KISTA BARTHOLINI
Oleh:
Siti Sahara Andiyanti H
2012730156
Pembimbing :
dr. Diah Sartika, Sp.OG
KATA PENGANTAR
stase
obsgyn
Fakultas
Kedokteran
dan
Kesehatan
Universitas
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. T
Umur
: 35 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
Suku/bangsa
: Jawa / Indonesia
Pekerjaan
: pedagang buah
Status pernikahan
: Menikah
Status Berobat
: Rawat Inap
Bangsal
: An-Nisa 1
Tanggal Masuk
: 8 Juni 2016
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan 10 Juni Pk. 11.45 WIB di Bangsal An-Nisa 1 RSIJPK
secara autoanamesis.
a. Keluhan Utama : OS mengeluh merasa ada benjolan di vagina sebelah
kanan sejak beberapa bulan yang lalu, terasa nyeri saat berjalan dan
berhubungan seksual
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSIJPK dengan keluhan benjolan di bibir kemaluan
sehingga
mengganggu
aktivitas
sehari-harinya
dan
: disangkal.
Riwayat asma
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal.
Riwayat asma
Riwayat tekanan darah tinggi
Riwayat kencing manis
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal tanggal 10 Juni 2016 Pk. 12.15 WIB
Keadaan umum
Kesadaran
Vital sign
: baik.
: compos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 37C
Status gizi
a. Status Internus
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Torak
- Cor :
Inspeksi
Palpasi
: Normocephal.
: Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-)
: Deviasi (-), secret (-)
: Nyeri tarik (-), nyeri tekan (-)
: Bibir sianosis (-), faring hiperemis (-)
: deviasi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
:
: ictus cordis tidak terlihat.
: ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis
Abdomen
: Tampak datar, simetris.
Ekstremitas
Superior : akral dingin (-/-), udem kedua tangan (-/-)
Inferior : akral dingin (-/-), udem kedua kaki (-/-)
b. Pemeriksaan ginekologi
tegas, hiperemis (+), fluor albus (+) warna putih kekuningan, darah (-).
Palpasi
: nyeri tekan (+), konsistensi kenyal kesan berisi cairan.
Pemeriksaan genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.
IV.
RESUME
Pasien, wanita 35 tahun datang ke RSIJPK dengan keluhan benjolan di labia
mayor dextra.
Dari anamnesis didapatkan, keluhan sudah dirasakan sejak beberapa bulan
yang lalu disertai nyeri. Benjolan awalnya sebesar kelereng semakin hari semakin
membesar dan keluhan nyeri semakin bertambah berat sehingga mengganggu
aktivitas sehari-harinya. Pasien juga mengeluhkan keluar cairan putih kekuningan,
kental, banyak, berbau amis dari jalan lahirnya. Pasien pernah mengalami keluhan
yang sama sekitar 1 tahun yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran kompos mentis. Tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup.
Frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 37C.
Pada pemeriksaan genetalia eksterna didapatkan : Inspeksi : massa (+) di labia
mayor sinistra, diameter 4 cm, batas tegas, hiperemis (+), fluor albus (+) warna
putih kekuningan, darah (-). Palpasi : nyeri tekan (+), konsistensi kenyal kesan
berisi cairan. Pemeriksaan genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.
V.
DIAGNOSIS
Kista bartholini.
VI.
PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
Menjaga kebersihan area kewanitaan.
Tirah baring
b. Medikamentosa
Infus RL 20 tpm.
ketorolac 3x30 mg IV
Ceftriaxon 3x1 gr IV
Vit BC/C/SF.
c. Program Operasi
Marsupialisasi
VII.
MONITORING
a. Perbaikan kondisi umum pasien.
b. Monitoring tanda-tanda infeksi pada lesi.
c. Tanda vital pasien.
VIII. EDUKASI
a. Pasien diberitahu mengenai penyakitnya dan penyebab dari penyakitnya
tersebut.
b. Pasien diedukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan di daerah
kewanitaannya.
c. Pasien diberitahu tentang tindakan operasi yang akan dilakukan dan
persiapan-persiapan sebelum operasi.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. KELENJAR BARTHOLINI
A. Anatomi Kelenjar Bartholini
Kelenjar Bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna,
kelenjar bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah
berbentuk bundar, dan berada di sebelah dorsal dari bulbus vestibulli.
Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara
labium minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolog dengan
glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus
dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan
vagina di bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi
vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal
inferior.(1,2)
Kelenjar Bartolini sebagian tersusun dari jaringan erektil dari bulbus,
jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama rangsangan seksual dan
kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai
lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira- kira 2
cm yang terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya
kelenjar bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palpasi.(1,2,3) seperti pada
gambar dibawah ini :
B. Histologi
Kelenjar bartolini dibentuk oleh kelenjar racemose dibatasi oleh epitel
kolumnair atau kuboid. Duktus dari kelenjar bartolini merupakan epitel
transsisional yang secara embriologi merupakan daerah transisi antara
traktus urinarius dengan traktus genital.(1,2)
C. Fisiologi
Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan vagina.
Kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang relatif sedikit sekitar
satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme. Tetesan
cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk pelumas vagina,
tetapi penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas
vagina berasal dari bagian vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit
C. Patofisiologi
Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat, sehingga
menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan. Sumbatan
ini biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangan nonspesifik atau
trauma. Kista bartholin dengan diameter 1-3 cms seringkali asimptomatik.
Sedangkan kista yang berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri
dan dispareunia. Abses Bartholin merupakan akibat dari infeksi primer dari
kelenjar, atau kista yang terinfeksi.(2,3,5)
D. Gejala klinis
Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi kadang
dirasakan sebagai benda yang berat dan menimbulkan kesulitan pada waktu
koitus. Bila kista bartholini berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang
nyaman saat berjalan atau duduk.(5)
Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada
daerah vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva.
Jika kista terinfeksi, gajala klinik berupa(2,3)
Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.
Umumnya tidak disertai demam kecuali jika terifeksi dengan organisme
E. Diagnosis
Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung suatu
diagnosis. Pada anamnesis dinyatakan tentang gejala seperti panas, gatal,
Sudah berapa lama gejala berlangsung, kapan mulai muncul, Apakah pernah
berganti pasangan seks, keluhan saat berhubungan, riwayat penyakit
menulat seksual sebelumnya, riwayat penyakit kelamin pada keluarga.(6)
Kista bartholini di diagnosis melalui pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan dengan posisi litotomi, terdapat pembengkakan pada kista pada
posisi jam 5 atau jam 7 pada labium minus posterior. Jika kista terinfeksi,
maka pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk mengidantifikasi jenis
bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tahu tidaknya infeksi
menular.(5,6)
F. Pemeriksaan Penunjang
Apabila pasien dalam kondisi sehat, afebri, tes laboratorium darah tidak
diperlukan untuk mengevaluasi abses tanpa komplikasi atau kista. Kultur
bakteri dapat bermanfaat dalam menentukan kuman dan pengobatan yang
tepat bagi abses Bartholini.(2,6)
G. Penatalaksanaan
1.
Tindakan Operatif, beberapa prosedur yang dapat digunakan (2,3,5,6)
a. Marsupialisasi
Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda- tanda abses
akut.
tumpul dan tajam dari jaringan sekitar. Alur diseksi harus dibuat dekat
dengandinding kista untuk menghindari perdarahan plexus vena dan
vestibular bulb danuntuk menghindari trauma pada rectum.
Diseksi Kista
Setelah diseksi pada bagian superior selesai dilakukan, vaskulariasi
utama dari kista dicari dan diklem dengan menggunakan hemostat.
Lalu dipotong dan diligasi dengan benang chromic atau benang
delayed absorbable 3-0.
Pengobatan Medikamentosa.
Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit menular
seksual biasanya digunakan untuk mengobati infeksi gonococcal dan
chlamydia. Idealnya, antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan
insisi dan drainase. Beberapa antibiotik yang digunakan dalam
pengobatan(2,3)
a. Ceftriaxone.
Ceftriaxone adalah sefalosporin generasi ketiga dengan efisiensi broad
BAB IV
KESIMPULAN
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin
terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat
karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang.
Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan
melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar
membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi.
Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak
nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada
daerah vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva. Jika kista
terinfeksi, gajala klinik berupa(2,3)
Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.
Umunnya tidak diserati demam kecuali jika terifeksi dengan organisem
DAFTAR PUSTAKA