Anda di halaman 1dari 20

A.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana
dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi
hemodinamik seseorang saat itu. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan
darah, aliran darah, dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran zat dijaringan tubuh.
Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi sering tidak memberikan keluhan pada
seseorang, tetapi penderita memiliki resiko kematian kardiovaskuler lebih besar
dibanding dengan orang yang mempunyai tekanan darah normal. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan makin tinginya
tekanan darah.
Tekanan darah akan berubah setiap saat bergantung pada keadaan seseorang.
Tekanan darah terendah adalah pada keadaan tidur, tekanan darah dapat naik pada saat
aktivitas fisik ataupun psikis.
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Diperkirakan
telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir
sama besar di negara berkembang maupun di Negara maju.1 Hipertensi merupakan
salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung,
hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular.
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena
alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Tanpa disadari
penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun
ginjal.
Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan
hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah
140/90 mmHg.3 Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih
rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan
yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar.

B.TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Tekanan Darah


Tekanan darah adalah tekanan yang digunakan untuk mengedarkan darah
dalam pembuluh darah dalam tubuh. Jantung yang berperan sebagai pompa otot
mensuplai tekanan tersebut untuk menggerakan darah dan juga mengedarkan darah
diseluruh tubuh. Pembuluh darah (dalam hal ini arteri) memiliki dinding-dinding
yang elastis dan menyediakan resistensi yang sama terhadap aliran darah. Oleh
karena itu, ada tekanan dalam sistem peredaran darah, bahkan detak jantung
(Gardner, 2007).
Menurut Shankie (2001) tekanan darah (blood presure, TD) adalah tekanan
yang dilakukan darah atas dinding pembuluh darah. Besaran yang dipakai dalam
pengukuran dengan mercury sphygnomanometer yaitu tekanan darah sistolik (SBP)
dan diastolik (DBP).

Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah jantung
dan/atau kenaikan pertahanan perifer (Soemantri dan Nugroho, 2006).
Klasifikasi

Sistole (mmHg)

Diastole (mmHg)

Normal

< 120 mmHg

< 80 mmHg

Pre-Hipertensi

120 139 mmHg

80 89 mmHg

Derajat I

140 159 mmHg

90 99 mmHg

Derajat II

>160 mmHg

>100 mmHg

Hipertensi

(Chobanian et al, 2004)

Berdasarkan Etiologinya
Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :
A. Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik
adalah hipertensi yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya (Shankie, 2001).
Paling sedikit 90% dari semua penyakit hipertensi dinamakan hipertensi primer
(Saseen dan Carter, 2005).

o Patofisiologi hipertensi primer


Beberapa teori patognesis hipertensi primer meliputi :
Aktivitas yang berlebihan dari sistem saraf simpatik

Aktivitas yang berlebihan dari sistem RAA


Retensi Na dan air oleh ginjal
Inhibisi hormonal pada transport Na dan K melewati dinding sel pada ginjal
dan pembuluh darah
Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel
(Huether dan McCance, 2004).
Sebab-sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum diketahui.
Namun sebagian besar disebabkan oleh ketidaknormalan tertentu pada arteri. Yakni
mereka memiliki resistensi yang semakin tinggi (kekakuan atau kekurangan
elastisitas) pada arteri-arteri yang kecil yang paling jauh dari jantung (arteri periferal
atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan dengan faktor-faktor genetik, obesitas,
kurang olahraga, asupan garam berlebih, bertambahnya usia, dll (Gardner, 2007).
Secara umum faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Factor Genetika (Riwayat keluarga)
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu
keluarga. Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan
darahnya normal (Kumar dan Clark, 2004).
2) Ras
Orang-orang afro yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi
secara merata yang lebih tinggi daripada orang berkulit putih. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena tubuh mereka mengolah garam secara berbeda (Beevers, 2002).
3) Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada
masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita premenopause cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia yang sama,
meskipun perbedaan diantara jenis kelamin kurang tampak setelah usia 50 tahun.
Penyebabnya, sebelum menopause, wanita relatif terlindungi dari penyakit jantung
oleh hormon estrogen. Kadar estrogen menurun setelah menopause dan wanita mulai
menyamai pria dalam hal penyakit jantung (Beevers, 2002).

4) Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor

psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan
berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan Sedangkan pada wanita lebih
berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis kuat (Hariwijaya
dan Sutanto, 2007).
5) Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang
stress maka kelenjer pituitary otak akan menstimulus kelenjer endokrin untuk
mengahasilkan hormon adrenalin dan hidrokortison ke dalam darah sebagai bagian
homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan enam penyebab utama kematian
karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru, kecelakan, pengerasan hati dan bunuh
diri (Hariwijaya dan Sutanto, 2007).
6) Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk
memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat
badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan
sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5
mmHg setiap kg penurunan berat badan (Tan dan Kirana, 2003).
Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari bobot total tubuh dapat
menurunkan resiko kardiovaskular secara signifikan (Saseen dan Carter, 2005).
7) Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan

daya

tahan

pembuluh

meningkat.

Juga

memperkuat

efek

vasokonstriksi noradrenalin. Secara statistika, ternyata bahwa pada kelompok


penduduk yang mengkonsumsi terlalu banyak garam terdapat lebih banyak hipertensi
daripada orang-orang yang memakan hanya sedikit garam (Tan dan Kirana, 2003).
8) Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini
karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan
disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin

untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal
kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan efinephrine (adrenalin). Hormon yang
sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk
memompa lebih keras dibawah tekanan yang lebih tinggi (Gardner, 2007).

9) Konsumsi alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi pada
orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang agak lebih
tinggi daripada yang meminum dengan jumlah yang sedikit (Beevers, 2002).

B. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu
penyakit, kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini sudah diketahui
penyebabnya (Shankie, 2001). Terdapat 10% orang menderita apa yang dinamakan
hipertensi sekunder (Saseen dan Carter, 2005).
Umumnya penyebab Hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan
pengobatan kuratif, sehingga penderita dapat terhindar dari pengobatan seumur hidup
yang seringkali tidak nyaman dan membutuhkan biaya yang mahal (Kumar dan
Clark, 2004).
o Patofisiologi hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik yang
meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac output, contohnya adalah
renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical tumor, feokromositoma dan
obat-obatan. Bila penyebabnya diketahui dan dapat disembuhkan sebelum terjadi
perubahan struktural yang menetap, tekanan darah dapat kembali normal (Huether
dan McCance, 2004).

Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu Peningkatan tekanan darah yang
dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer (Dipiro, 2005).
Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus,
melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan
faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan
atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium,

turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya


aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran sel, hiperinsulinemia,
disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme
hipertensi (Soemantri dan Nugroho, 2006).

Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem


renin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi
bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah
sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri.
Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin aldosteron diatur terutama oleh ginjal.
Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan, natrium dan
kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran pembuluh darah dan
aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi tekanan darah (Dipiro,
2005).

Manifestasi Klinis Hipertensi


Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun, dan berupa :
Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
(Crowin, 2001)

Prosedur Diagnostik
Prosedur-prosedur

diagnosa

tambahan

mungkin

diperlukan

untuk

mengidentifikasi penyebab hipertensi, khususnya pada penderita yang:


(1) Usia, riwayat, ciri fisik, keparahan, atau hasil tes laboratorium memberikan
petunjuk tentang penyebab hipertensi.
(2) Respon tekanan darah tidak menunjukkan hasil memuaskan pada terapi obat.
(3) Tekanan darah meningkat tanpa diketahui penyebabnya meski kontrol darah
dilakukan dengan baik, dan
(4) Kemunculan hipertensi secara tiba-tiba.

Kriteria Diagnosis
Cara pemeriksaan tekanan darah, yaitu :
Anamnesis

Sering sakit kepala (meskipun tidak selalu), terutama bagian belakang,


sewaktu bangun tidur pagi atau kapan saja terutama sewaktu mengalami
ketegangan.
Keluhan sistem kardiovaskular (berdebar, dada terasa berat atau sesak
terutama sewaktu melakukan aktivitas isomerik)
Keluhan sistem serebrovaskular (susah berkonsentrasi, susah tidur, migrain,
mudah tersinggung, dll)
Tidak jarang tanpa keluhan, diketahuinya secara kebetulan.
Lamanya mengidap hipertensi. Obat-obat antihipertensi yang telah dipakai,
hasil kerjanya dan apakah ada efek samping yang ditimbulkan.
Pemakaian obat-obat lain yang diperkirakan dapat mempermudah terjadinya
atau mempengaruhi pengobatan hipertensi (kortikosteroid, analgesik, anti
inflamasi, obat flu yang mengandung pseudoefedrin atau kafein, dll),
Pemakaian obat kontrasepsi, analeptik,dll.
Riwayat hipertensi pada kehamilan, operasi pengangkatan kedua ovarium
atau monopause.
Riwayat keluarga untuk hipertensi.
Faktor-faktor resiko penyakit kardiovaskular atau kebiasaan buruk (merokok,
diabetes melitus, berat badan, makanan, stress, psikososial, makanan asin dan
berlemak).
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah pada 2-3 kali kunjungan berhubung variabilitas
tekanan darah. Posisi terlentang, duduk atau berdiri dilengan kanan dan kiri.
Perabaan denyut nadi diarteri karotis dan femoralis.
Adanya pembesaran jantung, irama gallop.
Pulsasi aorta abdominalis, tumor ginjal, bising abdominal
Denyut nadi diekstremitas, adanya paresis atau paralisis.

Penilaian organ target dan faktor-faktor resiko


Funduskopi, untuk mencari adanya retinopati keith wagner i-v.

Elektrokardiografi,

untuk

melihat

adanya

hipertrofi

ventrikel

kiri,

abnormalitas atrium kiri, iskemia atau infark miokard.


Foto thoraks, untuk melihat adanya pembesaran jantung dengan konfigurasi
hipertensi bendungan atau edema paru.
Laboratorium : DL, UL, BUN, kreatin serum, asam urat, gula darah, profil
+
+
lipid K dan Na serum. (Soemantri dan Nugroho, 2006).

Diagnosa Hipertensi
Pemeriksaan diagnostik terhadap pengidap tekanan darah tinggi mempunyai
beberapa tujuan :
a) Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi
b) Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular
c) Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya
d) Mencari kemungkinan penyebabnya.
Diagnosis hipertensi menggunakan tiga metode klasik yaitu
a) pencatatan riwayat penyakit (anamnesis)
b) pemeriksaan fisik (sphygomanometer)
c) pemeriksaan laboraturium (data darah,urun,kreatinin serum,kolesterol).
Kesulitan utama selama proses diagnosis ialah menentukan sejauh mana
pemeriksaan harus dilakukan. Dimana pemeriksaan secara dangkal saja tidak cukup
dapat diterima karena hipertensi merupakan penyakit seumur hidup dan terapi yang
dipilih dapat memberikan implikasi yang serius untuk pasien (Padmawinata, 2001).

Dampak Hipertensi
Hipertensi yang diabaikan atau tidak diobati dapat menyebabkan berbagai
macam gangguan kardiovaskular, serebrovaskular dan renal. Hipertensi dapat
merupakan penyebab tunggal atau hanya merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya gangguan tersebut. Tingkat kerusakan organ umumnya berhubungan
dengan nilai tekanan darah, meskipun tidak selalu demikian. Ada kalanya nilai
tekanan darah yang tinggi tidak disertai dengan kerusakan organ sasaran, dan
begitupula sebaliknya. Terdapat kerusakan organ pada kenaikan nilai tekanan darah
yang sedang. Hipertensi dianggap faktor resiko yang paling penting karena hipertensi

adalah faktor yang menyebabkan serangan jantung, gagal jantung, stroke dan
kerusakan ginjal (Shankie, 2001).

o Kerusakan Pada Target Organ


Selanjutnya, bila hipertensi tidak ditangani dengan tepat dan sesegera mungkin,
hipertensi akan mengakibatkan kerusakan organ dalam tubuh terjadi. Diantaranya
adalah:
1. Jantung
Hipertensi dapat berimplikasi kepada jantung. Baik secara tak langsung
melalui peningkatan perubahan atherosklerotis, maupun secara langsung
melalui efek yang berkaitan dengan tekanan darah. Hipertensi dapat
mengakibatkan CVD (Cardio Vascular Disease) dan meningkatan resiko
kejadian iskemik, semisal angina dan MI.
Selain itu, sebagai mekanisme kompensasi dari jantung dalam merespon
naiknya tahanan pembuluh darah karena meningkatnya tekanan darah,
hipertensi dapat memperparah LVH (Left Ventricular Hypertrophy). LVH
sendiri merupakan perubahan miokardial (selular), bukan perubahan arterial.
Ini patut diwaspadai karena LVH tergolong faktor resiko berbahaya akan
terjadinya CAD (Coronary Acute Disease), HF (Heart Failure), dan
arrhythmias. Sebagaimana diketahui, HF merupakan dampak negatif hipertensi
terbesar untuk jantung. Lebih jauh, HF dapat menurunkan kemampuan
kontraksi (disfungsi sistolik) atau ketidakmampuan untuk mengisi darah
(disfungsi diastolik). Hipertensi yang tidak terkontrol merupakan salah satu
pemicu HF (Saseen dan Carter, 2005).
2. Otak
Gejala kerusakan pada organ ini yaitu terjadinya transcient ischamic attacks,
stroke iskemik, infark serebral, dan perdarahan otak. Peningkatan tekanan
darah sistolik yang berkepanjangan dapat menyebabkan hypertensive
enchephalopathy (Saseen dan Carter, 2005).
Uji klinis membuktikan, terapi hipertensi dapat menurunkan resiko stroke
kambuhan maupun stroke yang baru dialami pertama kali (Chobanian et.al,
2004).

3. Ginjal

GFR (Glomerulus Filtration Rate/Laju Filtrasi Glomerulus) digunakan


untuk mengetahui fungsi ginjal. GFR menurun seiring bertambahnya usia,
namun penurunan itu dapat dipercepat oleh hipertensi. Hipertensi berhubungan
dengan nephrosclerosis, yang mana menyebabkan peningkatan tekanan
intraglomerular (Saseen dan Carter, 2005).
4. Mata
Hipertensi dapat menyebabkan retinopati yang berimplikasi pada kebutaan.
Keparahannya diklasifikasikan menjadi empat, yakni: Tingkat 1 yang ditandai
dengan menebalnya diameter arteri, yang menyebabkan vasokonstriksi; tingkat
2 yang ditandai dengan nicking pada arteriovenous (AV), yang menyebabkan
atherosklerosis; tingkat 3 yang terjadi jika hipertensi tidak kunjung diobati
yang dapat menyebabkan cotton wool exudates dan flame hemorrhage; terakhir
tingkat 4 muncul sebagai akibat dari kasus yang semakin parah, yang ditandai
dengan papilledema (Saseen dan Carter, 2005).

C.TINJAUAN KASUS
Data Identitas Keluarga Pasien
a. Biodata
Nama
Umur
Pekerjaan
Keluarga

: Tn. Sager Sarabang


: 62 tahun
: Pensiunan PNS BPS
: 5 saudara laki- laki
: 4 saudara perempuan

Riwayat olahraga :3 kali seminggu


Nama

: Ny. Sitti Ramlah

Umur

: 53 tahun

BB

: 55 kg

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Saudara

: 8 Saudara laki- laki


: 3 Saudara perempuan

Riwayat olahraga : Jarang

ANAK-ANAK

Nama

: Irawati

Umur

: 28 tahun

Status

: Menikah

Tempat Tinggal

: Bombana

Nama

: Saras

Umur

: 15 tahun

Pekerjaan

: Pelajar SMA kelas 1

Tempat Tinggal

: Bersama Orang tua

b. Susunan keluarga
No

Nama

Umur

Hubunga

Anggota

L/P

Pekerjaan

Imunisasi

Keadaan
Fisik

Keluarga
1

Sager

62 thn/L

Sarabang

Kepala

Pensiunan

Keluarga

BPS

Baik

St. Ramlah

53 thn/P

Istri

IRT

Baik

Irawati

28 thn/P

Anak

Pegawai

Baik

Saras

15 thn/P

Anak

Siswi SMA

Baik

Genogram Keluarga

Ny. Tn. Sagir


Raml
ah
Perem
puan

Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien


- Ayah : BB 68 kg, TB 167 cm, IMT 24,46, TD 130/100 (Stress ),
TD 170/- (Stress )
Mengalami Hipertensi, Anxietas dan Gout Aarthritis
Riwayat pengobatan Allopurinol, Piroxicam, Vitamin, alergi
antalgin
-

Istri

: TD 150/100 (hipertensi grade 2)


Mengalami Hipertensi, Batu ginjal dan Rheumatoid Arthritis
Riwayat pengobatan Pyroxicam dan Vitamin
Pernah menggunakan Kontrasepsi Suntik selama 3 bulan,
kemudiandilanjutkan Pil Kontrasepsi beberapa bulan

Irawati

: Kesehatan dalam keadaan baik

Saras

: Kesehatan dalam keadaan baik, namun sering mengeluh


pembesaran tonsil

Kedua orang tua istri

: Meninggal karena serangan jantung

Kedua orang tua suami

: Meninggal karena penyakit kronis

6 saudara Istri meninggal

: Serangan jantung dan gagal ginjal

4 saudara Ayah meninggal

: Stroke dan komplikasi penyakit kronis

Data Pola Hidup Keluarga


1. Pola Kesehatan
-

Bila anggota keluarga sakit berobat ke Puskesmas atau dirujuk ke rumah sakit.

Persalinan ibu yang pertama dibantu oleh bidan dan yang ke-dua melahirkan di
rumah sendiri.

2. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola makan
Ayah : - setiap hari makan sebanyak 3 kali
-

garam, sering makan gorengan ,susu (-), sayur bening, kopi dan

rokok (-)
- makanan lebih banyak digoreng
- Sumber air minum dari air PAM yang dimasak
Ibu : - setiap hari makan sebanyak 3 kali
- garam, sering makan gorengan, susu(-), sayur bening, ikan asin
- makanan lebih banyak digoreng
- Sumber air minum dari air PAM yang dimasak

Anak pertama dan kedua mengikuti kebiasaan ibu


b. Pola kebersihan
-

Anggota keluarga mandi sebanyak 2-3 kali sehari dan mengganti pakaian 2-3
kali sehari

Sumber air untuk mandi dan mencuci menggunakan air PAM

Anggota keluarga rajin mencuci tangan

LINGKUNGAN
Kondisi rumah dan kawasan lingkungan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Luas
Dinding
Letak rumah
Lantai
Atap
Ventilasi

: Cukup untuk semua anggota keluarga


: Tembok dan tripleks
: Berupa pemukiman padat tapi bersih
: Tegel
: Plafon
: Ruang tamu dan dapur (baik), ruang keluarga dan
kamar (kurang baik) tidak ada jendela.
7. Pencahayaan
: Ruang tamu dan dapur(baik), ruang keluarga dan
kamar butuh pencahayaan lampu.
8. Kamar mandi berukuran kecil dan cukup pengap
9. Mempunyai Tempat buang sampah baik
10. Jamban BAB dan BAK pada toilet
11. Pekarangan didepan rumah dan bersih
12. Terdapat got yang bersih

Keadaan social ekonomi dan pendidikan keluarga


1. Sifat keluarga: Keluarga inti karena terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang
2.

anak
Social ekonomi:
a. Kepala keluarga adalah pensiunan BPS yang memiliki penhasilan

tetap
b. Istri adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja
c. Anak pertama bekerja sebagai pegawai di BOMBANA
3. Social budaya: Hubungan keluarga dengan tetangga baik, saling membantu
jika ada kesulitan
4. Pendidikan ibu dan bapak mengenai pengetahuan tentang gizi :
a. Bapak : Pendidikan tamatan SD, sering mengikuti penyuluhan gizi
b. Ibu : Pendidikan tamatan SMA, jarang mengikuti penyuluhan gizi
dan kesehatan

Data Kesehatan Keluarga


1. Kesehatan anak pertama
Keadaan umum : Tidak diketahui, karena sedang bekerja di Kab. Bombana
Menurut Ibu, anak tidak pernah mengunjungi dokter kecuali untuk Cabut
gigi
2. Kesehatan Anak ke-dua
Keadaan umum : Sehat

Berat Badan Sekarang : 45 kg


Sering menderita Tonsilitis dan pernah mengalami gejala Thypoid

Daftar Masalah Keluarga


Permasalahan

Keterangan

Ibu mempunyai tekanan Darah tinggi dan

Saat kami melakukan pemeriksaan, TD

pernah sakit batu ginjal, sekarang

ibu : 150/100, namun menurut

mengidap penyakit asam urat dengan

pengakuan ibu, TD Sistolnya pernah

riwayat keluarga Ayah-ibu dan 6 org

mencapai 200.
Diberi pengobatan dari puskesmas

saudaranya meninggal karena penyakit

berupa : Captopril, Piroxicam, Vit. B1

jantung dan gagal ginjal.

& B6.
Bapak Mempunyai TD yang berfluktuasi,

Saat kami melakukan pemeriksaan, TD

menurut keterangan bapak TDnya tinggi

bapak : 130/100, karena pada saat

saat mengalami kecemasan yang

pemeriksaan bapak dalam keadaan

berlebihan, Riwayat HT dlm keluarga (-).

rileks.
Bapak Diberikan Allopurinol dari

Dokter Keluarganya, dan Beberapa


Obat Racikan Dari Dokter Ahli
Kejiwaan (setelah drujuk oleh dokter
keluarga).

Bapak mengalami anxietas.

Sekarang bapak mengalami rawat jalan


dengan dokter ahli jiwa.

Ibu mengalami gangguan tidur.

Ibu tidak bisa tidur sebelum jam 12


malam, padahal seharian terus
beraktifitas.

Konsumsi Garam dapur Berlebihan.

Ibu selalu memasak makanan dengan


takaran garam dapur berlebihan, karena
menurut ibu masih belum terasa asin.

Ibu sering mengkonsumsi ikan asin dan

gorengan.

Ibu menjadikan ikan gorengan sebagai


lauk makanan pokok.

Kamar tidur dan ruang tengah agak


pengap.

Kurangnya pencahayaan matahari


langsung karna tidak adanya jendela
pada kamar tidur dan ruang tengah.

Rencana Intervensi Terhadap Masalah Keluarga


Permasalahan
Ibu mempunyai tekanan

Rencana Intervensi

Konseling kepada ibu

Rasional tindakan intervensi

Dengan konseling ini,

Darah tinggi dan pernah

dan keluarga tentang

diharapkan ibu dan

sakit batu ginjal, sekarang

bahaya Hipertensi dan

keluarga mengenal dan

mengidap penyakit asam

bagaimana mencegah

menerapkan perilaku

urat dengan riwayat

Hipertensi dan

yg dapat mencegah

keluarga Ayah-ibu dan 6

komplikasinya
Member saran kepada

Hipertensi
Saran yang diberikan

org saudaranya meninggal

karena penyakit jantung

ibu untuk sering

diharapkan dapat

dan gagal ginjal

memeriksa TDnya di

meningkatkan

Puskesmas

kesadaran ibu untuk


mengontrol TD

Bapak Mempunyai TD yang

Konseling Kepada

Dengan konseling ini

berfluktuasi, menurut

bapak untuk tidak

diharapkan bapak

keterangan bapak TDnya

memikirkan secara

dapat lebih rileks,

tinggi saat mengalami

berlebihan masalah

sehingga tekanan

kecemasan yang berlebihan,

kesehatannya

darahnya tidak

Riwayat HT dlm keluarga

mengalami

(-)

peningkatan

Ibu mengalami gangguan

tidur

Konseling Kepada Ibu

Dengan konseling ini

untuk tidak terlalu lelah

diharapkan ibu untuk

bekerja agar tidak

istrahat teratur agar

stress

tidak terlalu lelah dan


stress sehingga
menyebabkan susah
tidur

Konsumsi Garam dapur

Berlebihan

Konseling kepada ibu

Dengan konseling ini

tentang bahaya

diharapkan ibu dapat

mengkonsumsi garam

mengurangi takaran

dapur berlebihan

garam dapur dalam


masakannya

Ibu sering mengkonsumsi

ikan asin dan gorengan

Konseling kepada ibu

Dengan konseling ini

tentang bahaya

diharapkan ibu dapat

mengkonsumsi

mengurangi kebiasaan

gorengan dan ikan asin

mengkonsumsi

secara berlebihan
Konseling kepada ibu

gorengan dan ikan asin

dan keluarga tentang

berlebihan
Dengan konseling ini

pentingnya mengatur

diharapkan ibu dan

pola makan yang sehat

keluarga dapat
menerapkan pola
makan yg sehat dalam

rumah tangganya.
Kamar tidur dan ruang
tengah agak pengap.

Konseling kepada

Dengan konseling ini

Bapak untuk membuat

diharapkan kamar tidur

jendela pada kamar

dan ruang tengah tidak

tidur dan ruang tengah.

pengap lagi.

D.Kesimpulan
Masalah kesehatan yang dialami keluarga ini disebabkan karena ketidaktahuan ibu
dan bapak tentang bahaya hipertensi, dan cara mencegahnya. Selain itu ketidaktahuan ibu
tentang pola makan yang sehat menjadikan keluarga tersebut selalu mengkonsumsi garam
dapur secara berlebihan. Bapak juga sering merasa cemas (anxietas) sehingga
meningkatkan tekanan darahnya. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan, bimbingan dan
motifasi dari tenaga kesehatan dan kader untuk merubah pola kebiasaan yang kurang baik
dan kurang bermanfaat.

E.Saran
1. Kader Kesehatan
Lebih meningkatkan konseling masyarakat (keluarga)

sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan masyarakat (keluarga) tentang kesehatan keluarga sehari-hari


agar kesehatan keluarga lebih meningkat.

2. Keluarga
Menjalankan saran untuk mengurangi konsumsi garam.
Memjalankan saran untuk lebih sering memeriksakan diri untuk mengontrol
tekanan darahnya
Melakukan konsultasi dengan kader dan petugas kesehatan jika ada masalah
yang berhubungan dengan kesehatan keluarga.

LAMPIRAN

Gbr. 1 Keluarga Tn Sagir

Gbr. 2 Halaman Rumah

Gbr. 3 Rumah Keluarga Tn. Sagir

Gbr. 4 Dapur

Gbr. 5 Dapur

Gbr. 6 Kamar Tidur

Gbr. 7 Kamar Mandi

Gbr. 8 Kamar Mandi

LAPORAN LENGKAP

MODUL 2
MASALAH KESEHATAN KELUARGA
HIPERTENSI

OLEH :
KELOMPOK 3
DHILAH HARFADILAH

MUH. FAJRIN SHADIQ

AL HASYR SARMIN

MUH. HASBUL

RIZKA PURNAMA M.

LM. DIRMAN RADEN

MUH. ASRAN ADAM

SAFRINA DWIYUNARTI

MUH. ELYAS

IKA ELYANA

ASPITA RISKIANA

FAKULTAS KEDOTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

Anda mungkin juga menyukai