Muhammad Iqbal FEB
Muhammad Iqbal FEB
Di Susun Oleh
MUHAMMAD IQBAL
2060 8200 3999
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
Nama
: Muhammad Iqbal
Alamat
No. Tlp / Hp
: dj_qibay88@yahoo.co.id
Pendidikan Formal :
1. Taman Kanak-Kanak Al Amin Jakarta
1993 - 1994
1994 - 2000
3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Pesantren Modern Terpadu Prof. Dr. Hamka
Padang- Sumatra Barat
2000 - 2003
2006 - 2010
Pendidikan Informal
1. Pendidikan Bahasa Inggris
(Basic Intermediate) di LBI LIA di Bukittinggi - Sumatra Barat
2003 - 2006
2. Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer di SMAN 2 Bukittinggi
2003 2006
iv
ABSTRACT
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr. Wb.
Tiada pantas kata yang terucap dari mulut manis ini kecuali kalimat syukur
Alhamdulillah. Nikmat yang telah diberikan kepada saya, sehingga pada saat
sekarang ini banyak diberi kesempatan, seperti memandang indahnya langit,
kemudian mendapatkan pendidikan dengan layak hingga mendapatkan tenaga
pengajar yang berkompetensi di bidangnya masing-masing dan pada akhirnya saya
akan berusaha untuk menyelesaikan proposal ini untuk mengajukan judul skiripsi
yang akan diajukan sebagai syarat disetujuinya saya dalam melakukan penelitian dan
menyelesaikan tulisan skripsi ini.
Penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan proses penulisan skripsi ini sehingga
peneliti
dapat
Pencegahan
menyelesaikan
Pendeteksian
skripsi
dan
yang
Audit
berjudul
Investigatif
Pengaruh
Tindakan
terhadap
Upaya
vii
3. Keluarga Besar Umi Sa`adah Sidik yang selalu mengingatkan dan memotivasi
Mak Dang, Mak Tuo, Ibu Affif, Angah, Mak Laut, Mak Puk, Om Dodi, Om
Am, dan Tante Reno serta semua kakak sepupuku Da Raf, Da Wis, Da Andi,
Mas Kusno, Uni Riri, Uni Rini, Kak Taufiqi dan semuanya yang sudah
memberikan waktunya untuk bertukar pikiran.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang telah mengajarkan mata kuliah Metodologi Penelitian.
5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pudek I Akademik dan dosen
Pembimbing I Skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam
menulis Skripsi ini.
6. Ibu Rini, SE, Ak. Msi selaku dosen Pembimbing II Skripis yang telah
banyak membantu peneliti dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab
yang tinggi memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan Skripsi
ini.
7. Seluruh staff pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada umumnya dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada
khususnya yaitu pak alfreed dan mas aziz yang sering direpotkan peneliti.
8. Teman-teman seperjuangan yang telah meluangkan waktunya untuk bertukar
pikiran Edi, Sri, Anggi, Berly, Dwino, Ika, Indah, Sari, Hamid, Abe, Wildan,
Wahyu, Ibin, Sugeng, Danang, Batak, Kiong, Ipay, Icam, Gesang, Arya dan
semuanya teman-teman yang tidak bisa disebutkan semuanya.
viii
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, tetapi besar harapan
peneliti Skripsi ini dapat memberi manfaat kepada seluruh mahasiswa Akuntansi seIndonesia pada umumnya dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah pada khususnya.
Dan akhir kata, saya ucapkan terima
mendukung saya baik moral dan materil. Terlebih lagi kepada Bapak / Ibu
pembimbing, Dosen pengajar mata-mata kuliah yang telah memberikan kami ilmu
dan modal untuk meraih masa depan, keluarga beserta teman-teman yang sudah
memberikan saya motivasi, kritik, saran dan masukan kepada
saya untuk
menyelesaikan proposal ini. Semoga Skripsi ini dapat memberi manfaat kepada
seluruh mahasiswa Akuntansi se-Indonesia pada umumnya dan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada khususnya.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................
ii
iii
iv
ABSTRACT .............................................................................................
ABSTRAK................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR..................................................................................
vii
xi
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ......................................................
14
17
20
22
24
25
26
1.
27
28
28
31
xi
32
34
37
1.
37
2.
38
44
1.
44
2.
45
3.
47
4.
52
5.
53
6.
56
7.
56
57
59
60
61
61
61
62
63
1.
63
2.
63
64
1.
2.
64
65
65
66
66
67
67
68
xii
68
1.
68
2.
69
3.
69
4.
5.
70
71
73
75
75
78
78
82
84
84
85
87
89
89
90
93
103
B. Implikasi ..............................................................................
104
C. Saran ....................................................................................
104
105
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Halaman
2.3
Fraud Examination
49
3.1
77
4.1
80
4.2
82
4.3
Jabatan Responden
83
4.4
83
4.5
Pendidikan Responden
84
4.6
85
4.8
86
4.9
87
4.10
88
4.11
89
4.12
90
4.13
92
4.16
97
4.17
Hasil Uji t
98
4.18
Hasil Uji F
100
xiii
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Pohon Kecurangan
13
2.2
Segitiga Kecurangan
17
2.4
Kerangka Pemikiran
65
4.14
93
4.15
95
BAB I
PENDAHULUAN
data yang sedang dikumpulkan berkaitan dengan Bill Out kucuran dana 6.7
Trilliun lewat Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) yang dikucurkan
dana Penyertaan Modal Sementara (PMS) oleh BI melalui LPS kepada Bank
Century. Bank Indonesia sebagai Bank Central yang mengawasi serta
memberikan kebijaksanaan atas pantas tidak pantasnya suatu bank yang
diberikan bantuan (Haryono Umar, 2009). Sedangkan beberapa contoh kasus
diluar negeri seperti di Perusahaan di Amerika adalah kasus Enron yang
menyebabkan kebangkrutan berjumlah 70 milliar hilang dalam kapitalisasi
pasar yang sangat besar bagi signifikan jumlah investor, karyawan dan
pensiunan. Kasus lainnya adalah Worldcom, Global Crossing, Lucent, Xerox,
Cendant, Adelphia, dan Tyco.
Beberapa kasus inilah yang memaksa auditor internal dan eksternal untuk
mengembangkan teknik pemeriksaan terhadap kecurangan. Salah satu gagasan
yang dilemparkan oleh Panel on Audit Effectiveness dari AICPA yaitu auditor
hendaknya melaksanakan sejenis tindakan preventif, audit investigatif,
pemeriksaan forensik dalam setiap auditnya untuk meningkatkan prospek
dalam mendeteksi kecurangan. Oleh karena itu, profesi akuntan telah memulai
perubahan dari pengujian hal yang tidak biasa (irregulariries) menjadi
pengujian terhadap kecurangan (fraud). Perubahan ini tentu saja telah
mengakibatkan perubahan prosedur audit seperti bagaimana mengembangkan
teknik-teknik untuk menemukan pola kecurangan yang sangat potensial
melalui pengembangan profil seseorang yang diduga sebagai pelaku serta
melakukan tes detail atau prosedur substantif secara akurat, dengan tidak
suatu negara belum begitu kuat, maka para koruptor pun tidak akan jera. UndangUndang No.31 tahun 2009, Undang-Undang 20/2001 tentang tindak pidana korupsi
dan Undang-Undang No.30/2002 tentang Komisi Penberantasan Korupsi. Pada
dasarnya permasalahan seperti apa yang sangat mendasar, sehingga kecurangankecurangan di Indonesia sulit sekali untuk dibasmi. Apakah perkembangan Korupsi
di Indonesia dapat dihentikan atau akan terus berkembang.
Oleh karena itulah disini penulis akan membahas tentang tindakan pencegahan
seperti apa yang harus dilakukan untuk meminimalisasi kecurangan. Selanjutnya
tindakan seperti apa yang harus dilakukan seandainya ditemukannya kecurangan dan
pada akhirnya sanksi seperti apa yang harus diberlakukan kepada para pelaku
kecurangan tersebut.
Atas dasar latar belakang diatas, maka skripsi ini peneliti
memberi judul
tindakan
pendeteksian
berpengaruh
terhadap
upaya
terjadinya
kecurangan
dalam
penyajian
laporan
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Kecurangan (Fraud)
Menurut beberapa sumber mendefinisikan istilah kecurangan (fraud) sebagai
berikut :
yang salah/keliru
(salah pernyataan)
yang secara
dengan
tipu
muslihat,
untuk
ataupun
rangkain
menyerahkan
kebohongan,
barang sesuatu
10
11
biaya
secara
curang
(fraudulent
disbursement).
Secara ilegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri. Namun, dalam
istilah hukum mengambil asset
12
4. Payroll Schemes
Skema permainan melalui pembayaran gaji dengan adanya
pembayaran pegawai secara fiktif (ghost employee) atau pemalsuan
gaji karyawan.
5. Expense Reimbursement Schemes
Skema permainan pembayaran kembali biaya-biaya, misalnya
biaya perjalanan.
6. Check Tampering
Skema permainan melalui pemalsuan cek. Cek ditanda tangani oleh
orang yang berkuasa terhadap cek tersebut.
C. Fraudulent Statements
Kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material
laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan
ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.
1. Salah Saji Material (misstatements baik overstatements atau
understatements)
a. Menyajikan asset atau pendapatan lebih tinggi dari sebenarnya
(Asset/Revenue Overstatemants)
b. Menyajikan asset atau pendapatan rendah dari yang sebenarnya
(Asset/Revenue Understatemants)
13
Fraud Triangle
Pressure
Rationalization
14
15
16
a. Niat (Intent)
Merupakan karakteristik yang membedakan kecurangan dengan
kesalahan atau kekeliruan. Pelaku kecurangan berniat melakukan
kecurangan untuk keuntungan dirinya dengan merugikan pihak
lainnya.
b. Pendorong/tekanan (Incentive/Pressure)
Manajemen atau karyawan mungkin memiliki dorongan atau tekanan
yang menjadi alasan melakukan kecurangan. Untuk melakukan
kecurangan lebih banyak tergantung pada kondisi individu, seperti
sedang menghadapi masalah keuangan, kebiasaan buruk seseorang
17
18
19
d. Berdasarkan Keunikan
Kecurangan berdasarkan keunikannya dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1) Kecurangan Khusus (specialized fraud), yang terjadi secara
unik pada orang-orang yang bekerja pada operasi bisnis
tertentu. Seperti contoh :
a) Pengambilan aset yang disimpan deposan pada lembagalembaga keuangan, seperti: bank, dana pensiunan, reksa
dana (disebut juga custodial fraud)
b) Klaim asuransi yang tidak benar.
2) Kecurangan Umum (garden varieties of fraud), yang semua
orang mungkin hadapi dalam operasi bisnis secara umum.
Misalnya:
a) Kickback, penetapan harga yang tidak benar, pesanan
pembelian/kontrak yang lebih tinggi dari kebutuhan yang
sebenarnya, pembuatan kontrak ulang atas pekerjaan yang
telah selesai, pembayaran ganda, dan pengiriman barang
yang tidak benar.
5. Faktor Pemicu Kecurangan (Fraud)
Terdapat empat faktor pendorong seorang untuk melakukan kecurangan,
yang disebut juga dengan GONE Theory:
a. Keserakahan (Greed)
b. Kesempatan (Opportunity)
c. Kebutuhan (Need)
20
d. Pengungkapan (Exposure)
Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan
individu pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan
faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan
dengan organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut faktor
generik/ umum).
1) Faktor Generik
a) Kesempatan
(Opportunity)
untuk
melakukan
kecurangan
aturan
prilaku
dan
perilaku
yang
ditetapkan
organisasi/perusahaan.
d) Praktek penerimaan pegawai, dicegah diterimanya karyawan yang
bermoral tidak baik
Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need), yang
lebih cendrung berhubungan dengan pandangan/pikiran dan
keperluan pegawai/pejabat yang terkait dengan aset yang dimiliki
perusahaan/instansi/organisasi tempat ia bekerja. Selain itu tekanan
(pressure) yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan orang
yang jujur mempunyai motif untuk melakukan kecurangan.
Beberapa kemungkinan keterlibatan dalam kecurangan:
a) Lingkungan kerja yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan.
b) Sistem pengukuran kinerja dan penghargaan.
c) Tidak adanya bantuan konsultasi pegawai.
d) Proses penerimaan karyawan yang tidak fair.
e) Kecorobahan atau tidak hati-hati.
6. Gejala Adanya Fraud
Fraud yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan
dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu perlu
22
23
penyalahgunaan
aktiva
(misstatements
arising
from
misappropriation of asset).
Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan
ekspetasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul
karena kecurangan terhadap pelaporan laporan keuangan lebuh dikenal
dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti
ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud),
misalnya berupa: manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan
akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian
laporan keuangan. Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja
menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian atau
informasi penting dari laporan keuangan.
24
Kecurangan
penyalahgunaan
aktiva
biasanya
disebut
kecurangan
fraud),
yaitu
mananjer
berusaha
secara
palsu
25
c. Perusahaan (Enterprise)
Bait organisasi komesial maupun pemerintahan dapat menjadi korban
baik kecurangan internal maupun eksternal.
d. Pelanggan
Organisasi usaha
melalui
26
prakteknya. Karena salah satu tujuan adanya pengendalian intern adalah salah
satunya untuk mengawasi kinerja manajemen beserta karyawan agar tingkat
kecurangan bisa ditekan (menurut Metteo Wahyana, 2008:14)
Terjemahan
Suatu sistem dengan proses dan prosedur yang bertujuan khusus dirancang
dan dilaksanakan untuk tujuan utama, kalau bukan satu-satunya tujuan,
untuk mencegah dan menghalangi (dengan membuat jera) terjadinya
fraud.
Kemudian konsep yang lainnya dalam upaya pencegahan yakni adalah
menanamkan kesadaran tentang adanya fraud (fraud awareness) dan
upaya menilai resiko terjadinya fraud (fraud risk asement).
Pencegahan Kecurangan
Peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan
kecuarangan adalah berupaya untuk menghilangkan sebab-sebab timbulnya
kecurangan tersebut. Karena pencegahan sebelum terjadinya kecurangan
akan lebih mudah daripada mengatasi setelah kecurangan terjadi. Pada
dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apabila:
a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan
tidak efektif.
27
28
29
dari
waktu
yang
memungkinkan
orang
melaksanakan
30
dengan
anggaran,
prakiraan,
atau
kinerja
priode
31
menyelenggarakan
kultur
organisasi
mengimplementasikan prinsip-prinsip
dapat
dilakukan
dengan
(GCG) yang saling terkait satu sama lain agar dapat mendorong kinerja
sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasikan nilai
ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang
saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Prinsip-prinsip
dasar tersebut adalah (menurut Saifuddien Hasan, 2000):
32
1) Keadilan (Fairness)
Melidungi kepentingan pemegang saham minoritas dan steakholders
lainnnya dari rekayasa transaksi yang bertentangan dengan peraturan
peraturan yang berlaku.
2) Transparansi (disclosure)
Keterbukaan bagi steakholder yang terkait untuk melihat dan
memahami proses suatu pengambilan keputusan pengelolaan suatu
perusahaan. Dalam hal ini terkait dengan kewajiban perusahaan untuk
mengungkapkan informasi material kepada pemegang saham/publik
dan pemerintah secara benar, akurat, teratur dan tepat waktu.
3) Akuntabilitas (Accountability)
Menciptakan sistem pengawasan yang efektif didasarkan atas
distribusi dan keseimbangan kekuasaan antar anggota direksi,
komisaris, pemegang saham dan pengawas. Disini menyangkut pula
proses
perusahaan
atas
yang
berlaku
termasuk
tanggap
terhadap
33
6) Kehandalan (Reliability)
Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki
kompetensi dan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan.
7) Komitmen
Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki
komitmen penuh untuk selalu meningkatkan nilai perusahaan, dan
bekerja untuk mengoptimalkan nilai pemegang sahamnnya (duty of
loyalty) serta menurunkan risiko perusahaan Dalam pedoman GCG
yang disusun oleh The National Committee on Coprporate
Governance (Maret 2000) telah disarankan dengan jelas perusahaan
untuk memenuhi 13 (tiga belas) aspek penting yang harus
diperhatikan manajemen perusahaan yaitu:
pemegang saham, dewan komisaris, direksi, sistem audit, sekretaris
perusahaan,
pihak-pihak
yang
berkepentingan
(steakholders),
34
35
7)
8)
9)
harus
dianggap perlu agar jelas mana yang hadiah dan mana yang berupa
sogokan dan mana yang resmi.
12) Menyediakan
sumber-sumber
tertentu
dalam rangka
mendeteksi
36
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang seperti apa pendeteksian itu,
maka peneliti akan membahas tentang pengertian pendeteksian kecurangan
itu.
1. Pengertian Pendeteksian
Tindakan lanjutan yang dilakukan oleh investigator apabila dicurigai atau
ditemukan adanya indikasi kecurangan.
internal
pencegahan/prevention
auditor
untuk
untuk
menangkal
menyusun
terjadinya
tindakan
kecurangan
37
secara
garis
besar
pendeteksian
kecurangan
berdasar
38
39
40
kesempatan
untuk
melakukan
kecurangan
dan
41
Accounting System
1. Management Philosophy
Control Procedures
1. Valiadity
1. Separation of
and style
Duties
2. Organization Structure
2.
Authorizontal
2. Proper Procedures
for Authorizontal
3. Audit Committee
3. Valuation
3. Adequate
Documents and
Recods
4. Communication Methods
4. Valuation
4. Physical Control
Over Assets and
Record
5. Classification
5. Independent
Checks on
Performance
6. Timing
Procedures
(Sumber: Fraud Examination: page 8)
c. Korupsi (Corruption)
Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan
kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan
menyampaikan
komplain
ke
perusahaan.
Atas
sangkaan
terjadinya
42
43
satu
aktivitas dalam
rangka
44
keras
bahwa
manajemen
tidak
mampu
45
bahwa
pelaku
kejahatan
tidak
bisa
lolos
dari
perbuatannya.
g. Menyapu bersih semua karyawan yang melakukan kejahatan.
h. Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi korban penjarahan.
Kecurangan yang menggrogoti sumber daya perusahaan.
i. Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan.
j. Melaksanakan investigasi secara standar, sesuai dengan peraturan
perusahaan, sesuai dengan buku pedoman.
k. Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima oleh pengadilan,
dengan sumber daya dan terhentinya kegiatan perusahaan seminimal
mungkin.
l. Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi
dan membuat keputusan yang tepat mengenai tindakan yang harus
diambil.
46
m. Mendalami tuduhan (baik oleh dalam atau luar perusahaan, baik lisan
maupun tertulis, baik dengan nama terang atau dalam bentuk surat
kaleng) untuk menanggapi secara tepat.
n. Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik.
o. Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga.
p. Melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik.
q. Menentukan siapa saja pelaku dan mengumpulkan bukti mengenai
niatnya.
r. Menindaklanjuti para pelaku kecurangan yang telah terbukti.
s. Mengidentifikasi praktek manajemen yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan atau prilaku yang melalaikan tanggung jawab.
t. Mempertahankan kerahasian dan memastikan bahwa perusahaan atau
lembaga ini tidak terperangkap dalam ancaman tuntutan pencemaran
nama baik.
u. Mengidentifikasikan saksi yang melihat atau terjadinya kecurangan
dan memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung
tuduhan atau dakwaaan terhadap si pelaku.
v. Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola resiko
terjadinya kecurangan ini dengan tepat.
3. Investigatif dengan Teknik Audit
Banyak auditor yang sudah berpengalaman pun, merasa ragu untuk terjun
dalam bidang investigatif. Padahal teknik-teknik audit yang mereka
kuasai, memadai untuk dipergunakan dalam audit investigatif. Teknik
47
48
(dari yang
kepastian
mengenai
saldo
utang
piutang.
Tapi
yang
diolah,
disimpan
dan
dipindahkan
secara
elektronis/digital.
d. Riview Analitikal
Dellote Haskins dan Sells (disingkat DHS, cikal bakal dari Deloitte
Touche Tohmatsu) mencatat penggunaan teknik ini dalam audit
manual mereka di tahun 1930-an. Diakhir 1960-an dan awal 1970-an
DHS mengembangkan berbagai perangkat lunak review analikal,
diantaranya Statical Techniques for Analytical Review (STAR) in
auditing. Dalam riview analitikal yang penting bukannya perangkat
lunaknya, tetapi semangatnya, seperti dikatakan Houck di atas think
analytical first Ini ciri auditor (dan investigator) yang tangguh.
49
yang
diukur
dengan
Investigator
perlu
mengantisipasi
pelampauan
kecendrungan
anggaran.
realisasi
50
51
e. Menghitung Kembali
Menghitung kembali atau reperform tidak lain dari mencek kebenaran
perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur
yang sangat lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada
seorang yang baru mulai bekerja sebagai auditor; seorang auditor
junior di kantor akuntan. Dalam investigatif, perhitungan yang
dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak atau
perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan
renegosiasi berkali-kali dengan pejabat (atau kabinet) yang berbeda.
Perhitungan ini dilakukan atau disupervisi oleh investigator yang
berpengalaman.
4. Prinsip-Prinsip Investigatif
a. Investigatif merupakan metode/tehnik yang dapat digunakan dalam
audit investigatif.
b. Investigatif memerlukan penerapan kecerdasan, pertimbangan yang
sehat dan pengalaman, selain itu memerlukan pemahaman terhadap
ketentuan perundang-undangan dan prisip-prinsip investigatif guna
pemecahan permasalahan yang dihadapi.
52
53
audit
terlebih
dahulu
diadakan
pembicaraan
54
pertanyaan
yang
dapat
mengungkap
kejadian
sebenarnya.
4) Menyiapkan bahan-bahan untuk konfrontasi.
5) Pengetahuan tentang orang-orang/pribadi yang akan diaudit.
6) Tempat dan waktu.
1) Keterangan saksi
2) Keterangan saksi ahli
3) Bukti petunjuk
4) Keterangan/pengakuan terdakwa.
55
rahasia.
Dalam
pelaksanaannya,laporan
audit
investigatif
7. Menjelaskan
Audit
Investigatif
Kedalam
Bahasa
Hukum
56
D. Kerangka Pemikiran
Gambar dibawah ini menujukan kerangka pemikiran yang dibuat dalam model
penelitian mengenai pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian, dan audit
investigatif terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan
keuangan.
57
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran
Variabel Independen
Variabel Dependen
X1
(Amin Widjaja, 2009)
X2
(Amrizal, 2004)
X3
(Theodorus M, 2007)
Sumber: Diolah dari berbagai
sumber
58
E. Pengembangan Hipotesis
Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
menguji apakah pengaruh tindakan pencegahan, pendetaksian, dan audit
investigatif terhadap upaya meminimalisasikan kecurangan dalam laporan
keuangan.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha1 : Tindakan pencegahan berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi
kecurangan dalam laporan keuangan
Ha2 : Pendeteksian berpengaruh terhadap upaya meminimalisasi kecurangan
dalam laporan keuangan
Ha3 :
Ha4 :
59
Tabel 2.5.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
1
Judul
Penelitian
Santi
Pengaruh
Yustini
Peranan
Komite Audit
dan
Audit
Internal dalam
Mendeteksi
Kecurangan
Ismayanti Pengaruh
Keahlian dan
Tanggung
Jawab Auditor
Internal
Terhadap
Mendeteksi
Kecurangan
serta
Pencegahan
Tindakan
Kecurangan
Rani
Pengaruh
Widiastuti Pengalaman,
Kompetensi
dan Integritas
Auditor
Eksternal
Terhadap
Kemampuan
Auditor dalam
Mendeteksi
Kecurangan
Peneliti
Suzy
Novianti
Skeptisme,
Profesionalisme
Auditor dalam
Mendeteksi
Kecurangan
Tahun
Variabel
Penelitian
2009
Peranan Komite
Audit (X1)
Auditor Internal
(X2)
Mendeteksi
Kecurangan (Y)
2009
2009
2007
Pengaruh
Keahlian(X1)
Tanggung
Jawab Auditor
Internal (X2)
Mendeteksi
Kecurangan
(Y1)
Pencegahan
Tindak
Kecurangan
(Y2)
Pengaruh
Pengalaman
(X1)
Kompetensi
(X2)
Integritas
Auditor
Eksternal (X3)
Kemampuan
Auditor (Y)
Mendeteksi
Kecurangan (Z)
Skeptisme (X1)
Profesionalisme
(X2)
Mendeteksi
Kecurangan (Y)
Metodologi
Penelitian
Regresi
Berganda
Hasil
Penelitian
Komite
audit
dan
auditor
internal
berpengaruh
signifikan
Regresi
Berganda
Keahlian
auditor
dan
tanggung jawab
auditor
tidak
berpengaruh
signifikan
Regresi
Berganda
Kompetensi
auditor
berpengaruh
secara
signifikan
Pengalaman dan
Integritas
auditor
tidak
berpengarauh
secara
signifikan
ANOVA
Skeptisme dan
Profesionalisme
auditor
berpengaruh
secara
signifikan
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
61
62
b1,,,b3 :
Koefisien regresi
X1
Tindakan pencegahan
X2
Pendeteksian
X3
Audit Investigatif
Konstan
63
64
a. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas menyatakan hubungan antar sesama variabel
independen (Santoso, 2000:206) menyatakan bahwa deteksi adanya
multikolinearitas dibagi menjadi 2 yaitu: (a) besaran VIF (Variance
Inflation Factor) dan tolerance. Pedoman suatu model regresi bebas
multikolineritas adalah mempunyai nila VIP disekitar angka 1 dan
mempunyai nilai tolerance mendekati 1, serta (b) besaran kolerasi
antar variabel independen. Pedoman suatu model regresi bebas
multikolineritas adalah koefisien korelasi antar variabel independen.
b. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas terjadi jika varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain yang terjadi ketidaksamaan. Model regresi yang baik
adalah
tidak
terjadi
heterokedastisitas.
Untuk
mendeteksi
scatterplot. Deteksinya
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik dimana sumbu
X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu Y.(Santoso, 2000:210)
Dasar pengembalian keputusan antara lain sebagai berikut: (a) jika ada
pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar) maka telah terjadi heteroskedastisitas dan
(b) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan
dibawah
angka
pada
heteroskedastisitas.(Ghozali.
sumbu
Y,
2005:105)
maka
tidak
menyatakan:
terjadi
deteksi
65
66
yaitu:
berpengaruh
terhadap
upaya
meminimalisasi
67
kecurangan
pada
umumnya
adalah
aktivitas
yang
68
Karakterikstik
yang
bersifat
kondisi/situasi
tertentu,
69
Variabel
Sub Variabel
Indikator
S
k
a
l
a
70
Tindakan Pencegahan
(X1)
1. Pengaruh
Tindakan
Pencegahan
3. Evaluasi Kinerja
Berkala
71
72
73
Tabel 2 (Lanjutan)
Audit Investigatif
(X3)
1. Pengaruh Audit
Investigatif.
(Theodorus T, 2007)
2. Memeriksa,
mengumpulkan
dan
membandingkan
antara anggara
dengan realisasi.
I
n
74
t
e
r
v
a
l
I
n
t
e
r
v
a
l
I
n
t
e
r
v
a
l
Apabila tingkat kecurangan dapat ditekan, otomatis biaya-biaya tak terduga yang
dikeluarkan oleh perusahaan tidak begitu banyak. Berbeda sekali ketika
banyaknya indikasi-indikasi kecurangan terjadi pada sebuah perusahaan (Amrizal,
2004:4-16).
75
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
76
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
Wilayah
Jakarta Selatan
A.Krisnawan
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Akhyadi Wadisono
Jakarta Pusat
Tabel ini berlanjut ke halaman berikut
73
Wilayah
Jakarta Pusat
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan
Syarif Basir
Jakarta Timur
Toni H. Ratim
Jakarta Selatan
10
Jakarta Selatan
11
Tangerang Selatan
12
Jakarta Selatan
13
Jakarta Selatan
14
Jakarta Selatan
15
Tanggerang Selatan
16
Rishanwar
Jakarta Timur
17
Jakarta
18
DKI Jakarta
74
kembali sebanyak 50 buah kuesioner dan dapat diolah seluruhnya. Hal ini
dapat ditunjukan dalam table berikut:
Tabel. 4.2.
Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan
Jumlah
Persentase
Penyebaran Kuesioner
65
100%
15
23,08%
50
76,92%
50
76,92%
Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 65 kuesioner yang disebarkan
yang dapat terkumpul sebanyak 50 buah kuesioner. Tingkat pengembalian
yang diperoleh adalah sebesar 76,92% dari total kuesioner. Kuesioner yang
tidak kembali sebanyak 15 kuesioner atau sebesar 23,08%. Hal ini
menunjukkan tingkat pengembalian kuesioner yang cukup tinggi karena
peneliti mendatangi langsung Kantor
Akuntan
Publik
dan Komisi
gambaran mengenai
Jumlah
Persentase
Partner
6%
Supervisor
10%
Manager
6%
Senior Auditor
24
48 %
Junior Auditor
15
30 %
Jumlah
50
100 %
Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa jabatan yang dimiliki oleh
responden pada data yang telah diolah. Responden yang menjabat sebagai
Patner sebanyak 3 orang atau sebesar 6% dari 50 responden. Sebanyak 5
orang jabatannya sebagai Supervisor dengan persentase 10%. Manajer
sebanyak 3 orang dengan persentase 6%. Kemudian
Senior Auditor
dengan persentase 48% atau 24 orang ,dan Junior Auditor 15 orang dengan
persentase 30%.
Tabel 4.4.
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Absolut
Persentase
Laki-laki
31
62 %
Perempuan
19
38 %
Jumlah
50
100 %
76
Absolut
Persentase
D3
14 %
S1
26
52 %
S2
17
34 %
S3
0%
Jumlah
50
100 %
77
Tabel 4.6.
Lama Berprofesi Sebagai Auditor
Lama Bekerja
Jumlah
Persentase
< 3 tahun
6%
3 - 10 tahun
10
20%
10 20 tahun
22
44 %
> 20 tahun
15
30 %
Jumlah
50
100 %
78
Tabel 4.7.
Hasil Uji Validitas Variabel Tindakan Pencegahan
Pertanyaan
Variabel
r hitung
r tabel
Keterangan
Butir 1
Tindakan Pencegahan
0,395
0,235
Valid
Butir 2
Tindakan Pencegahan
0,767
0,235
Valid
Butir 3
Tindakan Pencegahan
0,774
0,235
Valid
Butir 4
Tindakan Pencegahan
0,799
0,235
Valid
Butir 5
Tindakan Pencegahan
0,705
0,235
Valid
Butir 6
Tindakan Pencegahan
0,866
0,235
Valid
Tindakan Pencegahan
0,810
0,235
Valid
Butir 8
Tindakan Pencegahan
0,398
0,235
Valid
Butir 9
Tindakan Pencegahan
0,707
0,235
Valid
Butir 10
Tindakan Pencegahan
0,767
0,235
Valid
menunjukan
bahwa
tindakan
pencegahan
valid
terhadap
meminimalisasi kecurangan.
Tabel 4.8.
Hasil Uji Validitas Variabel Pendeteksian
Pertanyaan
Variabel
r hitung
r tabel
Keterangan
Butir 1
Pendeteksian
0,478
0,235
Valid
Butir 2
Pendeteksian
0,284
0,235
Valid
Butir 3
Pendeteksian
0,417
0,235
Valid
Butir 4
Pendeteksian
0,380
0,235
Valid
Butir 5
Pendeteksian
0,240
0,235
Valid
Butir 6
Pendeteksian
0,335
0,235
Valid
Butir 7
Pendeteksian
0,399
0,235
Valid
Butir 8
Pendeteksian
0,241
0,235
Valid
80
Variabel
r hitung
r table
Keterangan
Butir 1
Audit Investigatif
0,546
0,235
Valid
Butir 2
Audit Investigatif
0,597
0,235
Valid
Butir 3
Audit Investigatif
0,444
0,235
Valid
Butir 4
Audit Investigatif
0,490
0,235
Valid
Butir 5
Audit Investigatif
0,468
0,235
Valid
Butir 6
Audit Investigatif
0,666
0,235
Valid
Butir 7
Audit Investigatif
0,759
0,235
Valid
Butir 8
Audit Investigatif
0,538
0,235
Valid
Butir 9
Audit Investigatif
0,344
0,235
Valid
Butir 10
Audit Investigatif
0,534
0,235
Valid
81
Tabel 4.10.
Hasil Uji Validitas Variabel Meminimalisasi Kecurangan
Pertanyaan
Variabel
r hitung
r tabel
Keterangan
Butir 1
Meminimalisasi Kecurangan
0,416
0,235
Valid
Butir 2
Meminimalisasi Kecurangan
0,648
0,235
Valid
Butir 3
Meminimalisasi Kecurangan
0,676
0,235
Valid
Butir 4
Meminimalisasi Kecurangan
0,602
0,235
Valid
Butir 5
Meminimalisasi Kecurangan
0,336
0,235
Valid
Butir 6
Meminimalisasi Kecurangan
0,628
0,235
Valid
Butir 7
Meminimalisasi Kecurangan
0,569
0,235
Valid
Butir 8
Meminimalisasi Kecurangan
0,757
0,235
Valid
Butir 9
Meminimalisasi Kecurangan
0,709
0,235
Valid
Butir 10
Meminimalisasi Kecurangan
0,703
0,235
Valid
Butir 11
Meminimalisasi Kecurangan
0,645
0,235
Valid
Butir 12
Meminimalisasi Kecurangan
0,674
0,235
Valid
Butir 13
Meminimalisasi Kecurangan
0,396
0,235
Valid
82
Jumlah butir
pertanyaan
Cronbach
alpha
Keterangan
Tindakan Pencegahan
10 butir
0,913
Reliabel
Pendeteksian
8 butir
0,615
Reliabel
Auditor Investigatif
10 butir
0,840
Reliabel
Meminimalisasi Kecurangan
13 butir
0,892
Reliabel
83
atau
hubungan
diantara
variabel
tindakan
pencegahan,
84
Tabel 4.12.
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients(a)
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.575
1,738
.967
1,034
.563
a Dependent Variable: Meminimalisasi Kecurangan
1,777
(Constant)
Tindakan Pencegahan
Pendeteksian
Audit Investigatif
Pada tabel 4.12. terlihat nilai tolerance untuk tiap variabel, variabel
tindakan pencegahan sebesar 0,575 dengan nilai VIF 1,738. Variabel
pendeteksian nilai tolerance sebesar 0,967 dengan nilai VIF 1,038 dan
variabel audit investigatif dengan tolerance sebesar 0,563 dengan nilai
VIF 1,777. Berdasarkan pedoman terhadap uji multikolinieritas nilai
tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka terlihat bahwa tidak terjadi
korelasi diantara variabel tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit
investigatif atau tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi ini.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat
dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah
diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya)
yang telah di-studentized.
85
Model
regresi
yang
baik
adalah
plot
yang
maka
dalam
penelitian
ini
tidak
terjadi
86
87
88
4.
Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-variabel
independen, yaitu tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit
investigatif dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu
meminimalisasi kecurangan. Hasil uji koefisien determinasi dapat
dilihat pada kolom adjusted R square, yang ditampilkan pada tabel
berikut :
89
Tabel 4.15.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary(b)
Model
1
R Square
Adjusted R Square
.846(a)
.716
.697
2.968
a Predictors: (Constant), Tindakan Pencegahan, Pendeteksian dan Audit Investigatif
b Dependent Variable: Meminimalisasi Kecurangan
69,7%
variabel dependen
90
parsial mempunyai
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
7.583
6.812
Tindakan Pencegahan
.205
.116
Pendeteksian
.350
.142
Audit Investigatif
1.001
.144
a Dependent Variable: Meminimalisasi Kecurangan
Standardized
Coefficients
Sig.
1.113
1.768
2.471
6.942
.271
.084
.017
.000
Beta
.183
.198
.727
1)
91
Hasil Uji F
1) Pengujian signifikansi simultan (uji F) dilakukan untuk menunjukkan
apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model
92
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
Df
1020.129
405.091
3
46
1425.220
49
Mean Square
340.043
8.806
38.613
Sig.
.000(a)
kecurangan. Peneliti
93
94
B A B
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh maupun hasil analisis yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai
pengaruh tindakan pencegahan, pendeteksian dan audit invetigatif terhadap
upaya merninimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan, yaitu:
1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tindakan pencegahan tidak
berpengaruh
secure
signifikan
terhadap
upaya
merninimalisasi
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
upaya
merninimalisasi
terhadap
upaya
merninimalisasi
kecurangan
dan
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi dari penelitian ini adalah
Sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
DAFTAR PUSTAKA
94
dan
Mendeteksi
Wahyana, Mettoe. Kenapa Orang Melakukan Fraud. Artikel. Oktober 2008. dari
http : // www.oggix.com (diakses pada 05-04-2010)
Widiastuti, Rani. SE. Pengaruh Pengalaman, Kompetensi dan Integritas Auditor
Eksternal Terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi
Kecurangan. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009.
Jenis-Jenis Fraud. Artikel. Oktober 2008. dari http: //
www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010)
Apa Itu Audit Investigatif. Oktober 2008. dari http: //
www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010)
Peranan Forensic Accounting Dalam Audit Dalam Perspektif
Tindak Pidana Korupsi. Artikel. Oktober 2008. dari http: //
www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010)
Peran dan Fungsi Internal Auditor . Artikel. Oktober 2008.
dari http: // www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010).
Peranan Supervisor dalam Fraud Audit. Artikel. Oktober
2008. dari http: // www.oggix.com (diakses pada 12-05-2010).
Susanti. Pengaruh Profesionalisme Akuntan Publik Terhadap Peran Akuntan
Publik Dalam Pengungkapan Kecurangan. Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2009.
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPPS: Statistik Parametik. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta. 2007.
95
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Total
20
18
18
18
18
20
21
18
18
19
20
13
14
17
17
18
19
21
21
17
21
19
22
22
20
20
22
18
18
23
22
18
20
18
18
18
18
18
18
19
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
5
5
4
4
5
3
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
24
21
22
22
22
18
19
22
20
20
%
50
100.0
Excluded(a)
0
.0
Total
50
100.0
a Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Cases
Valid
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
.920
Cronbach's
Alpha
.913
N of Items
10
Item Statistics
TPc1
TPc2
TPc3
TPc4
TPc5
TPc6
TPc7
TPc8
TPc9
TPc10
Mean
3.98
4.06
4.14
4.08
4.12
Std. Deviation
.685
.740
.639
.778
.746
4.10
4.06
.544
.620
50
50
3.60
4.14
4.06
.833
.606
.740
50
50
50
50
50
50
50
50
TPc1
TPc2
TPc3
TPc4
TPc5
TPc6
TPc1
1.000
TPc2
.204
TPc3
.146
TPc4
.424
TPc5
.364
TPc6
.444
TPc7
.532
TPc8
.272
TPc9
.253
TPc10
.204
.204
.146
1.000
.716
.716
1.000
.629
.674
.541
.606
.695
.722
.571
.648
.272
.376
.618
.685
1.000
.716
.424
.364
.629
.541
.674
.606
1.000
.686
.686
1.000
.800
.623
.709
.690
.271
.276
.668
.548
.629
.541
.444
.695
.722
.800
.623
1.000
.708
.450
.699
.695
TPc7
TPc8
TPc9
.532
.272
.571
.272
.648
.376
.709
.271
.690
.276
.708
.450
1.000
.482
.482
1.000
.575
.234
.571
.272
.253
.618
.685
.668
.548
.699
.575
.234
1.000
.618
TPc10
.204
1.000
.716
.629
.541
.695
.571
.272
.618
1.000
Item-Total Statistics
TPc1
TPc2
TPc3
TPc4
TPc5
TPc6
TPc7
TPc8
TPc9
TPc10
Scale Mean if
Item Deleted
36.36
Scale
Variance if
Item Deleted
24.276
Corrected
Item-Total
Correlation
.395
36.28
36.20
36.26
36.22
36.24
36.28
36.74
36.20
36.28
21.593
22.327
21.094
21.930
22.635
22.287
23.502
22.939
21.593
.767
.774
.799
.705
.866
.810
.398
.707
.767
Squared
Multiple
Correlation
.
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.921
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.899
.900
.897
.903
.897
.898
.925
.904
.899
Valid
Excluded(
a)
Total
50
%
100.0
.0
50
100.0
Cronbach's
Alpha
.615
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
.637
N of Items
8
Item Statistics
TPn1
TPn2
TPn3
TPn4
TPn5
TPn6
TPn7
TPn8
Mean
3.64
Std. Deviation
.921
3.88
4.00
3.80
3.28
4.02
3.90
3.64
.521
.606
.571
.948
.685
.707
.776
N
50
50
50
50
50
50
50
50
Inter-Item Correlation Matrix
TPn1
TPn2
TPn3
TPn4
TPn5
TPn6
TPn7
TPn8
TPn1
1.000
TPn2
.206
TPn3
.219
TPn4
.171
TPn5
.352
TPn6
.206
TPn7
.194
TPn8
.300
.206
.219
1.000
.323
.323
1.000
.535
.236
-.055
.036
.350
.443
-.033
.238
-.059
.174
.171
.352
.535
-.055
.236
.036
1.000
.068
.068
1.000
.167
-.040
.505
-.110
-.074
.472
.206
.194
.300
.350
-.033
-.059
.443
.238
.174
.167
.505
-.074
-.040
-.110
.472
1.000
.341
-.025
.341
1.000
-.104
-.025
-.104
1.000
Item-Total Statistics
TPn1
TPn2
TPn3
TPn4
TPn5
TPn6
TPn7
TPn8
Scale Mean if
Item Deleted
26.52
Scale
Variance if
Item Deleted
6.255
Corrected
Item-Total
Correlation
.473
Squared
Multiple
Correlation
.287
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.526
26.28
26.16
8.165
7.525
.284
.417
.625
.289
.593
.560
26.36
7.745
.380
.654
.571
26.88
26.14
26.26
26.52
7.210
7.551
7.870
7.642
.240
.335
.239
.241
.362
.404
.609
.297
.619
.577
.606
.605
Valid
Excluded(
a)
Total
50
%
100.0
.0
50
100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
.842
Cronbach's
Alpha
.840
N of Items
10
Item Statistics
AI1
AI2
AI3
AI4
AI5
AI6
AI7
AI8
AI9
AI10
Mean
4.06
Std. Deviation
.470
4.10
4.10
4.26
.544
.580
.664
50
50
50
4.12
4.08
.659
.665
50
50
4.00
4.02
.639
.654
50
50
4.16
4.24
.618
.591
50
50
50
Item Statistics
Mean
AI1
AI2
AI3
AI4
AI5
AI6
AI7
AI8
AI9
AI10
Std. Deviation
4.06
4.10
.470
.544
50
50
4.10
4.26
.580
.664
50
50
4.12
.659
50
4.08
4.00
.665
.639
50
50
4.02
4.16
4.24
.654
.618
.591
50
50
50
Item-Total Statistics
AI1
AI2
AI3
AI4
AI5
AI6
AI7
AI8
AI9
AI10
Scale Mean if
Item Deleted
37.08
Scale
Variance if
Item Deleted
13.259
Corrected
Item-Total
Correlation
.546
Squared
Multiple
Correlation
.362
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.826
37.04
37.04
12.733
13.141
.597
.444
.458
.425
.821
.834
36.88
37.02
12.598
12.714
.490
.468
.371
.369
.830
.833
37.06
37.14
37.12
11.853
11.633
12.434
.666
.759
.538
.502
.651
.576
.812
.803
.825
36.98
36.90
13.408
12.745
.344
.534
.412
.494
.843
.826
Variables Entered/Removed(b)
Variables
Entered
Model
1
Variables
Removed
Metho
d
. Enter
ANOVA(b)
Model
1
Sum of
Squares
Regression
Residual
Total
1020.129
405.091
1425.220
df
Mean Square
3
46
49
340.043
8.806
Sig.
38.613
.000(a)
Standardized
Coefficients
B
-7.583
Std. Error
6.812
.205
.350
.116
.142
1.001
.144
a Dependent Variable: VAR00045
(Constant)
VAR00011
VAR00020
VAR00031
Beta
Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance
-1.113
VIF
.271
Std. Error
.183
.198
1.768
2.471
.084
.017
.575
.967
1.738
1.034
.727
6.942
.000
.563
1.777
Coefficient Correlations(a)
Model
1
Correlations
VAR00031
VAR00020
VAR00011
Covariances
VAR00031
1.000
.150
VAR00020
.150
1.000
VAR00011
-.647
-.018
-.647
-.018
1.000
.021
.003
.003
.020
-.011
.000
-.011
.000
.013
VAR00031
VAR00020
VAR00011
Eigenvalue
Model
1
Dimension
1
2
3
Variance Proportions
(Constant)
VAR00011 VAR00020 VAR00031
(Constant)
VAR00011
3.978
1.000
.00
.00
.00
.00
.015
16.020
.01
.16
.33
.04
.005
.002
29.650
40.235
.14
.86
.77
.08
.21
.46
.34
.61
Predicted Value
Std. Predicted Value
Minimum
39.4400
Maximum
61.4504
Mean
52.3400
Std. Deviation
4.56278
-2.827
1.997
.000
1.000
50
.448
1.455
.797
.267
50
39.3106
-6.85954
61.3848
4.76954
52.4079
.00000
4.51150
2.87527
50
50
-2.312
1.607
.000
.969
50
-2.404
-7.42084
1.658
5.07372
-.011
-.06785
1.018
3.18372
50
50
-2.543
.136
1.691
10.807
-.018
2.940
1.038
2.657
50
50
.000
.362
.028
.058
50
.003
.221
.060
.054
50
Standard Error of
Predicted Value
Adjusted Predicted Value
Residual
Std. Residual
Stud. Residual
Deleted Residual
Stud. Deleted Residual
Mahal. Distance
Cook's Distance
Centered Leverage Value
a Dependent Variable: VAR00045
N
50