Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber air permukaan utama di wilayah Kabupaten Bandung adalah Sungai
Citarum. Sungai ini merupakan sungai utama terbesar dan paling panjang di wilayah
Provinsi Jawa Barat. Panjang sungai ini sekitar 350 km dengan luas daerah
pengaliran sungai (DPS) 12.000 km2, dan mempunyai populasi sekitar 10 juta
penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Sungai Citarum
sejak lama telah dimanfaatkan untuk berbagai aspek kehidupan seperti irigasi
pertanian, rumah tangga, budidaya perikanan, kegiatan industri, pengembangan
pariwisata dan air baku air bersih, serta pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yaitu
Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Jatiluhur (Waduk Ir. H. Juanda) yang
dapat menghasilkan energy listrik sekira 1.825 MW untuk system kelistrikan Jawa
dan Bali.
Saat ini Sungai Citarum telah mengalami degradasi kualitas dan kuantitas yang
sangat memprihatinkan. Seiring dengan peningkatan aktivitas masyarakat di
sekitarnya, pencemaran Sungai Citarum terus meningkat. Daerah aliran sungai
Citarum didominasi oleh sektor industri manufaktur seperti tekstil, kimia kertas,
kulit, logam/electroplating, farmasi, produk makanan dan minuman, dan lainnya.
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat (BPLHD Jabar) telah
mengkonfirmasi bahwa limbah industri jauh lebih intens dalam hal konsentrasi dan
mengandung bahan-bahan berbahaya. Sebanyak 48% industri yang diamati, rata-rata
pembuangan limbahnya 10 kali melampaui baku mutu yang telah ditetapkan. Salah
satu pencemar yang mencemari Sungai Citarum adalah logam berat seperti kadmium
(Cd), tembaga (Cu), nikel (Ni), dan timbal (Pb).
Dalam paper ini, saya ingin memberikan gambaran mengenai salah satu logam
berat yaitu timbal (Pb) yang dibuang oleh industri ke Sungai Citarum sehingga
menyebabkan terjadinya pencemaran air, selain itu saya juga menyertakan beberapa
indikator lingkungan sebagai pendukung.
1.2 Rumusan Masalah
1

Adapun rumusan masalah yang dapat ditarik dari latar belakang diatas adalah
sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan logam berat timbal (Pb)?
2.
Apa saja sumber pencemaran air serta indikator terjadinya pencemaran air
3.
4.

oleh logam berat?


Bagaimana proses pencemaran air oleh logam berat timbal (Pb)?
Bagaimanakah dampak dari pencemaran logam berat timbal (Pb) terhadap

5.

lingkungan di sekitar sungai Citarum?


Bagaimana solusi terhadap pencemaran logam berat timbal (Pb) pada
sungai Citarum?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam membuat paper ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari
dosen mata kuliah Kimia Lingkungan. Selain itu dengan tujuan agar pembaca
memahami dampak pencemaran logam berat timbal (Pb) terhadap lingkungan di
sekitar sungai Citarum serta solusi agar dapat mengurangi tingkat pencemaran logam
berat timbal (Pb) oleh industry-industri manufaktur.
1.4 Metode Penulisan
Metode dan teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
adalah metode studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang bersifat teoritis yang kemudian data tersebut akan dijadikan dasar
atau pedoman untuk melihat adanya ketidaksesuaian antara teori dengan kenyataan
sebagai penyebab dari permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini. Sumber
sumber yang dijadikan sebagai rujukan untuk studi pustaka diperoleh dari berbagai
sumber bacaan. Baik itu buku maupun situs situs yang ada di internet.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Logam Berat Timbal (Pb)

Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan
logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini
berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup.
Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang
terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui
proses alami termasuk letusan gunung berapi dan proses geokimia. Pb merupakan logam lunak
yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5 C dan titik
didih 1.740 C pada tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor atom terbesar dari semua unsur
yang stabil, yaitu 82. Namun logam ini sangat beracun. Seperti halnya merkuri yang juga
merupakan logam berat. Timbal adalah logam yang yang dapat merusak sistem syaraf jika
terakumulasi dalam jaringan halus dan tulang untuk waktu yang lama. Timbal terdapat dalam
beberapa isotop: 204Pb (1.4%), 206Pb (24.1%), 207Pb (22.1%), and 208Pb (52.4%). 206Pb,
207Pb and 208Pb kesemuanya adalah radiogenic dan merupakan produk akhir dari pemutusan
rantai kompleks. Logam ini sangat resistan (tahan) terhadap korosi, oleh karena itu seringkali
dicampur dengan cairan yang bersifat korosif (seperti asam sulfat).
Istilah logam berat sebetulnya telah dipergunakan secara luas, terutama dalam
perpustakaan ilmiah, sebagai suatu ilmiah yang menggambarkan bentuk dari logam tertentu.
Karakteristik dari kelompok logam berat adalah sebagai berikut :
a. Memiliki spesifikasi graviti yang sangat besar (lebih dari 4).
b. Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur-unsur lantanida danaktinida.
c. Mempunyai respon biokimia khas (spesifik) pada organisme hidup.
Nierbor dan Richardson menggunakan istilah logam berat untuk menggantikan
pengelompokan ion-ion logam kedalam 3 kelompok biologi dan kimia (bio-kimia)
pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut ;
a. Logam-logam yang dengan mudah mengalami reaksi kimia bila bertemu dengan
unsur oksigen atau disebur juga dengan oxygen-seeking metal.

b. Logam-logam yang dengan mudah mengalami reaksi kimia bila bertemu dengan
unsur nitrogen dan atau unsur belerang (sulfur) atau disebut juga nitrogen/sulfur
seeking metal.
c. Logam antara atau logam transisi yang memiliki sifat khusus (spesifik)
sebagai logam pengganti (ion pengganti) untuk logam-logam atau ion-ion logam dari
kelas A dan logam dari kelas B.
2.2 Sumber Pencemaran Air
Sumber pencemaran logam berat adalah masuknya material pencemar seperti partikel
kimia,

limbah

industri,

limbah

pertanian dan perumahan, industri bahan kimia,

pertambangan (emas), yang masuk ke dalam perairan, yang bisa merusak lingkungan
khususnya perairan. Material berbahaya tersebut memiliki dampak yang bermacam-macam
dalam perairan. Ada yang berdampak langsung, maupun tidak langsung.
Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang masuk ke perairan laut akan menimbulkan
efek yang sangat berbahaya. Kelompok limbah kimia ini terbagi dua, pertama kelompok racun
yang sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin dan fenol.
Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif
tinggi dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang sering
mencemari

adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium. Ketika pestisida masuk ke

dalam ekosistem laut, mereka segera diserap kedalam


jaring

makanan,

pestisida

ini

jaring

makanan

di

laut.

Dalam

dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat

berbahaya bagi hewan laut, seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia. Racun
semacam itu dapat terakumulasi dalam
dikenal

dengan

jaringan

berbagai

jenis

organisme

laut

yang

istilah bioakumulasi. Racun ini juga diketahui terakumulasi dalam

dasar

perairan yang berlumpur. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari organisme
yang tercemar serta penyakit dan kematian secara massal seperti yang terjadi pada kasus yang
terjadi di Teluk Minamata. Bahan kimia anorganik lain yang bisa berbahaya bagi ekosistem laut
adalah nitrogen, dan fosfor. Sumber dari limbah ini umumnya berasal dari sisa pupuk
pertanian yang terhanyut ke dalam perairan, juga dari limbah rumah tangga berupa detergent
yang banyak mengandung fosfor. Senyawa kimia ini dapat menyebabkan eutrofikasi, karena
4

senyawa ini merupakan nutrien bagi tumbuhan air seperti alga dan phytoplankton.

Tingginya

konsentrasi bahan tersebut menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air ini akan meningkat
dan

akan

mendominasi

perairan,

sehingga menganggu organisme lain bahkan bisa

mematikan.
Sumber pencemar utama diketahui berasal dari aktivitas industri dan domestik. Faktanya,
terdapat sekitar 60% industri pengolahan di Jawa Barat yang keberadaannya juga berimplikasi
pada terjadinya gangguan sistem hidrologi.
Sedangkan dalam konteks bahan kimia beracun, kontaminan utama yang mempengaruhi
kualitas air Sungai Citarum adalah limbah yang berasal dari kegiatan industri (logam dan
senyawa non-logam), pertanian (pupuk sintetis dan pestisida), jasa (minyak dan logam) dan
domestik (deterjen, logam, plastik).
Pada tahun 2004, PPSDAL Unpad di Waduk Saguling, kualitas air Sungai Citarum sudah
tidak memenuhi standar bahwa konsentrasi logam berat seperti Cd, Cr dan Pb di daerah hilir
terdeteksi lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah hulu.
PUSDATIN Kementerian Perindustrian 2012 menunjukkan adanya peningkatan pada
populasi industri di beberapa sektor.

2.3 Indikator Pencemaran Logam Berat dalam Air


Aspek-Aspek Pencemaran Air
Ada beberapa aspek sebagai pengukuran tingkat pencemaran air, apakah air tersebut
termasuk air yang tercemar ataukah tidak tercemar. Aspek-aspek pencemaran air yaitu terdiri dari
aspek kimia-fisika pencemran air dan aspek biokimia pencemaran. Adapun aspek kimia-fisika
pencemaran air itu adalah sebagai berikut :
a. Nilai pH, Keasaman dan Alkalinitas.
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 7,5.
Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH
normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH
normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH

air

yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Alkalinitas berkaitan dengan
kesadahan air, yan merupakan salah satu sifat air. Adanya ion kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg) di dalam air akan mengakibatkan sifat kesadahan air tersebut.
b. Suhu
6

Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri.
Air pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapatkan panas dari bahan yang
didinginkan, kemudian dikembalikan ke tempat asalnya, yaitu sungai atau sumber air
lainnya. Air buangan lebih tingi dari pada air asalnya. Naiknya suhu air akan menimbulkan
akibat sebagai berikut :
- Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air
- Meningkatkan kecepatan reaksi kimia
- Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air aslinya
- Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan
mati.
c. Oksigen Terlarut
Untuk mempertahankan hidupnya, makhluk yang tinggal di dalam air, baik tumbuhan
maupun hewan,

bergantung kepada oksigen

terlarut. Jadi kadar oksigen terlarut dapat

dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air.


d. Karbondioksida Dalam Air
Kepekaan oksigen terlarut

dalam

air

bergantung

pada

kepekaan karbondioksida

yang ada. Jika udara (yang mengandung 0,03% karbondioksida) bersentuhan dengan
permukaan air pada tekanan standar maka kelarutan karbondioksida terhadap perubahan
suhu.
e. Warna dan Kekeruhan
Warna air yang tidak normal biasanya merupakan indikasi terjadinya pencemaran air. Warna
air dibedakan menjadi dua macam yaitu warna sejati (akibat bahan-bahan terlarut) dan air
semu (akibat bahan terlarut, bahan tersuspensi diantaranya yang bersifat koloid).
Kekeruhan menunjukkan sifat optis air, yang mengakibatkan pembiasan cahaya ke
dalam air. Kekeruhan membatasi masuknya cahaya ke dalam air. Kekeruhan ini terjadi
karena adanya bahan terapung, dan terurainya zat tertentu, seperti bahan organik, jasad
renik, lumpur tanah liat dan benda yang terapung dan sangat halus sekali. Semakin keruh
air, semakin tinggi daya hantar listriknya dan semakin banyak pula padatannya.
f. Padatan
Pada dasarnya air yang tercemar selalu mengandung padatan yang dapat dibedakan menjadi
empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sfat lainnya, terutama kelarutannya,
yaitu :
7

- Padatan terendap (sedimen)


- Padatan tersuspensi dan koloid
- Padatan terlarut total
- Minyak dan Lemak
g. Nitrat
Kandungan nitrat tersebut akan berubah menjadi nitrit di perut. Keracunan nitrit akan
mengakibatkan wajah membiru dan kematian.
g. Posfor
Posfor memasuki air melalui berbagai jalan yaitu kotoran, limbah, sisa pertanian, kotoran
hewan dan sisa tumbuhan dan hewan yang mati. Pencegahan pencemaran posfor
dapat dilakukan dengan melarang penggunaan detergen yang mengandung posfat. Juga
dengan

mewajibkan

pengolahan limbah industri dengan memberikann air kapur atau

aluminium sulfat agar posfatnya mengendap dan dapat dibuang.


Selain itu ada juga yang disebut dengan aspek biokimia pencemaran air.
menggunakan

dua

pengujian

yang

berhubungan

Aspek

ini

dengan kandungan oksigen dalam air

yaitu :
a. Uji BOD (Biochemical Oxygen Demand Test = uji kebutuhan oksigen biokimia).
b. Uji COD (Chemical Oxygen Demand = uji kebutuhan oksigen kimia).
2.4 Proses Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dalam Air
Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang mempunyai daya toksitas
yang tinggi terhadap manusia karena dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak,
menyebabkan penyumbatan sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh
lainnya. Pb dapat diakumulasi langsung dari air dan dari sedimen oleh organisme laut. Dewasa
ini pelepasan Pb ke atmosfir meningkat tajam akibat pembakaran minyak dan gas bumi yang
turut menyumbang pembuangan Pb ke atmosfir. Selanjutnya Pb tersebut jatuh ke laut mengikuti
air hujan. Dengan kejadian tersebut maka banyak negara didunia

mengurangi

tetraeil

Pb

pada minyak bumi dan gas alam untuk mengurangi pencemaran Pb di atmosfir.

Industri tekstil dan elektroplating pada umumnya menggunakan elemen logam berat
pada prosesnya.Tekstil adalah industri utama yang ada di Sungai Citarum. (lihatTabel D.3).

Berbahaya terhadap organisme dan kesehatan manusia. Pada konsentrasi yang tinggi
logam berat dapat membunuh organisme yang tidak toleran dalam waktu yang singkat;
sementara pada level yang rendah, logam berat dapat mengganggu proses fisiologi atau
metabolisme, atau merusak organ-organ hewan. Pada waktu yang lama, logam berat dapat
terakumulasi pada jaringan organisme melalui rantai-rantai makanan dalam ekosistem air, yang
dikenal dengan bioakumulasi. Pemangsa puncak dalam rantai makanan biasanya mengakumulasi
konsentrasi kontaminan yang paling tinggi. Jika hewan-hewan demikian (misalnya ikan, siput,
remis) dikonsumsi oleh manusia, logam berat mengancam kesehatan manusia. Dunia telah
mengalami pengalaman tak terlupakan dengan adanya tragedi lingkungan yang disebabkan oleh
pencemaran logam berat, yaitu kasus Minamata dan Itaiitai di Jepang.
9

2.5 Dampak Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) Terhadap Sungai Citarum
Banyaknya

zat

pencemaran pada

air

limbah

akan menyebabkan menurunnya

kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air
membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Pada titik-titik sampling
di sekitar kawasan industri tekstil, nilai Biochemical oxygen demand (BOD) dan chemical
oxygen demand (COD) sangat tinggi melebihi baku mutu untuk semua kelas air. Pada reference
point, BOD berkisar 1.7 mg/L, sementara di bagian hilir sungai nilai BOD mencapai 9.36 mg/L
hingga 523.00 mg/L (Lihat Tabel D.2). Beban pencemaran organik sungai Citarum menunjukkan
magnitude 43 hingga 261 kali dibanding baku mutu kelas air berdasarkan nilai BOD. Sementara
berdasarkan nilai COD, beban pencemaran organik mencapai 11 hingga 111 kali di atas baku
mutu kelas air. Surfaktan juga merupakan kimia pencemaran air sungai yang sangat penting dari
kegiatan tekstil. Dampak terhadap organisme konsumen seperti ikan-ikan, makroinvertebrata,
dan zooplankton mungkin tidak dapat bertahan pada kondisi oksigen terlarut yang rendah. Serta
dapat meningkatkan sifat racun beberapa senyawa kimia terhadap organisme, reaksi-reaksi kimia
dapat menghasilkan gas-gas berbahaya seperti hidrogen sulfida (H2S), ammonia (NH3), dan
metana (CH4). Di Citarum, penggunaan surfaktan menghasilkan bahaya lain sebab sebagian
jenis surfaktan toksik, dan dapat menurunkan tegangan permukaan air dimana kehidupan
beberapa spesies pleustonik (interface antara air dan udara) bergantung pada tegangan
permukaan.
Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak
lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian
ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifatsifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi
oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran
pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb
yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari
jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah
yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam
tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.

10

Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi anak-anak.
Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan belajar, memendekkan tinggi
badan, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku dan intelejensia, merusak fungsi
organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan
mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita hamil
yang terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam ASI.
Pada jaringan atau organ tubuh logam Pb akan terakumulasi pada tulang. Karena dalam
bentuk ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat
pada jaringan tulang. Disamping itu pada wanita hamil logam Pb dapat dapat melewati plasenta
dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi
lahir Pb akan dikeluarkan bersama air susu. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya
sedikit ternyata logam Pb ini sangat berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat
memberikan efek racun terhadap berbagai macam fungsi organ tubuh.
Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang dibentuk oleh logam
Fe dengan gugus haeme dan globin. Sintesis dari kompleks tersebut melibatkan dua macam
enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau asam amino levulinat dehidrase dan enzim
jenis sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi secara aktif pada tahap awal sintesis dan selama
sirkulasi sel darah merah berlangsung. Adapun enzim ferrokhelatase termasuk pada golongan
enzim mitokondria. Enzim ferrokhelatase ini akan berfungsi pada akhir proses sintesis.
Keracunan akibat kontaminasi logam Pb dapat menimbulkan berbagai macam hal :

Meningkatkan kadar ALAD dalam darah dan urine


Meningkatkan kadar protopporhin dalam sel darah merah
Memperpendek umum sel darah merah
Menurunkan jumlah sel darah merah dan kadar sel-sel darah merah yang masih muda
Meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah
Kontribusi Pb di udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan. Distribusi

ukuran partikel dan kelarutan Pb dalam partikel juga harus dipertimbangkan biasanya kadar Pb
di udara sekitar 2 g/m3 dan dengan asumsi 30% mengendap di saluran pernapasan dan absorpsi
sekitar 14 g/per hari. Mungkin perhitungan ini bisa dianggap terlalu besar dan partikel Pb yang
dikeluarkan dari kendaraan bermotor ternyata bergabung dengan filamen karbon dan lebih kecil
11

dari yang diperkirakan walaupun agregat ini sangat kecil (0,1 m) jumlah yang tertahan di alveoli
mungkin kurang dari 10%. Uji kelarutan menunjukkan bahwa Pb berada dalam bentuk yang
sukar larut. Hampir semua organ tubuh mengandung Pb dan kira-kira 90% dijumpai di tulang,
kandungan dalam darah kurang dari 1% kandungan dalam darah dipengaruhi oleh asupan yang
baru (dalam 24 jam terakhir).
Secara umum efek timbal terhadap kesehatan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Sistem syaraf dan kecerdasan


Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan kerja

dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala kehilangan
nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, dan pusing. Pada tingkat pajanan
yang lebih rendah, terjadi penurunan kecepatan bereaksi, memburuknya koordinasi tangan-mata,
dan menurunnya kecepatan konduksi syaraf. Efek timbal terhadap keerdasan anak telah banyak
diteliti, dan studi menunjukkan timbal memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat
pajanan rendah. Peningkatan kadar timbal dalam darah sebesar 10 g/dl hingga 20 g/dl dapat
menurunkan IQ sebesar 2.6 poin. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal
dalam darah di atas 20 g/dl dapat mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.

Efek sistemik
Studi menunjukkan hubungan antara meningkatnya tekanan darah dengan BLL paling

banyak ditemukan pada kasus pajanan terhadap laki-laki dewasa. Schwartz (1995) dalam laporan
WHO menunjukkan bahwa penurunan BLL sebesar 10 g/dl to 5 g/dl menyebabkan penurunan
tekanan darah sebsar 1.25 mmHg. Pada wanita dewasa, hubungan antara BLL dengan tekanan
darah tidak terlalu kuat dan jarang ditemukan.
Efek sistemik lainnya adalah gejala gastrointestinal. Keracunan timbal dapat berakibat
sakit perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan.

Efek timbal terhadap reproduksi


Efek timbal terhadap reproduksi dapat terjadi pada pria dan wanita dan telah diketahui

sejak abad 19, dimana pada masa itu timbal bahkan digunakan untuk menggugurkan kandungan.
12

Pajanan timbal pada wanita di masa kehamilan telah dilaporkan dapat memperbesar resiko
keguguran, kematian bayi dalam kandungan, dan kelahiran prematur. Pada laki-laki, efek timbal
antara lain menurunkan jumlah sperma dan meningkatnya jumlah sperma abnormal.

2.6 Solusi Pencemaran Pada Sungai Citarum Oleh Logam Berat Timbal (Pb)
Pengolahan limbah industri manufaktur sebelum dibuang ke tempat pembuangan,
dialirkan ke sungai atau selokan hendaknya dikumpulkan di suatu tempat yang disediakan,
kemudian diolah, agar bila terpaksa harus dibuang ke sungai tidak menyebabkan terjadinya
pencemaran air. Bahkan kalau dapat setelah diolah

tidak

dibuang

ke

sungai

melainkan

dapat digunakan lagi untuk keperluan industri sendiri. Pencemaran air yang telah terjadi
secara

alami

misalnya

adanya jumlah logam-logam berat seperti Pb yang masuk dan

menumpuk dalam tubuh manusia, logam berat ini dapat meracuni organ tubuh melalui
pencernaan karena tubuh memakan

tumbuh-tumbuhan

yang

mengandung

logam

berat

meskipun diperlukan dalam jumlah kecil. Penumpukan logam-logam berat ini terjadi dalam
tumbuh-tumbuhan karena terkontaminasi oleh limbah industri. Untuk menanggulangi

agar

13

tidak

terjadi

penumpukan

logam-logam

berat, maka limbah

industri

hendaknya

dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan.


Proses pencegahan terjadinya pencemaran lebih baik daripada proses penanggulangan
terhadap pencemaran logam berat Pb yang telah terjadi pada sungai Citarum. Usaha-usaha
tersebut dapat dilakukan, diantaranya melalui menjaga air tanah agar tetap bersih misalnya :
Menempatkan daerah pabrik atau industri manufaktur jauh dari daerah perumahan atau
pemukiman di sekitar area sungai Citarum.
Pembuangan

limbah

industri

diatur

sehingga

tidak

mencemari lingkungan atau

ekosistem di sekitar sungai Citarum.


Pengawasan terhadap penggunaan jenisjenis pestisida dan zatzat kimia lain yang dapat
menimbulkan pencemaran.
Memperluas gerakan penghijauan.
Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan.
Memberikan kesadaran terhadap masyaratkat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia
lebih lebih mencintai lingkungan hidupnya

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
14

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa :


1.

Logam berat timbal (Pb) adalah logam berat beracun yang terdapat secara alami di dalam
kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan

2.

gunung berapi dan proses geokimia.


Sumber pencemaran air adalah partikel kimia, limbah industri, limbah pertanian dan
perumahan, industri bahan kimia, pertambangan(emas), yang masuk ke dalam perairan,
yang bisa merusak lingkungan khususnya

perairan. Sedangkan indikator

terjadinya

pencemaran lingkungan dapat dilihat dari aspek kimia-fisika pencemaran air dan aspek
3.

biokimia pencemaran.
Proses pencemaran air oleh logam berat timbal (Pb) yaitu Pb diakumulasi langsung dari air
dan dari sedimen oleh organisme laut. Pelepasan Pb ke atmosfir akibat pembakaran minyak
dan gas bumi turut menyumbang pembuangan Pb ke atmosfir. Selanjutnya Pb tersebut

4.

jatuh ke laut mengikuti air hujan dan mengakibatkan pencemaran air.


Dampak dari pencemaran logam berat timbal (Pb) terhadap lingkungan di sekitar sungai
Citarum yaitu tidak bertahannya ekosistem laut pada kondisi oksigen terlarut yang rendah,
dapat meningkatkan sifat racun beberapa senyawa kimia terhadap organisme, reaksi-reaksi

5.

kimia dapat menghasilkan gas-gas berbahaya, serta menurunkan tegangan permukaan air.
Cara pengendalian pencemaran air oleh logam berat timbal di sungai Citarum
yaitu dengan Pengolahan limbah industri sebelum dibuang ke tempat pembuangan.
3.2 Saran
Perlu adanya perhatian dan keseriusan dari berbagai pihak bukan saja dari pemerintah

dan pabrik-pabrik industri, tetapi juga dari masyarakat di sekitar sungai untuk lebih
memperhatikan kebersihan air sungai Citarum dari penyebab pencemaran air oleh logam berat
seperti timbal (Pb).

Daftar Pustaka
BPLHD Kabupaten Bandung, 2013.
Darmono, 1995, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, UI Press, Jakarta.
Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi
Senyawa Logam, UI Press, Jakarta.
15

Hutagalung, H.P., 1984, Logam Berat Dalam Lingkungan Laut, Pewarta Oceana.
Hutagalung, H.P., 1991, Pencemaran Laut Oleh Logam Berat dalam Beberapa Perairan
Indonesia, Puslitbang, Oseanografi LIPI, Jakarta.
Palar Drs Heryando, 2004, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta.
Soemirat, Juli, 2003, Toksikologi Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Yuni, Sri., 1999, Akumulasi Pb di Tanah Secara Vertikal, Tesis Program Studi Teknik
Lingkungan, Program Pasca Sarjana, Bandung.
Wangsaatmaja, S., 2004, Dampak Konservasi Lahan Terhadap Rezim Aliran Air Permukaan
serta Kesehatan Lingkungan suatu Analisis Kasus DAS Citarum Hulu, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.

16

Anda mungkin juga menyukai