Anda di halaman 1dari 82

FAMILY MEDICINE

LANSIA DENGAN HIPERTENSI PADA KELUARGA INTI

Pembimbing : dr.Anisah
Disusun oleh :.
Melisa Hardiyani

(0910.211.155)

Siti Maryam Istiqomah

(0910.211.083)

Debby Seresthia

(0910.211.085)

Ahmad Danial

(0910.211.145)

AsaSuci Annisa

(0910.211.183)

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN


JAKARTA
1

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LANSIA DENGAN HIPERTENSI PADA KELUARGA INTI

1. Melisa Hardiyani

091021155

2. Siti Maryam Istiqomah

0910211083

3. Debby Seresthia

0910211085

4. Ahmad Danial

0810211145

5. Asa Suci Annisa

0819211183

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

Jakarta, 21 Januari 2013


Pembimbing Lapangan

dr. Anisah

LANSIA DENGAN HIPERTENSI PADA KELUARGA INTI :


PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA
Melisa Hardiyani, Siti Maryam Istiqomah, Debby Seresthia, Ahmad Danial, Asa Suci Annisa

Abstrak : Tujuan dari kunjungan ke rumah pasien ini untuk memberikan intervensi berupa
promotif dan preventif seperti melakukan penyuluhan, memberikan motivasi kepada pasien dan
keluarga, dan ini merupakan penerapan dengan pelayanan kedokteran keluarga yang holistic,
komprehensif, berkesinambungan, terpadu dan paripurna. Pasien adalah seorang bapak yang
berusia 60 tahun dan tinggal hanya bersama istrinya yang berusia 54 tahun karena keempat
anaknya sudah berkeluarga dan memiliki tempat tinggal masing-masing. Masalah dalam
keluarga ini adalah pasien yang bernama Bpk. T mengalami hipertensi derajat II menurut JNC
VII yang kemungkinan dipicu dari faktor usia, stress, habit terdahulu, serta pola makan dan pola
hidup sebelumnya. Intervensi yang dilakukan bersifat promotif dan preventif. Pasien diberi
edukasi mengenai pengertian hipertensi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, komplikasi,
penatalaksanaan dari hipertensi. Selain itu, pasien juga diberikan edukasi mengenai konsumsi
makanan dan minuman yang diperbolehkan dan yang harus dihindari. Hal ini bertujuan untuk
memotivasi serta meningkatkan kesadaran pasien untuk lebih memperhatikan dan mengontrol
hipertensi yang dialaminya. Keberhasilan tindakan ini dinilai dari adanya kesadaran pasien untuk
lebih teratur mengkonsumsi obat antihipertensi, menjaga pola makan serta pola hidupnya, dan
juga menghindari faktor faktor yang dapat menimbulkan stress. Penerapan pelayanan
kedokteran keluarga secara holistik, komprehensif, berkesinambungan, terpadu dan paripurna
yang memandang pasien sebagai bagian dari keluarga dan lingkungannya, telah dijalankan dan
berhasil memotivasi pasien, sehingga keluarga mulai mencoba mengatasi problema dari faktor
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan yang dialami. Pada akhir studi, tekanan darah
pasien mengalami penurunan yang dilihat dari hari pertama kunjungan pertama hingga
kunjungan ketiga. Masalah hipertensi yang berhubungan dengan keteraturan mengkonsumsi
obat, pola hidup, dan pola makan masih perlu dikontrol.

Kata Kunci : hipertensi, pelayanan dokter keluarga

LANSIA DENGAN HIPERTENSI PADA KELUARGA INTI :


PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA
Melisa Hardiyani, Siti Maryam Istiqomah, Debby Seresthia, Ahmad Danial, Asa Suci Annisa

Abstract : The purpose of this family medicine program is to give interventions for patient and
his family such as health promotion and specific prevention for the disease. We give counseling
about his diseases and motivations to his family members. We are also applying the family
medicine concepts which are holistic, comprehensive, sustainable, integrated, and complete. The
patient is a man, mr. T 60 years old. He lives with his wife mrs. S 54 years old. He has 4 children
and all of them already married and live their life separate from their parents. The problem of
this patient is hypertension stage 2 according to classification of JNC VII, which may occurs due
to psychological stress, age, last habits such as smoking, his life style and diets. The
interventions are health promotion and specific prevention for his vascular disease. We give them
basic understanding about hypertension disease including its etiologies, risk factors,
pathophysiology, complications, and therapy. We are also give them an education about how to
choose foods and beverages which may allowed or forbidden. This education is aimed to
motivate patient to be aware and control his blood pressure everyday. The goals of these
interventions are to build his awareness of his blood pressure, to make him consume his drugs
regularly, to control his diet and life style, and to avoid all factors that may induce his stress. The
implementation of family medicine services in a holistic, comprehensive, continuous, integrated
and complete that sees patient as a part of his family and his environment , has been
implemented and successfully motivate the patient, so that the family began to try to correct the
problems and factors that may influence his health. By the end of this program, we find out that
his blood pressure constantly decrease from the first until the third visits. But he still needs to
controls his adherence of consuming medicine, control his life styles and diets.

Keywords : hypertension, family medicine service

Pendahuluan :
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolic sedikitnya 90 mmHg (Sylvia dan Lorraine, 2006).
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat terkontrol (seperti
keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang
olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). Penderita hipertensi yang heterogen
menandakan bahwa penyakit ini bagaikan mosaik, diderita oleh orang banyak yang datang dari
berbagai subkelompok berisiko didalam masyarakat. Hal tersebut juga berarti bahwa hipertensi
dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti neurotransmitter,
hormone, dan genetik, maupun yang bersifat eksogen seperti rokok, nutrisi, dan stressor (Herke,
2006).
Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat
yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi, merupakan salah satu
faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan
gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan
secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus
hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah
pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana
hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang
minum obat hipertensi. Ini menunjukkan, 76% kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis
atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Tabel
1).

Tabel 1 . Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan Darah
TDS (mmHg)
Normal
< 120
Prahipertensi
120 139
Hipertensi derajat 1
140 159
Hipertensi
TDS : Tekanan Darah Sistolik, TDD : Tekanan Darah Diastolik

TDD (mmHg)
< 80
80 89
90 99

Penilaian Terhadap Keluarga


Dalam penatalaksanaan penyakit pasien sangat diperlukan peran serta seluruh anggota keluarga,
terutama istri pasien dalam merawat, mengingatkan, dan mengawasi pasien untuk mengkonsumsi
obat antihipertensi secara teratur. Pasien ini berusia 60 tahun, yang memungkinkan kerentanan
terhadap komplikasi dari hipertensi yang dialaminya. Selain itu, pasien juga kurang memiliki
kesadaran dalam keteraturan mengkonsumsi obat antihipertensi. Keluarga dan pasien wajib
untuk mengetahui tentang penyakit hipertensi, yaitu mengenai pengertian dari hipertensi,
etiologi, faktor risiko, patofisiologi, komplikasi, dan aturan dalam mengkonsumsi obat
antihipertensi. Kemudian, diperlukan juga pengetahuan mengenai pola hidup serta konsumsi
makanan dan minuman sehari-hari yang dikonsumsi oleh pasien. Hal ini bertujuan untuk
memberi pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai penyakit yang dialaminya sehingga pasien
dapat mengontrol dirinya dengan cara minum obat yang teratur, menjaga pola hidup dan
konsumsi makanan serta minuman sehari-hari. Untuk itu, agar tujuan tercapai dalam menangani
pasien dengan melibatkan keluarga dalam perawatan serta untuk mendeteksi etiologi dan faktor
risiko yang berkaitan dengan masalah fiik, psikologik, sosial, dan lingkungan keluarga, maka
dilakukan kunjungan pada tanggal 19 Desember 2012, 5 Januari, dan 15 Jauari 2013.

Ilustrasi Kasus
Seorang laki-laki bernama Tuan T. usia 60 tahun datang berobat ke puskesmas Sukma
Jaya, Depok dengan keluhan pusing dan sulit tidur sejak dua sampai tiga tahun yang lalu. Pasien
dan istrinya, Ny. S. 54 tahun, merupakan keluarga pasangan lansia dimana keduanya berada pada
siklus kehidupan keluarga orang tua lansia. Sehari-hari, Tn. T dan Ny. S hanya tinggal berdua
saja. Orang tua ini memiliki empat orang anak, dimana ke empat orang anaknya ini sudah
6

menikah dan telah memiliki tempat tinggal masing-masing. Beliau memiliki warung kelontong
di depan rumahnya. Sehari-hari warung itu di jaga oleh isteri atau kedua anaknya. Anak kedua
dan anak bungsunya mengunjungi rumah setiap hari sambil menjaga toko kelontong.
Dari anamnesis didapatkan

pasien mengalami hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.

Awalnya keluhan utama adalah sakit kepala menjalar ke leher. Keluhan muncul saat malam hari
menjelang tidur. Sehingga menyebabkan pasien sulit tidur. Keluhan ini juga dirasa setelah
aktivitas tinggi dan kelelahan. Biasanya pasien juga mengalami keluhan ini setelah makan ikan
air tawar juga makanan bersantan. Sakit kepala datang tiba-tiba dan semakin memburuk jika
terlalu lama beraktivitas. Keluhan membaik jika pasien beristirahat dan meminum obat darah
tinggi yang diberikan oleh dokter puskesmas.
Pasien dan istrinya tidak lulus Sekolah Dasar. Dalam kesehariannya, pasien dan
keluarganya memiliki latar belakang agama yang baik. Di kediaman beliau juga sering diadakan
pengajian. Istrinya juga sering mengikuti kegiatan di majelis Talim dekat rumahnya. Sebelum
mengalami hipertensi, pasien bekerja sebagai buruh serabutan. Setiap hari ada saja pekerjaan
yang dia lakuakan seperti membantu mengurus kebun orang dan hasilnya di bagi rata oleh
pemilik kebun. Pasien merasa keluhan hipertensi ini timbul setelah dia berhenti bekerja dan lebih
banyak menghabiskan waktu di rumah. Pasien merasa dengan aktivitas yang berkurang, beban
pikirannya juga meningkat.
Di keluarga pasien maupun keluarga istrinya tidak ada yang memiliki riwayat hipertensi
maupun penyakit degeneratif komorbid hipertensi seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan
lain-lain. Ayah Tuan T. meninggal karena penyakit kolera yang tidak tertangani. Pasien juga tidak
memiliki gangguan pada sistem pernapasan yang mungkin berhubungan dengan keluhan
sesaknya seperti asma atau tuberkulosis.
Pasien telah berobat ke puskesmas Sukma Jaya sejak pertama kali terdiagnosis hipertensi
derajat dua. Dari puskesmas, pasien mendapat obat-obatan seperti captopril, hidroclorotiazid.
Pasien hanya berobat ke puskesmas jika keluhan sakit kepala mulai timbul. Kemudian pasien
mengkonsumsi obat hipertensinya sampai habis. Namun jika sudah habis, pasien enggan kembali
ke puskesmas untuk kontrol. Pasien juga mengeluhkan sering buang air kecil pada malam hari
setelah mengonsumsi hidroclorotiazid.
7

Pasien mulai merokok sejak usia lima belas tahun namun sudah berhenti sejak usia
36tahun. Dalam sehari pasien menghabiskan dua bungkus rokok jenis kretek. Pasien tidak suka
meminum kopi, minuman beralkohol maupun minuman bersoda jenis apapun. Pasien biasa
berolahraga jalan pagi keliling lingkungan rumahnya bersama isterinya sekitar 2 jam setiap hari.
Dari pemeriksaan yang kami lakukan di kediaman beliau, vital sign dalam batas normal
kecuali tekanan darahnya. Dari tiga kali kunjungan, berikut adalah hasil pengukuran tekanan
darah, gula darah sewaktu dan kolesterol pada pasien tuan T:
1. Tabel tekanan darah Tuan T.
Tanggal
19 Desember 2012
5 Januari 2013
15 Januari 2013

Hasil
190/110
180/100
170/100

2. Tabel pemeriksaan kolesterol Tuan T.


Tanggal
5 Januari 2013
15 Januari 2013

Hasil
135
224

3. Tabel pemeriksaan gula darah sewaktu Tuan T.


Tanggal
5 Januari 2013
15 Januari 2013

Hasil
107
138

Dari tiga kali kunjungan, berikut adalah hasil pengukuran tekanan darah, gula darah sewaktu dan
kolesterol pada pasien nyonya S:
1. Tabel tekanan darah nyonya S.
Tanggal
19 Desember 2012
5 Januari 2013
15 Januari 2013

Hasil
130/80
120/80
120/80

2. Tabel pemeriksaan kolesterol nyonya S.


Tanggal
5 Januari 2013
15 Januari 2013

Hasil
104
147

3. Tabel pemeriksaan gula darah sewaktu nyonya S.


Tanggal
5 Januari 2013
15 Januari 2013

Hasil
127
144

Penilaian Struktur dan Komposisi Keluarga


Keluarga terdiri atas dua generasi. Namun bentuk keluarga saat ini adalah keluarga orangtua
lansia, diamana siklus hidup keluarga sudah pada tahap keluarga orangtua lansia. Dari pernikahan ini,
Tuan T dan Nyonya S memiliki 4 orang anak dan semuanya sudah menikah. Pasien bersama istrinya
memiliki 9 orang cucu.

GENOGRAM
Tn. N

Ny. R

Tn. T
(60thn)

Ny. H
(42thn)

Tn. M
(40 thn)

Tn. A

Ny. N

Ny. S
(54thn)

Ny. I
(41thn)

An. I

An. M

An. T

(14
thn )

(9 thn)

(4 thn)

Tn. M

Tn. N

(38 thn)

(34 thn)

Ny. S
(34thn)

An. N

An. M

An. D

An. F

(8 thn)

(6 bln)

(4 thn)

(6
bln)

Perempuan
(hipertensi)

An. R
(14 thn)

Tn.
H

Ny. A
(28thn
)

pasien
menikah 10

An. A (9
thn)
laki-laki

meninggal

Identifikasi Masalah Keluarga


1. Masalah dalam fungsi biologis: pasien berusia 60 tahun. Berhubungan dengan usia pasien,
elastisitas pembuluh darah semakin berkurang sehingga meningkatkan resistensi perifer
pembuluh darah tepi.
2. Masalah dalam fungsi psikologis: berdasarkan usia, pasien sudah tidak lagi bekerja. Kondisi ini
menyebabkan pasien kurang aktivitas dan meningkatnya stressor sehingga menyebabkan gejala
hipertensi muncul.
3. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan: Dalam keluarga ini memiliki
penghasilan setara dengan UMR kota depok 2012 (Rp. 1.424.797,00). Di tempat tinggal
pasien, terdapat warung kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari.
4. Masalah perilaku kesehatan: Keluarga cukup mengerti akan pentingnya kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan, namun yang menjadi kendala adalah kejenuhan pasien untuk
mengkonsumsi obat antihipertensi yang harus dikonsumsi setiap hari. Pola makan istri dan
pasien cukup teratur, keduanya memiliki pengetahuan yang cukup tentang makanan dan
minuman apa saja yang tidak boleh dikonsumsi oleh pasien, namun terkadang pasien masih
sedikit mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak boleh dikonsumsi.
5. Masalah lingkungan: Lingkungan rumah bersih, kedaan rumah cukup nyaman sehingga
kemungkinan timbulnya masalah kesehatan yang berhubungan dengan tempat tinggal dapat di
minimalisir.
6. Kondisi lingkungan ditinjau dari kondisi rumah. Rumah yang dihuni adalah rumah pribadi
yang berada di daerah padat penduduk. Karakteristik rumah yang dihuni adalah luas rumah
13,8 m X 6,2 m, jumlah orang dalam satu rumah adalah 2 orang, memiliki halaman rumah,
tidak bertingkat, lantai rumah dari keramik, dinding rumah dari tembok. Penerangan rumah
pada siang hari hanya dari lima jendela yaitu dua jendela di sisi depan rumah dan 3 jendela di
bagian samping kanan rumah, pada malam hari menggunakan lampu listrik. Ventilasi rumah
memanfaatkan pintu rumah depan, lima jendela rumah, dan satu pintu dapur. Kondisi
kelembapan dalam rumah baik. Kebersihan di dalam rumah cukup baik. Tata letak barang
dalam rumah tertata rapi. Sumber air rumah; air minum berasal dari pompa listrik, air cuci dan
masak dari pompa listrik, jarak sumber air dari septic tank 8 m. Kamar mandi keluarga tersedia
di dalam rumah berjumlah 1 buah dengan jamban jongkok 1 buah. Kesan kebersihan
lingkungan rumah baik.

Diagnostik Holistik
11

(15 Januari 2013; primary care)


Aspek Personal

Pasien memiliki harapan akan kesembuhan penyakitnya, namun


pasien merasa santai dengan penyakitnya dan tidak memiliki

Aspek Klinis
Aspek Individual

:
:

kekhawatiran.
Hipertensi derajat dua ( kriteria JNC VII).
Pasien adalah seorang kakek berusia 60 tahun yang memiliki
masalah dengan kesadaran untuk mengonsumsi obat hipertensi

Aspek Psikososial

yang berkesinambungan.
Pasien merasa beban pikirannya meningkat karena kurang aktivitas

Aspek Fungsional

dan lebih banyak diam di rumah kurang lebih 2 tahun terakhir.


Derajat1, pasien mampu melakukan semua aktivitas sehari-hari
sendiri.

Diagnosis Keluarga
Keluarga ini merupakan keluarga pasangan lansia, dimana anak-anak sudah memiliki keluarga
masing-masing dan tinggal tidak serumah dengan orangtua. Pasien juga sudah tidak bekerja dan
sehari-hari hanya menghabiskan masa tua dirumah bersama istri dan anak-anaknya pada akhir pekan.
Hal ini diduga merupakan penyebab utama hipertensi yang dialami pasien. Selain itu, dilihat dari sisi
pendidikannya, dimana pasien dan istrinya tidak tamat SD. Sehingga diduga menjadi penyebab
kurangnya kesadaran untuk hidup sehat dan mengontrol hipertensinya dengan meminum obat
antihipertensi secara kontinu.

Tujuan Umum Penyelesaian Masalah Pasien dan Keluarga


Terselesaikannya masalah pasien dan terwujudnya pemahaman keluarga akan pentingnya
mengetahui penyakit hipertensi sehingga dapat mencegah komplikasi dan memahami penatalaksanaan
dari hipertensi

Indikator Keberhasilan
Keluarga mengetahui tentang penyakit hipertensi, kemudian keluarga pasien juga memahami
mengenai gizi seimbang bagi pasien yang menderita hipertensi, dan keluarga mengetahui apa yang
harus dihindari bagi penderita yang memiliki penyakit hipertensi.
12

Tindak lanjut Terhadap Pasien dan Keluarga


Pada kunjungan pertama dilakukan wawancara kepada semua anggota keluarga untuk
mengetahui permasalahan-permasalahan kesehatan yang terjadi pada masing-masing anggota
keluarga. Selain itu, pasien dan keluarganya juga diberikan masukan untuk rajin kontrol ke puskesmas
secara rutin. Permasalahan-permasalahan tersebut kemudian didiskusikan dan dibuat suatu
perencanaan intervensi untuk kunjungan kedua.
Pada kunjungan kedua, pasien dan keluarga pasien di periksa tekanan darahnya serta diberikan
penyuluhan mengenai pennyakit hipertensi. Selain itu keluarga pasien juga diberikan informasi
tambahan menganai konsep menu makan sehat, seimbang dan bergizi. Selain itu, diberikan juga
informasi mengenai makanan yang diperbolehkan utuk dikonsumsi dan makanan yang harus dihindari
pada pasien hipertensi. Hal ini dilakukan karena penyakit yang dialami oleh pasien dapat berpengaruh
dari usia, habit, stres, pola hidup, dan pola makan sehingga hal ini dilakukan sebagai usaha preventif
agar istri pasien tidak mengalami hal serupa yang dialami oleh pasien serta pasien dapat lebih
memperhatikan mengenai masalah kesehatannya.

Alur Intervensi Pasien

Desember 2012 dilaporkan Tn. T,


usia 60 th
dengan irwayat hipertensi

13

Tn. T
Umur
TD

Motivasi agar
tidak
mempunyai
banyak
aktivitas
bekerja di usia
tua

Ekonomi

Pangan
Edukasi tentang
pola makan apa
yang
diperbolehkan
dan tidak
diperbolehkan.
Atau yang harus
dibatasi
pemberiannya

: 60 th
:?

Kurang nya
pendidikan

Menjaga
kondisi
badan dan
psikis

Peningkatan
tekanan darah

Tindakan

Edukasi tentang
komplikasi
penyakit apa saja
yang bisa terjadi
setelah terkena
hipertensi dan
pencegahan
meminimalisir
Terhadap
komplikasi Keluarga

hipertensi

Budaya

Pelayanan
kesehatan

Edukasi untuk
tidak merokok,
Membiasakan
berolahraga
Motivasi agar
sering control ke
puskesmas, dan
mengambil obat
jika habis

edukasi agar
banyak
beristirahat
dirumah, tidak
melakukan
kegiatan yang
menguras fisik
dan psikis

Eduksi
pemahaman
tentang hipertensi

Resiko komplikasi

14

Pasien hipertensi membutuhkan penatalaksanaan yang terus menerus dan teratur, sehingga
terkadang muncul kejenuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi. Dalam hal ini dibutuhkan
peran keluarga untuk memantau dan mengingatkan pasien utuk rutin mengkonsumsi obat
antihipertensi dan melakukan cek terhadap tekanan darah serta kondisi kesehatan pasien ke
puskesmas.
Pasien hipertensi yang kami kunjungi adalah Tn. T, yang mengalami hipertensi sejak 2-3 tahun
yang lalu. Pada awal gejala hipertensi, Tn.T mengalami sakit kepala yang menjalar hingga ke leher
bagian belakang yang menyebabkan pasien menjadi susah tidur. Selain itu, pasien juga mengeluhkan
sering buang air kecil pada malam hari. Hipertensi ini dapat diperparah jika melakukan aktivitas
tinggi, makan ika basah (ikan air tawar), dan memakan makanan yang bersantan. Jika sedang naik
tekanan darahnya bias mencapai 190 mmHg untuk sistol nya dan jika seang atau normal hanya sekitar
160 mmHg untuk sistol nya. Di keluarga Tn.T tidak ada yang memiliki keluhan yang serupa dan kedua
orangtua Tn.T tidak mempunyai gangguan kesehatan apapun.
Pada awalnya, Tn. T memiliki kebiasaan merokok sejak berusia sebanyak 24 batang/hari dan
minum kopi. Selain itu, pasien juga sangat menyukai minuman es jeruk. Namun, kebiasaan merokok
dan minum kopi sudah berhenti sejak tahun 1980-an. Sebelumnya, pasien juga kurang menjaga
konsumsi makanan sehari-hari nya seperti memakan daging sapi, daging kambing, dan jeroan.
Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan tersebut, tindakan awal yang kami lakukan adalah
memberikan edukasi, dari sisi medis, kepada keluarga pasien sebagai pelaku rawat pasien, untuk
memahami kondisi sebenarnya Tn.T. Dengan media audio-visual, kami menjelaskan kepada keluarga
pasien tentang penyakit hipertensi dari mulai definisi, proses perjalanan penyakit (patofisiologi),
penyebab dan faktor resiko, hingga pengobatan yang tepat menurut ilmu medis, hingga komplikasi
yang dapat ditimbulkan dari hipertensi. Tindakan tersebut kami lakukan dengan harapan; keluarga
pasien dan pasien dapat memahami keadaan pasien yang sebenarnya sehingga mampu lebih bijaksana
untuk memantau dan mengingatkan pasien dengan baik. Selain itu, kami pun memberikan motivasi
secara personal kepada Tn.T untuk sealu rutin dan teratur dalam mengkonsumsi obat antihipertensi
supaya tekanan darahnya tetap terkontrol.
Hipertensi yang dialami pasien adalah hipertensi derajat II menurut JNC VII. Hal tersebut
dipresentasikan dari hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada awal kunjungan hingga
15

kunjungan terakhir. Hasil pengukuran tekanan darah yang diperoleh dari kunjungan yang kami
lakukan tidak pernah kurang dari 160 mmHg untuk sistolnya dan tidak kurang dari 100 untuk
diastolnya.
Untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang penyakit yang di alaminya yaitu
hipertensi, maka dilakukan intervensi pada pasien.

Memberikan intervensi terhadap pasien dengan cara penyuluhan tentang penyakit pasien yaitu
hipertensi melalui media slide dengan menggunakan proyektor. Dimana isi dari penyuluhan
tersebut mulai dari pengertian hipertensi, etiologi, factor risiko, patofisiologi, komplikasi,

penatalaksanaan dari hipertensi.


Memotivasi pasien agar rutin berobat dan meminum obat sehingga tekanan darahnya dapat

terkontrol.
Edukasi mengenai daftar makanan dan minuman apa saja yang diperbolehkan dan yang harus

dihindari.
Memberikan garam rendah natrium dan memberitahukan kepada istri pasien supaya mengganti
garam yang sebelumnya digunakan dengan garam rendah natrium dengan tujuan untuk

mengontrol tekanan darah pasien.


Memberikan makanan pendukung lainnya seperti oat meal,roti gandum, buah (jeruk dan
pisang) untuk memberi beberapa contoh secara langsung mengenai makanan yang dapat

dikonsumsi
Memotivasi pasien supaya rutin melakukan olahraga ringan seperti jalan santai di pagi hari

selama jam.
Melakukan test yang lain yaitu test glukosa dan kolesterol pada pasien dan istri untuk

mengetahui ada atau tidaknya penyakit maupun faktor risiko lain yang menyertai.
Memberikan gift berupa tensi digital pada pasien, agar pasien dapat memantau tekanan
darahnya secara rutin dengan tujuan memotivasi pasien untuk meminum obatnya secara rutin.
Dilakukan penilaian terhadap penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi yang dapat

dilihat pada Tabel 1. Penilaian kemampuan mengatasi masalah secara keseluruhan dan kemampuan
adaptasi dengan skala:
99 :

tidak dapat dinilai.

1:

tidak ada partisipasi, menolak, tidak ada penyelesaian walaupun sarana tersedia

16

2:

partisipasi keluarga hanya berupa keinginan saja karena tidak mampu, tidak ada
sumber, penyelesaian sepenuhnya dilakukan oleh orang lain/dokter/pelayanan
kesehatan

3:

ada keinginan untuk penyelesaian, terdapat sumber namun perlu penggalian yang
belum dimanfaatkan, hanya sedikit atas partisipasi keluarga dan sebagian besar masih
dilakukan provider.

4:

penyelesaian hampir seluruhnya oleh keluarga dengan sedikit petunjuk dari orang lain /
dokter / pelayanan kesehatan

5:

dapat diselesaikan sepenuhnya oleh pasien dan keluarganya


Tabel 1 Penilaian Kemampuan Mengatasi Masalah (Koping Keluarga)

No
1

Masalah

Rencana Intervensi

Hipertensi dan

Memotivasi pasien

kejenuhan untuk

supaya rajin minum

mengkonsumsi obat

obat antihipertensi

setiap hari

setiap hari dengan

Hasil
1.

hipertensi.
Memberikan alat

pertama tekanan
2.

darah pasien 190/110


Pada saat kunjungan
kedua tekanan darah

cara memberikan
edukasi mengenai

Pada saat kunjungan

Nilai Koping
Awal
Akhir

3.

pasien 180/100
Pada saat kunjungan
ketiga tekanan darah
pasien 170/100

tensi digital dan


mengajarkan cara
menggunakannya
kepada pasien supaya
dapat rutin
melakukan cek
tekanan darah dan
diharapkan pasien
menjadi rajin untuk
kontrol ke
puskesmas.
2

Pengetahuan pelaku

Edukasi mengenai

Istri pasien dan pasien sendiri

rawat (istri pasien)

hipertensi yang

mulai memahami hal hal

17

akan kondisi Bpk.T

terdiri dari definisi,

mengenai hipertensi dan

cukup baik, namun

etiologi, faktor risiko,

bahaya dari komplikasi

pengetahuan Bpk.T

patofisiologi, tanda

hipertensi sehingga pasien

mengenai komplikasi

dan gejala,

lebih termotivasi untuk rutin

hiertensi masih

komplikasi.

minum obat dan istri pasien

kurang.
3

bisa lebih mengontrol Bpk.T

Pola makan: pasien

Edukasi mengenai

Pasien memahami daftar

makan teratur

daftar makanan yang

makanan apa saja yg

waktunya, namun

diperbolehkan untuk

diperbolehkan untuk

terkadang pasien

dikonsumsi dan yang

dikonsumsi dan yang harus

mengkonsumsi

harus dihindari.

dihindari sehingga pasien

makanan yang

dapat lebih berhati-hati untuk

seharusnya dihindari.

mengkonsumsi makanan

Istri pasien sduah

sehari-hari.

memahami mengenai

Sebelum dilakukan edukasi

daftar makanan apa

mengenai daftar makanan

saja yang

yang diperbolehkan untuk

diperbolehkan untuk

dikonsumsi dan yang harus

dikonsumsi dan yang

dihindari untuk pasien

harus dihindari.

hipertensi, istri pasien sudah


memahami hal tersebut dan
sudah memberikan beberapa
makanan yang diperbolehkan.
Dengan dilakukan edukasi ini
dapat menambah pengetahuan
istri pasien mengenai menu
menu makanan yang
diperbolehkan sehingga pola
Memberikan dan

makan dapat terus terkontrol

menjelaskan
beberapa makanan
yang dapat

Istri pasien memahami

dikonsumsi pasien

bagaimana cara penggunaan

seperti garam rendah

daram dapur rendah natrium

natrium, oat meal,

dan cara memberikan oatmeal

roti gandum, pisang,

kedapa Bpk.T. Istri pasien

18

dan jeruk. Diberitahu

mengerti bagaimana membeli

juga dimana

bahan makanan tersebut

makanan tersebut

apabila telah habis

dapat diperoleh.

dikonsumsi

Pasien kurang

Memberikan

Pasien dan istri pasien rutin

aktivitas karena sudah

motivasi kepada

melakukan olahraga setiap

tidak bekerja lagi.

pasien untuk tetap

pagi seperti jalan santai, dan

Kegiatan sehari-

melakukan kegiatan

juga aktif dalam kegiatan

harinya adalah

sosial, melakukan

sosial seperti arisan dan

kegiatan rumahan dan

pekerjaan rumah dan

pengajian RT.

kegiatan sosial.

rutin olahraga untuk

Tingkat stresor pasien


meningkat setelah

mengisi waktu
sehari-hari

tidak bekerja lagi


karena kegiatan yang
monoton.
5

Pasien memiliki

Memberikan edukasi

Pasien mulai mengatur pola

kebiasaan tidur hingga

kepada pasien

tidurnya

diatas pukul sebelas

mengenai kebutuhan

malam

istirahat yang cukup


sangat baik untuk
mengurangi stress.

Pasien memiliki gaya

Edukasi mengenai

Pasien sudah memahami

hidup yang kurang

bahaya merokok dan

mengenai bahaya merokok

baik sebelumnya,

konsumsi kopi

dan mengkonsumsi kopi tidak

seperti sejak berusia

terhadap hipertensi

baik untuk kesehatan

15 tahun sudah

supaya memotivasi

sehingga pasien tidak

merokok 24

pasien agar tetap

melakukan kebiasaan tersebut

batang/hari, minum

memiliki pola hidup

kembali.

kopi. Namun sekarang

sehat.

pasien sudah tidak


merokok dan minum
kopi lagi.
7

Istri pasien dan pasien

Edukasi istri pasien

Pasien dan stri pasien

terkadang melakukan

dan pasien supaya

memulai untuk lebih

bepergian jarak jauh

tetap memperhatikan

memperhatikan kondisi

19

sehingga bisa

kondisi kesehatannya

kesehatannya dengan

menimbulkan

jika ingin melakukan

mempertimbangkan jarak

kelelahan dan tidak

bepergian jauh dan

tempuh jika ingin bepergian.

memperhatikan

harus cukup istirahat

kondisi kesehatan.

setelahnya.

Hal ini dapat


memperparah
hipertensi yang
dialami
8

Pasien dan istri pasien

Melakukan cek gula

Hasil dari tes tersebut

belum pernah

darah sewaktu dan

menunjukkan dalam batas

melakukan cek gula

kolesterol terhadap

normal.

darah dan kolesterol

pasien dan istri

30/8 =

35/8 =

3,75

4,375

pasien untuk
mengetahui apakah
ada faktor ataupun
penyakit lain yang
menyertai
Total koping

Kesan dari kemampuan penyelesaian masalah awal dalam keluarga adalah 4 yaitu penyelesaian
hampir seluruhnya oleh keluarga dengan sedikit petunjuk dari orang lain / dokter / pelayanan
kesehatan. Pada akhir studi dilakukan penilaian kembali kemampuan keluarga menyelesaikan
masalahnya. Nilai akhir koping keluarga yang didapat adalah 5, dimana dapat diselesaikan sepenuhnya
oleh pasien dan keluarganya.

Hasil Intervensi
1. Telah dilakukan edukasi mengenai hipertensi dan pasien beserta keluarga sudah cukup
mengerti tentang hipertensi dan komplikasi dari penyakit itu sendiri serta sudah cukup
termotivasi untuk mengubah pola makan dan pola hidup.
2. Istri pasien berupaya mengontrol asupan makanan dan minuman Bpk. T dengan mengurangi
konsumsi makanan berminyak, bersantan, dan makanan dengan diet rendah garam.
20

3. Istri pasien sudah mulai melakukan apa yang disarankan dari hal hal yang telah diedukasikan.
Diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan kesadaran pasien untuk lebih mengontrol pola
hidup.
4. Istri pasien bersedia untuk mengawasi pola makan, pola hidup sehari-hari serta mengingatkan
untuk lebih teratur mengkonsumsi obat antihipertensi.
5. Pasien lebih menyadari mengenai penyakitnya dan mulai rutin mengkonsumsi obat serta
mengontrol pola makan dan pola hidupnya.

Pembahasan
Dalam penanganan kasus ini dilakukan pendekatan kedokteran keluarga untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, berkesinambungan, terpadu dan paripurna, dengan
memandang pasien sebagai bagian dari dirinya sendiri, keluarga dan lingkungannya.
Pasien Bpk.T didiagnosis hipertensi. Berdasarkan hasil wawancara pada Bpk.T dan Ibu.S,
diketahui bahwa Bpk.T mengalami peningkatan tekanan darah sejak 2-3 tahun yang lalu. Dari hasil
pemeriksaan tekanan darah yang kami lakukan pada hari pertama kunjungan adalah 190/110 mmHg,
pada kunjungan hari kedua adalah 180/100, dan pada kunjungan hari ketiga adalah 170/100. Dari
pemeriksaan sebelumnya yang dilakukan oleh dokter di puskesmas, diketahui bahwa tekanan darah
Bpk.T tidak pernah kurang dari 160/90 mmHg. Dari pemeriksaan tekanan darah yang kami lakukan,
tekanan darah Bpk.T termasuk dalam kategori hipertensi grade 3 menurut JNC 2007. Dari hasil
wawancara dengan istri Bpk.T juga diketahui bahwa Bpk.T sudah mulai menghindari makanan yang
tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi penderita hipertensi, namun yang menjadi kendala adalah
kejenuhan Bpk.T dalam mengkonsumsi obat antihipertensi sehingga Bpk.T hanya melakukan kontrol
ke puskesmas saat keluhan keluhan yang diakibatkan dari hipertensinya kembali dirasakan dan pola
tidur dari Bpk.T juga masih kurang teratur.
Faktor resiko hipertensi meliputi faktor usia dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi
mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hal ini
sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh
darah dan hormone (Herke, 2006). Disamping itu, stressor, habit, aktivitas yang dilakukan sehari-hari,
pola makan dan pola istirahat juga berpengaruh terhadap hipertensi (Astawan, 2002). Dari faktor usia,
Bpk.T sudah memasuki usia lanjut, yaitu usia 60 tahun. Pada usia ini, Bpk.T sudah tidak lagi bekerja
sehingga aktivitas sehari-hari yang dilakukan hanya kegiatan rumahan dan kegiatan sosial seperti
pengajian dan arisan dengan warga setempat. Hal ini dapat memicu kejenuhan dari aktivitas sehari21

hari yang dialami oleh Bpk.T. Didapatkan pula dari riwayat habit terdahulu bahwa Bpk.T memiliki
kebiasaan merokok sejak berusia 15 tahun dengan jumlah rokok 24 batang/hari dan juga kebiasaan
mengkonsumsi kopi.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Apabila hipertensi ini tidak dapat terkontrol, akibatnya dapat menimbulkan komplikasi yang
serius. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hipertensi adalah stroke, infark miokard, gagal ginjal,
gagal jantung, dan ensefalopati. Pada Bpk.T belum ditemukan adanya tanda-tanda komplikasi dari
hipertensi, namun tetap diperlukan kewaspadaan diri untuk mencegah timbulnya komplikasi dengan
cara menumbuhkan kesadaran dari pasien itu sendiri untuk rutin mengonsumsi obat antihipertensi dan
dukungan dari istri pasien untuk memotivasi supaya tekanan darah pasien tetap terkontrol.
Pada awal kunjungan keluarga, Bpk.T masih belum mengetahui beberapa penjelasan mengenai
hipertensi dan juga masih belum muncul kesadaran untuk rutin dalam mengkonsumsi obat
antihipertensi. Setelah dilakukan pemberian edukasi tentang hipertensi dan mengenai gizi seimbang
untuk pasien hipertensi, Bpk.T dan juga istri dapat memahami lebih baik mengenai hipertensi,
terutama komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hipertensi apabila tekanan darah terus-menerus tidak
terkontrol. Pada kunjungan ketiga sudah dapat terlihat penurunan tekanan darah dari Bpk.T
dibandingkan dengan kunjungan pertama dan kedua dan juga sudah ada kesadaran yang dimiliki oleh
Bpk.T dalam mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin. Dari hasil pemeriksaan kolesterol dan
gula darah sewaktu yang dilakukan pada kunjungan kedua dan ketiga didapatkan hasil yang normal.
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada pasien hipertensi, tujuan utama dari
pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan
darah tinggi dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis besar, ada empat macam diet
untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan tekana darah , yakni : diet rendah garam
, diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat badan
(Astawan,2002). Dilakukan juga edukasi mengenai makanan yang harus dihindari dan makanan yang
baik untuk dikonsumsi pada pasien hipertensi. Dengan demikian, perawatan serta pengobatan Bpk.T
selain dari terapi juga dapat didukung dari pemberian zat gizi yang seimbang dan baik.
Makanan-makanan yang dianjurkan untuk pasien hipertensi seperti makanan yang
mengandung serat seperti serat kasar ( Crude fiber ) yang banyak terdapat pada sayuran dan buah
22

buahan,dan juga serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong
dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat
kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran.
Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi
(Astawan,2002).

Saran
Saran bagi kesinambungan pelayanan adalah :
Untuk pembina berikutnya :
1. Sumber Daya Manusia :
Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka pembinaan kesehatan perlu kerjasama
yang baik antara petugas kesehatan dengan masyarakat sekitar.
2. Mental psikologikal :
Untuk melakukan pembinaan terhadap suatu keluarga perlu pendekatantertentu yang sangat
membutuhkan empati dan pemahaman yang baik dalam pembinaan.
3. Komunikasi :
Kemampuan berkomunikasi merupakan hal utama pelayan kesehatan yang bertugas sebagai
pembina. Komunikasi yang baik bertujuan untuk menjadi perantara dan media untuk
penyampaian maksud dan tujuan dari pelayanan kesehatan yang diberikan supaya pasien dan
keluarga dapat terbuka, nyaman dan mengerti dengan apa yang disampaikan oleh pembina
sehingga program keluarga binaan ini dapat terlaksana.
4. Manajemen klinis :
Untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga perlu adanya kerjasama antara
provider kesehatan dan seluruh anggota keluarga.
5. Evaluasi masalah
Menindak lanjuti tindakan yang belum terlaksana yaitu:
a. Apakah keluarga dapat mencegah terjadinya komplikasi hipertensi pada pasien
b. Apakah keluarga dapat selalu mengontrol pasien dalam mengatur asupan makanan dan
minuman serta keteraturan dan kerutinan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi.
23

Penutup
Masalah hipertensi dipengaruhi oleh banyak faktor. Dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal
maupun faktor internal yang dapat terjadi terjadi pada semua orang dari semua golongan. Faktor
pengetahuan istri pasien dan pasien yang belum begitu mengetahui bahaya dari hipertensi dapat
menyebabkan dampak yang buruk terhadap pasien. Oleh karena itu peran dokter keluarga adalah
memberi penyuluhan kepada masyarakat sekitar mengenai penyakit hipertensi dan bagaimana cara
menanganinya.

Daftar Pustaka
Astawan. 2002. Pedoman Makan Untuk Kesehatan Jantung Indonesia. Jakarta : PERKI Pusat
dan Yayasan Jantung Indonesia.
Elizabeth, J Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Price, A. Sylvia, Wilson, M. Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Alih Bahasa : dr.Brahm U. Pendit, dr.Huriawati Hartanto, dr.Pita Wulansari,
dr.Dewi Asih Mahanani. Jakarta : EGC.
Sigarlaki, J.O. Herke. 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi Di Desa
Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
Diunduh dari:
<http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-newsslider/1909- masalahhipertensi-di-indonesia.html> [Diaksespadatanggal : 21 Januari 2013].
Diunduh dari :
< http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/.../2/Reference.pdf> [Diaksespadatanggal : 21
Januari 2012].
Sudjaswadi, W. 2002. Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol.
Jakarta : Agromedia Pustaka.

24

LAMPIRAN
BERKAS KELUARGA

PROGRAM PENINGKATAN BELAJAR MAHASISWA DI LAPANGAN


FK UPN VETERAN JAKARTA
(berkas inimerupakan rekam medik yang harus dijaga kerahasiaannya,identitas keluarga hanya boleh dicantumkan inisial
dalam penulisan laporan dan presentasi , namun dicantumkan lengkap dalam berkas ini)

Nama dan NIM :

Kelompok : 26

Melisa Hardiyani

Siti Maryam Istiqomah (0910211083)


Ahmad Danial (0910211145)

(0910211155)

Pembimbing : dr. Anisah

25

Debby Seresthia S.
Asa Suci

(0910211085)
(0910211183)

Durasi Pembinaan :
Tgl Bertemu : I. 19 Desember 2012
TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH

I. Identitas Keluarga
a. Nama kepala keluarga : Bapak H. Taufik
b. Alamat rumah : Jln. Muh. Yusuf 1 No. 14 RT.1/RW 21 Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya, Depok.
c. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah :
KEDUDUKAN
NO
1.
2.

NAMA

DALAM

L/P

UMUR

H. T

KELUARGA
Kepala

60 thn

Tidak tamat SD

Hj. S

Keluarga/Ayah
Ibu

54 thn

Tidak tamat SD

d. Bentuk Keluarga : 1. Keluarga inti


4. Keluarga majemuk

PENDIDIKAN

PEKERJAAN

2. Keluarga ortu tunggal

KETERANGAN

3. Keluarga ekstended

5. Bentuk keluarga lainnya .

e. Siklus kehidupan keluarga :


1. Kel.baru menikah 2. Kel. Dengan bayi dan balita

3. Kel.anak usia sekolah

4. Kel.dengan remaja 5. Kel.ortu usia pertengahan

6. Kel.ortu lansia

f. Deskripsi Identitas Keluarga


Keluarga ini adalah keluarga dengan orang tua lansia. Anak-anak sudah berkeluarga dan memiliki
rumah masing-masing. Namun demikian, Bapak Taufik dan istrinya tidak merasa kesepian karena dua
anaknya setiap hari datang berkunjung kerumah sambil menjaga toko kelontongan milik keluarga yang
dibangun di depan rumahnya.

26

27

GENOGRAM
Tn. N

Ny. S
(54thn)

Tn. T
(60thn)

Ny. H
(42thn)

Tn. M
(40 thn)

Tn. A

Ny. N

Ny. R

Ny. I
(41thn)

An. I

An. M

An. T

(14
thn )

(9 thn)

(4 thn)

Tn. M

Tn. N

(38 thn)

(34 thn)

Ny. S
(34thn)

An. N

An. M

(8 thn)

(6 bln)

Perempuan

Tn. H

Ny. A
(28thn)

(29
thn)

An. D

An. F

(4 thn)

(6 bln)

pasien (hipertensi)
menikah

An. R

An. A

(14 thn)

(9 thn)

laki-laki

meninggal

28

II. Keadaan Rumah


a. Gambar denah bangunan rumah (cantumkan ukuran , jendela , pintu)

b. Jenis Lantai :

1. Tanah dikeraskan
4. Keramik

2.Plesteran Semen

3. Ubin

5. Marmer

c. Jenis Atap :

1. Seng

2. Asbes (bagian depan dan belakang rumah)3. Genteng

d. Jenis Dinding :

1. Anyaman

2. Tripleks

3. Kayu

4. Bata tanpa plester

5. Tembok dilapisi cat


e. Apakah dapat membaca tulisan /huruf didalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik pada
siang hari ?
1. Ya

2. Tidak

f. Perbandingan luas jendela/lantai di ruang tidur : 1. <20%


Perbandingan luas jendela/lantai di ruang keluarga : 1. <20%

2. >20%
2. >20%
29

g. Deskripsi mengenai keadaan rumah :


Rumah keluarga berada dilingkungan yang padat penduduk. Luas bangunan 13,8x6,2 m2. Rumah
ini memiliki dua kamar tidur, ruangtamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang serbaguna yang
biasa digunakan untuk menyetrika pakaian, ruang makan, dapur dan kamar mandi. Lantai yang
digunakan di rumah ini adalah jenis keramik. Rumah ini menggunakan genteng sebagai
pelindung bagian atap. Jenis dindingnya adalah tembok yang dilapisi dengan cat. Keadaan di
rumah ini cukup terang, lapang dan lega. Rumah ini juga memiliki banyak ventilasi sehingga
tidak begitu memerlukan bantuan cahaya untuk membaca disiang hari.

III. Keadaan Keluarga


a. Perencanaan Keluarga
a.1 Apakah pasangan orang tua di keluarga melakukan perencanaan dalam berkeluarga ?
1. Ya

2. Tidak

Bila iya , uraikan perencanaan yang dilakukakn, bila tidak , uraikan gambaran di
keluarga yang menunjukkan tidak adanya perencanaan keluarga
a.2 Pengambilan keputusan perencanaan keluarga adalah :
1. Suami

2.Istri

3. Berdua

4. Orang tua suami atau orang tua

istri
a.3 Apakah menggunakan kontrasepsi KB ?
1. Ya dengan metode pil KB sudah sejak 7 tahun yang lalu dan masih sampai
sekarang
2. Tidak menggunakan metode kontrasepsi
b. Hubungan Anggota Keluarga
b.1 Gambar Hubungan tiap anggota keluarga
a.Keluarga Bapak Taufik

Ibu
30

Amina
h

Ayah

Nurdin

Hindu
n
Ida

b.2 Frekuensi berkumpulnya anggota keluarga :


1. Setiap hari

2. 2-3 kali seminggu

3. 1 minggu sekali

4. 2 3 kali sehari

5.1 bulan sekali

6. 2-3 kali setahun

7. Lainnya _________________
b.3 Keputusan dalam keluarga berdasarkan :
1. Perintah ayah

2. Perintah ibu

4. Diskusi ayah ibu anak

3. Diskusi ayah ibu


5. Keputusan keluarga besar

6. Lainnya ________________________
b.4 Deskripsi mengenai keadaan keluarga :
Ayah sebelumnya bekerja sebagai buruh serabutan, namun sejak dua tahun yang lalu dia berhenti
bekerja karena usianya yang sudah semakin tua dan kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk
bekerja lagi. Sehari-hari rumah ini ditempati oleh ayah dan ibu. Namun anak kedua dan ke empat
setiap hari mengunjungi rumah ayah dan ibu karena mereka juga menjaga toko kelontongan yang
dibuka didepan rumahnya. frekuensi bertemu anggota keluarga yang lain seminggu sekali.
Pengambil keputusan adalah ayah dan ibu. Jika ada suatu masalah, maka keduanya akan
berdiskusi dan berusaha mencari jalan keluar yang terbaik berdua.

IV. Pemenuhan Kebutuhan Keluarga


31

a. Kebutuhan Ekonomi : 1. Hingga primer

2. Hingga sekunder

3. Hingga tersier

4.Lainnya__
b. Kebutuhan pendidikan :

1. Tidak terpenuhi pendidikan dasar 9 thn


2. Hanya pendidikan dasar 9 thn
3. Pendidikan menengah
4. Pendidikan tinggi
5. Lainnya __________________________________

c. Kebutuhan spiritual :

1. Tidak ada kegiatan ibadah dalam keluarga


2. Kegiatan ibadah terserah masing masing anggota keluarga
3. Orang tua mengarahkan kegiatan ibadah keluarga.
4. Keluarga menjadi panutan agama/kepercayaan di lingkungannya
5. Lainnya ________________________________________

d. Kebutuhan Kesehatan :
1. Tidak ada perencanaan khusus untuk kesehatan
2. Datang ke pelayanan kesehatan/dokter tertentu untuk kuratif saja
3. Datang ke pelayanan kesehatan/dokter tertentu untuk kuratif dan
preventif
4. Mempunyai buku / catatan kesehatan anggota keluarga
5. Lainnya ______________________________________________
e. Deskripsi mengenai pemenuhan kebutuhan keluarga :
Kepala keluarga dan istrinya berpendidikan tidak tamat SD. Namun hal tersebut tidak berpengaruh
terhadap pencegahan dan pengontrolan penyakitnya karena keluarga sudah mulai mengurangi
konsumsi makanan yang dapat menaikan tekanan darah pasien. Selain itu, dari pengamatan kami,
keluarga ini sudah mencapai taraf pemenuhan kebutuhan keluarga hingga tersier. Di rumah ini kami
mendapati adanya dua unit sepeda motor, alat komunikasi dan informasi serta alat-alat elektronik.
Kedudukan sosial di masyarakat juga cukup baik. Keluarga ini memegang teguh prinsip agama.
Sering mengadakan pengajian dirumahnya. Seminggu sekali sang ibu juga rajin mengikuti acara
majelis talim di mushollah depan rumahnya. kebutuhan akan kesehatan pada keluarga ini hanya
sampai pada tahap kuratif saja tanpa dibarengi dengan preventif yang maksimal. Pasien hanya
mendatangi puskesmas jika mulai merasa pusing lemas dan berkeringat saat tekanan darah
meningkat. Namun jika obat hipertensinya habis, dan kluhan menghilang, pasien enggan kembali ke
puskesmas untuk follow up penyakitnya.

V. Gaya Hidup Keluarga

32

a. Kebiasaan makan dalam keluarga :


a.1. Sumber :

1. Selalu beli makanan jadi


2. Makanan di rumah dan makanan jadi
3. Makanan disiapkan dan dihidangkan di rumah
4. Lainnya ____________________________________________

a.2 Jenis :

1. Lebih banyak lemak


2. Lebih banyak sumber energy
3. Lebih banyak sayur dan buah
4. Seimbang antara sumber energi, protein dan serat
5. Lainnya __________________________________________________

a.3 Jumlah :

1. Masing- masing anggota keluarga kelebihan intake protein


2.Masing masing anggota keluarga kurang intake kalori protein
3. Sesuai dengan kebutuhan kalori anggota keluarga
4. Lainnya ____________________________________________

b. Kebiasaan berolah raga :


1. Tidak ada yang berolah rag a
2. Beberapa anggota keluarga jarang berolah raga , yaitu _______ adalah nama anggota
yang
jarang berolahraga
3.Beberapa anggota keluarga berolah raga 1-2 x dalam seminggu yaitu ibu , Aulia dan
Rian bermain bulutangkis.
4. Beberapa anggota keluarga berolah raga 3 x dalam seminggu yaitu
____________(nama
anggota ybs)
5. Seluruh anggota keluarga berolah raga teratur 3 x dalam seminggu
6. Lainnya ______________________________
c. Kebiasaan Minum Alkohol :
1. Tidak

2. Ya.. bila Ya : siapa saja ________________ sejak ________


Jenis ________________ banyaknya sekali

minum______________
d. Kebiasaan Merokok :
33

1. Tidak
2. Ya Bila Ya : Hanya ayah (Bpk Taufik) sejak umur 15 tahun , Jenis rokok kretek
namun sudah berhenti sejak usianya 36tahun.
e. Deskripsi mengenai gaya hidup keluarga :
Keluarga ini sehari-hari mengonsumsi masakan yang dibuat oleh ibu, terkadang juga
mengonsumsi masakan jadi yang dibeli diluar. Komposisi energi, protein dan kalori cukup
seimbang.
Bapak dan
ibu memiliki kebiasaan jalan pagi keliling kampung sekitar dua jam.
VI.
Lingkungan
HidupKeluarga
Dikeluarga ini tidak ada kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol, maupun bersoda. Bapak
a. Lingkungan perumahan keluarga :
mengonsumsi rokok jenis kretek sejak umur 15 tahun. Namu telah lama sekali berhenti sekitar
usia 36tahun.
a.1 Jenis Perumahan : 1. Area tempat tinggal permanen
2. Area tempat usaha/layanan umum
3. Area tempat tinggal non permanen
4. Bukan area hunian
5. Lainnya ______________________
a.2 Higiene lingkungan rumah :
1. Sangat bersih dan teratur

2. Bersih namun tidak teratur

3. Kurang bersih

4. Kumuh

5. Lainnya _____________________
a.3 Keamanan lingkungan perumahan :
1. Sangat aman

2. Aman dengan penjagaan

3.Tidak aman

4. Lainnya ___________________
a.4 Paparan zat/partikel yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah :
1. Debu

2. Asbes

3. CO

4. Timbal

6. Getar

7. Lainnya _______________________

5. Bising

b. Lingkungan Pekerjaan Anggota Keluarga :


b.1 Jenis Pekerjaan : 1. Bekerja sebagai professional di kantor ____________________
2. Bekerja sebagai professional di lapangan __________________
3. Bekerja sebagai buruh/pkerjaan fisik di lapangan ____________
4. Bekerja dirumah sebagai pedagang kelontongan
5. Lainnya Bpk.Marip bekerja sebagai tukang pasang tenda pesta
b.2. Resiko pekerjaan yang dapat terjadi sesuai dengan pkerjaan adalah :
34

1. Kecelakaan kerja

2. Tidak ergonomis

3. Paparan zat

berbahaya
4. Stress gedung pencakar langit

5. Stress pengambil keputusan

6. Lainnya _____________________
b.3 Paparan zat/partikel yang mungkin terjadi di lingkungan pekerjaan adalah :
1. Debu

2. Asbes

3. CO 4. Timbal

5. Bising

6.Getar

7.Lainnya _________________________

c. Lingkungan Sosial Keluarga :


c.1 Keluarga menjadi anggota perkumpulan social di lingkungan :
1. Tidak

2. Ya , bila Ya sebutkan

Organisasi perkumpulannya :
1. Arisan RT/RW

2. Pengajian/perkumpulan agama di RT/ RW

3. Arisan lain _____ 4. Pengajian/perkumpulan agama lainnya _______


5. Perkumpulan etnik _____________________________
c.2 Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosialnya :
1. Sebagai panutan

2. Dihormati sewajarnya

3. Tidak dikenal

4. Dikucilkan

5. Lainnya __________________________

c.3 Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan social adalah :
1. Sebagai panutan masyarakat
2. Sebagai pemuka agama/ budaya
3. Keadaan keluarga tidak seperti yang diharapkan
4. Tidak tercukupinya kebutuhan hidup keluarga
5. Lainnya _____________________________
d. Deskripsi mengenai lingkungan hidup keluarga :
Keluarga ini menempati area tempat tinggal permanen yang cukup asri. Keadaan higien rumah
cukup bersih namun kurang teratur. Keamanan lingkungan sangat aman. Paparan zat yang
mungkin terjadi di rumah adalah debu dan bising karena rumah ini terletak tepat dipinggir jalan.
Pasien
sudah tidakKesehatan
bekerja lagi,yang
namun
memiliki
usaha
warung kelontongan di depan rumahnya.
VII. Masalah
Ada
Dalam
Keluarga
pasien dikenal cukup baik oleh tetangga dan di lingkungan sosialnya dapat diterima dengan baik.
1. Hipertensi
Keluarga ini juga suka bergabung dalam acara arisan RT/RW dan acara pengajian majelis talim.

35

VIII. Rencana Pemeliharaan Kesehatan pada Keluarga


Tujuan Kegiatan
1. Pencegahan
terjadinya komplikasi
dari hipertensi dan
selalu mengontrol
tekanan darah.

Materi Kegiatan
Cara Pembinaan
1. Penyuluhan tentang 1. Memberikan
penyakit hipertensi.
edukasi kepada
keluarga mengenai
hipertensi dan
komplikasinya.

Sasaran Individu
1. Ayah ibu nenek

3. Keluarga terbiasa
dengan kegiatan
olahraga yang teratur.

3. Kebugaran
.
olahraga , pencegahan 3. Edukasi tentang
penyakit.
pentingnya
berolahraga terutama
untuk tubuh.

3. Semua anggota
keluarga.

4. Semua anggota
keluarga
memperhatikan menu
makanan yang
dimakan setiap
harinya. (keluarga
memiliki riwayat
hipertensi).

4. Mengurangi
makanan makanan
yang tinggi kolesterol
dan lemak

6. Seluruh anggota
keluarga
4. Menginformasikan
kepada seluruh
anggota keluarga ,
makanan makanan
yang tinggi
natrium,kolesterol dan
lemak serta makanan
lainnya yang lebih
sehat sehingga bias
menjadi alternative
menu makanan bagi
semua anggota
keluarga. Kami juga
memberikan garam
rendah natrium pada
keluarga ini.

ASPEK CRP
FREQUENCIES VARIABLES=AK1
/BARCHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.

36

Frequencies
Notes
Output Created

22-Jan-2013 21:56:28

Comments
Input

Data

C:\Users\ASUS\Desktop\SPSS FS DOKGA.sav

Active Dataset

DataSet1

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File


Missing Value Handling

Definition of Missing

33
User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used
Syntax

Statistics are based on all cases with valid data.


FREQUENCIES VARIABLES=AK1
/BARCHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.

Resources

Processor Time

00:00:01.576

Elapsed Time

00:00:01.279

[DataSet1] C:\Users\ASUS\Desktop\SPSS FS DOKGA.sav

Statistics
Aspek Klinis 1
N

Valid
Missing

33
0

37

Aspek Klinis 1
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Asma

6.1

6.1

6.1

Down Syndrome

3.0

3.0

9.1

Epilepsi

6.1

6.1

15.2

Gagal Jantung

3.0

3.0

18.2

Gangguan Tumbang

15.2

15.2

33.3

Hipertensi

12.1

12.1

45.5

Hipertiroid

3.0

3.0

48.5

Post TB

9.1

9.1

57.6

Reumatoid + Diare

3.0

3.0

60.6

Stroke

15.2

15.2

75.8

TB

15.2

15.2

90.9

Tonsilitis

3.0

3.0

93.9

Urolithiasis

6.1

6.1

100.0

33

100.0

100.0

Total

38

FREQUENCIES VARIABLES=AK1 Jenis_anamnesa Jenis_Kelamin Umur Pendidikan_akhir Pekerjaan


_Pasien Pekerjaan_KK Pendapatan_KK AP1 AP2 AK2
AI1 AI2 AI3 AI4 AI5 AI6 APS1 APS2a APS2b APS2c APS2d APS2e APS2f APS3 APS4 APS5 AP
S6 APS7 AF1 AF2 AF3
/PIECHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

39

Notes
Output Created

22-Jan-2013 21:59:51

Comments
Input

Data

C:\Users\ASUS\Desktop\SPSS FS DOKGA.sav

Active Dataset

DataSet1

Filter

<none>

Weight

<none>

Split File

<none>

N of Rows in Working Data File


Missing Value Handling

Definition of Missing

4
User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used
Syntax

Statistics are based on all cases with valid data.


FREQUENCIES VARIABLES=AK1
Jenis_anamnesa Jenis_Kelamin Umur
Pendidikan_akhir Pekerjaan_Pasien
Pekerjaan_KK Pendapatan_KK AP1 AP2 AK2
AI1 AI2 AI3 AI4 AI5 AI6 APS1 APS2a APS2b
APS2c APS2d APS2e APS2f APS3 APS4 APS5
APS6 APS7 AF1 AF2 AF3
/PIECHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.

Resources

Processor Time

00:00:24.227

Elapsed Time

00:00:23.811

[DataSet1] C:\Users\ASUS\Desktop\SPSS FS DOKGA.sav

40

S
t
a
t
i
s
t
i
c
s

Aspek Klinis 1
N

Jenis Anamnesa

Jenis Kelamin

pada pasien

Pasien

Pendidikan Terakhir
Umur Pasien

Pasien

Valid

Missing

Frequency Table
Aspek Klinis 1
Frequency
Valid

Hipertensi

Percent
4

100.0

Valid Percent
100.0

Cumulative Percent
100.0

41

Jenis Anamnesa pada pasien


Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

autoanamnesa

75.0

75.0

75.0

alloanamnesa

25.0

25.0

100.0

Total

100.0

100.0

Jenis Kelamin Pasien


Frequency
Valid

laki-laki

Percent
4

Valid Percent

100.0

Cumulative Percent

100.0

100.0

Umur Pasien
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

>= 21-44 tahun

25.0

25.0

25.0

45-59 tahun

50.0

50.0

75.0

>=60-69 tahun

25.0

25.0

100.0

Total

100.0

100.0

Pendidikan Terakhir Pasien


Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak tamat SD

25.0

25.0

25.0

SD

50.0

50.0

75.0

SMP

25.0

25.0

100.0

Total

100.0

100.0

42

Pekerjaan Pasien
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

belum bekerja

50.0

50.0

50.0

tidak bekerja/Ibu rumah tangga

25.0

25.0

75.0

Pegawai Swasta

25.0

25.0

100.0

Total

100.0

100.0

Pekerjaan Kepala Keluarga


Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak bekerja

75.0

75.0

75.0

Pegawai Swasta

25.0

25.0

100.0

Total

100.0

100.0

Pendapatan Keluarga
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

dibawah UMR Depok 2012

25.0

25.0

25.0

sesuai UMR Depok 2012

25.0

25.0

50.0

diatas UMR Depok 2012

50.0

50.0

100.0

Total

100.0

100.0

Aspek Personal 1
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak

25.0

25.0

25.0

ya

75.0

75.0

100.0

Total

100.0

100.0

43

Aspek Personal 2
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak

50.0

50.0

50.0

ya

50.0

50.0

100.0

Total

100.0

100.0

Aspek Klinis 2
Frequency
Valid

Penyakit Tidak Menular

Percent
4

Valid Percent

100.0

100.0

Cumulative Percent
100.0

Aspek Individual 1
Frequency
Valid

tidak

Percent
4

Valid Percent

100.0

100.0

Cumulative Percent
100.0

Aspek Individual 2
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

ya

50.0

50.0

50.0

tidak

50.0

50.0

100.0

Total

100.0

100.0

Aspek Individual 3
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak

25.0

25.0

25.0

ya

75.0

75.0

100.0

Total

100.0

100.0

44

Aspek Individual 4
Frequency
Valid

ya

Percent
4

Valid Percent

100.0

Cumulative Percent

100.0

100.0

Aspek Individual 5
Frequency
Valid

tidak

Percent
4

Valid Percent

100.0

Cumulative Percent

100.0

100.0

Aspek Individual 6
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak

25.0

25.0

25.0

ya

75.0

75.0

100.0

Total

100.0

100.0

Aspek Psikososial 1
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak

50.0

50.0

50.0

ya

50.0

50.0

100.0

Total

100.0

100.0

Aspek Psikososial 2a
Frequency

Percent

Valid

tidak

75.0

Missing

System

25.0

100.0

Total

Valid Percent
100.0

Cumulative Percent
100.0

45

Aspek Psikososial 2b
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

ada

25.0

25.0

25.0

tidak

75.0

75.0

100.0

Total

100.0

100.0

Aspek Psikososial 2c
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak

50.0

50.0

50.0

ada

50.0

50.0

100.0

Total

100.0

100.0

Aspek Psikososial 2d
Frequency
Valid

tidak

Percent
4

Valid Percent

100.0

100.0

Cumulative Percent
100.0

Aspek Psikososial 2e
Frequency
Valid

tidak

Percent
4

Valid Percent

100.0

100.0

Cumulative Percent
100.0

Aspek Psikososial 2f
Frequency
Valid

tidak

Percent
4

100.0

Valid Percent
100.0

Cumulative Percent
100.0

46

Aspek Psikososial 3
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak

25.0

25.0

25.0

ya

75.0

75.0

100.0

Total

100.0

100.0

Aspek Psikososial 4
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak

25.0

25.0

25.0

ya

75.0

75.0

100.0

Total

100.0

100.0

Aspek Psikososial 5
Frequency
Valid

tidak

Percent
4

Valid Percent

100.0

100.0

Cumulative Percent
100.0

Aspek Psikososial 6
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

ya

50.0

50.0

50.0

tidak

50.0

50.0

100.0

Total

100.0

100.0

Aspek Psikososial 7
Frequency
Valid

tidak

Percent
4

100.0

Valid Percent
100.0

Cumulative Percent
100.0

47

Aspek Fungsional 1
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak

25.0

25.0

25.0

ya

75.0

75.0

100.0

Total

100.0

100.0

Aspek Fungsional 2
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak

25.0

25.0

25.0

ya

75.0

75.0

100.0

Total

100.0

100.0

Aspek Fungsional 3
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak

25.0

25.0

25.0

ya

75.0

75.0

100.0

Total

100.0

100.0

Pie Chart

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

Aaspek klinis 1
Pada aspek klinis 1 hipertensi memiliki presentasi 12,1 % dari keseluruhan dengan jumlah
responden 4
Jenis anamnesa
Autoanamnesa memiliki presentase 75% dengan 3 responden , dan alloanamnesa memiliki
presentase 25% dengan 1 responden, dimana pasien kami dianamnesa dengan autoanamnesa.
Jenis kelamin
Laki-laki memiliki presentase 100% dengan 4 responden, penderita hipertensi. Pada pasien kami
adalah laki-laki
Umur pasien
Presentase terbesar umur pasien hipertensi adalah 45-59 tahun dengan presentase 50 persen
dengan 2 responden dari 4 responden. Pada pasien kami sudah berumur 60 tahun
Pendidikan pasien
Presentase terbesar jenjang pendidikan terakhir pasien hipertensi adalah adalah SD dengan
presentase 50 persen dengan 2 responden dari 4 responden. Pada pasien kami jenjang pendidikan
terakhir adalah SD.
pekerjaan
Presentase terbesar pekerjaan pasien hipertensi adalah belum bekerja dengan presentase 50
persen dengan 2 responden dari 4 responden. Pada pasien kami pekerjaan nya adalah pernah
bekerja wirausaha/ swasta dengan presentase 25%.
Pekerjaan kepala keluarga
Presentase terbesar pekerjaan kepala keluarga pasien hipertensi adalah tidak bekerja dengan
presentase 75 persen dengan 3 responden dari 4 responden. Pada pasien kami pekerjaan kepala
keuarga adalah sudah tidak bekerja lagi.

Pendapatan keluarga
Presentase terbesar pendapatan keluargar pasien hipertensi adalah diatas UMR Depok 2012
dengan presentase 50 persen dengan 2 responden dari 4 responden. Pada pasien kami pendapatan
keluarga memang diatas UMR Depok 2012.

Aspek personal 1
80

75% pasien mempunyai harapan akan penyakitnya yang dideritanya.


Aspek personal 2
Presentase antara pasien yang memiliki dan tidak memiliki kekhawatiran akan penyakit yang
diderita adalah sebesar 50%-50%.
Aspek klinis 2
Presentase penyakit yang diderita pasien hipertensi adalah 100% tidak menular
Aspek individual 1
100% pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok
Aspek individual 2
Presentase pasien yang memiliki dan tidak memiliki kebiasaan jajan/makan tidak sesuai dengan
penyakit yang diderita adalah sebesar 50%-50%
Aspek individual 3
75% pasien hipertensi melakukan olah raga setiap minggu
Aspek individual 4
100% pasien hipertensi meminum obat secara teratur sesuai aturan
Aspek individual 5
100% pasien hipertensi tidak mempunyai kebiasaan mengisi waktu dengan hal-hal negative atau
hal yang dapat mempengaruhi penyakitnya.
Aspek individual 6
75% pasien hipertensi mengontrol sesuai jadwal untuk mengatasi penyakitnya
Aspek psikososial 1
Presentase pasien yang mengathui dan tidak tentang pencegahan penyakit hipertensi adalah
sebesar 50%-50%.
Aspek psikososial
a. Factor resiko eksternal sebagai factor penentu ,75 % tidak ada dari factor pemicu sosial
yang negative dari keluarga
b. Factor resiko eksternal sebagai factor penentu, 75% tidak ada dari factor pendidikan dan
pergaulan
c. Factor resiko eksternal sebagai factor penentu, 50% ada dan 50% tidak ada dari factor
layanan kesehatan

81

d. Factor resiko eksternal sebagai factor penentu, 100% tidak ada dari factor pemicu dari
lingkungan fisik rumah/tempat tinggal
e. Factor resiko eksternal sebagai factor penentu,100% tidak ada dari masalah dengan
bangunan tempat tinggal yang berdampak negative terhadap kesehatan pasien dan
keluarga.
f. Factor resiko eksternal sebagai factor penentu, 100% tidak ada dari factor resiko
lingkungan pemukiman yang berdampak negative pada seseorang
Aspek psikososial 3
Pada pasien hipertensi 75% responden menjawab keluarga mengetahui tentang pencegahan
penyakit
Aspek psikososial 4
Pada pasien hipertensi 75% responden menjawab ada pelaku rawat bagi pasien
Aspek psikososial 5
Pada pasien hipertensi 75% responden menjawab tidak mempunyai koonflik didalam keluarga
Aspek psiososial 6
Pada pasien hipertensi 50% responden menjawab tidak mempunyai koonflik dengan tetangga,
50% menjawab mempunyai konflik dengan tetangga.
Aspek psikososial 7
Pada pasien hipertensi 100% responden menjawab tidak mempunyai konflik ditempat kerja
Aspek fungsional 1
75% pasien memiliki keinginan untuk menyelesaikan masalahnya
Aspek fungsional 2
75% responden menjawab keluarga memiliki keinginan untuk membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh pasien
Aspek fungsionl 3
75% responden menjawab keluarga memiliki partisipasi dalam menyelesaikan masalah

82

Anda mungkin juga menyukai