Anda di halaman 1dari 8

Jantung Paru

Penialaian Awal Untu A,B,C,D

Penilaian awal ABCD dan penanganan


A.Airway
Yang di nilai :

q Lihat : Ada gerak napas(ada,pernafasan 32x/menit),


q Dengar : ada suara tambahan, pada kasus ini terdengar suara snoring
(jatuh pangkal lidah)
q Raba

: Ada hawa ekshalasi

Suara tambahan yang terdengar dapat berupa :

Gurgling : sumbatan oleh cairan


Stridor : sumbatan pada plika vokalis
Snoring : sumbatan akibat jatuhnya pangkal lidah ke belakang
Penanganan Airway
Pada kasus ini diduga terjadi obstruksi akibat jatuhnya pangkal lidah
sehingga menyebabkan obstruksi jalan napas. Penanganan awal yang dapat
dilakukan adalah melakukan head tilt, chin lift ataupun jaw trust. Setelah
jalan napas bersih dan tidak ada lagi obstruksi, dilakukan pemasangan pipa
oropharing untuk mempertahankan patensi jalan napas. Jika masih terjadi
sesak, lakukan penanganan pada bagian breathing.
B. Breathing
Penilaian :
look : ada adanya terlihat penggunaan otot-otot bantu pernapasan
listen : Suara nafas pada kedua paru-paru
Feel : merasakan udara keluar dari mulut dan hidung
Penanganan Breathing

Jika masih terjadi takipneu setelah kita bebaskan jalan napas, mungkin
terdapat masalah pada pernapasannya, saat terlihat retraksi otot-otot
pernapasan tapi kedua gerak dada simetris, penanganan yang dapat kita
berikan adalah pemberiab terapi oksigen . Namun apabila terlihat gerak
dada yang tidak simetris, dapat kita curigai terjadi pneumothorax, untuk itu
dapat kita lakukan thoracotomi agar udara yang terjebak dalam rongga
pleura dapat dikeluarkan.
Dalam pemberian oksigen harus memperhatikan apakah pasien betul-betul
membutuhkan oksigen , apakah yang dibutuhkan terapi oksigen jangka
panjang atau jangka pendek.
Indikasi terapi oksigen jangka pendek:

Hipoksemia akut (PaO2< 60 mmHg: SaO2 < 90%)

Henti jantung dan henti napas


Hipotensi (tekanan darah sistolik < 100 mmHg)

Curah jantung yang rendah dan asidosis metabolic (bikarbonat <18


mmol/L)
Indikasi terapi oksigen jangka panjang

PaO2 istirahat 55 mmHg atau saturasi oksigen 88%


PaO2 istirahat 55-59 mmHg dengan saturasi oksigen 89% pada salah
satu keadaan:
Edema karena disebabkan oleh CHF

P pulmonal pada pemeriksaan EKG (gelombang P > 3 mmpada lead II,III,aVF)

Eritrosemian (hematokrit >56%)


PaO2 > 59mmHg atau oksigen saturasi >89%
Tabel 1. Jenis Peralatan dan Konsentrasi Oksigen

JENIS ALAT

KONSENTRASI
OKSIGEN
Nasal kanula
24-32%
Simple Face Mask 35-60%
Partial Rebreather 35-80%
Non Rebrether
50-95/100%
Venturi
24-50%

ALIRAN
OKSIGEN
2-4 LPM
6-8 LPM
8-12 LPM
8-12 LPM
4-10 LPM

Bag-Valve-Mask
(Ambubag)
Tanpa oksigen
Dengan oksigen
Dengan reservoir

21% (udara)
40-60%
100%

8-10 LPM
8-10 LPM

Pada terapi oksigen jangka panjang, peningkatan PCO2 arteri biasanya kecil
dan ditoleransi baik. Namun kadangkala berkembang hiperkapnia yang
serius sehingga harus berhati-hati melanjutkan terapi oksigen. Pemberian
oksigen pada pasien PPOK dengan gagal napas tipe 2 dapat menimbulkan
efek toksisitas , retensi CO2 dan asidosis respiratorik, yang gejala awalnya
berupa nyeri dada substernal, takipnu, dan batuk yang tidak produktif.
Karena untuk deteksi toksisitas oksigen tidak mudah, maka perlu dilakukan
pencegahan timbulnya toksisitas oksigen dengan cara pemberian oksigen
harus dilakukan dengan dosis dan cara yang tepat. Pemberian oksigen yang
paling aman dilakukan pada FiO20,5-1. Menggunakan suplemen oksigen
beresiko terhadap api, oleh karena itu hindari merokok, dan tabung harus
diyakini aman agar tidak jatuh dan meledak.
C. Circulation
Penilaian sirkulasi
Tanda klinis syok :

Kulit telapak tangan dingin, pucat, basah

Capillary refill time > 2 detik


Nafas cepat

Nadi cepat > 100


Tekanan darah sistole < 90-100
Kesadaran : gelisah s/d koma
Penangana sirkulasi
D. Disability
Penilaian Disability
Pemeriksaan neurologis singkat:

AVPU
Penilaian sederhana ini dapat digunakan secara cepat

A = Alert/Awake : sadar penuh


V = Verbal stimulation :ada reaksi terhadap perintah
P = Pain stimulation : ada reaksi terhadap nyeri
U = Unresponsive : tidak bereaksi

GCS (Glasgow coma scale)

SECONDARY SURVEY

Anamnesis :

A : Alergi
M: Medikasi (obat-obat yang biasa digunakan)
P : Past Ilness (Penyakit Penyerta, Pregnancy)
L : last meal
E : Event/ Environment

Pemeriksaan Fisik : Head to Toe

Kepala
Vertebra servikalis dan leher
Toraks
Abdomen
Perineum/rektum/penis
Musculo-skeletal
Neurologis

Pemeriksaan penunjang

radiologi

Pemeriksaan Lba : darah, urine


Analisa gas darah
MONITORING
Setelah memberikan penanganan awal kepada pasien, perlu untuk selalu
melakukan monitoring terhadap keadaan:

Airway, Breathing, Circulation, Disability


Tanda vital : TD, nadi, suhu, pernapasan
OBAT-OBATAN GAWAT DARURAT
Epinephrin

Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi,


reaksi atau syok anfilaktik, hipotensi.
Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 35 menit, dapat diberikan
intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena. Untuk
reaksi reaksi atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang
setiap 15-20 menit. Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan
epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1 : 1000) dilarutka dalam
500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 g/mnt dititrasi sampai menimbulkan
reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 g/mnt
Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor adrenergic dan
meningkatkan aliran darah ke otak dan jantung
Lidokain (lignocaine, xylocaine)
Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain
VF, VT, Ventrikel Ekstra Sistol yang multipel, multifokal, konsekutif/salvo dan
R on T
Dosis 1 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 5 menit
sampai dosis total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4
mg/menit sampai 24 jam
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali
dosis intra vena
Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama
idioventrikuler
Sulfas Atropin
Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan
memperbaiki sistim konduksi AtrioVentrikuler

Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A)


selain AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine
pada bradikardi dengan iskemi atau infark miokard), keracunan
organopospat (atropinisasi)
Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2
atau derajat III.
Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total
0,03-0,04 mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit
maksimal 3 mg.
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali
dosis intra vena diencerkan menjadi 10 cc
Dopamin
Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas
miokard, curah jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat
Dosis 2-10 g/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan
2 ampul dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes mikro/menit
untuk orang dewasa
Magnesium Sulfat
Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada
ventrikel takikardi, keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi
preeklamsia
Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5%
diberikan selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam
Morfin
Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru
setelahcardiac arrest.
Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 30 menit
Kortikosteroid
Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan
untuk mengurangi edema cerebri
Natrium bikarbonat
Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan
yang timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena
hipoksia (kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.
Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.

Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.


Kalsium gluconat/Kalsium klorida

Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran


sel otot jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah
transfusi masif atau efek transfusi akibat darah donor yang disimpan lama
Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-20 menit atau dengan
menggunakan drip
Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk
Kalsium klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk
diberikan 1 ampul Kalsium gluconat
Furosemide
Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak
Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah
hipotensi, dehidrasi dan hipokalemia
Dosis 20 40 mg intra vena
Diazepam
Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah
dan tetanus
Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15
menit.
Dosis pada anak-anak

Epinephrin Dosis 0,01/Kg BB dapat diulang 3-5 menit dengan


dosis 0,01 mg/KgBB iv (1:1000)
Atropin
Dosis 0,02 mg/KgBB iv (minimal 0,1 mg) dapat
diulangi dengan dosis 2 kali maksimal 1mg
Lidokain
Dosis 1 mg/KgBB iv
Natrium
Dosis 1 meq/KgBB iv
Bikarbonat
Kalsium
Dosis 20-25 mg/KgBB iv pelan-pelan
Klorida
Kalsium
Dosis 60100 mg/KgBB iv pelan-pelan
Glukonat

Diazepam Dosis 0,3-0,5 mg/Kg BB iv bolus


Furosemide Dosis 0,5-1 mg/KgBB iv bolus
SYARAT RUJUKAN
Kemampuan dokter dan tempat lyanan kesehatan tidak memadai
Keadaan yang mengancam jiwa harus tertangani terlebih dahulu (A,B,C,D)
Dokter yang merujuk menyertakan dokumen mengenai identitas
pasien,hasil anamnesis dan kondisi pasien
Tersedia layanan rujukan seperti transportasi dan perawat yang
berpengalaman untuk ikut serta
Dokter dan rumah sakit yang menerima pasien bersedia dan dapat
memberikan penanganan kepada pasien

Anda mungkin juga menyukai