PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana
dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi
hemodinamik seseorang saat itu. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan
darah, aliran darah, dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran zat dijaringan tubuh.
Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi sering tidak memberikan keluhan pada
seseorang, tetapi penderita memiliki resiko kematian kardiovaskuler lebih besar
dibanding dengan orang yang mempunyai tekanan darah normal. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan makin tinginya
tekanan darah.
Tekanan darah akan berubah setiap saat bergantung pada keadaan seseorang.
Tekanan darah terendah adalah pada keadaan tidur, tekanan darah dapat naik pada saat
aktivitas fisik ataupun psikis.
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Diperkirakan
telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir
sama besar di negara berkembang maupun di Negara maju.1 Hipertensi merupakan
salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung,
hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular.
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena
alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Tanpa disadari
penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun
ginjal.
Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan
hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah
140/90 mmHg.3 Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih
rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan
yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar.
B.TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah jantung
dan/atau kenaikan pertahanan perifer (Soemantri dan Nugroho, 2006).
Klasifikasi
Sistole (mmHg)
Diastole (mmHg)
Normal
< 80 mmHg
Pre-Hipertensi
80 89 mmHg
Derajat I
90 99 mmHg
Derajat II
>160 mmHg
>100 mmHg
Hipertensi
Berdasarkan Etiologinya
Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :
A. Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik
adalah hipertensi yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya (Shankie, 2001).
Paling sedikit 90% dari semua penyakit hipertensi dinamakan hipertensi primer
(Saseen dan Carter, 2005).
4) Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor
psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan
berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan Sedangkan pada wanita lebih
berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis kuat (Hariwijaya
dan Sutanto, 2007).
5) Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang
stress maka kelenjer pituitary otak akan menstimulus kelenjer endokrin untuk
mengahasilkan hormon adrenalin dan hidrokortison ke dalam darah sebagai bagian
homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan enam penyebab utama kematian
karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru, kecelakan, pengerasan hati dan bunuh
diri (Hariwijaya dan Sutanto, 2007).
6) Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk
memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat
badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan
sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5
mmHg setiap kg penurunan berat badan (Tan dan Kirana, 2003).
Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari bobot total tubuh dapat
menurunkan resiko kardiovaskular secara signifikan (Saseen dan Carter, 2005).
7) Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan
daya
tahan
pembuluh
meningkat.
Juga
memperkuat
efek
untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal
kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan efinephrine (adrenalin). Hormon yang
sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk
memompa lebih keras dibawah tekanan yang lebih tinggi (Gardner, 2007).
9) Konsumsi alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi pada
orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang agak lebih
tinggi daripada yang meminum dengan jumlah yang sedikit (Beevers, 2002).
B. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu
penyakit, kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini sudah diketahui
penyebabnya (Shankie, 2001). Terdapat 10% orang menderita apa yang dinamakan
hipertensi sekunder (Saseen dan Carter, 2005).
Umumnya penyebab Hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan
pengobatan kuratif, sehingga penderita dapat terhindar dari pengobatan seumur hidup
yang seringkali tidak nyaman dan membutuhkan biaya yang mahal (Kumar dan
Clark, 2004).
o Patofisiologi hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik yang
meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac output, contohnya adalah
renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical tumor, feokromositoma dan
obat-obatan. Bila penyebabnya diketahui dan dapat disembuhkan sebelum terjadi
perubahan struktural yang menetap, tekanan darah dapat kembali normal (Huether
dan McCance, 2004).
Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu Peningkatan tekanan darah yang
dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer (Dipiro, 2005).
Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus,
melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan
faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan
atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium,
Prosedur Diagnostik
Prosedur-prosedur
diagnosa
tambahan
mungkin
diperlukan
untuk
Kriteria Diagnosis
Cara pemeriksaan tekanan darah, yaitu :
Anamnesis
Elektrokardiografi,
untuk
melihat
adanya
hipertrofi
ventrikel
kiri,
Diagnosa Hipertensi
Pemeriksaan diagnostik terhadap pengidap tekanan darah tinggi mempunyai
beberapa tujuan :
a) Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi
b) Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular
c) Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya
d) Mencari kemungkinan penyebabnya.
Diagnosis hipertensi menggunakan tiga metode klasik yaitu
a) pencatatan riwayat penyakit (anamnesis)
b) pemeriksaan fisik (sphygomanometer)
c) pemeriksaan laboraturium (data darah,urun,kreatinin serum,kolesterol).
Kesulitan utama selama proses diagnosis ialah menentukan sejauh mana
pemeriksaan harus dilakukan. Dimana pemeriksaan secara dangkal saja tidak cukup
dapat diterima karena hipertensi merupakan penyakit seumur hidup dan terapi yang
dipilih dapat memberikan implikasi yang serius untuk pasien (Padmawinata, 2001).
Dampak Hipertensi
Hipertensi yang diabaikan atau tidak diobati dapat menyebabkan berbagai
macam gangguan kardiovaskular, serebrovaskular dan renal. Hipertensi dapat
merupakan penyebab tunggal atau hanya merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya gangguan tersebut. Tingkat kerusakan organ umumnya berhubungan
dengan nilai tekanan darah, meskipun tidak selalu demikian. Ada kalanya nilai
tekanan darah yang tinggi tidak disertai dengan kerusakan organ sasaran, dan
begitupula sebaliknya. Terdapat kerusakan organ pada kenaikan nilai tekanan darah
yang sedang. Hipertensi dianggap faktor resiko yang paling penting karena hipertensi
adalah faktor yang menyebabkan serangan jantung, gagal jantung, stroke dan
kerusakan ginjal (Shankie, 2001).
3. Ginjal
C.TINJAUAN KASUS
Data Identitas Keluarga Pasien
a. Biodata
Nama
Umur
Pekerjaan
Keluarga
Umur
: 53 tahun
BB
: 55 kg
Pekerjaan
Saudara
ANAK-ANAK
Nama
: Irawati
Umur
: 28 tahun
Status
: Menikah
Tempat Tinggal
: Bombana
Nama
: Saras
Umur
: 15 tahun
Pekerjaan
Tempat Tinggal
b. Susunan keluarga
No
Nama
Umur
Hubunga
Anggota
L/P
Pekerjaan
Imunisasi
Keadaan
Fisik
Keluarga
1
Sager
62 thn/L
Sarabang
Kepala
Pensiunan
Keluarga
BPS
Baik
St. Ramlah
53 thn/P
Istri
IRT
Baik
Irawati
28 thn/P
Anak
Pegawai
Baik
Saras
15 thn/P
Anak
Siswi SMA
Baik
Genogram Keluarga
Istri
Irawati
Saras
Bila anggota keluarga sakit berobat ke Puskesmas atau dirujuk ke rumah sakit.
Persalinan ibu yang pertama dibantu oleh bidan dan yang ke-dua melahirkan di
rumah sendiri.
garam, sering makan gorengan ,susu (-), sayur bening, kopi dan
rokok (-)
- makanan lebih banyak digoreng
- Sumber air minum dari air PAM yang dimasak
Ibu : - setiap hari makan sebanyak 3 kali
- garam, sering makan gorengan, susu(-), sayur bening, ikan asin
- makanan lebih banyak digoreng
- Sumber air minum dari air PAM yang dimasak
Anggota keluarga mandi sebanyak 2-3 kali sehari dan mengganti pakaian 2-3
kali sehari
LINGKUNGAN
Kondisi rumah dan kawasan lingkungan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Luas
Dinding
Letak rumah
Lantai
Atap
Ventilasi
anak
Social ekonomi:
a. Kepala keluarga adalah pensiunan BPS yang memiliki penhasilan
tetap
b. Istri adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja
c. Anak pertama bekerja sebagai pegawai di BOMBANA
3. Social budaya: Hubungan keluarga dengan tetangga baik, saling membantu
jika ada kesulitan
4. Pendidikan ibu dan bapak mengenai pengetahuan tentang gizi :
a. Bapak : Pendidikan tamatan SD, sering mengikuti penyuluhan gizi
b. Ibu : Pendidikan tamatan SMA, jarang mengikuti penyuluhan gizi
dan kesehatan
Keterangan
mencapai 200.
Diberi pengobatan dari puskesmas
& B6.
Bapak Mempunyai TD yang berfluktuasi,
rileks.
Bapak Diberikan Allopurinol dari
gorengan.
Rencana Intervensi
bagaimana mencegah
menerapkan perilaku
Hipertensi dan
yg dapat mencegah
komplikasinya
Member saran kepada
Hipertensi
Saran yang diberikan
diharapkan dapat
memeriksa TDnya di
meningkatkan
Puskesmas
Konseling Kepada
berfluktuasi, menurut
diharapkan bapak
memikirkan secara
berlebihan masalah
sehingga tekanan
kesehatannya
darahnya tidak
mengalami
(-)
peningkatan
tidur
stress
Berlebihan
tentang bahaya
mengkonsumsi garam
mengurangi takaran
dapur berlebihan
tentang bahaya
mengkonsumsi
mengurangi kebiasaan
mengkonsumsi
secara berlebihan
Konseling kepada ibu
berlebihan
Dengan konseling ini
pentingnya mengatur
keluarga dapat
menerapkan pola
makan yg sehat dalam
rumah tangganya.
Kamar tidur dan ruang
tengah agak pengap.
Konseling kepada
pengap lagi.
D.Kesimpulan
Masalah kesehatan yang dialami keluarga ini disebabkan karena ketidaktahuan ibu
dan bapak tentang bahaya hipertensi, dan cara mencegahnya. Selain itu ketidaktahuan ibu
tentang pola makan yang sehat menjadikan keluarga tersebut selalu mengkonsumsi garam
dapur secara berlebihan. Bapak juga sering merasa cemas (anxietas) sehingga
meningkatkan tekanan darahnya. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan, bimbingan dan
motifasi dari tenaga kesehatan dan kader untuk merubah pola kebiasaan yang kurang baik
dan kurang bermanfaat.
E.Saran
1. Kader Kesehatan
Lebih meningkatkan konseling masyarakat (keluarga)
sehingga dapat
2. Keluarga
Menjalankan saran untuk mengurangi konsumsi garam.
Memjalankan saran untuk lebih sering memeriksakan diri untuk mengontrol
tekanan darahnya
Melakukan konsultasi dengan kader dan petugas kesehatan jika ada masalah
yang berhubungan dengan kesehatan keluarga.
LAMPIRAN
Gbr. 4 Dapur
Gbr. 5 Dapur
LAPORAN LENGKAP
MODUL 2
MASALAH KESEHATAN KELUARGA
HIPERTENSI
OLEH :
KELOMPOK 3
DHILAH HARFADILAH
AL HASYR SARMIN
MUH. HASBUL
RIZKA PURNAMA M.
SAFRINA DWIYUNARTI
MUH. ELYAS
IKA ELYANA
ASPITA RISKIANA
FAKULTAS KEDOTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012