2.1 DEFINISI
Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan
penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan, yang terjadi akibat ketidakseimbangan
antara asupan energi (energy intake) dengan pemakaian energi (energy expenditure) .(WHO)
Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria berdasarkan pengukuran antropometri
dan atau pemeriksaan laboratorik, yang pada umumnya menggunakan(DIETZ)
Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebut obesitas
bila BB >120% BB standar 4.
Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas bila
BB/TB > persentile ke 95 atau >120% 6 atau Z-score = +2 SD .
genetik berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor lingkungan antara lain pengaruh psikologi
dan budaya. Dahulu status sosial dan ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang
berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya,
individu dari keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas.
Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial
ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara dramatis
pada setiap kelompok status sosial ekonomi. Meningkatnya obesitas tak lepas dari
berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi
berjam-jam. Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui
pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran
sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh.
II.2. Etiologi obesitas (Sartika)
Penyebab terjadinya obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu
penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan karena
interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Adapun faktor-faktor tersebut antara
lain meliputi: aktivitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional, yaitu perilaku makan dan
pemberian makanan padat yang terlalu dini diberikan pada bayi.
1. Faktor Genetik
Apabila kedua orang tua obesitas, 80 % anaknya akan menjadi obesitas. Apabila salah
satu orang tuanya obesitas, kejadian obesitas menjadi 40 % dan bila kedua orang tua
tidak obesitas, maka prevalensinya menjadi 14 %. Kegemukan dapat diturunkan dari
generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah
sebabnya seringkali dijumpai orangtua yang gemuk cenderung memiliki anak-anak
yang gemuk pula. Dalam hal ini nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam
menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh seseorang. Hal ini dimungkinkan
karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak yang
berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada
sang bayi selama dalam kandungan. Tidaklah mengherankan apabila bayi yang
dilahirkannya pun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.
2. Faktor Lingkungan
a Aktivitas Fisik
Penelitian di negara maju menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas
fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang
rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dari pada orag
yang aktif berolahraga secara teratur. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan
merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas
di tengah-tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif
memerlukan lebih sedikit energi. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi
makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan
mengalami obesitas.
b
Saat ini diperkirakan jumlah orang di seluruh dunia dengan IMT 30 kg/m2 melebihi 250 juta
orang, yaitu sekitar 7% dari populasi orang dewasa di dunia. Bila kita mempertimbangkan
masing-masing Negara, kisaran prevalensi obesitas meiputi hamper semua spectrum, dari <
5% di China, Jepang, dan Negara-negara Afrika tertentu sampai lebih dari 75% di daerah
urban Samoa. Angka obesitas tertinggi di dunia berada di Kepulauan Pasifik pada populasi
Melanesia, Polinesia dan Mikronesia. Misalnya pada tahun 1991, didaerah urban Samoa di
perkirakan 75% perempuan dan laki-laki diklasifikasikan sebagai obese.( Flegal KM)
Prevalensi obesitas berhubungan deng urbanisasi dan mudahnya mendapatkan makanan serta
banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang
Klasifikasi IMT
(kg/m2)
BB kurang (underweight)
<18,5
Normal
18,5-24,9
BB lebih (overweight)
25,0-29,9
Obesitas, kelas I
30,0-34,9
Obesitas, kelas II
35,0-39,9
Obesitas ekstrim, kelas III >40
Lingkar Pinggang IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi
IMT bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk
pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang.
Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena
perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang.
Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran
lingkar pinggang berdasarkan etnis (Almatsier, 2001).
Tabel 2.2 Kriteria ukuran pinggang berrdasarkan etnis
Eropa
Asia
Selatan
Populasi
Sub-Sahara Afrika
Timur Tengah
DAFTAR PUSTAKA
Sartika RD. Faktor Risiko Obesitas pada Anak 5-15 Tahun di Indonesia. Makara
Kesehatan. Volume 15, no, 1. Juni 2011. Hal 37-43.
Flegal KM, Carroll MD, Ogden CL, Curtin LR. Prevalence and trends in obesity
among us adults, 1999-2008. JAMA. 2010;303:235-41
Almatsier, S. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi Cetakan keempat.PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta