diperoleh dan menetapkan intensitaskemungkinan terjadinya
longsor
3.1.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah:
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Dasar Teori
BAB III
Metode Penelitian
BAB IV
BAB V
Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi lereng
: kering
Karakteristik
Batulanau
Kohesi (C)
87,0 kN/m2
16,0o
Bobot isi ()
18,5 kN/m3
Indeks Plastisitas
Titik Iterasi 1
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 1.1) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 1)
Diperoleh Fk = 1.20
Titik Iterasi 2
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 1.2) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 2)
Diperoleh Fk = 1.33
Titik Iterasi 3
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 1.3) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 3)
Diperoleh Fk = 1.23
Titik Iterasi 4
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 1.4) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 4)
Diperoleh Fk = 1.4
Titik Iterasi 5
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 1.5) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 5)
Diperoleh Fk = 1.36
Titik Iterasi 6
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 1.6) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 6)
Diperoleh Fk = 1.27
Kondisi lereng
: kering
Karakteristik
Batulanau
Batupasir
Batulempung
Kohesi (C)
87,0 kN/m2
130,0 kN/m2
100,0 kN/m2
16,0o
21,56o
15,46o
Bobot isi ()
18,5 kN/m3
23,50 kN/m3
22,50 kN/m3
Indeks Plastisitas
Titik Iterasi 1
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 2.1) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 1)
Diperoleh Fk = 1.175
Titik Iterasi 2
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 2.2) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 2)
Diperoleh Fk = 1.294
Titik Iterasi 3
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
Kondisi lereng
: kering
No.
Karakteristik
Batulanau
Batupasir
Batulempung
Kohesi (C)
87,0 kN/m2
130,0 kN/m2
100,0 kN/m2
16,0o
21,56o
15,46o
Bobot isi ()
18,5 kN/m3
23,50 kN/m3
22,50 kN/m3
Indeks Plastisitas
Titik Iterasi 1
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 3.1) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 1)
Diperoleh Fk = 0.835
Titik Iterasi 2
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 3.2) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 2)
Diperoleh Fk = 0.771
Titik Iterasi 3
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 3.3) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 3)
Diperoleh Fk = 0.834
Titik Iterasi 4
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 3.4) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 4)
Diperoleh Fk = 0.799
Titik Iterasi 5
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 3.5) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 5)
Diperoleh Fk = 0.824
Titik Iterasi 6
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 3.6) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 6)
Diperoleh Fk = 0.842
Perhitungan Manual Dengan Metode Irisan Fellenius No. 4
Suatu lereng dengan geometri seperti dibawah merupakanereng batulanau yang homogen, tidak
berlapis dan bersifat isotropic.
: 30o, kemiringan lereng () : 60o
Geometri lereng
Kondisi lereng
Karakteristik
Batulanau
Batupasir
Batulempung
Kohesi (C)
87,0 kN/m2
130,0 kN/m2
100,0 kN/m2
16,0o
21,56o
15,46o
Bobot isi ()
18,5 kN/m3
23,50 kN/m3
22,50 kN/m3
1,1
1,1
1,1
Indeks Plastisitas
Titik Iterasi 1
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 4.1) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 1)
Diperoleh Fk = 1.013
Titik Iterasi 2
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 4.2) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 2)
Diperoleh Fk = 1.267
Titik Iterasi 3
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 4.3) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 3)
Diperoleh Fk = 1.219
Titik Iterasi 4
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 4.4) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 4)
Diperoleh Fk = 1.197
Titik Iterasi 5
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 4.5) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 5)
Diperoleh Fk = 1.357
Titik Iterasi 6
Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa untuk setiap irisan, resultan gaya-gaya antar irisan
adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk gaya-gaya pada setiap irisan
yang tegak lurus terhadap dasar
(Gambar lihat lampiran 4.6) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan fillenius titik 6)
Diperoleh Fk = 1.436
Kondisi lereng
: kering
Karakteristik
Batulanau
Kohesi (C)
87,0 kN/m2
16,0o
Bobot isi ()
18,5 kN/m3
Indeks Plastisitas
Titik Iterasi 1
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran 1.1) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 1)
Diperoleh Fk = 1,42
Titik Iterasi 2
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran 1.2) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 2)
Diperoleh Fk = 1,69
Titik Iterasi 3
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran 1.3) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 3)
Diperoleh Fk = 1,64
Titik Iterasi 4
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran 1.4) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 4)
Diperoleh Fk = 1,59
Titik Iterasi 5
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran 1.5) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 5)
Diperoleh Fk = 1,69
Titik Iterasi 6
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran 1.6) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 6)
Diperoleh Fk = 1,53
Kondisi lereng
: kering
Karakteristik
Batulanau
Batupasir
Batulempung
Kohesi (C)
87,0 kN/m2
130,0 kN/m2
100,0 kN/m2
16,0o
21,56o
15,46o
Bobot isi ()
18,5 kN/m3
23,50 kN/m3
22,50 kN/m3
Indeks Plastisitas
Titik Iterasi 1
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran bishop 1.1 ) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 1)
Diperoleh Fk = 1,36
Titik Iterasi 2
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran Bishop 1.2) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 2)
Diperoleh Fk = 1,25
Titik Iterasi 3
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran Bishop 1.3) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 3)
Diperoleh Fk = 1,32
Titik Iterasi 4
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran Bishop 1.4) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 4)
Diperoleh Fk = 1,51
Titik Iterasi 5
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran 1.5) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 5)
Diperoleh Fk = 1,20
Titik Iterasi 6
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran Bishop 1.6) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 6)
Diperoleh Fk = 1,35
Kondisi lereng
: kering
Karakteristik
Batulanau
Batupasir
Batulempung
Kohesi (C)
87,0 kN/m2
130,0 kN/m2
100,0 kN/m2
16,0o
21,56o
15,46o
Bobot isi ()
18,5 kN/m3
23,50 kN/m3
22,50 kN/m3
Indeks Plastisitas
Titik Iterasi 1
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
Titik Iterasi 2
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran Bishop 1.2) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 2)
Diperoleh Fk = 0,90
Titik Iterasi 3
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran Bishop 1.3) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 3)
Diperoleh Fk = 0,871
Titik Iterasi 4
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran Bishop 1.4) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 4)
Diperoleh Fk = 0,873
Titik Iterasi 5
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran 1.5) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 5)
Diperoleh Fk = 0,807
Titik Iterasi 6
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran Bishop 1.6) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 6)
Diperoleh Fk = 0,864
Geometri lereng
Kondisi lereng
Karakteristik
Batulanau
Batupasir
Batulempung
Kohesi (C)
87,0 kN/m2
130,0 kN/m2
100,0 kN/m2
16,0o
21,56o
15,46o
Bobot isi ()
18,5 kN/m3
23,50 kN/m3
22,50 kN/m3
1.1
1.1
1.1
Indeks Plastisitas
Titik Iterasi 1
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran bishop 1.1 ) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 1)
Diperoleh Fk =
Titik Iterasi 2
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
Titik Iterasi 3
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran Bishop 1.3) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 3)
Diperoleh Fk =
Titik Iterasi 4
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran Bishop 1.4) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 4)
Diperoleh Fk =
Titik Iterasi 5
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran 1.5) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 5)
Diperoleh Fk =
Titik Iterasi 6
Dalam penyelesaian ini dengan memperhtungkan gaya-gaya antar irisan yang ada, metode
bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran
(Gambar lihat lampiran Bishop 1.6) :
(Tabel lihat lampiran tabel perhitungan Bishop titik 6)
Diperoleh Fk =
Fellenius
1,20
1,33
1,23
1,4
1,36
1,27
Bishop
1.42
1.69
1.64
1.59
1.69
1.53
GEO SLOPE
Ordinary
: 1.366
Bishop
: 1.384
Janbu
: 1.374
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai faktor keamanan yang didapat dari
metode Fellenius dan metode Bishop tidak jauh berbeda begitupula data
yang dihasilkan dengan menggunakan GEO SLOPE. Kami lebih mempercayai
hasil perhitungan dengan GEO SLOPE dikarenakan data yang dipakai lebih
akurat dan lebih teliti. Dan dari semua hasil yang telah di peroleh kami mengambil
kesimpulan bahwa lereng ini dapat dikategorikan sebagai lereng yang stabil dilihat
dari nilai Fk keseluruhan bahwa nilai Fk terkecil adalah 1,20 yang merupakan hasil
dari perhitungan dengan metode filenius titik iterasi yang pertama.
Nomor 2
Berikut adalah perbandingan hasil perhitungan faktor keamanan dari 6 titik
iterasi dengan metode Fellenius dan metode Bishop dan perhitungan dengan
menggunakan bantuan GEO SLOPE.
Tabel Perbandingan Nilai Faktor Keamanan Nomor 2
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Titik 5
Titik 6
Fellenius
1.175
1.294
1.375
1.211
1.282
1.329
Bishop
1.368
1.254
1.322
1.518
1.202
1.355
GEO SLOPE
Ordinary
: 1.426
Bishop
: 1.436
Janbu
: 1.447
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai faktor keamanan yang didapat dari
metode Fellenius dan metode Bishop tidak jauh berbeda begitupula data
yang dihasilkan dengan menggunakan GEO SLOPE. Kami lebih mempercayai
hasil perhitungan dengan GEO SLOPE dikarenakan data yang dipakai lebih
akurat dan lebih teliti. Dan dari semua hasil yang telah di peroleh kami mengambil
kesimpulan bahwa lereng ini dapat dikategorikan sebagai lereng yang stabil dilihat
dari nilai Fk keseluruhan bahwa nilai Fk terkecil adalah 1,175 dari perhitungan
dengan metode filenius titik iterasi yang pertama.
Nomor 3
Berikut adalah perbandingan hasil perhitungan faktor keamanan dari 6 titik
iterasi dengan metode Fellenius dan metode Bishop dan perhitungan dengan
menggunakan bantuan GEO SLOPE namun nilai yang diambil hanya nilai
faktor keamanan menurut Bishop saja.
Fellenius
0.835
0.771
0.834
0.799
0.824
0.842
Bishop
0.876
0.909
0.871
0.873
0.807
0.864
GEO SLOPE
Ordinary
: 0.932
Bishop
: 0.947
Janbu
: 0.886
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai faktor keamanan yang didapat dari
metode Fellenius dan metode Bishop tidak jauh berbeda begitupula data
yang dihasilkan dengan menggunakan GEO SLOPE. Kami lebih mempercayai
hasil perhitungan dengan GEO SLOPE dikarenakan data yang dipakai lebih
akurat dan lebih teliti. Dan dari semua hasil yang telah di peroleh kami mengambil
kesimpulan bahwa lereng ini dapat dikategorikan sebagai lereng yang tidak stabil
dilihat dari nilai Fk keseluruhan bahwa nilai Fk terkecil adalah 0.771 dari
perhitungan dengan metode filenius titik iterasi yang kedua. Pengaruh dari gempa
menyebabkan kurang stabilnya lereng tersebut. Hal ini sesuai dengan dasar teori
bahwa gempa berpengaruh terhadap kestabilan lereng dan bukti dari sering
terjadinya longsor ketika ada gempa.
Nomor 4
Berikut adalah perbandingan hasil perhitungan faktor keamanan dari 6 titik
iterasi dengan metode Fellenius dan metode Bishop dan perhitungan dengan
menggunakan bantuan GEO SLOPE namun nilai yang diambil hanya nilai
faktor keamanan menurut Bishop saja.
Tabel Perbandingan Nilai Faktor Keamanan Nomor 4
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Titik 5
Titik 6
Fellenius
1.013
1.267
1.219
1.197
1.357
1.436
Bishop
1,07
1,12
1,21
1,24
1,42
1,56
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai faktor keamanan yang didapat dari
metode Fellenius dan metode Bishop tidak jauh berbeda begitupula data
yang dihasilkan dengan menggunakan GEO SLOPE. Kami lebih mempercayai
hasil perhitungan dengan GEO SLOPE dikarenakan data yang dipakai lebih
akurat dan lebih teliti. Dan dari semua hasil yang telah di peroleh kami mengambil
kesimpulan bahwa lereng ini dapat dikategorikan sebagai lereng yang tidak stabil
dilihat dari nilai Fk keseluruhan bahwa nilai Fk terkecil adalah 1,013 dari
perhitungan dengan metode filenius titik iterasi yang pertama. Pengaruh dari muka
air tanah menyebabkan bertambah beratnya volume setiap irisan yang
mengakibatkan semakin besar pembebanan pada lereng yang dapat mengakibatkan
semakin besar kemungkinan terjadinya longsor pada lereng tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari semua hasil perhitungan yang telah kami lakukan, kami telah mengambil beberapa
kesimpulan yang menurut kami penting yaitu :
1. Dari nomor 1,2,3 dan 4. Nilai faktor keamanan yang dipakai untuk lereng yang ditinjau
adalah nilai faktor keamanan hasil dari perhitungan dengan bantuan program GEO
SLOPE. Hal ini dikarenakan perhitungan menggunakan GEO SLOPE lebih teliti dan
lebih cocok digunakan karena perhitungan manual masih bisa terjadi kesalahan.
Kesalahan yang dimaksud mulai dari pembacaan sudut dengan menggunakan busur
derajat, pengukuran tebal dan tinggi lapisan, angka penting dalam input data serta
berbagai kesalahan elementer yang masih banyak lagi.
2. Dalam perhitungan analisis kestabilan lereng, metode bishop lebih sering dipergunakan
dibandingkan dengan metode fillenius. Hal ini dikarenakan metode fillenius mempunyai
tingkat ketelitian yang lebih rendah dibandingkan metode Bishop.
5.2 Saran
Dalam perhitungan analisis kestabilan lereng ini, kami mendapat banyak hal yang perlu
diperhatikan lebih lanjut untuk itu kami memberikan beberapa saran untuk di perhatikan.
1. Perhitungan manual harus secara teliti agar faktor kesalahan (human error) dapat
diperkecil, hal ini agar dalam pengerjaan analisis kestabilan lereng selanjutnya bisa dapat
di peroleh hasil yang mendekati keadaan sebenarnya
2. Pengerjaan dengan software di perlukan untuk sebagai perbandingan bila kita
mempergunakan hitungan secara manual, sehingga hasil yang kita dapatkan tidak terlalu
melenceng jauh dari keadaan sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Taopan.,Henda. 2011. Bahan Ajar Perencanaan Tambang. Kupang
LAMPIRAN