PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu tiada
taranya di muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa
dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit
dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk
tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya. Tetapi,
bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak pernah
berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali sudah
menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah puas
dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang
dirinya sendiri dan sesamanya. Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk
memahami manusia. Tetapi tidak semua upaya tersebut membawa hasil, namun upaya
pemahaman tentang manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus
dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung kepada
peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah
maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu lain, sangat berperan secara mendalam dalam
penganganan masalah kemanusiaan ini.
Page 1 of 22
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Adapun rumusan amsalah yang kami angkat pada makalah ini, yaitu :
Bagaiamana teori perkembangan emosi?
Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi emosi?
Bagaimana upaya pengembangan aspek emosi?
Bagaimana teori perkembangan kepribadian?
Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?
Bagaimana upaya pengembangan aspek kepribadian?
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Perkembangan Emosi
Terdapat beberapa teori perkembangan emosi, diantaranya yaitu :
1. Teori James-Lange
Page 2 of 22
Teori ini dicetuskan oleh dua orang yaitu William James dari Amerika Serikat
dan Carl Lange dari Denmark. Carl Lange (dalam Sarlito, 2000:8586)
mengemukakan bahwa emosi identik dengan perubahanperubahan dalam sistem
peradaran darah. Pendapat ini kemudian dikembangkan oleh James dengan
mengatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi sesseorang terhadap perubahan
perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap rangsangan
rangsangan yang datang dari luar. Teori ini menekankan emosi sebagai respon
dari perubahan faal yang terjadi pada dirinya.
Contohnya, jika seseorang misalnya melihat harimau, reaksinya adalah
peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat, paruparu
lebih cepat memompa udara dan sebagainya. Responrespon tubuh ini
kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut. Mengapa rasa takut yang
timbul? Ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar. Orang
bersangkutan dari hasil pengalamannya mengetahui bahwa harimau adalah
makhluk yang berbahaya, karena itu debaran jantung dipersepsikan sebagai
rasa takut.
Emosi menurut kedua ahli ini, terjadi adanya perubahan pada sistem
vasomotor (otototot). Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan
perubahan
fisiologis dan perubahan psikologis yang disebut emosi. Dengan kata lain
menurut James Lange, seseorang bukan tertawa karena senang, melainkan ia
senang karena tertawa.
James Lange mengemukakan prosesproses terjadinya emosi dihubungkan
dengan faktor fisik dengan urutan sebagai berikut :
Mempersepsikan situasi di lingkungan yang mungkin menimbulkan emosi
Memberikan reaksi terhadap situasi dengan pola khusus melalui aktivitas
fisik
Mempersiapkan pola aktivitas fisik yang mengakibatkan munculnya
Page 3 of 22
Page 4 of 22
tubuh dan informasi tentang situasi yang membangkitkan emosi. Kedua macam
informasi itu cenderung berkesinambungan dalam waktu, dan integrasinya
menentukan intensitas serta sifat keadaan emosional yang kita rasakan. Dalam
kerangka konseptual ini, perbedaan waktu yang dibuat oleh teori JamesLange dan
CannonBard tidak terlalu berarti. Pada saat tertentu, seperti bila tibatiba orang
berada dalam keadaan bahaya, tandatanda awal pengalaman emosional dapat
didahului oleh aktifitas otonom (dalam hal ini, JamesLange yang benar). Pada
kesempatan lain, kesadaran akan adanya emosi jelasjelas mendahului aktifitas
otonom (dalam hal ini, Cannon Bard yang benar). Dengan demikian, kedua teori ini
sebenarnya tidak perlu dipertentangkan karena samasama bisa terjadi dalam
kehidupan manusia.
3. Teori Scahcter-Singer
Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi
pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan
darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah dan
sebagainya) namun jika rangsangannya menyenangkan seperti diterima di
perguruan tinggi yang diminati, emosi yang timbul dinamakan senang.
Sebaliknya jika rangsangannya membahayakan (misalnya melihat ular yang
berbisa) emosi yang timbul dinamakan takut. Para ahli psikologi melihat
teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.
Menurut Berkowitz (1993), banyak pemikiran saat ini tentang peran
ateribusi dalam emosi mulai dengan sebuah teori kognitif yang sangat
dikenal yang dipublikasikan oleh Stanley Schachter dan Jerome Singer pada
tahun 1962 . Konsepsi Berkowitz tentang bagaimana pikiran tingkat tinggi
menentukan pembentukan suasana emosional setelah munculnya reaksi saraf,
relatif primitif dan emosional dipengaruhi oleh formula ini.
Schachter dan Singer mengemukakan bahwa emosi tertentu merupakan
fungsi dari reaksireaksi tubuh tertentu. Menurutnya pula kita tidak merasa
marah karena ketegangan otot, rahang yang berderak, denyut nadi kita
Page 5 of 22
menjadi cepat, dan sebagainya tetapi karena kita secara umum jengkel dan
kita mempunyai beberapa kognisi tertentu tentang sifat kejengkelan kita.
Page 6 of 22
misalnya, ketika dulu masih anakanak, orang tua bisa memukul anak jika
anak berbuat nakal, tetapi pada saat remaja cara cara semacam itu justru
dapat menimbulkan ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan orang
tuanya. Dalam konteks ini Gardner (1992) mengibaratkan dengan kalimat:
To Big To Spank yang maknanya bahwa remaja
untuk terpukul.
Pemberontakan terhadap orang tua menunjukan bahwa mereka berada
dalam keadaan konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orang tua.
Mereka tidak merasa puas kalau tidak pernah sama sekali menunjukan
perlawanan terhadap orang tua karena ingin menunjukan bahwa dirinya telah
berhasil menjadi orang yang lebih dewasa. Jika mereka berhasil dalam
perlawanan terhadap orang tua sehingga orang tuanya marah, maka
merekapun belum merasa puas karena orang tua tidak menunjukan pengertian
yang mereka inginkan. Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan emosi remaja.
3. Perubahan Interaksi Dengan Temanteman
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara
khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dan
membentuk semacam gang .Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok
gang biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang
sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk gang seperti ini
sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya
bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama. Usahakan
dapat menghindarkan pembentukan kelompok gang itu ketika sudah
memasuki masa remaja tengah atau remaja akhir karena masa ini para
anggotanya biasanya membutuhkan temanteman untuk melawan otoritas,
melakukan perbuatan yang tidak baik,atau bahkan kejahatan bersama.
Faktor yang sering mendatangkan masalah emosi pada masa remaja
adalah hubungan cinta dangan teman lawan jenis. Gejala ini sebenarnya
sehat bagi remaja, tetapi juga tidak jarang menimbulkan konflik atau
Page 7 of 22
gangguan emosi pada remaja jika tidak diikuti dengan bimbingan dari orang
tua atau orang yang lebih dewasa. Gangguan emosional
dapat terjadi ketika cinta remaja tidak terjawab,
yang mendalam
emosional.
Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilainilai yang berbeda
untuk remaja lakilaki dan perempuan. Jika remaja lakilaki memiliki
teman banyak perempuan, mereka mendapat predikat popular dan
mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya, apabila remaja putri
mempunyai banyak teman lakikaki sering dianggap tidak baik atau
bahkan mendapat predikat yang kurang baik juga. Penerapan nilai
yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian
pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku
emosional.
Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang
tidak bertanggung jawab yaitu dengan cara melibatkan remaja
tersebut kedalam kegiatankegiatan yang merusak dirinya dan
Page 8 of 22
kaku dan tanpa kasih sayang akan menimbulkan sikap keraguraguan pada
diri anak dan bahkan akan kehilangan kepercayaan pada dirinya. Apabila
ini terjadi pada dua anak dalam satu keluarga (seayah/seibu) secara
individual perkembangan emosinya akan jelas bisa dibedakan.
Page 10 of 22
Page 12 of 22
kehidupan jusru persoalan kreatif menjadi lebih penting lebihlebih dalam era yang
serba tidak menentu.
Page 13 of 22
Teori Cermin Diri (The Looking Glass Self ) ini dikemukakan oleh
Charles H.Cooley. Teori ini merupakan gambaran bahwa seseorang hanya
bisa berkembang dengan bantuan orang lain. Ada tiga langkah dalam proses
pembentukan cermin diri.
Imajinasi tentang pandangan orang lain terhadap diri seseorang, seperti
kesadaran sosial.
d. Teori Ralph dan Conton
Teori ini mengatakan bahwa setiap kebudayaan menekankan serangkaian
pengaruh umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan itu.
e. Teori Subkultural Soerjono Soekanto
Teori ini mencoba melihat kaitan antara kebudayaan dan kepribadian
dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu kebudayaan khusus
(subcultural). Dia menyebutkan ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang
memengaruhi kepribadian, yaitu sebgai berikut.
Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan.
Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda.
Kebudayaan khusus kelas sosial.
Kebudayaan khusus atas dasar agama.
Page 14 of 22
lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor
sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan
kepribadian.
3. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing
orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana
seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat
mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung
Page 16 of 22
Page 18 of 22
berpendapat lain.
b. Materil
Pembentukan materil sebenarnya telah dimulai sejak masa kanakkanak, jadi sejak pembentukan taraf pertama, namun barulah pada taraf
kedua ini (masa intelek dan masa sosial). Anak-anak yang telah cukup
besar dan mampu menepis mana yang berguna dan mana yang tidak,
harusnya dilatih berpikir kritis.
c. Intensil
Pembentukan intensil yaitu pengarahan, pemberian arah, dan tujuan
yang jelas bagi pendidikan Islam, yaitu terbentuknya kepribadian muslim.
Untuk membentuk ke arah mana kepribadian itu akan dibawa, maka di
samping pemberian pengetahuan juga tentang nilai-nilai. Jadi, bukan
hanya merupakan pemberian perlengkapan, tetapi juga pemberian tujuan
ke arah mana perlengkapan itu akan dibawa. Pada segi lain,
pembentukan intensil ini lebih progresif lagi, yaitu nilai-nilai yang
mengarahkan sudah harus dilaksanakan dalam kehidupan. Mungkin masih
dengan pengawasan orang tua, tetapi lebih baik lagi jika atas keinsyafan
sendiri.
3. Pembentukan kerohanian yang luhur
Pada taraf ini, pembentukan dititik beratkan pada aspek kerohanian untuk
mencapai kedewasaan rohaniah, yaitu dapat memilih, memutuskan, dan
berbuat atas dasar kesadaran sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab,
kecenderungan ke arah berdiri sendiri yang diusahakan pada taraf yang lalu,
Page 19 of 22
misalnya peralihan dari disiplin luar ke arah disiplin sendiri, dari menerima
teladan ke arah mencari teladan, pada taraf ini diintensifkan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang diberikan
oleh orang tua dalam keluarga, baik dalam bentuk bimbingan, pendidikan,
maupun perhatian merupakan salah satu upaya yang dapat membentuk
kepribadian anak atau kepribadian siswa. Selain itu, terdapat pula cara lain
yang dapat dipergunakan dalam membentuk kepribadian, yaitu pembiasaan, yang
bertujuan untuk menanamkan kecakapan-kecakapan berbuat, mengucapkan sesuatu
dengan tepat, dan dapat dikuasai oleh si anak serta mempunyai implikasi yang
mendalam bagi pembentukan kepribadian pada tahap selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik pada makalah ini, yaitu :
1. Teori perkembangan emosi, diantaranya :
Teori James-Lange
Teori Emergency Canon
Teori Scahcter Singer
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi emosi, diantaranya:
Perubahan jasmani
Page 20 of 22
3.
4.
5.
6.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan pada makalah ini, yaitu :
1. Manajemen emosi anda dengan baik. Karena keberhasilan sesorang tidak
hanya ditentukan kecerdasannya semata tetapi emosi juga berpengaruh
besar terhadap kesuksesan anda.
2. Gunakan manajemen emosi ini untuk membimbing peserta didik agar
dapat optimal dalam mengolah emosinya.
Page 21 of 22
DAFTAR PUSTAKA
M, Asrori. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Untan Press : Pontianak
U, Husna Asmara. 2004. Penulisan Karya Ilmiah. Fahruna Bahagia : Pontianak
Fatimah, Enung. 2008. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta
Didik).Bandung: CV. Pustaka Setia
Agus, Sujanto.1986. Psikologi Kepribadian, Jakarta: Aksara Baru.
Defabj.blogspot.co.id/2013/03/makalahteoriperkembanganemosi.html
Tiarprasetia.blogspot.co.id/2013/05/perkembanganemosiremaja.html
Page 22 of 22