ORGANIK
(Studi Kasus di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti,
Kabupaten Sidrap, Propinsi Sulawesi Selatan)
OLEH :
A. KURNIAH INGRIANI
G 311 04 058
A. KURNIAH INGRIANI
G 311 04 058
Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjan Pertanian
Pada
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
2010
Disetujui Oleh,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
JUDUL
NAMA
A. KURNIAH INGRIANI
STAMBUK
G 311 04 058
TIM PENGUJI
Ir. H. Anwar Sulili, M.Si
Pembimbing
Ir. Hj. Rachmatiah B. Idrus, MS
Pembimbing
Ir. A. Amrullah Majjika, M.Si
Panitia Ujian
Ir. H. Nazaruddin LO, MS
Penguji
Ir. Tamzil ibrahim, M.Si
Penguji
RINGKASAN
A. KURNIAH INGRIANI (G 311 04 058). Tingkat Adopsi Petani
Terhadap Teknologi Padi Organik. (Studi Kasus di Kelurahan Manisa,
Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, Propinsi Sulawesi Selatan),
dibawah bimbingan Ir. H. Anwar Sulili, M.Si. dan Ir. Hj. Rachmatiah B.
Idrus, MS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat adopsi petani
terhadap teknologi padi organik di daerah penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap
pada bulan Maret sampai Mei 2009. Daerah ini dipilh secra sengaja
dengan pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat populasi petani
organik.
Adapun hipotesis penelitian ini adalah : 1) Tingkat adopsi petani
terhadap teknologi padi organik tergolong rendah. 2) Faktor-faktor yang
meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah
tanggungan keluarga, luas lahan, sifat kekosmopolitan, dan frekuensi
petani mengikuti penyuluhan memiliki hubungan dengan tingkat adopsi
petani terhadap teknologi padi organik.
Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 orang dari 4
kelompok tani dengan menggunakan metode acak sederhana (Simple
Random Sampling). Analisis data menggunakan skala nilai rata-rata untuk
membuktikan hipotesis pertama dan analisis statistik Chi-Kuadrat untuk
membuktikan hipotesis kedua.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat adopsi
teknologi padi organik di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti,
Kabupaten Sidrap tergolong rendah. Faktor-faktor yang memiliki
RIWAYAT HIDUP
A. KURNIAH INGRIANI, lahir di Maros pada tanggal 12 November
1986. Merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Drs.
A. Mallarangang, M.Si dengan Siti Ruhayah, S.H
Memulai pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Al Ikhsan
Kabupaten Maros dan tamat pada tahun 1992. Selanjutnya meneruskan
pendidikan SD. Negeri No.60 Maros dan tamat pada tahun 1998.
Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Unggulan Maros dan tamat
pada tahun 2001. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan ke SMA
Negeri 1 Maros dan tamat pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis
diterima sebagai Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin melalui jalur SPMB dan memilih sub
program studi Agribisnis.
Selama
menempuh
pendidikan
di
Unhas
Penulis
memiliki
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillahi rabbil alamin izinkanlah
hamba-Mu memanjatkan puji syukur kepada-Mu, Dzat Yang Maha Kuasa,
berkat rahmat dan hidayahmu-Mu jualah sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan hasil penelitian akhir ( Skripsi ) dengan judul
Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Padi Organik. Penulis
menyusun penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin.
Skripsi ini menguraikan tentang bagaimana tahapan-tahapan
adopsi padi organik yang telah di lakukan oleh petani, dan melihat
hubungan
antara
berbagai
faktor
internal
dan
eksternal
yang
Mei 2010
Penulis
Penulis
2010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................
ii
iii
RINGKASAN ........................................................................................
iv
vi
vii
xiii
xvii
xviii
I. PENDAHULUAN .............................................................................
11
14
22
25
28
2.7. Produksi...................................................................................
32
33
38
39
39
39
40
40
43
46
46
48
52
54
54
66
84
86
92
96
96
96
98
LAMPIRAN ...........................................................................................
101
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti,
dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Para petani dan
masyarakat umum terpana dengan kemajuan yang berhasil dicapai oleh
pertanian modern. Hal ini ditandai dengan dimulainya revolusi di bidang
pertanian atau revolusi hijau. Revolusi hijau dilatarbelakangi oleh
pencegahan terhadap krisis pangan dengan alasan untuk membalikkan
keadaan dari sebuah negara agraris pengimpor beras terbesar di dunia
menjadi negeri dengan status swasembada.
Mesin-mesin revolusi hijau bekerja cepat melalui intensifikasi,
diversifikasi hingga mekanisasi pertanian. Saat itulah kita mengenal
teknologi pertanian yang memanfaatkan benih-benih unggul hibrida yang
secara perlahan-lahan menggeser benih-benih unggul local yang diklaim
memiliki produktifitas tinggi, varietas unggul tahan wereng (VUTW) yang
berhasil dibudidayakan dengan intensitas penggunaan pupuk dan
pestisida kimia yang lagi-lagi secara perlahan menggeser intensitas
penggunaan pupuk kandang, pupuk alami dan pestisida nabati yang
sebelumnya menjadi tradisi dan ciri pertanian lokal (Anonim,2008).
Namun ternyata disadari bahwa dengan penguasaan teknologi
pertanian yang demikian ternyata menimbulkan berbagai masalah besar
yakni pencemaran dan pengrusakan terhadap lingkungan sehingga alam
1
Yang pertama dan terpenting adalah cara pandang petani itu sendiri
terhadap pertanian organik.
Saat ini
kepada
adopsi
memiliki
proses
yang
panjang
mulai
dari
tahap
ini
dipilih
karena
merupakan
salah
satu
sentra
Sebagai
bahan
informasi
bagi
mahasiswa
terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Famili
: Poaceae
Genus
: Oryza
Species
: Oryza spp
sebaliknya
praktek
pertanian
organik
dapat
pencegahan
daripada
pemberantasan
hama
dan
Pertanian
organik
semakin
berkembang
sejalan
dengan
kebutuhan
fasilitas,
persyaratan
modal
dan
tanaman
non-hibrida.
Selain
untuk
mempertahankan
bibit
atau
benih
hibrida
biasanya
dikondisikan
untuk
atau
pemberantasannya
hanya
dengan
pestisida
kimia
(Andoko,2009)
persemaian
dibuat
dengan
ukuran
panjang
tanah
bertujuan
mengubah
keadaan
tanah
berguna
meratakan
dan
menghancurkan
pada saat malai berumur 30-35 hari setelah berbunga (HSB). Tandatandanya ialah 95% malai tampak kuning dan kadar air gabah berkisar
antara
21-26%.
Cara
panen
dengan
menggunakan
ani-ani
dipanen,
gabah
harus
segera
dirontokkan
dari
menurunkan kadar air sampai suatu tingkat tertentu. Pada saat cuaca
cerah, penjemuran padi dilakukan selama satu sampai dua hari
dengan pembalikan 4-7 kali. Gabah yang dijemur di tempat yang
dilengkapi dengan alas amparan semen memiliki kualitas lebih baik
dibanding dengan yang dijemur dengan alas penjemuran lembaran
plastik dan karung goni (Suparyono dan Agus Setyono, 1993: 95).
2.4. Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk
mengubah pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat. Penyuluhan
juga merupakan pengembangan individu dan suatu bentuk kerjasama
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
dan
kebahagiaan
masyarakat.
perkembangan
keinginan
kedua
belah
pihak
untuk
tani itu sendiri, sedangkan adopsi sumber informasinya berasal dari luar
sistem masyarakat tani (Roger dan Shomaker, 1981).
Adopsi ialah suatu proses dimulai dengan keluarnya ide-ide dari
satu pihak sampai ide tersebut diterima oleh masyarakat sebagai pihak
kedua. Sedang inovasi merupakan suatu yang baru yang disampaikan
kepada masyarakat, lebih baik dan lebih menguntungkan daripada hal-hal
sebelumnya ada. Hal-hal baru yang disampaikan kepada petani berupa
ilmu dan teknologi. Dengan demikian dalam penyuluhan dikenal adanya
proses adopsi. Seseorang menerima suatu hal yang baru atau ide melalui
tahapan-tahapan. Tahapan ini dikenal sebagai Tahapan Proses Adopsi.
Secara bertahap dimulai dari :
a) Tahapan
keterangan-keterangan
tentang
hal-hal
yang
baru
tani
dengan
menggunakan
sedikit
areal
lahannya
mengadakan
b. Luas lahan
Lahan pertanian diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk
diusahakan usahatani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan
tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha
pertanian. Dengan demikian tanah pertanian selalu lebih luas daripada
lahan pertanian (Soekartawi, 2003 : 5).
Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam proses produksi ataupun usahatani dan usaha pertanian.
Dalam usahatani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit
sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas.
(Patong, 1986) :
1. Petani Pemilik
Petani pemilik adalah glongan petani yang langsung mengusahakan
dan menggarap tanah miliknya sendiri. Semua faktor produksi, baik
berupa tanah, paralatan dan sarana produksi yang digunakan adalah
milik petani sendiri.
g. Sifat Kekosmopolitan
Kekosmopolitan mengandung pengertian keterbukaan terhadap
informasi dari luar. Keterbukaan terhadap informasi yang berarti bagi
pengembangan usahataninya, memunginkan penambahan pengetahuan,
perubahan sikap dan peningkatan keterampilan yang akhirnya dapat
mempengaruhi kemampuan dalam berusaha mengatasi masalah pada
usahatani yang dikelolanya, melalui efisiensi usahatani. Sehubungan
dengan aktivitas dari berbagai sumber informasi, kegiatan tersebut akan
menyebabkan individu membentuk persepsi yang dimulai dengan
pemilihan menyusunnya menjadi kesatuan yang bermakna, dan akhirnya
menginterpretasikannya dalam bentuk perilaku atau tindakan. Dengan
demikian kekosmopolitan merupakan satu proses awal yang mampu
menggerakkan daya pikir seseorang untuk memahami hasil hubungan
yang terjadi dan untuk selanjutnya dicerna serta diwujudkan dalam bentuk
perubahan perilaku yang baik (Hilakore, 2004)
h. Intensitas Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan pertanian melibatkan dua kelompok yang
aktif. Di satu pihak adalah kelompok penyuluh dan yang kedua adalah
kelompok yang disuluh. Penyuluh adalah kelompok yang diharapkan
mampu membawa sasaran penyuluhan pertanian kepada cita-cita yang
telah digariskan. Sedangkan yang disuluh adalah kelompok yang
diharapkan mampu menerima paket penyuluhan pertanian (Sastratmadja,
1993).
pengusaha
atau
seorang
petani
dalam
usaha
mengandung
toxin
atau
unsur
yang
bersifat
racun
dan
dapat
penting
yang
padi
organik
merupakan
informasi
tanggungan
keluarga,
status
petani,
luas
lahan,
sifat
yang
mengenyam
tingkat
pendidikan
yang
tinggi
akan
petani
untuk
meningkatkan
usahataninya
dalam
rangka
PENYULUHAN
PETANI
MENOLAK
ADOPSI
USIA
TINGKAT PENDIDIKAN
PENGALAMAN BERUSAHA TANI
JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA
LUAS LAHAN
SIFAT KEKOSMOPOLITAN
FREKUENSI PETANI MENGIKUTI PENYULUHAN
PRODUKSI
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian di Kelurahan Manisa,
Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, 2009.
2.8. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan kerangka pemikiran
dalam uraian di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi padi organik tergolong
rendah.
2. Faktor-faktor yang meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman
berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, sifat
kekosmopolitan, dan frekuensi petani mengikuti penyuluhan
memiliki hubungan dengan tingkat adopsi petani terhadap
teknologi padi organik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Manisa, Kecamatan
Baranti, Kabupaten Sidenreng-Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan.
Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan purposive sampling dengan
pertimbangan bahwa kelurahan ini merupakan salah satu daerah potensil
penghasil padi organik di Kabupaten Sidrap. Waktu pelaksanaan
penelitian dilakukan selama 3 bulan dari bulan Maret sampai Mei 2009.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang menjadi objek penelitian ini yaitu petani padi organik
yang terdapat di kelurahan Manisa. Populasi yang menjadi objek pada
penelitian ini yaitu seluruh petani padi organik yang terdapat di kelurahan
Manisa. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang petani
organik dari 4 kelompok tani. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
sederhana (simple random sampling).
memberi hak yang sama kepada setiap subjek dari populasi untuk
memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.
tingkat
adopsi
meliputi
faktor
usia,
tingkat
pendidikan,
dan
frekuensi
petani
penyuluhan(Sudjana,1996)
mengikuti
C=
Dimana :
X2
X 2 =n
C = Contingenci
X = Nilai Chi-Square
N = banyaknya sampel
Interval Koefisien
0,00 0,199
0,20 0,399
Rendah
0,40 0,599
Sedang
0.60 0,799
Tinggi
0,80 1,00
Sangat tinggi
operasional
digunakan
dalam
penelitian
ini
untuk
organik
merupakan
strategi
pertanian
yang
menggunakan
input
anorganik
juga
sudah
mulai
kekosmopolitan
adalah
frekuensi
petani
responden
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi
4.1.1. Letak Geografis dan Administratif
Kecamatan Baranti merupakan salah satu wilayah kecamatan dari
11 kecamatan yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang. Secara
geografis Kecamatan Baranti terletak 15 km di bahagian Utara Ibukota
Kelompok Umur
Jumlah
Persentase
(Tahun)
(jiwa)
(%)
1.
0 - 14
819
18,85
2.
15 - 54
2.985
68,7
3.
55
541
12,45
Jumlah
4.345
Sumber: Kantor Lurah Manisa, 2009.
Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok umur 0 14 tahun
sebanyak 819 jiwa (18,85%). Kelompok ini merupakan kelompok umur
yang belum produktif yang umumnya masih berstatus sebagai pelajar dan
usia pra sekolah. Kelompok umur 15 54 tahun sebanyak 2.985 jiwa
(68,7%) dimana kelompok ini tergolong umur produktif yang bekerja pada
berbagai bidang. Kelompok 55 tahun ke atas sebanyak 541 jiwa (12,45%)
yang merupakan kelompok umur tidak produktif.
4.2.2. Penyebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
kelamin
memberikan
klasifikasi
tertentu
dalam
jenis
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sumber: Kantor Lurah Manisa, 2009.
Jumlah (jiwa)
2.148
2.197
4.345
Persentase (%)
49,44
50,56
100
Tingkat Pendidikan
Tidak pernah sekolah
Belum sekolah
Tidak tamat SD
SD/sederajat
SLTP/sederajat
SLTA/sederajat
D1
D2
D3
S1
S2
Lain-lain
Jumlah
Sumber: Kantor Lurah Manisa, 2009.
Jumlah (jiwa)
233
110
119
939
1.117
825
14
21
22
83
1
861
4.345
Persentase (%)
5,36
2,53
2,74
21,61
25,71
18,98
0,32
0,48
0,51
1,91
0,02
19,82
99,99
yang
dapat
dilihat
dari
laju
perekenomiannya.
Dengan
Mata Pencaharian
Buruh/swasta
Pegawai Negeri
Pengrajin
Pedagang
Jumlah (jiwa)
257
125
45
46
Persentase (%)
5,91
2,88
1,04
1,06
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Penjahit
Tukang batu
Tukang kayu
Peternak
Montir
Dokter
Sopir
Pengemudi becak
TNI/Polri
Pengusaha
Petani
Lain-lain
Jumlah
Sumber: Kantor Lurah Manisa, 2009.
32
93
60
52
3
1
61
3
4
12
763
2.788
4.345
0,74
2,14
1,38
1,19
0,07
0,02
1,40
0,07
0,09
0,28
17,56
64,17
100
Jumlah (unit)
4
1
1
3
1
5
1
5
3
5
1
2.265 m
10.690 m
50
kemampuan
dan
berpikir
petani
dalam
mengolah
usahataninya.
5.1.1 Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan petani dalam berusahatani. Usia mempengaruhi fisik dan
pola pikir petani. Pada umumnya petani yang berusia muda memiliki
kemampuan fisik yang lebih baik dibanding dengan petani yang berusia
relatif tua. Seseorang yang masih muda relatif lebih cepat menerima halhal baru, lebih berani mengambil resiko, dan lebih dinamis. Sedangkan
seseorang yang relatif tua mempunyai kapasitas pengelolaan yang
matang dan memiliki banyak pengalaman dalam mengelola usahataninya,
sehingga ia sangat hati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh usia responden berkisar antara 23
tahun sampai 63 tahun. Usia responden disajikan dalam tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Petani Responden Menurut Kelompok Usia di Kelurahan
Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, Sulawesi
Selatan, 2009.
Kelompok
Jumlah
No
Usia
Kategori
Responden
Persentase
(Tahun)
(Orang)
(%)
1.
> 40,7
Tua
12
40
2.
< 40,7
Jumlah
Muda
18
60
30
100,0
dan masih mampu untuk terlibat langsung dengan berbagai kegiatan yang
menunjang kemajuan dan pengelolaan usahataninya.
Rendah
11
36,7
30
100,0
menggambarkan
bahwa
sebagian
besar
petani
responden
telah
pendidikan
sangat
mempengaruhi
proses
adopsi
dan
inovasi
baru
sehingga
dalam
hal
ini
akan
mempersulit
pembangunan.
5.1.3 Pengalaman Berusahatani
Pengalaman
berusahatani
yang
dimaksud
adalah
mulai
<20,26
Rendah
Jumlah
17
56,7
30
100,0
cukup
untuk
menentukan
dan
mengembangkan
usahatani
menerima
proses
adopsi
dan
inovasi
karena
kurangnya
keluarga.
Tanggungan
keluarga
merupakan
salah
satu
< 3,36
Sedikit
Jumlah
20
66,7 %
30
100,0
demikian
petani
responden
akan
semakin
gigih
untuk
garapan
petani
responden
lebih
memungkinkan
untuk
No
1.
2.
Sempit
Jumlah
21
70
30
100,0
responden
melakukan
tahapan
percobaan
yakni
hanya
kekosmopolitan
merupakan
gambaran
hubungan
atau
interaksi petani terhadap dunia luar sistem sosialnya. Pada penelitian ini
sifat kekosmopolitan ditinjau dari intensitas interaksi dengan instansi atau
lembaga terkait yang berhubungan dengan usahataninya, kebiasaan
petani bepergian ke luar lingkungan sosialnya, seperti melakukan kontak
dengan kepala desa, ketua kelompok tani dan pemandu lapang, serta
pemanfaatan media informasi (televisi, radio, surat kabar). Sifat
kekosmopolitan ini dihitung dengan metode scoring untuk mengetahui nilai
skor petani responden pada Lampiran 12.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor petani responden berada
pada kisaran 6 12. Semakin bayak petani responden berhubungan
dengan dunia luar maka petani dapat dikatakan kosmopolit, sebaliknya
semakin kurang mereka berhubungan dengan dunia luar mereka semakin
tidak kosmopolit.
< 9,02
Tidak Kosmopolit
Jumlah
17
56,7
30
100,0
internet, kemudian keadaan jalan yang tidak mendukung untuk dilalui alat
transportasi beroda empat sehingga petani seringkali merasa enggan
untuk bepergian jauh dari lingkungan mereka.
5.1.7 Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan
Penyuluhan adalah bagian integral dari suatu sistem pembangunan
pertanian. Penyuluhan yang progresif akan menunjang percepatan adopsi
teknologi pertanian. Partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan
pertanian adalah merupakan bentuk keikutsertaan petani dalam kegiatan
penyuluhan pertanian, dimana kegiatan penyuluhan pertanian bertujuan
untuk menambah pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman dalam
mengelola produk-produk pertanian sehingga kegiatan penyuluhan
pertanian dapat meningkatkan kesejahteraan hidup petani. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 13.
> 5,8
Jumlah
Aktif
18
60%
30
100,0
diperoleh di atas dari nilai rata-rata yaitu 5,8, sedangkan yang kurang aktif
mengikuti penyuluhan terdapat 12 orang responden (40 persen) dengan
jumlah kehadiran 35 kali pertemuan dan skor yang diperoleh berada di
bawah nilai rata-rata.. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden
memiliki
kesadaran
untuk
menambah
pengetahuan
serta
akan
kegiatan
penyuluhan,
maka
petani
semakin
mudah
yang
dilakukan
secara
intensif
(melalui
pendekatan
FAKTOR FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
Tahapan
adopsi
ADOPSI TINGGI
TEKNOLOGI
PADI ORGANIK
ADOPSI
ADOPSI RENDAH
Tabel 14.
No
1.
2.
3.
4.
5.
Tahapan
Adopsi
Kategori
Kesadaran
(Awareness)
Minat
(Interest)
Evaluasi
(Evaluation_
Percobaan
(Trial)
Adopsi
(Adoption)
Jumlah
Responden
total Persentase (%) total
(Orang)
Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Tinggi Rendah
> 9,56 < 9,56
16
14
30,0
53,3
46,7
100,0
Skor
> 9,93
< 9,93
19
11
30,0
63,3
36,7
100,0
> 7,6
< 7,6
16
14
30,0
53,3
46,7
100,0
> 18,6
< 18,6
13
17
30,0
43,3
56,7
100,0
> 6,23
< 6,23
10
20
30,0
33,3
66,7
100,0
5.2.1.1
Kesadaran (Awareness)
No
Kategori Tahapan
Kesadaran
1.
Tinggi
> 9,56
Jumlah Petani
Responden
(Orang
16
2.
Rendah
< 9,56
14
46,7
30
100,0
Jumlah
Skor
Persentase
(%)
53,3
tingkat
kesadaran
petani
di
kelurahan
Manisa
Minat (Interest)
ingin
meningkatkan
produksi.
Faktor
lingkungan
yang
1.
Kategori Tahapan
Minat
Tinggi
> 9,93
2.
Rendah
< 9,93
No
Jumlah
Skor
Jumlah Petani
Responden (Orang)
19
Persentase
(%)
63,3
11
30
36,7
100,0
dengan kota dan memiliki akses jalan yang baik. Bahasa yang mereka
gunakan bukan lagi bahasa lokal sehingga mereka mengerti dan paham
atas apa yang disampaikan oleh penyuluh. Dari adanya situasi yang
demikian maka dapat disimpulkan proses jalannya komunikasi terutama
yang berkaitan dengan pemakaian bahasa sangat berperan penting dalam
tercapai
yang
pada
akhirnya
dapat
meningkatkan
taraf
Evaluasi (Evaluation)
pengamatan
dengan
pedoman-pedoman
yang
ada,
dan
teknologi
tertentu,
faktor-faktor
sosial
atau
hal-hal
yang
Tahapan
Tabel 17.
1.
Kategori
Tahapan
Evaluasi
Tinggi
> 7,6
Jumlah Petani
Responden
(Orang)
16
2.
Rendah
< 7,6
14
46,7
30
100,0
No
Jumlah
Skor
Persentase
(%)
53,3
Sebagian
besar dipengaruhi
oleh keinginan
untuk
percobaan
adalah
tahapan
dimana
petani
mulai
dari
lingkungan
yang
mempengaruhi
tahapan
ini
adalah
penerangan tentang cara-cara praktek yang spesifik dari penyuluh, faktorfaktor alam, faktor harga input dan produk. Tahapan percobaan petani
responden terhadap teknologi padi organik di kelurahan Manisa dapat
dilihat pada tabel 18.
Tabel 18.
1.
Tinggi
> 18,26
Jumlah Petani
Responden
(Orang)
13
2.
Rendah
< 18,26
17
56,7
30
100,0
No
Kategori Tahapan
Percobaan
Jumlah
Skor
Persentase
(%)
43,3
Penerapan (Adoption)
penelitian dan uji coba yang telah dilakukan dan diamatinya pada tahapan
adopsi sebelumnya. Tahapan penerapan ini dipengaruhi oleh faktor dari
dalam diri petani seperti kepuasan pada pengalaman pertama ,
kemampuan mengelola dengan cara baru. Faktor lingkungan yang turut
mempengaruhi
tahapan
ini
adalah
analisa
keberhasilan/kegagalan
Kategori
Tahapan
Penerapan
No
Skor
Jumlah Petani
Responden
(Orang)
Persentase
(%)
1.
Tinggi
> 6,23
10
33,3
2.
Rendah
< 6,23
20
66,7
30
100,0
Jumlah
kurang
puas
terhadap
hasil
percobaan
yang
dilakukan
bahan kimia terlebih dahulu. Jika sifat racun kimianya sudah hilang maka
secara perlahan-lahan juga telah memperbaiki struktur tanah persawahan
yang rusak. .Hal ini sesuai dengan pendapat Andoko (2009) Pertanian
organik yang murni adalah lahan dan teknik budidayanya terbebas dari
pemanfaatan pupuk kimia.
5.2.2 Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Padi Organik
Tingkat adopsi petani terhadap padi organik diperoleh dari proses
mengukur dan menilai tahapan-tahapan adopsi yang telah dilakukan oleh
petani. Tahapan-tahapan adopsi yang dimulai dari tahap kesadaran,
minat, evaluasi, trial, dan adopsi sangat mempengaruhi pada kesimpulan
tinggi rendahnya
tingkat adopsi.
No
1.
Tinggi
> 51,83
14
46,7
2.
Rendah
< 51,83
16
53,3
30
100,0
Jumlah
Manisa yang
Kecamatan
Baranti.
Pemasarannya
belum
terlalu
luas
Tabel 21.
6,043
X2
Tabel
95%
3,841
X2
Hitung
Hubungan
Koefisien
C
Keeratan
Hubungan
Nyata
0,40
Sedang
2.
.
Tingkat
Pendidikan
3,999
3,841
Nyata
0,34
Rendah
3.
Pengalaman
berusaha tani
0,175
3,841
Tidak Nyata
0,074
Sangat
Rendah
4.
Jumlah
Tanggungan
keluarga
0,820
3,841
Tidak Nyata
0,16
Sangat
Rendah
5.
Luas Lahan
1,843
3,841
Tidak Nyata
0,24
Rendah
6.
Sifat
Kekosmopolitan
16,101
3,841
Nyata
0,58
Sedang
9,380
3,841
Nyata
0,47
Sedang
7.
Frekuensi
Petani
Mengikuti
Penyuluhan
tabel (X2 hitung < X2 tabel) maka terdapat hubungan yang tidak nyata
diantara variabel tersebut.
Berdasarkan nilai koefisien kontingensi (C), terlihat bahwa semua
fakor-faktor yang nyata tersebut memiliki tingkat keeratan hubungan yang
rendah dan sedang. Nilai koefisien usia sebesar 0,40, tingkat pendidikan
petani sebesar 0,34, sifat kekosmopolitan sebesar 0,58, dan frekuensi
petani mengikuti penyuluhan sebesar 0,47. Artinya bahwa keempat faktor
tersebut memang berhubungan nyata tetapi kaitannya tidak begitu erat.
5.4
lampiran 8.
Nilai tersebut menandakan tingkat pendidikan yang dimiliki petani
berhubungan
dengan
tingkat
adopsi
meskipun
berdasarkan
hasil
pertanyaan
terhadap
hal-hal
yang disampaikan
oleh
nyata
dengan
tingkat
adopsi
petani
adalah
sifat
kekosmopolitan. Hal ini terlihat dengan nilai X2 hitung yaitu 16,101 dengan
koefisien kontingensi 0,56 yang menandakan keeratan hubungan yang
tergolong sedang. Hasil perhitungan korelasi antara sifat kekosmopolitan
dengan tingkat adopsi petani dapat dilihat pada lampiran 6 dan 12. Hal ini
berarti semakin kosmopolit seorang petani maka tingkat adopsinya
semakin tinggi. Petani responden yang sering bepergian atau berkunjung
ke desa lain atau kota serta bersifat terbuka dengan lingkungan sosialnya
baik dilakukan secara langsung (face to face) ataupun melalui media
telekomunikasi umumnya cenderung aktif dalam mengakses informasi
yang berkaitan dengan usahataninya sehingga proses berjalannya adopsi
inovasi lebih cepat.
Tingkat kekosmopolitan mempengaruhi cepat lambatnya petani
menerima inovasi, sehingga petani diharapkan lebih aktif dalam mencari
informasi baru. Peningkatan produktivitas padi dilakukan dengan berbagai
cara. Diantaranya dengan membentuk kelompok tani di desa-desa dimana
kelompok tani ini diharapkan dapat menjadi wadah dan sarana bagi petani
untuk berkomunikasi dengan pemerintah maupun dengan petani lainnya.
Tingkat kekosmopolitan juga mempengaruhi sikap petani terhadap
kelompok tani, yang mana jika kekosmopolitannya tinggi maka petani
umumnya memiliki sifat positif terhadap kelompok taninya. Hal ini sesuai
yang
berpengaruh
terhadap
rendahnya
mengikuti
kegiatan
yang
banyak
mengenai
teknologi
baru
yang
sedang
berkembang.
Kecepatan adopsi inovasi, juga sangat ditentukan oleh semakin
intensif dan seringnya intensitas atau frekuensi promosi yang dilakukan
agen pembaharuan (penyuluh) setempat dan atau pihak-pihak lain yang
berkompeten dengan adopsi inovasi tersebut seperti : lembaga penelitian,
produsen, pedagang, dan atau sumber informasi (inovasi) tersebut.
Promosi adopsi teknologi dapat dilakukan dengan mengadakan praktek
pada saat kegiatan penyuluhan berlangsung atau menyiapkan sebuah
lahan percontohan terhadap adopsi teknologi tertentu untuk menarik minat
petani dan merubah pola pikir petani untuk bersikap lebih terbuka dan
maju. Jika sasaran penyuluhan tercapai dengan baik maka dapatlah
dikatakan bahwa kegiatan penyuluhan dianggap berhasil dalam proses
adopsi inovasi.
Penyuluhan
pertanian
dilaksanakan
untuk
menambah
akan
besar
kesadarannya
untuk
masalah-masalah
sosial
(Wiriaatmadja, 1973).
5.5
analisis
Chi-Kuadrat
menunjukkan
faktor-faktor
yang
padi organik. dengan kata lain, jumlah tanggungan keluarga tidak menjadi
motivasi dalam menambah wawasannya dalam bidang pertanian.
5.5.3 Luas Lahan
Berdasarkan dari hasil analisis Chi-Kuadrat diperoleh hasil bahwa
luas lahan tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat adopsi petani
terhadap teknologi padi organik. hal ini dibuktikan dengan nilai X2 hitung
sebesar 1,843 lebih kecil dari nilai X2 tabel yaitu 3,841. Hasil perhitungan
korelasi antara luas lahan dan tingkat adopsi petani dapat dilihat pada
lampiran 11.
Besarnya luas lahan tidak memiliki hubungan yang nyata dengan
tingkat adopsi. Petani responden yang berlahan sempit atau luas juga
melakukan proses adopsi inovasi teknologi meskipun hasil penelitian yang
diperoleh masih tergolong rendah. Umumnya petani yang berlahan sempit
memiliki tingkat adopsi yang tinggi dibandingkan petani yang berlahan
luas karena mereka tidak terlalu dipengaruhi oleh pertimbangan rasio
biaya korbanan produksi. Petani yang berlahan sempit memiliki resiko
yang lebih rendah jika mengalami kegagalan di lapangan akibat adopsi
teknologi pertanian yang baru. Dalam proses adopsi teknologi pertanian,
para petani yang berlahan luas tidak serta-merta menerapkan adopsi
teknologi tersebut pada seluruh areal persawahan mereka. Petani
cenderung menerapkan pada sebagian kecil areal lahan saja untuk
dilakukan
percobaan
satu
sampai
beberapa
kali
untuk
melihat
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
intensitas
penyuluhan
dan
sifat
kekosmopolitan
agen
penyuluhan
perlu
selain
memberikan
informasi
perlu
meningkatkan
keikutsertaan
dalam
kegiatan
pertanian
organik
serta
meningkatkan
kesejahteraan petani.
DAFTAR PUSTAKA
Adicondro, G.J., 1990. Tiga dilemma Penyelenggaraan Pendidikan Untuk
Orang Kecil. Bina Darma No.28 1990.
Achmad, Affandi. 1977. Pedoman bercocok Tanam Padi, Palawijo, Sayursayuran. Departemen Pertanian. Badan Pengendali Bimbingan
Masal. Jakarta.
Penyuluhan
Pertanian.
CV.
Lampiran 1. Identitas Petani Responden di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Nama Responden
Pan gede
Lanta
Anwar Dalle
Sapri
Asparuddin
Siga
M. Damis
Tandi
Liwang
Lasade
Muh. Farid Badda
Saleh
H. Abd. Munir
Landupe
H. Taba
Ilham
Latunru
Syukri
Sakka
Muhrin
Masri S.
H. Tahang
Suudi
Lauleng
Gusti Nyoman
Dg. Rewa
Amir
Sulardi
Muhseng
H. Juraeje
Jumlah
Rata-rata
Usia
(tahun)
Pendidikan
(tahun)
5
12
9
12
12
6
9
9
5
9
12
9
6
12
9
9
6
3
6
9
16
12
12
6
6
9
12
5
2
9
258
Pengalaman
usahatani
(tahun)
27
34
18
20
27
25
7
17
15
19
31
26
30
19
22
20
6
10
35
5
23
34
11
21
18
6
7
11
17
48
608
40
52
35
40
39
46
29
33
57
39
42
37
46
35
38
29
27
50
58
26
38
60
31
52
30
38
23
30
40
63
1203
40,1
0.7
0.4
2
0.5
2
2
0.55
0.8
2.3
2.1
1
1
0.4
0.55
1
0.8
0.75
1.4
0.47
2.1
0.6
1.5
0.8
1
0.45
0.6
0.7
0.55
1
1.16
31,8
Jumlah
tanggungan
(orang)
3
2
2
2
6
2
2
3
4
6
4
3
4
3
7
2
2
4
3
5
2
3
3
2
6
3
4
3
3
3
101
Intensitas
penyuluhan
(kehadiran)
4
6
5
4
6
4
8
3
6
8
8
8
5
6
6
7
5
3
6
8
8
4
6
5
4
6
8
7
8
3
174
8,6
20,26
1,039
3,36
5,8
Lampiran 2. Penggunaan Pupuk dan Obat-obatan Petani Padi Organik di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, 2009
102
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Nama
Pupuk (Kg)
Urea
150
50
150
50
200
150
50
50
200
200
100
200
50
50
200
50
50
100
50
200
50
150
100
100
50
50
50
100
200
200
3.350
Kandang
2,000
1,000
2,000
500
0
2,500
500
1,500
0
2,000
1,000
1,000
500
0
0
1,500
500
1,000
1,000
0
0
1,000
1,000
0
1,000
500
500
1,500
2,000
0
26.000
KCl
Pan gede
Lanta
Anwar Dalle
Sapri
Asparuddin
Siga
M. Damis
Tandi
Liwang
Lasade
Muh. Farid Badda
Saleh
H. Abd. Munir
Landupe
H. Taba
Ilham
Latunru
Syukri
Sakka
Muhrin
Masri S.
H. Tahang
Suudi
Lauleng
Gusti Nyoman
Dg. Rewa
Amir
Sulardi
Muhseng
H. Juraeje
Jumlah
Rata-rata
111,7
1181,81
Pestisida (ml)
Seprin
225
Kompos
0
0
0
250
0
0
0
0
500
0
0
500
250
1,000
2,000
0
1,000
0
0
1,000
500
500
0
1,000
1,000
0
250
0
0
1,000
10.750
1500
550
NPK Organik
0
50
0
0
0
0
50
0
0
0
100
0
0
50
0
100
0
0
50
0
50
0
0
100
0
0
0
0
0
100
650
37,5
767,85
375
91,7
72,22
0
50
0
0
0
0
25
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
50
25
0
0
0
0
0
0
25
0
50
0
0
Ze Organik
0
0
600
0
0
0
0
300
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
300
0
0
0
0
0
300
0
0
0
0
0
100
0
0
0
0
150
0
0
50
0
0
0
50
0
0
0
0
150
0
0
0
0
0
0
50
0
595,000
498,000
895,000
377,500
390,000
695,000
313,000
515,000
660,000
855,000
506,000
835,000
417,500
878,000
1,860,000
566,000
1,005,000
450,000
388,000
1,010,000
528,000
965,000
530,000
1,006,000
1,015,000
250,000
390,000
550,000
975,000
1,136,000
21.053.000
701.766,7
103
Lampiran 3. Faktor produksi Pupuk dan Obat-obatan Petani Padi Organik di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama Responden
Pan gede
Lanta
Anwar Dalle
Sapri
Asparuddin
Siga
M. Damis
Tandi
Liwang
Lasade
Muh. Farid Badda
Saleh
H. Abd. Munir
Landupe
15
16
H. Taba
17
18
19
20
21
22
23
24
Latunru
25
26
27
28
29
30
Jumlah
Rata-rata
Ilham
Syukri
Sakka
Muhrin
Masri S.
H. Tahang
Suudi
Lauleng
Gusti Nyoman
Dg. Rewa
Amir
Sulardi
Muhseng
H. Juraeje
156,000
112,000
248,000
155,000
268,000
208,000
150,000
195,000
227,200
273,000
168,000
586,000
498,000
606,000
222,000
240,000
686,000
313,000
372,000
380,000
855,000
506,000
77,000
126,000
74,000
72,000
230,000
105,000
75,000
125,000
220,000
96,000
70,000
1,205,625
1,058,313
3,665,250
850,500
1,913,250
3,054,375
1,105,500
2,625,000
4,184,750
2,409,750
2,775,000
Pajak
Lahan
(Rp)
17,500
10,000
50,000
12,500
50,000
50,000
12,500
20,000
55,000
52,500
25,000
157,000
150,000
108,500
188,000
835,000
417,500
878,000
728,000
30,000
28,000
66,000
90,000
3,018,375
1,523,250
1,238,250
2,515,125
152,000
111,000
566,000
475,000
120,000
95,000
234,000
150,000
207,000
140,000
192,000
124,800
225,000
126,000
670,000
388,000
540,000
528,000
740,000
530,000
1,006,000
724,000
148,500
133,200
150,000
147,000
211,500
5,215,700
166,742.33
330,000
265,000
550,000
975,000
1,136,000
17,545,500
560,917.52
Bibit (Rp)
Pupuk (Rp)
Pestisida
(Rp)
HOK (Rp)
Pajak Air
(Rp)
NPA (Rp)
14,000
8,000
40,000
10,000
40,000
40,000
10,000
15,000
46,000
42,000
20,000
75,000
14,000
73,333
71,000
58,333
72,500
10,000
71,666
62,500
80,500
81,000
2,131,125
1,826,313
4,756,583
1,393,000
2,799,583
4,215,875
1,676,000
3,423,666
5,175,450
3,808,750
3,645,000
25,000
12,500
12,500
25,000
20,000
10,000
10,000
20,000
69.17
8,000
14,000
132,750
4,085,444.17
2,149,250
2,327,250
3,698,875
2,351,250
1,214,250
20,000
18,000
17,000
15,000
20,000
67,166
3,246,250
1,995,416
127,000
130,000
290,000
71,000
175,000
130,000
30,000
70,000
3,225,750
1,519,500
1,809,750
1,800,750
1,913,250
2,479,125
3,598,500
796,312.50
35,000
12,500
52,500
15,000
37,500
20,000
25,000
12,500
28,000
10,000
40,000
12,000
30,000
15,000
20,000
10,000
69,166
71,000
80,500
67.33
15,000
102,500
65,000
68,330.34
4,388,916
2,281,000
3,019,750
2,566,817.33
3,102,750
3,401,425
4,969,500
1,807,143
37,000
107,000
60,000
96,000
100,000
3,122,000
99,808.18
1,140,750
1,138,125
865,500
4,259,250
3,091,125
64,345,501
2,057,081.22
15,000
17,000
12,500
27,500
27,500
777,500
24,856.14
12,000
14,000
10,000
22,000
22,000
622,000
19,884.91
67,333
66,666
14,000
59.17
70,000
1,601,439
51,196.90
1,750,583
1,740,991
1,662,000
5,526,809.17
4,658,125
93,229,640
2,980,487.20
104
Lampiran 4. Jumlah dan Nilai Produksi Petani Padi Organik di Kelurahan Manisa,
Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, 2009
No
Nama Responden
Penerimaan
Biaya Produksi
Pendapatan
(Rp)
(Rp)
1
Pan gede
15,390,000
2,131,125
13,258,875
2
Lanta
9,450,000
1,826,313
7,623,687
3
Anwar Dalle
23,490,000
4,756,583
18,733,417
4
Sapri
10,800,000
1,393,000
9,407,000
5
Amran
23,220,000
2,799,583
20,420,417
6
Siga
23,760,000
4,215,875
19,544,125
7
M. Damis
10,260,000
1,676,000
8,584,000
8
Tandi
15,660,000
3,423,666
12,236,334
9
Liwang
24,975,000
5,175,450
19,799,550
10
Lasade
33,480,000
10,108,750
23,371,250
11
Muh. Farid Badda
17,550,000
3,645,000
13,905,000
12
Saleh
17,050,000
4,085,444.17
12,964,556
13
H. Abd. Munir
9,900,000
2,149,250
7,750,750
14
Landupe
11,070,000
2,327,250
8,742,750
15
H. Taba
18,090,000
3,698,875
14,391,125
16
Ilham
15,950,000
3,246,250
12,703,750
17
Latunru
15,255,000
1,995,416
13,259,584
18
Syukri
20,520,000
4,388,916
16,131,084
19
Sakka
12,375,000
2,281,000
10,094,000
20
Muhrin
24,300,000
3,019,750
21,280,250
21
Masri S.
14,025,000
2,566,817.33
11,458,183
22
H. Tahang
21,600,000
3102750
18,497,250
23
Suudi
15,390,000
3401425
11,988,575
24
Lauleng
16,500,000
4969500
11,530,500
25
Gusti Nyoman
8,100,000
1,807,142.84
6,292,857
26
Dg. Rewa
14,850,000
1,750,583
13,099,417
27
Amir
16,200,000
1,740,991
14,459,009
28
Sulardi
13,500,000
1,662,000
11,838,000
29
Muhseng
17,050,000
5,526,809.17
11,523,191
30
H. Juraeje
16,775,000
4,658,125
12,116,875
Jumlah
506,535,000
99,529,640
407,005,360
Rata-rata
16,193,574
3,181,894
13,011,680
105
Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Padi Organik di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, 2009.
Kesadaran
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Skoring
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
Nilai
10
10
8
7
10
9
11
9
9
10
12
10
9
10
11
10
8
9
9
9
11
8
11
11
10
10
7
11
9
10
360
287
Kategori
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Minat
Skoring
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
Nilai
9
8
9
11
10
8
12
8
8
10
12
10
10
12
10
10
10
8
10
9
12
9
12
8
10
12
8
12
11
10
360
298
Evaluasi
Kategori
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Skoring
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Nilai
8
7
6
5
6
7
9
7
7
8
10
8
7
8
8
8
6
7
7
7
9
6
9
9
8
10
5
10
9
8
300
228
Trial
Kategori
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Skoring
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Nilai
17
16
19
17
20
18
21
17
18
22
21
19
17
21
18
21
18
16
19
16
22
16
21
17
17
21
17
18
18
20
660
558
Adopsi
Kategori
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Skoring
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
Nilai
5
6
6
5
7
6
7
5
6
6
8
7
6
8
6
6
5
6
5
5
7
6
7
6
5
8
6
7
6
8
240
187
skoring
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
64
nilai
49
47
48
45
53
48
60
46
48
56
63
54
49
59
53
55
47
46
47
46
61
45
60
51
50
61
42
58
53
56
1.920
1555
76,56
73,43
75
70,31
82,81
75
93,75
71,87
75
87,5
98,43
84,37
76,56
92,18
82,81
85,93
73,43
71,87
73,43
71,87
95,31
70,31
93,75
79,68
78,12
95,31
64,06
90,625
82,81
87,5
2429,58
Kategori
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
106
Nama Responden
Pan gede
Sifat
Kekosmopolitan
Skor
12
Lanta
12
Anwar Dalle
12
Sapri
12
Asparuddin
12
Siga
12
M. Damis
12
Tandi
12
Liwang
12
10
Lasade
12
11
12
12
Saleh
12
13
H. Abd. Munir
12
14
Landupe
12
15
H. Taba
12
16
Ilham
12
17
Latunru
12
18
Syukri
12
19
Sakka
12
20
Muhrin
12
21
Masri S.
12
22
H. Tahang
12
23
Suudi
12
24
Lauleng
12
25
Gusti Nyoman
12
26
Dg. Rewa
12
27
Amir
12
28
Sulardi
12
29
Muhseng
12
30
H. Juraeje
Jumlah
12
9,06
Rata-rata
Nilai
Kategori
12
6
6
7
11
12
8
12
6
6
12
11
6
7
12
12
12
8
7
8
8
10
8
12
6
7
12
9
12
7
12
Tidak Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Kosmopolit
Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Kosmopolit
Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Kosmopolit
Kosmopolit
Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Kosmopolit
Tidak Kosmopolit
Kosmopolit
360
272
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Antara Tingkat Adopsi Petani Dan Faktor Usia,
Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap 2009.
No
Tingkat Umur
(Thn)
Tinggi
Rendah
2 (A)
8 (B)
10
12 (C)
8 (D)
20
Jumlah
14
16
30 (N)
2
N [ (AD BC) N/2) ]
2
X
=
(A + B)(C + D)(A + C)(B + D)
2
30 [ (28) (812) (30/2) ]
=
(10)(20)(14)(16)
270750
=
= 6,043
44800
Pada derajat kebebasan = 1 dan 0,5 = 3,84 dimana X hitung lebih besar
daripada X tabel (6,043 > 3,84), maka dikatakan faktor tingkat umur berhubungan
nyata terhadap tingkat adopsi teknologi oleh petani. Kemudian keeratan hubungan
antara faktor tingkat umur dengan tingkat adopsi teknologi, sebagi berikut:
C =
X
X + n
C =
6,043
0,40
6,043 + 30
Jadi, tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel di atas tergolong sedang.
Tingkat Pendidikan
Rendah
12 (A)
7 (B)
19
Rendah SMP
2 (C)
9 (D)
11
Jumlah
14
16
30 (N)
2
N [ (AD BC) N/2) ]
2
X
=
(A + B)(C + D)(A + C)(B + D)
2
30 [ (129) (72) (30/2) ]
=
(19)(11)(14)(16)
187230
=
= 3,999
46816
Pada derajat kebebasan = 1 dan 0,5 = 3,84 dimana X hitung lebih besar
daripada X tabel (3,999 > 3,84), maka dikatakan faktor tingkat pendidikan berhubungan
nyata terhadap tingkat adopsi teknologi oleh petani. Kemudian keeratan hubungan
antara faktor pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi, sebagai berikut:
C =
X
X + n
C =
3,999
0,34
3,999 + 30
Jadi, tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel di atas tergolong Rendah.
Pengalaman
Berusahatani
(Tahun)
Tinggi
Rendah
6(A)
7 (B)
13
8 (C)
9 (D)
17
Jumlah
14
16
30 (N)
2
N [ (AD BC) N/2) ]
2
X
=
(A + B)(C + D)(A + C)(B + D)
2
30 [ (69) (78) (30/2) ]
=
(13)(17)(14)(16)
8670
=
= 0.175
49504
Pada derajat kebebasan = 1 dan 0,05 = 3,84 dimana X hitung lebih kecil
daripada X tabel (0,175 < 3,84), maka dikatakan faktor pengalaman berusahatani tidak
berhubungan nyata terhadap tingkat adopsi teknologi oleh petani. Kemudian keeratan
hubungan antara faktor pengalaman berusahatani dengan tingkat adopsi teknologi,
sebagi berikut:
C =
X
X + n
C =
0,175
0,175 + 30
0,074
Jadi, tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel di atas tergolong sangat
rendah.
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Antara Tingkat Adopsi Petani Dan Faktor Jumlah
Tanggungan Keluarga, Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti,
Kabupaten Sidrap 2009
No
Jumlah Tanggungan
Keluarga (Orang)
Tinggi
Rendah
4(A)
6 (B)
10
10 (C)
10 (D)
20
Jumlah
14
16
30 (N)
2
N [ (AD BC) N/2) ]
2
X
=
(A + B)(C + D)(A + C)(B + D)
2
30 [ (410) (610) (30/2) ]
=
(10)(20)(14)(16)
36750
=
= 0,82
44800
Pada derajat kebebasan = 1 dan 0,5 = 3,84 dimana X hitung lebih kecil
daripada X tabel (0,82 < 3,84), maka dikatakan faktor jumlah tanggungan keluarga
tidak berhubungan nyata terhadap tingkat adopsi teknologi oleh petani. Kemudian
keeratan hubungan antara faktor jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi
teknologi, sebagai berikut:
C =
C =
0,82
0,16
X + n
0,82 + 30
Jadi, tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel di atas tergolong sangat
rendah.
Lampiran 11. Hasil Perhitungan Antara Tingkat Adopsi Petani Dan Faktor Luas
Lahan, Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap
2009
No
Luas Lahan
(Ha)
Tinggi
Rendah
3 (A)
6 (B)
11 (C)
10 (D)
21
Jumlah
14
16
30 (N)
2
N [ (AD BC) N/2) ]
2
X
=
(A + B)(C + D)(A + C)(B + D)
2
30 [ (310) (611) (30/2) ]
=
(9)(21)(14)(16)
78030
=
= 1,843
42336
Pada derajat kebebasan = 1 dan 0,5 = 3,84 dimana X hitung lebih kecil
daripada X tabel (1,843 < 3,84), maka dikatakan faktor luas lahan tidak berhubungan
nyata terhadap tingkat adopsi teknologi oleh petani. Kemudian keeratan hubungan
antara faktor luas lahan dengan tingkat adopsi teknologi, sebagi berikut:
C =
C =
X + n
1,843
= 0,24
1,843 + 30
Jadi, tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel di atas tergolong Rendah.
Lampiran 12. Hasil Perhitungan Antara Tingkat Adopsi Petani Dan Faktor Sifat
Kekosmopolitan, Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten
Sidrap 2009
No
Sifat Kekosmopolitan
(Skor)
Tinggi
Rendah
Kosmopolit >9,06
12 (A)
1 (B)
13
Tidak Kosmopolit
2 (C)
15 (D)
17
14
16
30 (N)
<9,06
Jumlah
2
N [ (AD BC) N/2) ]
2
X
=
(A + B)(C + D)(A + C)(B + D)
2
30 [ (1215) (12) (30/2) ]
=
(13)(17)(14)(16)
797070
=
= 16,101
49504
Pada derajat kebebasan = 1 dan 0,5 = 3,84 dimana X hitung lebih besar
daripada X tabel (16,101 > 3,84), maka dikatakan faktor sifat kekosmopolitan
berhubungan nyata terhadap tingkat adopsi teknologi oleh petani. Kemudian keeratan
hubungan antara faktor sifat kekosmopolitan dengan tingkat adopsi teknologi, sebagai
berikut:
C =
C =
X + n
16,101
0,58
16,101 + 30
Jadi, tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel di atas tergolong sedang.
Lampiran 13. Hasil Perhitungan Antara Tingkat Adopsi Petani Dan Faktor
Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan, Kelurahan Manisa,
Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap 2009
No
Frekuensi Mengikuti
Penyuluhan
(Kehadiran)
Tinggi
Rendah
> 5,8
13 (A)
5 (B)
18
< 5,8
1 (C)
11 (D)
12
Jumlah
14
16
30 (N)
2
N [ (AD BC) N/2) ]
2
X
=
(A + B)(C + D)(A + C)(B + D)
2
30 [ (1311) (51) (30/2) ]
=
(18)(12)(14)(16)
453870
=
= 9,38
48384
Pada derajat kebebasan = 1 dan 0,5 = 3,84 dimana X hitung lebih besar
daripada X tabel ( 9,38 > 3,84), maka dikatakan faktor frekuensi perani mengikuti
penyuluhan berhubungan nyata terhadap tingkat adopsi teknologi oleh petani.
Kemudian keeratan hubungan antara faktor frekuensi petani mengikuti penyuluhan
dengan tingkat adopsi teknologi, sebagi berikut:
C =
X
X + n
C =
9,38
= 0,47
9,38 + 30
Jadi, tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel di atas tergolong sedang.
Lampiran 14.
KUISIONER
TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PADI ORGANIK
A. IDENTITAS PETANI RESPONDEN (PADI ORGANIK)
1. Nama
: .
2. Umur
tahun
3. Jenis kelamin
Wanita
4. Pendidikan
5. Agama
6. Status lahan
: Pemilik/penyewa/penyakap
7. Warga/suku
8. Jumlah tanggungan
: ..orang
9. Pekerjaan utama
: ....
Laki-laki
tahun
No.
Hubungan
Umur
Dengan Kepala
(Tahun)
Keluarga
Nama
Pekerjaan
Membantu
Dalam Usaha
Tani
1.
2.
3.
4.
5.
dst.
= ..ha
= milik/sakap/garap
Uraian
Produksi
Satuan
kg
Jumlah
Fisik
Harga/Satuan
(Rp)
Total
Nilai (Rp)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Saprodi
a. Bibit
kg
.
b. Pupuk
kg
.
Pupuk Kandang
kg
.
Urea
kg
.
TSP
kg
.
KCL
.
c. Pestisida
.
.
Tenaga Kerja
a. Pengolahan Lahan
HKSP .
b. Penanaman
HKSP .
c. Pemeliharaan
HKSP .
b. Panen
HKSP .
c. Pasca Panen
HKSP .
Pajak/iuran
Pajak
Iuran air
Iuran lainnya
Total biaya variabel (1+2+3) =
Total biaya tetap (4) =
Pendapatan bersih cabang usahatani =
HKSP =
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
3. Apakah Bapak/Ibu/ Sdr (i) mengetahui keuntungan dan manfaat tentang padi
Organik ?
a. Sangat tahu (2)
b. Belum terlalu tahu (1)
4. Apakah Bapak/Ibu/ Sdr (i) mengetahui tujuan pembudidayaan padi secara
organic ?
a. Tahu banyak (2)
b. sedikit (1)
5. Apakah Bapak/Ibu/ Sdr (i) peduli akan kelestarian lingkungan dan keseimbangan
ekosistem ?
a. Peduli (2)
b. Kurang peduli (1)
6. Apakah Bapak/Ibu/ Sdr (i) mengetahui tujuan dan manfaat bahan organic (bibit,
pupuk dan pestisida) pada pembudidayaan padi organic?
a. Sangat tahu (2)
b. Kurang tahu (1)
2. Minat (Interest)
1. Seberapa besar minat Bapak/Ibu/ Sdr (i) untuk mengadopsi teknologi padi
organic ?
a. Sangat Besar (2)
b. Cukup Besar (1)
2. Apakah Bapak/Ibu/ Sdr (i) aktif dalam mencari informasi mengenai teknologi padi
organic ?
a. Aktif (2)
b. Kurang aktif (1)
3. Mengapa Bapak/Ibu/ Sdr (i) ingin ikut penyuluhan tentang adopsi padi organic ?
a. Ingin tahu (2)
b. Diajak teman/himbauan pemerintah (1)
4. Berasal darimana motivasi Bapak/Ibu/ Sdr (i) ingin mengusahakan padi organic ?
a. motivasi dari dalam diri (2)
4. Percobaan (Trial)
1. Seberapa besar dan bagaimana kesanggupan bapak/Ibu/ Sdr (i) menanggung
dan menerima resiko kegagalan dalam proses adopsi teknologi ini ?
a. sangat besar (2)
b.kurang siap (1)
2. Apakah bapak/Ibu/ Sdr (i) melakukan atau mengkonversi lahan sebagian atau
keseluruhan untuk ditanami padi organik?
a. Keseluruhan (2)
b. sebagian (1)
3. Apakah bapak/Ibu/ Sdr (i) orang yang pertama kali atau tergolong paling cepat
mengusahakan padi organic di daerah ini ?
a. Ya (2)
b. Tidak (1)
4. Apakah bapak/Ibu/ Sdr (i) melakukan percobaan dulu pada sebagian areal
persawahan sebelum mengadopsi teknologi ini ?
a. Ya (2)
b. tidak (1)
5. Berapa kali percobaan yang bapak/Ibu/ Sdr (i) lakukan (tahap afirmasi) sebelum
mengadosi teknologi ini ?
a. 1 kali (2)
b. > 1 kali (1)
6. Apakah bapak/Ibu/ Sdr (i) yakin terhadap uji coba dan penerapan tahapantahapan teknik teknologi ini sudah dilakukan dengan benar
a. Ya (2)
b. Tidak (1)
7. Apakah bapak/Ibu/ Sdr (i) memakai bibit padi organic ?
a. Ya (2)
b. Tidak (1)
8. Apakah alasannya bapak/Ibu/ Sdr (i) memakai pupuk dan pestisida organic ?
a. Sadar akan manfaatnya, produktivitas tinggi, kualitasx baik (2)
b. Harganya murah (1)
9. Apakah bapak/Ibu/ Sdr (i) sulit mendapatkan bibit, pupuk dan pestisida organic?
a. Tidak sulit (2)
b. Sulit (1)
10. Apakah harga bibit dan pupuk organic tergolong mahal ?
a. tidak (2)
b. ya (1)
11. Apakah bapak/Ibu/ Sdr (i) telah memberikan dosis atau pemakaian pupuk
dengan tepat sesuai dengan yang dianjurkan?
a. ya (2)
b. tidak (1)
5. Penerapan (Adoption)
1. Apakah sulit bagi bapak/Ibu/ Sdr (i) dalam menerapkan teknologi ini ?
a. Tidak (2)
b. Ya (1)
2. Apakah anda telah menerapkan penerapan materi yang telah diberikan penyuluh
dengan benar ?
a. Ya (2)
b. Tidak (1)
3. Apakah anda akan merubah cara bertani anda yang terdahulu beralih kepada
pertanian organic ?
a. Ya (2)
b.tidak (1)
4. Apakah anda akan mengusahakan padi organic dalam jangka panjang atau
berngsur-angsur mengganti teknologi budidaya anda yang terdahulu menjadi
teknologi padi organik?
a. Ya (2)
b. Tidak (1)