CAMPURAN BINER 1
OLEH
KELOMPOK 3 :
TRY YULIARTI
VANDHITO RIZNA I.
YUNI KHAIRUNNISA
YUNIA SARIFRANSISKA
M. ANGGRADYA IQBAL
NAURA ZURRIA
MUHAMMAD SYAHRAWI
NIM. 061530400339
NIM. 061530400340
NIM. 061530400341
NIM. 061530401017
NIM. 061530401026
NIM. 061530401031
NIM. 061540402117
KELAS : 2 KB
INSTRUKTUR : Ir. AISYAH SUCI NINGSIH, M.T.
CAMPURAN BINER 1
I.
Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui dan membuktikan bahwa campuran dua buah
atau lebih zat cair yang saling melarut dapat membentuk cairan
azeotropik dan zeotropik
2. Dapat membuat diagram fase dua komponen
3. Dapat menentukan indeks bias suatu zat atau campuran dengan
menggunakan refraktometer
4. Mengikuti penerapannya pengetahuan ini di beberapa industry
kimia (pabrik arak dan spiritus)
II.
III.
Dasar Teori
Larutan adalah campuran homogen antara dua zat atau lebih
campuran yang hanya terdiri atas dua zat disebut campuran biner.
Berdasarkan sifatnya, larutan dibedakan menjadi dua jenis larutan
yaitu larutan ideal dan larutan non ideal. Suatu larutan dikatakan
sebagai larutan ideal jika :
Homogen pada seluruh sistem mulai dari fraksi mol 0-1
Tidak terdapat entalpi pencampuran komponen membentuk
larutan ( H =0)
Memenuhi hukum Raoult
P1=x1.P
Ket :P1= tekanan uap larutan
x1= fraksi mol larutan
P= tekanan uap pelarut murni
Selain ketiga hal tersebut, dalam larutan ideal, komponen yang satu
mempengaruhi komponen yang lain, sehingga sifat larutan yang
dihasilkan terletak di antara kedua komponen penyusunnya. Campuran
yang dapat membentuk larutan ideal adalah toluene dengan benzene,
propanol 1 dengan propanol 2, dan heksana dan heptana.
b.
c.
d.
e.
IV.
Keselamatan Kerja
Dalam percobaan ini digunakan jas lab, kacamata pelindung,
masker dan jangan menghirup zat yang digunakan. Dan pada destilasi
dilakukan dalam lemari asam.
V.
Cara Kerja
1. Menentukan masing-masing indeks bias dari benzene dan toluene
dengan refraktometer pada suhu tertentu
2. Membuat campuran cairan benzene/toluene dengan komposisi 1020-40-60-80 dan 90 mol % masing-masing sebanyak 80 ml
3. Menentukan masing-masing indeks bias dari campuran-campuran
cairan itu dengan refraktometer pada suhu tertentu
4. Membuat grafik (dengan skala agak besar) hubungan antara
komposisi cairan dan dengan indeks biasnya
5. Menentukan masing-masing titik didih dari benzene dan toluene
(sebagai koreksinya)
6. Menentukan masing-masing titik didih campuran-campuran pada
point 2 dengan menggunakan modifikasi labu didih Claisein seperti
pada gambar (III)
7. Bila suhu campuran cairan yang dididihkan itu mulai tetap
(konstan) mengambil destilatnya 0,5-1 ml dengan diketahui
beratnya
8. Menentukan indeks bias cuplikan pada kondisi yang sama seperti
pengamatan pada point 3
9. Membandingkan hasil pengamatan pada point dan dengan grafik
yang dibuat pada point 4
10. Membuat grafik titik didih campuran benzene dan toluene
Mol %
Benzene
Toluena
MI
Gram
Mol
MI
Gram
Mol
10
8,9
7,8
0,1
0,9
82,9
95,7
20
17,8
15,6
0,2
0,8
73,6
85,0
40
35,6
31,2
0,4
0,6
55,2
63,8
60
53,6
46,8
0,6
0,4
36,8
42,5
80
71,0
62,4
0,8
0,2
18,4
21,3
100
80,0
70,2
0,9
0,1
9,2
10,6
VI.
Nama Zat
Berat Mol
Benzena
Toluena
78,05
92,06
Data Pengamatan
1. Menentukan indeks bias
No
Komponen
% Mol
.
1
Etanol
0
20
40
60
2
Air
100
80
60
40
3
Indeks Bias
1,333
0
2. Perbandingan Volume (Pembuatan Campuran)
80
20
Titik Didih C
80,36
111,0
100
0
1,336
1
No
.
1
2
Komponen
Volume (ml)
Etanol
89
137
166
Air
200
111
63
34
Jumlah Total
200
200
200
200
3. Menentukan Indeks Bias dan Suhu Campuran
Destilat Titik
78C 77,2
73,5
Didih
C
C
Titik Uap 75C 75C
71C
Indeks
1,333 1,336 1,332
Bias
Residu Indeks
1,335 1,337 1,338
Bias
VII.
186
14
200
200
200
70C
68C
1,333
1,333
Perhitungan
BM Etanol = 46
Densitas Etanol = 0,789 gr/ml
BM H2O = 18
Densitas H2O = 1 gr/ml
Etanol 20 ml, H2O 80 ml
920 gram
Etanol = 20 ml x BM = 20 x 46
= 1166,032
0,789 gr /ml
ml
1440 gram
H2O = 80 ml x BM = 80 x 18 =
= 1440 ml
1 gr /ml
V tot = 1166,032 ml + 1440 ml = 2606,032 ml
1166,032 ml
Etanol
x 200 ml = 89,4871 ml
2606,032 ml
1440 ml
H2O
x 200 ml = 110,512 ml
2606,032 ml
Etanol 40 ml, H2O 60 ml
1840 gram
Etanol = 40 ml x BM = 40 x 46
= 2332,065
0,789 gr /ml
ml
1080 gram
H2O = 60 ml x BM = 60 x 18 =
= 1080 ml
1 gr /ml
V tot = 2332,065 ml + 1080 ml = 3412,065 ml
2332,065 ml
Etanol
x 200 ml = 136,695 ml
3412,065 ml
1080 ml
H2O
x 200 ml = 63,304 ml
3412,065 ml
2760 gram
0,789 gr /ml
= 3498,098
720 gram
= 720 ml
1 gr /ml
V tot = 3498,098 ml + 720 ml = 4218,098 ml
3498,098ml
Etanol
x 200 ml = 165,861 ml
4218,098 ml
720ml
H2O
x 200 ml = 34,138 ml
4218,098 ml
Etanol 80 ml, H2O 20 ml
3680 gram
Etanol = 80 ml x BM = 80 x 46
= 4664,131
0,789 gr /ml
ml
360 gram
H2O = 20 ml x BM = 20 x 18 =
= 360 ml
1 gr /ml
V tot = 4664,131 ml + 360 ml = 5024,131 ml
4664,131ml
Etanol
x 200 ml = 185,669 ml
5024,131ml
360 ml
H2O
x 200 ml = 14,330 ml
5024,131 ml
H2O = 40 ml x BM = 40 x 18 =
VIII.
Analisa Percobaan
Pada praktikum distilasi campuran biner 1 yang digunakan adalah
Etanol dan Aquadest, distilasi untuk pemisahan kedua zat ini termasuk
distilasi fraksional karena perbedaan titik didih etanol lebih rendah dari
titik didih air yaitu 78C, campuran etanol dan air dengan komposisi
tertentu dididihkan sehingga etanol menguap terlebih dahulu daripada
air, uap ini kemudian mengalir ke tempat dengan tekanan yang lebih
rendah kea rah tabung distilat. Adapun prinsip kerja dari pemisahan
dengan distilat fraksionasi yaitu pemisahan suatu campuran dimana
komponen-komponennya diuapkan dan diembunkan secara bertingkat.
Sejumlah etanol dan air aquadest yang akan dipisahkan,
dicampurkan dalam reactor kemudian dipanaskan hingga suhu tertentu,
sehingga didapat destilat yang diinginkan lalu dicatat suhunya. Karena
zat yang dianalisa merupakan 2 buah campuran zat dengan variasi
konsentrasi tertentu dengan titik didih etanol sebesar 78C dan air
memiliki titik didih sebesar 100C sehingga campuran tersebut sering
disebut azeotrop. Campuran azeotrop merupakan campuran dua atau
lebih komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut
tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Oleh karena itu,
pemisahan dilakukan dengan cara kolom fraksionasi.
Mengenai besarnya indeks bias, dapat dilihat di tabel pengamatan
bahwa indeks bias residu sebelum dan setelah dipanaskan dengan
komposisi yang sama memiliki hasil yang berbeda. Hubungan indeks
bias terhadap kemurnian tidak bisa diukur dengan kuantitatif, yang
dapat dihitung adalah selisih indeks bias antara distilat terhadap zat
murninya. Makin besar selisihnya menunjukkan makin kecil
kemurniannya.
IX.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan telah disimpulkan
bahwa :
a. Titik didih campuran dipengaruhi oleh susunan senyawa-senyawa
pembentuk campuran tersebut. Dan titik didih campuran berada di
range titik didih satu zat penyusun dengan zat penyusun lainnya
dalam campuran tersebut
b. Campuran antara etanol dan air merupakan campuran azeotrop
c. Metode fraksionasi merupakan metode pemisahan yang digunakan
untuk memisahkan campuran etanol dan air berdasarkan titik didih
yang berdekatan
d. Data yang didapat :
Pada titik didih 78C :
indeks bias destilat : 1,333
indeks bias residu : 1,335
Pada titik didih 77,2C : indeks bias destilat : 1,336
indeks bias residu : 1,337
Pada titik didih 73,5C : indeks bias destilat : 1,332
indeks bias residu : 1,338
Pada titik didih 70C :
indeks bias destilat : 1,333
indeks bias residu : 1,330
X.
Daftar Pustaka
a. Findlay S.Practical Physical Chemistry,9th Edition Revised by
B.P.Levit., Logman Group Ltd, London..
b. Anonym.2000.majarimagazine.com/2007//proses-distilasicampuran-biner/(online)diunduhpadatanggal10Maret2013
c. Bird,Tony.1993.Kimia Fisik Untuk Universitas.PT
Gramedia.Jakarta
d. Anonym.http://id.wikipedia.org/wiki/Aseton(online)diunduhpadata
nggal10Maret2013
XI.
Gambar Alat