2
ABSTRACT
PT. Newmont Nusa Tenggara is one of the largest copper mining company in
Indonesia. Mining system that has been applied is the surface mining by open pit
methods. The main activities in the surface mining are stripping the overburden,
drilling, blasting, loading, and transportation. Drilling, loading and
transportation are important activities for the purpose of fulfilling the target level
of production, so that the monitoring tool drill, load, and optimal transport are
needed in order to achieve the production target.
Satellite availability is very helpful in working GPS device to monitor activities in
the field of mechanical equipment. Catching satellite signal acquisition and poor
wireless signal will degrade the quality of which will also affect the performance
of excavation shovel in setting limits and determination limits of the material, and
can reduce the level of use of the drill because the number of time delay due to the
uncertainty of determining the position of the target point of the hole to be in the
drill. At a certain elevation, especially in the bottom pit area where satellite
availability can not be obtained in an optimal, this can be caused by the satellite
waves towards the bottom pit was blocked by a bench in the pit area. Therefore, to
obtain the maximum satellite in the bottom pit area is needed a tool that can help
to carry the satellite signal to the bottom pit. So that means, working in the
bottom pit area can work optimally.
Terralite is a virtual satellite or additional satellite that is used by the unit to
optimize satellite HPGPS get. Terralite worked as a collector as well as the
satellite signal amplifier. Terralite satellite wave is used as the successor to the
pit bottom area, so that the activity of a mechanical device which is at the pit
bottom area to work optimally in the dispatch system monitoring.
Keywords: Shovel Accuracy and Decrease Production Drill, Signal Quality,
Satellite Availability
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aktivitas alat angkut dan muat sangat menentukan hasil produksi yang
diperoleh setiap harinya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem yang dapat
memonitor semua aktivitas alat mekanis pada jangkauan yang sangat luas agar
dapat bekerja secara optimal, sehingga dapat memenuhi target produksi
perusahaan. Dispatch system merupakan suatu sistem yang mengandalkan
komputer untuk mengatur distribusi aktivitas alat mekanis dilapangan (alat muat
dan alat angkut khususnya), sehingga pemakaian alat mekanis dapat dilakukan seefektif mungkin.
Dalam mentransferkan data-data hasil kejadian di lapangan, dispatch
sistem jigsaw menggunakan jaringan wireless untuk melakukan proses pengiriman
data yang akan di terima oleh server lalu proses pengiriman data dilanjutkan ke
3
komputer dispatcher maupun komputer user lainnya yang menggunakan dispatch
sistem jigsaw (Jygsaw, 2008). Komunikasi secara wireless adalah proses
mengirimkan informasi dari satu tempat ketempat yang lain tanpa menggunakan
konduktor elektronik atau tanpa kabel (Hediana, 2011).
Dalam istilah dasar, sistem dispatch bukan polling system (system yang
mengumpulkan informasi dulu, baru kemudian di transfer), tapi merupakan
ondemand system (dimana sistem akan memberikan respon langsung saat
permintaan informasi masuk). Sistem ini mampu memberikan tanggapan atau
respon lebih cepat kepada operator yang membutuhkan informasi. Informasi
tersebut dapat di hubungkan melalui jaringan wireless yang menghubungkan ke
seluruh komputer. (Jygsaw, 2008).
Sistem kerja Dispatch memanfaatkan teknologi GPS (Global Positioning
System) untuk pemantauan penyebaran alat angkut, posisi alat angkut dan alat
muat di lapangan, serta membantu dalam penentuan posisi titik lubang bor pada
proses drilling. Dispatch system mengaplikasikan prinsip-prinsip optimasi dengan
memakai waktu nyata (real time) dalam mengendalikan arus lalu lintas alat muat
dan alat angkut. Data waktu nyata merupakan data yang direkam terus-menerus
pada saat peralatan mekanis beroperasi selama satu shift, selain itu sistem ini juga
merekam semua data dan informasi aktual yang terjadi di pit (Gambar 1).
4
Pada elevasi tertentu di PT Newmont Nusa Tenggara terutama di area
bottom pit keberadaan satelit (satellite availability) tidak dapat diperoleh secara
optimal, hal ini dapat disebabkan karena gelombang satelit yang menuju ke arah
bottom pit terhalang oleh bench yang ada di area pit (Gambar 2). Oleh karena itu,
untuk memperoleh satelit yang maksimal di area bottom pit dibutuhkan suatu alat
yang dapat membantu untuk meneruskan sinyal satelit menuju bottom pit.
6
Pengolahan data dilakukan dengan 2 cara, yaitu data primer dan data
sekunder. Pengolahan data primer dilakukan dengan cara penyajian data berupa
perhitungan yang dilakukan secara teoritis berdasarkan dengan hasil pengambilan
data di lapangan. Pengolahan data secara primer dibantu dengan menggunakan
software Minitabs versi 1.4 untuk mencari hubungan korelasi antara kualitas
sinyal satelit terhadap jumlah tangkapan satelit dan wireless.
Pearson Korelasi
P-Value
7
hubungan antara kualitas sinyal satelit terhadap wireless pada unit shovel dan drill
yang bekerja di area bottom pit agar dapat mengetahui performance dari HPGS
pada unit. Data di analisa melalui perhitungan Korelasi Pearson Product. Korelasi
merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran
asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi merupakan
istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang
digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel.
Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara
dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien
korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan
dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel
mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai
variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka
kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi,
maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya) (Sarwono, 2006).
Dalam bahasa Inggris umum, kata, "significant" mempunyai makna
penting; sedang dalam pengertian statistik kata tersebut mempunyai makna
benar tidak didasarkan secara kebetulan. Hasil riset dapat benar tapi tidak
penting. Signifikansi / probabilitas / memberikan gambaran mengenai
bagaimana hasil riset itu mempunyai kesempatan untuk benar. Jika kita memilih
signifikansi sebesar 0,01, maka artinya kita menentukan hasil riset nanti
mempunyai kesempatan untuk benar sebesar 99% dan untuk salah sebesar 1%
(Sarwono,2006).
Secara umum kita menggunakan angka signifikansi sebesar 0,01; 0,05 dan
0,1. Pertimbangan penggunaan angka tersebut didasarkan pada tingkat
kepercayaan (confidence interval) yang diinginkan oleh peneliti. Angka
signifikansi sebesar 0,01 mempunyai pengertian bahwa tingkat kepercayaan atau
bahasa umumnya keinginan kita untuk memperoleh kebenaran dalam riset kita
adalah sebesar 99%. Jika angka signifikansi sebesar 0,05, maka tingkat
kepercayaan adalah sebesar 95%. Jika angka signifikansi sebesar 0,1, maka
tingkat kepercayaan adalah sebesar 90% (Sarwono, 2006). Untuk pengujian dalam
Minitab 1.4 digunakan kriteria sebagai berikut:
a. Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel
signifikan.
b. Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak
signifikan.
8
satelit memiliki hubungan yang searah, yaitu apabila salah satu variabel
mengalami kenaikan, maka variabel yang lainnya akan mengalami kenaikan juga.
Dalam hal ini apabila jumlah satelit semakin banyak maka kualitas sinyal akan
semakin meningkat.
Sedangkan dari hasil uji korelasi data kualitas sinyal terhadap wireless
diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,242684 yang artinya memiliki
korelasi cukup kuat, dimana nilai r adalah negatif yang menyatakan bahwa dari
data kualitas sinyal terhadap wireless memiliki hubungan yang tidak searah.
Maksud dari tidak searah yaitu apabila salah satu variabel mengalami kenaikan,
maka variabel yang lainnya mengalami penurunan. Dalam hal ini apabila kualitas
sinyal semakin besar, maka wireless akan semakin kecil.
Drill
Seperti halnya pada unit shovel, pengolahan data untuk unit drill juga
diambil dari historical data HPGPS (High Presicion Global Positioning System)
dari bulan Juli sampai September 2011 yang bekerja di area bottom pit.
Dari hasil uji korelasi data kualitas sinyal terhadap jumlah satelit maka
diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 1):
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Koefisien Korelasi (r) Kualitas Sinyal
Terhadap Jumlah Satelit Pada Unit Drill
NILAI R RATA-RATA
ALAT
KETERANGAN
R absolut
TD006
0,404
0,404
TD007
0,4529
0,4529
TD008
0,3665
0,3665
TD009
0,58941
0,6002273
TD010
0,50843
0,5641667
TD101
0,8815
0,8815
Dari hasil uji korelasi data kualitas sinyal terhadap jumlah satelit pada
unit drill dapat dilihat bahwa data kualitas sinyal terhadap jumlah satelit memiliki
hubungan yang searah , yaitu apabila salah satu variabel mengalami kenaikan,
maka variabel yang lainnya akan mengalami kenaikan juga. Dalam hal ini apabila
jumlah satelit semakin banyak maka kualitas sinyal akan semakin meningkat.
Sedangkan dari hasil uji korelasi data kualitas sinyal terhadap wireless diperoleh
nilai koefisien korelasi (r) sebagai berikut (Tabel 2):
Tabel 2. Nilai Rata-Rata Koefisien Korelasi (r) Kualitas Sinyal
Terhadap Wireless Pada Unit Drill
ALAT
NILAI RATA-RATA
R
R absolut
KETERANGAN
TD006
0,073
0,073
TD007
0,1402857
0,3075
TD008
-0,01
0,197
TD009
-0,0444
0,16370
TD010
-0,03656
0,165
TD101
-0,03513
0,124375
Dari data diatas dapat dilihat, bahwa hubungan antara kualitas sinyal
terhadap wireless sangat lemah, tidak searah, dan signifikan. Maksud dari tidak
searah yaitu apabila salah satu variabel mengalami kenaikan, maka variabel yang
lainnya mengalami penurunan. Dalam hal ini apabila kualitas sinyal semakin
besar, maka wireless akan semakin kecil.
Nilai P-value digunakan sebagai parameter untuk mengetahui signifikansi
hubungan antara kualitas sinyal terhadap jumlah satelit. Apabila nilai P-value
kurang dari 0,05 maka hubungan antara kualitas sinyal terhadap kuantitas sinyal
signifikan, sedangkan apabila nilai P-value lebih dari 0,05 maka hubungan antara
kualitas sinyal terhadap jumlah satelit tidak signifikan.
Signifikan data dapat dilihat dari nilai P-value dari setiap data yang
digunakan pada pengolahan data ini adalah kurang dari 0,05, yang artinya tingkat
keyakinan data adalah sesar 95%.
Data Kualitas Sinyal Satelit di Pit Batu Hijau
Kualitas sinyal dipengaruhi wireless dan jumlah tangkapan satelit yang
diterima oleh receiver. Di Pit Batu Hijau, kualitas sinyal memiliki rentang nilai
sebagai berikut:
0 = stack (GPS dalam keadaan mati)
1 = Bad Signal (Sinyal GPS yang diterima sangat jelek)
2 = Non Diferential (Hampir sama seperti keadaan floating, tetapilebih parah)
3 = Floating (Keadaan Sinyal GPS tidak satabil)
4 = Fix (Keadaan Sinyal GPS dalam keadaan bagus)
Pada unit shovel yang bekerja di area bottom pit Batu Hijau selama Bulan
Juli sampai September 2011, diperoleh persentase kualitas sinyal sebagai berikut
(Tabel 3):
Tabel 3. Persentase Kualitas Sinyal Pada Unit Shovel
Banyaknya Data
Unit
Kualitas
Jumlah Data
Keseluruhan
EX_601
0
23778
595
1
23778
929
2
23778
1153
3
23778
1562
4
23778
19539
Persentase
3%
4%
5%
7%
82%
Sedangkan pada unit drill yang bekerja di area bottom pit selama Bulan
Juli sampai September 2011, diperoleh persentase kualitas sinyal sebagai berikut
(Tabel 4):
Tabel 3. Persentase Kualitas Sinyal Pada Unit Shovel
Unit
Drill
Kualitas
0
1
2
3
4
Jumlah Data
9089
10497
3706
34383
64828
Persentase
7%
9%
3%
28%
53%
10
Dari hasil pengolahan data yang diperoleh, alat shovel yang bekerja di area
bottom pit memiliki kualitas sinyal yang bagus. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya persentase kualitas sinyal dalam keadaan fix (4) yaitu sebesar 82%.
Sedangkan pada unit drill yang bekerja di area bottom pit memiliki kualitas sinyal
yang tidak begitu bagus yaitu sebesar 53% dalam keadaan kualitas sinyal fix(4).
Hubungan Antara Kualitas Sinyal Satelit Terhadap Jumlah Satelit dan
Wireless.
Kualitas sinyal sangat dipengaruhi oleh jumlah satelit dan wireless yang
diperoleh oleh receiver pada unit shovel dan drill yang bekerja di area bottom pit.
Berikut adalah beberapa kondisi hubungan antara kualitas sinyal satelit terhadap
jumlah satelit dan wireless yang ada di pit Batu Hijau:
a. Kondisi Jumlah Satelit Bagus dan Wireless Bagus
Berikut adalah salah satu contoh dimana keadaan jumlah satelit bagus dan
wireless bagus (Gambar 7):
Gambar 7. Kondisi Kualitas Sinyal Satelit Terhadap Jumlah Satelit Bagus dan
Wireless Bagus
Dari (Gambar 7) diatas dapat dilihat bahwa kualitas sinyal satelit tidak
stabil berada pada kondisi fix seluruhnya meskipun jumlah satelit dan wireless
dalam keadaan bagus. Pada saat wireless tidak stabil, maka akan mempengaruhi
kualitas sinyal. Kualitas sinyal akan mengalami penurunan pada saat wireless
tidak stabil meskipun jumlah satelit yang ditangkap banyak atau melebihi target
jumlah satelit.
b. Kondisi Jumlah Satelit Bagus dan Wireless Jelek
Berikut adalah salah satu contoh dimana keadaan jumlah satelit bagus dan
wireless jelek (Gambar 8):
11
Gambar 8. Kondisi Kualitas Sinyal Satelit Terhadap Jumlah Satelit Bagus dan
Wireless Jelek
Keadaan kualitas sinyal pada kondisi jumlah satelit dan wireless bagus akan
berbeda pada keadaan kualitas sinyal pada kondisi jumlah satelit bagus dan
wireless jelek. Pada kondisi jumlah satelit bagus sedangkan wireless jelek,
kualitas sinyal akan mengalami banyak penurunan.
Dapat dilihat dari (Gambar 8), keadaan wireless berada diantara -50 sampai
-65 dalam kondisi yang tidak stabil. Ketidak stabilan wireless inilah yang
mnyebabkan terjadinya penurunan kualitas sinyal meskipun jumlah tangkapan
satelit yang diperoleh sangat bagus.
c. Kondisi Jumlah Satelit Jelek dan Wireless Bagus
Berikut adalah salah satu contoh dimana keadaan jumlah satelit jelek dan
wireless bagus (Gambar 9):
Gambar 9. Kondisi Kualitas Sinyal Satelit Terhadap Jumlah Satelit Jelek dan
Wireless Bagus
Pada kondisi jumlah satelit yang jelek dan wireless bagus, keadaan
kualitas sinyal akan buruk pula. Hal ini dapat dilihat dari kotak nomor 1,2,dan 3.
Pada kotak nomor 1, meskipun wireless tinggi tetapi jumlah satelit tidak ada,
maka kualitas sinyal juga akan menjadi 0 atau stack. Pada kondisi ini, alat sudah
tidak dapat membaca suatu posisi. Pada kotak nomor 2, meskipun wireless
mengalami penurunan, tetapi jika jumlah satelit mengalami peningkatan, maka
kualitas sinyal secara otomatis akan ikut meningkat pula. Pada kondisi kotak
nomor 2, pada pukul 3:30:47 dapat dilihat jumlah satelit sempat mengalami
peningkatan, dimana peningkatan jumlah satelit ini juga diikuti oleh peningkatan
kualitas sinyal yaitu sebesar 2 atau dalam kondisi non diferential pada kondisi ini
alat juga masih belum dapat bekerja. Pada kotak nomor 3, kualitas sinyal bisa
mencapai 4 atau fix seiring dengan peningkatan jumlah satelit meskipun wireless
jauh lebih rendah dibandingkan wireless pada kotak nomor 1. Pada kondisi ini,
alat sudah dapat bekerja dengan baik dan membaca posisi dengan baik pula.
d. Kondisi Jumlah Satelit Jelek dan Wireless Jelek
Berikut adalah salah satu contoh dimana keadaan jumlah satelit jelek dan
wireless jelek (Gambar 10):
12
Gambar 10. Kondisi Kualitas Sinyal Satelit Terhadap Jumlah Satelit Jelek dan
Wireless Jelek
Pada saat jumlah satelit dan wireless dalam keadaan buruk atau jelek, maka
secara otomatis kualitas sinyal juga akan menurun. Pada (Gambar 10) dapat kita
lihat adanya penurunan kualitas sinyal yang diakibatkan karena adanya penurunan
jumlah satelit dan wireless.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data kualitas sinyal, jumlah satelit, dan wireless
yang diperoleh dari data aktual database MineOps, maka dapat disimpulkan
beberapa hal, antara lain:
1. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program Minitabs
versi 1.4, hubungan antara kualitas sinyal terhadap tangkapan jumlah satelit
pada alat shovel dan drill memiliki korelasi sangat kuat, signifikan, dan
hubungan yang searah. Sedangkan hubungan antara kualitas sinyal terhadap
wireless pada alat shovel dan drill memiliki korelasi yang lemah, signifikan,
dan hubungan tidak searah.
2. Semakin banyak jumlah tangkapan satelit maka kualitas sinyal akan semakin
baik. Sedangkan, baik buruknya wireless tidak memberikan perubahan pada
kualitas sinyal yang signifikan. Tetapi pada kenyataan di lapangan umumnya
lebih buruk dari prediksi, karena belum perhitungkan faktor eror lainnya.
3. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
performance HPGPS unit di area bottom pit tidak begitu bagus berdasarkan
analisa kualitas sinyal yang telah diperoleh. Hal ini disebabkan karena
tangkapan satelit dan persebaran wireless yang tidak bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Eirlangga. 2011. About GPS. http://www.garmin.com/2011/10/02/about-GPS/.
Diakses tanggal 6 November 2011.
Hediana, Yudi. 2011. Konsep Jaringan Wireless. http://komputek.com. Diakses
tanggal 6 November 2011.
Indonesianto, Y. 2011. Pemindahan Tanah Mekanis.
8206-07-5. Awan Poetih Offset:Yogyakarta.
ISBN : 978-602-
13
Jygsaw Technologies . 2008, Jygsaw Manuals, Jygsaw Technologies: Australia.
Jygsaw Technologies. 2008. Jygsaw Mineops Prominent Hill. Jygsaw
Technologies : Australia.
Sarwono. 2006. Analisa Regresi Linier. Rineka Cipta: Yogyakarta.
Technical Services Trimble. 2010. Introduction to Novariants Terralite System.
Trimble: Australia Pty Ltd.
Technical Services Trimble. 2010. Novariants Field Services. Trimble:
Australia Pty Ltd.
LPMPI-I
STUDI PENGARUH JUMLAH SATELIT DAN WIRELESS TERHADAP
KUALITAS SINYAL SATELIT PADA AREA BOTTOM PIT
DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA
14
Diusulkan Oleh:
FARISYAH MELLADIA UTAMI
(53081002032)
MUHAMMAD WAHYUDI
(53081002086)
ANGGA KURNIAWAN
(53081002090)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2012
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Makalah :
STUDI PENGARUH JUMLAH SATELIT DAN WIRELESS TERHADAP
KUALITAS SINYAL SATELIT PADA AREA BOTTOM PIT
DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA
2. Ketua Pelaksana :
a. Nama Lengkap
: Farisyah Melladia Utami
b. NIM
: 53081002032
c. Jurusan
: Teknik Pertambangan
d. Universitas/Institut : Universitas Sriwijaya
e. No. HP
: 087897926730/081252319302
f. Alamat Email
: farisyah_mu@yahoo.com
g. Alamat Kampus
: Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang
3. Anggota Pelaksana :
a. Anggota I
: Angga Kurniawan
b. Anggota II
: Muhammad Wahyudi
15
4. Dosen Pedamping :
a. Nama Lengkap
: Rr. Hj. Harminuke Eko Handayani, ST, MT.
b. NIP
: 196902091997032001
c. Alamat Rumah & HP :
Palembang, 12 Mei, 2012
Menyetujui
Ketua Jurusan
Ketua Pelaksana
Dosen Pedamping
(.....................................)
NIP.