BAB I Pendahuluan
.
.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah PT. Pupuk Kujang
Pada tahun 1960an, pemerintah mencanangkan program peningkatan produksi
pertanian di dalam usaha swasembada pangan. Demi suksesnya program pemerintah
ini, maka kebutuhan akan pupuk mutlak harus dipenuhi mengingat produksi PUSRI
waktu itu tidak mencukupi. Menyusul ditemukannya sumber gas alam di bagian utara
Jawa Barat, muncul gagasan untuk membangun pabrik pupuk urea di sana.
Perusahaan didirikan pada tanggal 9 Juni 1975, berdasarkan Akta No. 10
tanggal 9 Juni 1975 oleh dan di hadapan Notaris Soeleman Ardjasasmita, SH, di
Jakarta. Pabrik pertama disebut Pabrik Kujang 1A dengan kapasitas produksi 570.000
ton/tahun pupuk urea dan 330.000 ton/tahun amoniak. Pembangunannya dilaksanakan
oleh kontraktor utama Kellogg Overseas Corporation (USA) dan Toyo Engineering
Corporation (Japan). Pembangunan Pabrik Kujang 1A ini berlangsung selama 36 bulan
dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto pada 12 Desember 1978.
Perusahaan membangun pabrik kedua yang disebut Pabrik Kujang 1B pada
tahun 2003. Pembangunan Pabrik Kujang 1B dengan kapasitas produksi 570.000
ton/tahun pupuk urea dan 330.000 ton/tahun amoniak, pembangunannya dilaksanakan
oleh kontraktor utama Toyo Engineering Corporation (TEC) Japan dan didukung oleh
dua kontraktor dalam negeri yaitu PT Rekayasa Industri dan PT Inti Karya Persada
Teknik. Pembangunan Pabrik Kujang 1B diselesaikan dalam waktu 36 bulan, mulai 1
Oktober 2003 sampai 6 September 2005. Pabrik Kujang 1B diresmikan Presiden
Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada 3 April 2006.
Bahan baku utama dalam pembuatan pupuk urea adalah gas bumi, air dan
udara. Ketiga bahan baku tersebut diolah, sehingga menghasilkan amoniak dan
akhirnya menjadi pupuk urea. Penyediaan gas bumi berasal dari PT Pertamina EP dan
PT Pertamina HE ONWJ yang diambil dari sumber gas lepas pantai laut Jawa,
sedangkan air baku berasal dari Perum Jasa Tirta II Jatiluhur, Purwakarta.
Posisi strategis Perusahaan yang terletak di Provinsi Jawa Barat dan berdekatan
dengan Ibu Kota DKI Jakarta menjadi salah satu tantangan tersendiri, mengingat Jawa
Barat sebagai lumbung padi nasional harus ditunjang dengan pasokan pupuk yang
memadai sehingga Ketahanan Pangan Nasional dapat terjamin.
BAB I Pendahuluan
.
.
2.
Dekat dengan sumber air tawar di sungai Parungkadali dan sungai Cikao
3.
4.
7.
Peta lokasi Kawasan Industri Kujang Cikampek dapat dilihat pada gambar 1.1
BAB I Pendahuluan
.
.
BAB II
KEBUTUHAN BAHAN BAKU DAN HASIL PRODUK
2.1
Bahan Baku
Kebutuhan bahan baku yang merupakan bahan masukan proses produksi
dari unit ammonia, urea, dan utilitas yang meliputi kebutuhan bahan baku utama
dan bahan baku penunjang.
2.1.1
2.1.2
Regenerasi Katalis
(ton/tahun)
Suplier Katalis
Cobalt-Molybdenum
Zinc-Oxide
Nickel-Oxide
Fe-Cr
Cu
Iron
b. Absorbent
BAB I Pendahuluan
.
.
Absorbent yang digunakan untuk menunjang proses produksi urea di PT. Pupuk
Kujang adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2
Absorbent
Suplier Absorbent
Karbon Aktif
Silica gel
benfield
c. Regenerator Resin
Regenerator Resin yang digunakan untuk meregenerasi resin pada proses
demineralisasi di PT. Pupuk Kujang adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3
Regenerator Resin
Suplier
2.2 Produk
Produksi utama PT. Pupuk Kujang adalah urea dengan spesifikasi tertera
pada lampiran F, sedangkan produk antara berupa ammonia (NH3), karbon
dioksida (CO2), dan produk samping adalah hidrogen (H2) dan gas karbon
monoksida (CO). Produk tersebut didistribusikan seperti tertera pada table 2.4.
Tabel 2.4
Kapasitas Produksi
Pupuk Urea
570000 ton/tahun
Ammonia
330000 ton/tahun
Gas CO2
400000 ton/tahun
Gas CO
Gas H2
790 Nm3/jam
1270 Nm3/jam
Distribusi
Distributor Pupuk Indonesia,
Pabrik Pupuk NPK
Unit Urea PT. Pupuk Kujang,
Storage PT. Pupuk Kujang,
Pabrik Nitro Acid
Unit Urea PT. Pupuk Kujang,
Pabrik CO2 (Dry ice)
Pabrik Asam Format
Pabrik Hidrogen Peroksida
BAB III
DESKRIPSI UNIT PROSES
BAB I Pendahuluan
.
.
Unit proses terbagi menjadi beberapa unit yakni unit ammonia dan unit urea.
ammonia disintesis dengan teknologi proses Kellog dan urea disintesis dengan teknologi
proses Mitsui Toatsu Total Recycle C-Improved
3.1
Gambar 3.1 Block Flow Diagram (BFD) Plant Ammonia 1A PT Pupuk Kujang
BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan
3.2.1
.
.
a.
b. Penghilangan Merkuri
Kandungan merkuri dalam gas dikurangi hingga kurang dari 0.001 ppb
untuk mencegah akumulasi merkuri pada synthesis loop. Tangki penghilangan
merkuri berisi bed dari karbon yang di dalamnya ditanamkan sulfur. Sulfur dalam
bed tersebut akan bereaksi dengan merkuri dalam gas umpan untuk membentuk
mercury sulfide yang akan tertahan pada pori-pori biji karbon. Reaksi tersebut
berlangsung di dalam Mercury Guard Chamber dengan tekanan operasi 14-16
kg/cm2 dan temperatur 30-400C. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Hg + S
HgS
Tekanan gas alam yang keluar masih belum cukup tinggi agar gas dapat
mengalir ke alat-alat berikutnya, maka gas ditekan dalam Feed Gas Compressor
sehingga tekanannya mencapai 40-41 kg/cm2.
c. Penghilangan Sulfur (Desulfurisasi)
Sulfur merupakan racun bagi katalis di Primary dan Secondary Reformer.
Desulfurisasi dilakukan dua tahap, yaitu di Cobalt-Moly Hydrotreater dan Zinc
Oxyde Guard Chamber. Cobalt Moly Hidrotreater terdiri dari dua buah packed
bed berisi katalis Cobalt-Molybdenum sebanyak 28,3 m3, sedangkan Zinc Oxide
Guard Chamber masing-masing berisi katalis ZnO sebanyak 28,3 m3.
Di dalam Cobalt-Moly Hidrotreater, senyawa belerang direaksikan dengan
gas hidrogen dari recycle gas synthesis menjadi H2S. Reaksi ini dapat berjalan baik
pada temperature berkisar 400 0C, maka gas alam perlu dipanaskan dalam zona
konveksi Primary Reformer.
RSH + H2
RH + H2S
BAB I Pendahuluan
RSR + H2
.
.
RH + RH + H2S
Suhu gas keluar sekitar 390-405 0C dan tekanannya 35 - 43 kg/cm 2. Gas ini lalu
dimasukkan ke Zinc Oxide Guard Chamber untuk pengambilan H2S oleh ZnO di
dalam Chamber:
H2S + ZnO
3.2.2
ZnS + H2O
CO + 3H2
H = + 49,3 kcal/mol
CO + H2O
CO2 + H2
H = - 9,8 kcal/mol
Reaksi keseluruhan adalah endotermis. Panas yang dibutuhkan disuplai oleh panas
pembakaran gas alam di luar tube.
Secondary Reformer melanjutkan reaksi reforming dengan panas diperoleh
dari pembakaran langsung udara dan gas alam. Di dalam reaktor gas dan udara
masuk ke Secondary Reformer secara terpisah dari bagian atas yang disebut
Mixing Zone atau Combustion Zone dan terjadi reaksi
CH4 + 2O2
2H2 + O2
CO2 + 2H2O
2H2O
H = -191.7 Kcal/moll
H = - 57.8 Kcal/moll
Pada bagian bawah reactor yakni Reaction Zone berupa packed bed yang
terdiri dari katalis nickel oxide. Pada zona ini reaksi endotermis dari reforming
terjadi
CH4 + H2O
CO + 3H2
H = + 49,3 kcal/mol
CO + H2O
CO2 + H2
H = - 9,8 kcal/mol
Kadar CH4 dalam gas yang keluar dari Secondary Reformer ini tinggal kirakira 0.2-0.5%. Udara yang masuk ke Secondary Reformer berfungsi juga sebagai
pensuplai N2, maka perbandingan mol udara dan gas alam harus diatur supaya gas
H2 dan N2 yang keluar mempunyai perbandingan mol yang tepat untuk umpan
Ammonia Converter yaitu 3:1. Gas panas yang keluar dari Secondary Reformer
dengan temperatur 930-950
BAB I Pendahuluan
.
.
bertekanan tinggi (109 kg/cm2) di Waste Heat Boiler sehingga suhu gas keluar
turun menjadi 365-3800C. Temperatur ini adalah temperatur yang sesuai untuk
reaksi di High Temperatur Shift Converter.
b. Shift Converter
Untuk memproduksi urea, diperlukan gas CO2, oleh karena itu gas CO yang
ada perlu diubah menjadi CO2 di dalam Shift Converter pada temperatur masuk
sekitar 365-3800C dan tekanan 31 kg/cm2. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
CO + H2O
CO2 + H2
H = - 9,8 Kcal/mol
Reaksi ini bersifat eksotermik dan terjadi dalam dua tahapan. Bagian
terbesar reaksi terjadi di High Temperatur Shift (HTS) Converter yang berisikan
katalis Fe-Cr. Pada HTS Converter kecepatan reaksinya tinggi. Gas keluar pada
temperatur 425-4400C dan tekanan 29-32 kg/cm2. Temperatur gas hasil HTS
digunakan untuk pemanas di Shift Effluent Waste Heat Boiler dan sebagai
pemanas gas umpan ke methanator.
Untuk menyempurnakan pembentukan CO2, maka reaksi dilanjutkan pada
Low Temperatur Shift (LTS) Converter dengan katalis Cu. Gas yang keluar dari
LTS mempunyai temperatur sekitar 205-240 0C dan tekanan 27- 30 kg/cm2.
3.2.3
a. CO2 Removal
Gas CO2 diperlukan dalam pembuatan urea, sehingga gas ini diambil
dengan cara diabsorb menggunakan larutan benfield. Gas yang keluar dari LTS
masih mengandung CO2 sebanyak 17 19 % volum. Gas dimasukkan ke CO 2
Absorber melalui sparger di bagian bawah menara. CO2 Absorber ini tersusun dari
empat buah bed berisi tumpukan slotted ring. Larutan penyerap yang digunakan
adalah larutan Benfield yang terdiri dari kalium karbonat (K 2CO3), diethanolamin
(DEA), kalium vanadat (KVO3), ucon dan air.
Pada absorpsi CO2, mula-mula gas CO2 bereaksi dengan H2O membentuk
asam karbonat. Asam Karbonat kemudian bereaksi lagi dengan ion karbonat dari
K2CO3 membentuk ion bikarbonat
CO2 +
H2O + K2CO3
2KHCO3
BAB I Pendahuluan
.
.
Larutan benfield yang dipakai ada dua aliran, yaitu larutan lean benfield
yang masuk dari puncak menara, dan larutan semi lean benfield yang masuk
menara bagian tengah. Larutan lean benfield adalah larutan yang sama sekali tidak
mengandung CO2. Larutan ini berasal dari dasar Stripper dan didinginkan lebih
dulu dalam Cooler dan keluar dari Cooler ini sebagian larutan disaring dengan
Mechanical Filter sebelum masuk ke puncak Absorber sebanyak 370 ton/jam.
Mechanical Filter berfungsi untuk menyaring partikel padat dan mencegah
terjadinya foaming di larutan benfield.
Larutan semi lean benfield adalah larutan yang masih mengandung CO2.
Larutan ini berasal dari bagian tengah Stripper. Larutan semi lean benfield
dimasukan dalam Single Stage Semi Lean Flash dengan sebuah ejector yang
bertujuan untuk mereduksi energi pada pemisah CO 2. Motive steam yang
digunakan untuk Ejector dibangkitkan dalam Low Proses Steam Drum yang
mendapatkan sumber panas dari gas outlet LTS di Exchanger mengalir pada
kondisi normal sebanyak 1100 ton/jam.
Gas dari LTS yang masuk dari bagian bawah Absorber akan kontak dengan
larutan semi lean benfield yang akan menyerap sebagian besar dari gas CO 2 yang
ada, kemudian sisa CO2 dalam gas akan diserap oleh larutan lean benfield.
Temperatur dalam Absorber adalah 70-1300C dan tekanannya sekitar 23-25
kg/cm2. Gas yang keluar dari bagian atas Absorber diharapkan kadar CO2-nya
dibawah 0,1% volume. Temperatur gas ini kira-kira 70-760C.
Tekanan larutan rich benfield (larutan yang telah banyak mengandung CO2)
perlu diturunkan sebelu masuk stripper, maka larutan tersebur dialirkan melalui
Turbin Hydraulic. Turbin Hydraulic juga digunakan untuk menggerakan impeller
pompa larutan semi lean benfield yang akan menuju Absorber. Untuk menstripping CO2, digunakan proses gas outlet LTS steam bertekanan rendah, (low
steam) di dalam 3 buah Reboiler. Dengan tekanan rendah yaitu 0,5 - 0,7 kg/cm 2,
suhu tinggi antara 125-1350C, dan dorongan steam ke atas, maka diharapkan gas
CO2 dalam larutan rich benfield akan terlepas. Reaksi yang terjadi merupakan
kebalikan reaksi Absorber yaitu :
KHCO3
Setelah melewati bed kedua, larutan ditampung dalam trap out pan, dimana
sebagian larutan dikeluarkan sebagai larutan semi lean benfield yang menuju
10
BAB I Pendahuluan
.
.
Absorber melewati sebuah single stage flash drum 1116-F, sebagian lagi mengalir
ke bed ketiga untuk ditampung dalam trap out pan kedua. Larutan ini dialirkan ke
Reboiler, dan steam yang terbentuk dimasukan ke bagian bawah stripper. Steam
dari Reboiler dan motive steam untuk Ejector berasal dari trap out pan di atas bed
pertama.
Larutan lean benfield yang keluar dari dasar Stripper dialirkan ke puncak
Absorber, sedangkan gas CO2 keluar dari puncak menara. Uap air yang terkandung
dalam gas ini cukup tinggi, yaitu sekitar 45 %, sehingga sebelum masuk ke pabrik
urea perlu dikurangi dulu kadar air dalam gas CO2, maka gas dimasukan ke CO 2
Stripper
Overhead
Condenser
untuk
didinginkan,
kemudian
dipisahkan
CH4 + H2O
H = -49,3 Kcal/moll
CO2 + 4H2
CH4 + 2H2O
H = -39,5 Kcal/moll
Sintesis Ammonia
Kondisi operasi untuk sintesis ammonia yakni pada temperatur 430-500 0C
dan tekanan 140-150 Kg/cm2, karena itu gas dinaikkan dulu tekanannya dalam
synthesis gas compressor and recycle compressor 103-J, yang terdiri dari low
pressure case compressor dan high pressure case compressor. Tekanan gas
synthesis sudah mencapai 67 kg/cm2 dengan suhu 177 0C setelah keluar low
pressure case compressor. Sebelum ditekan dalam HP case compressor, gas ini
didinginkan dalam intercooler gas feed Methanator 136-C dan cooling water 116C, serta Ammonia chiller 129-C. Gas yang keluar suhunya kira-kira 8 0C sehingga
kondensat yang terbentuk dipisahkan dalan Syn Gas Compressor First Stage
11
BAB I Pendahuluan
.
.
2NH3
12
BAB I Pendahuluan
.
.
compressor. Inert ini dapat mempengaruhi kesetimbangan reaksi bila kadar terlalu
tinggi. Tetapi venting purge gas yang berlebihan juga harus dihindari karena akan
menyebabkan hilangnya gas H2 dan N2 sehingga mengurangi produksi Ammonia.
3.2.5
Cdan tekanannya 145 kg/cm2. Selanjutnya gas Ammonia dan Ammonia cair
dimasukan ke Ammonia separator 106-F, dimana Ammonia cair dari recycle gas
mengembun dan terkumpul. Ammonia yang keluar dari 106-F selanjutnya di let
down ke 107-F dan masih mengandung sejumlah gas H 2, N2, Ar, dan CH4, karena
itu perlu dipisahkan dengan cara flashing dalam 3 buah flash drum yaitu 110-F
pada tekanan (6,0 - 6,7) kg/cm2 (PI-43), (111-F) pada tekanan (1,9 - 2,1) kg/cm 2
(PI-33) dan 112-F pada tekanan (0,02 - 0,05) kg/cm2 (PIC-9). Uap yang terbentuk
dikompresikan di Ammonia refrigerant compressor 105-J. Uap Ammonia dari LP
case compressor 105-J, flash drum 111-F dan flash drum 110-F diumpankan ke HP
case compressor 105-J .
Ammonia yang tertampung dalam flash drum 110-F dan 111-F, digunakan
sebagai pendingin chiller-chiller 117-C, 118-C, 119-C dan 120-C dan juga chiller
129-C, 137-C dan 125-C, sedang keluarannya ditampung dalam flash drum 112-F.
Dari 112-F sebagian Ammonia dikirim sebagai produk dingin ke Ammonia
Storage.
Keluar dari HP case compressor, gas sudah bertekanan 19 kg/cm2. Gas
selanjutnya didinginkan dan dipisahkan di refrigerant receiver 109-F, dan
Ammonia yang terbentuk ditampung untuk dikirim ke pabrik urea.
13
BAB I Pendahuluan
.
.
3.2.
Unit Urea
Unit Urea bertugas untuk menghasilkan urea dalam bentuk butiran
menggunakan teknologi Mitsui Toatsu Total Recycle C-Improved dengan bahan
baku utama ammonia (NH3) cair dan gas karbon dioksida (CO2) yang diproduksi
dari Dinas Ammonia. Kapasitas desain dari pabrik urea Kujang 1A yaitu 570 ribu
ton per tahun. Berikut adalah diagram alir proses pada Plant Urea secara garis
besar seperti yang tersaji pada gambar 3.3. (Buku Instruksi Kerja Plant Urea K1A PT.
Pupuk Kujang). Sedangkan proses flow diagram PT. Pupuk Kujan tertera pada
gambar 3.4
Gambar 3.3. Block Flow Diagram Plant Urea 1A PT. Pupuk Kujang
14
BAB I Pendahuluan
.
.
15
BAB I Pendahuluan
3.2.1
.
.
H = - 38 kcal/mol
H = +77 kcal/mol
Sebelum masuk reaktor sintesis urea, ammonia cair sebagai umpan perlu
BAB I Pendahuluan
.
.
yang besar. Hasil proses dekomposisi berupa gas mengalir ke bagian atas HPD,
sementara cairan mengalir turun dan masuk stripping section. Pada stripping
section, gas terlarut yang belum terpisahkan dalam cairan pada bagian flashing
section dipisahkan dengan cara mengontakkan cairan tersebut dengan gas panas
yang dihasilkan Reboiler for High Pressure Decomposer dan Falling Film Heater.
Setelah itu, cairan tersebut masuk menuju Reboiler dan dipanaskan menggunakan
steam tekanan 12 kg/cm2. Gas mengalir menuju bagian atas dari HPD dan cairan
memasuki Falling Film Heater kemudian dipanaskan menggunakan steam tekanan
12 kg/cm2. Proses pemanasan cairan yang berlangsung pada Reboiler dan Falling
Film Heater bertujuan membantu proses terjadinya dekomposisi ammonium
karbamat sehingga gas terlarut dalam cairan terpisah dan mengalir ke bagian atas
dari HPD kemudian menuju High Pressure Absorber Cooler (HPAC). Larutan urea
yang merupakan outlet dari bagian bawah HPD mempunyai konsentrasi urea
sekitar 65% berat, pada tekanan 17 kg/cm2, dan temperatur 165oC serta kemudian
masuk menuju Low Pressure Decomposer (LPD).
b. Low Pressure Decomposer (LPD)
Larutan urea masuk ke LPD melalui bagian atas dan terjadi proses flashing
karena adanya penurunan tekanan dari 17 kg/cm2 menjadi 2,5 kg/cm2. Pada bagian
atas LPD, diumpankan pula larutan outlet dari bawah Off Gas Absorber (OGA)
sehingga terjadi pencampuran dengan umpan larutan HPD. Campuran kedua
larutan tersebut kemudian menuju sieve tray pada stripping section dan melewati
Reboiler for Low Pressure Decomposer. Pada sieve tray terjadi proses kontak
antara larutan dengan gas panas yang berasal dari reboiler sehingga gas terlarut
dapat terpisah dan mengalir menuju bagian atas LPD. Larutan kemudian memasuki
packed bed. Gas berupa CO2 diinjeksikan ke dalam packed bed dan terjadi kontak
antara gas CO2 dengan larutan. Injeksi gas CO2 bertujuan mencegah terjadinya
reaksi hidrolisis urea. Larutan urea yang merupakan outlet bawah dari LPD
memiliki konsentrasi urea sekitar 70% berat dan selanjutnya mengalir ke Gas
Separator. Gas terlarut yang terpisah dari larutan urea dan keluar melalui bagian
atas LPD selanjutnya memasuki Low Pressure Absorber (LPA) untuk proses
recovery.
c. Gas Separator
17
BAB I Pendahuluan
.
.
Larutan yang keluar dari bagian bawah LPD masuk menuju flashing
section (bagian atas) dari Gas Separator. Pada flashing section, temperatur larutan
yaitu 108oC terjadi penurunan tekanan dari 2,3 kg/cm2 menjadi 0,35 kg/cm2
sehingga akan terbentuk fasa gas dan fasa cair yaitu larutan urea. Gas terlarut akan
terpisah dari larutan dan akan mengalir menuju bagian atas Gas Separator. Fasa
cairan atau larutan urea kemudian masuk menuju packed bed pada temperatur 90oC
dan tekanan 1 atm. Pada packed bed terjadi proses stripping dengan bantuan
stripping gas yang berasal dari bagian atas Off Gas Absorber dan dialirkan
menggunakan Blower.
3.2.3
Unit Kristalisasi
Pada tahap ini, larutan urea kemudian dikristalkan dalam Crystallizer
yang bekerja pada tekanan operasi atmosfer dan pada temperatur operasi 69,2 oC .
Alat Crystallizer terdiri dari dua bagian. Pada bagian atas yaitu Vacuum
Concentrator serta pada bagian bawah berupa Crystallizer yang dilengkapi
agitator (pengaduk). Crystallizer dilengkapi Hot Water Jacket yang bertujuan
mencegah pemadatan urea pada dinding Crystallizer. larutan urea yang merupakan
outlet Crystallizer dipompakan menuju High Pressure Absorber Cooler (HPAC)
untuk mengambil panas yang bertujuan membantu proses penguapan pada larutan
urea. Dari HPAC, larutan urea kemudian dialirkan menuju Vacuum Concentrator
untuk menguapkan sejumlah kandungan air pada larutan urea sehingga dapat
terbentuk larutan urea yang pekat. larutan urea kemudian dialirkan menuju
Crystallizer untuk membentuk kristal urea. Kristal urea yang sudah terbentuk pada
outlet Crystallizer, kemudian kristal urea tersebut dipompakan menuju Centrifuge
yang berfungsi memisahkan larutan induk (mother liquor) dari kristal urea. Kristal
urea di pemisahan Centrifuge memiliki kandungan air 2,4% berat kemudian
dikirim ke Fluidizing Dryer untuk dikeringkan. Larutan urea yang terpisahkan
kemudian ditampung dalam Mother Liquor Tank yang memiliki sistem pemanas
pada temperatur 83oC untuk mencegah pemadatan urea.
3.2.4
18
BAB I Pendahuluan
.
.
19
BAB I Pendahuluan
.
.
20
BAB I Pendahuluan
.
.
BAB IV
DESKRIPSI UNIT UTILITAS
4.1 Unit Utilitas
Utilitas merupakan unit yang menyediakan bahan pembantu proses atau
bisa disebut sebagai sarana penunjang proses. Unit ini memegang peranan penting
dalam produksi, karena tanpa adanya unit ini proses produksi tidak dapat berjalan
secara optimal. Unit utilitas yang ada di PT. Pupuk Kujang Cikampek dibagi
menjadi beberapa bagian.
4.1.1. Water Intake
Bahan baku air yang digunakan diperoleh dari sungai Parung Kadali,
sungai Cikao, dan kolam Emergency (kolam 8). Air dari sungai Parung Kadali
dipompa dengan 4 buah pompa dengan kapasitas masing-masing 5500 GPM.
Cikao akan beroperasi apabila kondisi air baku di sungai Parung Kadali
mempunyai turbidity >200 ntu, dipompakan dengan menggunakan 2 buah pompa
dengan kapasitas masing-masing 1250 m3/jam. Kolam 8 adalah kolam cadangan
apabila air baku dari Parung Kadali tidak dapat mensupplay ke pabrik, dengan
dilengkapi 2 buah pompa berkapasitas 450 m3/jam.
4.1.2. Unit Pengolahan Air
Air baku yang diperoleh harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi syarat
sebagai air kebutuhan pabrik. Di dalam Unit Pengolahan Air terdapat beberapa unit
proses yakni Pretreatment dan Demineralizer
a. Pretreatment
Unit ini mengolah air baku menjadi air bersih dengan proses ; Koagulasi,
Flokulasi, Sedimentasi, dan Filtrasi. Air baku pertama diumpankan ke Premix
Tank menggunakan pompa dengan laju alir antara 750-800 m3/jam dan
diinjeksikan bahan kimia, seperti Alum Sulfate (AL2SO4)3.6H2O sebagai koagulan,
Cholrine (Cl2) sebagai bahan disinfektan, dan Coagulant aid untuk mengikat flokflok.
Proses yang terjadi, pertama-tama air masuk ke Clarifier kemudian
didistribusikan di bawah cone secara merata dengan kecepatan pengadukan 6 rpm.
Di atas cone terjadi proses flokulasi sehingga flok-flok besar dapat diendapkan. Air
21
BAB I Pendahuluan
.
.
yang bersih masuk ke Clear Well dengan pH 6.4-6.6, turbidity <1.0 ppm, dan Cl2
berkisar 0.5-1.0 ppm.
Air di dalam Clear Well dan ditambahkan Soda Caustic untuk menaikkan
pH antara 6.4-7.8. Air yang keluar dari Clear Well kemudian dipompakan menuju
Sand Filter yang terdiri dari enam buah tangki yang disusun secara paralel dan
berfungsi menyaring partikel-partikel yang masih terbawa. Air bersih hasil
keluaran dari Sand Filter memiliki turbidity < 1 ppm dan Cl2 < 0.7 ppm dengan pH
7-7.8 yang kemudian dipompakan menuju 3 buah tangki seperti pada gambar 4.1.
b. Demineralizer
Pada tahap demineralisasi ini air dari Filterred Water Storage diolah untuk
mendapatkan air yang bebas mineral (Demineralizer Water). Proses ini dilakukan
karena air umpan boiler harus mempunyai sifat yang tidak menimbulkan kerakkerak. Tahap demineralisasi meliputi Activated Carbon Filter, Cation Exchanger,
Anion Exhanger, Mixer Bed Polisher seperti pada gambar 4.2
22
BAB I Pendahuluan
.
.
Listrik di pabrik ini berasal dari satu sumber utama dengan beberapa
sumber cadangan. Sumber tenaga listrik yang tersedia untuk PT. Pupuk Kujang
sebagai berikut :
23
BAB I Pendahuluan
.
.
4.1.5
terbentuknya lumut.
Asam Sulfat (H2SO4) dan Caustic, berfungsi untuk mengatur pH air
pendingin.
Dispersant, berfungsi untuk mencegah penggumpalan dan pengendapan
kotoran-kotoran yang terdapat dalam air pendingin.
Air proses panas dengan temperatur 42oC dipompakan kebagian atas
24
BAB I Pendahuluan
.
.
tersebut masuk ke Air Receiver yang di dalamnya berisi silica gel sebagai water
removal
Plant air berkapasitasnya adalah 2000 Nm3/jam dan bertekanan 7 kg/cm2.
Udara ini digunakan untuk pembersihan, baik pembersih alat urea dan
pengadukan. Udara ini dihasilkan oleh Screw Oil Free Type Compressor dengan
cara mengkompresikan udara luar sampa tekanan 7 kg/cm2.
4.1.7
Limbah Cair
Tetesan air pada
Filter
Pelumas yang
bocor dari
kompresor
Kondensat
proses
Blowdown
absorben
Pelumas yang
bocor
Limbah Gas
-
Limbah Padat
Padatan dan debu
pada Filter
HgS
ZnS
Panas dan
Kebisingan
Panas dari
Reformer dan
kebisingan
Kebisingan dari
kompresor
Gas buang
Ammonia
Recovery
absorber
Prilling Tower
Pemisahan air
Pemisahan CO2
Kompresi dan
Pemisahan air
Purge Gas
Separator
25
BAB I Pendahuluan
.
.
4.4
Unit Pengantongan
Unit ini bertugas mengangkut butiran urea produk dari dasar Prilling
Tower ke bagian pengemasan yang selanjutnya dimuat dalam truk atau disimpan di
gudang.
4.4.1
yang
menangani pengiriman
butiran urea dari unit urea ke unit pengantongan. Butiran urea dari pabrik urea
diterima oleh transfer conveyor kemudian ditampung dalam surge hopper. Dengan
vibrating feeder, butiran urea di dalam surge hopper digetarkan untuk dicurahkan
melalui transfer conveyor secara merata dan selanjutnya butiran urea
didistribusikan ke bin storage yang dioperasikan oleh travelling tripper.
4.4.2
Bagging System
Bagging system adalah suatu peralatan yang menangani butiran urea untuk
dikantongi dengan berat 50 kg/karung atau 1 ton/karung jumbo secara otomatis
oleh bagging machine dan selanjutnya dipindahkan dengan bagging line conveyor
untuk dijahit dengan sewing mechine.
4.4.3
BAB V
DESKRIPSI MANAGEMEN
26
BAB I Pendahuluan
5.3
.
.
Struktur Organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 047/SK/DU/X/2003 tanggal 22
Oktober 2013 struktur organisasi PT. Pupuk Kujang terdiri dari Dewan Direksi,
Kepala Kompartemen, Kepala Divisi atau Biro, Kepala Bagian atau Dinas, serta
Kepala Seksi atau Bidang. Berdasarkan pembagian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
struktur organisasi PT. Pupuk Kujang meliputi lima unsur yaitu unsur pimpinan,
pembantu pimpinan, operasional, penunjang, dan pengawasan. Gambaran struktur
organisasi terlampir pada lampiran D.
5.2
5.3
Status
Jumlah (orang)
Status
Jumlah (orang)
Karyawan tetap
1125
Karyawan honorer
Karyawan training
50
Jumlah
1178
5.4
Peraturan Kerja
PT. Pupuk Kujang menerapkan tata tertib dan disiplin kerja berdasarkan Surat
Keputusan Direksi No. 004/SK/DU/I/2002. Setiap karyawan yang melanggar
ketentuan yang dibuat oleh perusahaan akan mendapatkan sanksi berupa Surat Teguran
Tertulis (I,II,III), Surat Peringatan (A,B,C) hingga Pemutusan Hubungan Kerja,
ataupun beberapa sanksi tambahan yang ditentukan perusahaan.
Ketentuan jam kerja karyawan dijelaskan dalam pasal 2 SK Direksi No.
004/SK/DU/I/2002 seperti pada Tabel 1.2.
27
BAB I Pendahuluan
.
.
Hari
SeninKamis
07.00-16.00
11.30-12.30
Pagi
07.00-15.00
Jumat
07.00-16.30
11.30-13.00
Sore
15.00-23.00
Sabtu-Minggu
Libur
Libur
Malam
23.00-07.00
Keterangan:
5.5
Karyawan Shift
Shift
Jam Kerja
Karyawan kerja shift yang telah bekerja selama enam hari berturut-turut akan
mendapatkan hari libur selama dua hari.
Pensiunan (PROKESPEN).
Program Pinjaman Kesejahteraan berupa pinjaman uang tanpa bunga.
Rekreasi yang diadakan bagi karyawan sekeluarga setiap tahunnya.
Transportasi, berupa bus antar jemput, kendaraan dinas, ambulans, dan kereta
jenazah.
Tunjangan Hari Raya (THR), sebesar 1x gaji menjelang peringatan hari raya
keagamaan.
Olahraga dan Kesenian, yang diterapkan dengan membangun berbagai sarana
5.6
Keselamatan Kerja
Peraturan dan pelaksanaan keselamatan kerja karyawan di dalam PT. Pupuk
Kujang diatur oleh suatu unit tersendiri yang dinamakan K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja), yang beberapa waktu lalu masih bernama Fire and Safety (FS).
28
BAB I Pendahuluan
.
.
Keselamatan kerja diatur dalam UU No. 1 Tahun 1970 yang menyatakan bahwa
karyawan atau orang-orang yang berada di daerah PT. Pupuk Kujang dilindungi dari
resiko kecelakaan. Undang-undang itu juga menyatakan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan prioritas utama.
Demi melaksanakan peraturan tersebut, PT. Pupuk Kujang selalu menekankan
kepada karyawan agar selalu mengingat Keselamatan adalah Faktor Utama. Untuk
itu, PT. Pupuk Kujang telah menerapkan peraturan keselamatan secara umum, di
samping juga setiap unit produksi yang mempunyai peraturan keselamatannya sendiri.
Karyawan di divisi produksi yang berkaitan langsung dengan jalannya proses produksi
diberikan alat pengaman seperti helm pengaman, sepatu pengaman, penutup telinga.
Di setiap sudut ruangan, jalan-jalan, maupun di daerah produksi selalu terlihat poster,
pemberitahuan ataupun rambu-rambu yang menunjukkan letak bahaya dan bagaimana
cara untuk menghindari.
29
BAB I Pendahuluan
.
.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktek dari tanggal 1 Juni sampai dengan 1 Juli
2016, kami dapat menarik kesimpulan, yaitu:
-
Kujang.
Berdasarkan proses yang telah ada, PT. Pupuk Kujang telah menerapkan
pemberdayaan energi yang cukup efisien.
6.2. Saran
Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas, maka beberapa saran yang dapat
diberikan adalah:
-
Dengan memperhatikan umur pabrik yang sudah tua, perlu dilakukan perhatian
khusus dalam peningkatan pemeliharaan peralatan pabrik agar laju produksi
30