Anda di halaman 1dari 13

Penyebab, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, serta

Komplikasi dari Hernia Inguinalis


Jessica de Queljoe
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510. Telephone: (021)5694-2051.
Email: jessicadequeljoe@gmail.com

I.

Pendahuluan
Kanalis inguinalis merupakan saluran yang di lalui oleh testis dan juga ligamentum

rotundum pada saat fetus. Kanalis ini umumnya akan menutup seiring dengan bertambahnya
usia seseorang. Namun pada orang-orang tertentu serta keadaan-keadaan tertentu dapat
menyebabkan kanalis inguinalis yang sudah tertutup ini akan terbuka lagi. Berdasarkan hala
ini maka akan terjadi suatu keadaan yang di sebut sebagai hernia. Hernia ini bisa hilang
timbul ataupun bahkan dapat menetap.
Merujuk dari skenario dimana seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke UGD RS
dengan keluhan nyeri perut yang hebat yang hilang timbul disertai mual muntah sejak 12 jam
yang lalu. Selain itu, pasien tersebut juga mengeluhtentang adanya benjolan pada lipat
pahanya yang bersifat hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu.Pada pemeriksaan fisik. Pasien
tampak kesakitan, tekanan darah 130,80 mmHg, nadi 92x/ menit, frekuensi nafas 24x/menit,
suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan fisik abdomen, tampak massa region inguinal sinistra dengan
ukuran 2x2 cm konsistensi kenyal, tidak melekat pada jaringan sekitar.
Maka pada makalah kali ini akan di bahas mengenai penyebab, patofisiologi,
manifestasi klinis, serta komplikasi dari hernia inguinalis.

II.

Pembahasan
A. Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Uraian lebih

lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan, dimana lokasi dan kemana
penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan kejadiannya, adanya faktor yang
memperberat dan memperingan keluhan, adanya keluhan lain yang berhubungan perlu
ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan
isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah
1

berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium
atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah
baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau
gangren.1 Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat
dihilangkan dengan reposisi manual kedalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau
terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.2
B. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai labium majus atau
sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis lateralis. Kalau tidak ada
pembengkakan yang dapat kila lihat, penderita disuruh batuk. Kalau pembengkakan yang
kemudian terlihat kemudian berada di atas lipatan inguinal dan berjalan miring dan lateral
atas menuju ke medial bawah, maka pembengkakan tersebut adalah hernia inguinalis
lateralis. Tetapi kalau pembengkakan itu kelihatannya langsung muncul ke depan, maka kita
berhadapan dengan hernia inguinalis medialis.3
Palpasi
Dapat untuk menentukan macam hernianya. Untuk memeriksa pelipatan paha kiri digunakan
tangan kiri, pelipatan paha kanan dipakai tangan kanan. Caranya:
Ziemans test
Jari ke 2 diletakkan diatas annulus internus ( terletak diatas ligamentum inguinale pada
pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum ). Jari ke 3 diletakkan diatas annulus eksternus
( terletak diatas ligamentum inguinale sebelah lateral tuberkulum pubikum ). Jari ke 4
diletakkan diatas fossa ovalis ( terletak dibawah ligamentum inguinale disebelah medial dari
a. femoralis ). Lalu penderita disuruh batuk atau mengejan, bila terdapat hernia akan terasa
impulse atau dorongan pada ujung jari pemeriksa. Teknik ini dikerjakan bila tidak didapatkan
benjolan yang jelas.3

Thumb test
Teknik ini dilakukan bila benjolannya jelas. Benjolan dipegang diantara ibu jari dan jari
lain, kemudian cari batas atas dari benjolan tersebut. Bila batas atas dapat ditentukan, berarti
benjolan berdiri sendiri dan tiak ada hubungan dengan kanalis inguinalis ( jadi bukan
merupakan suatu kantong hernia). Bila batas atas tidak dapat ditentukan berarti benjolan itu
merupakan kantong yang ada kelanjutannya dengan kanalis inguinalis), selanjutnya pegang
2

leher benjolan ini dan suruh penderita batuk untuk merasakan impulse pada tangan yang
memegang benjolan itu.3
Finger test
Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk hernia sisi kiri.
Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari tersebut digeser sampai kuku
berada diatas spermatic cord dan permukaan volar jari menghadap ke dinding ventral
scrotum. Dengan menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari tersebut
masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat dipastikan selanjutnya akan berada
dalam kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa impulse pada ujung
jari, bila hernia inguinalis medialis maka teraba dorongan pada bagian samping jari.3
Perkusi
Bila isinya gas pada usus akan terdengar bunyi timpani.3
Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi hernia berupa
omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi usus.3
C. Pemeriksaan Penunjang
Herniografi
Dalam teknik ini, 5080 ml medium kontras iodin positif di masukkan

dalam

wadah peritoneal dengan menggunakan jarum yang lembut. Pasien berbaring dengan kepala
terangkat dan membentuk sudut kira- kira 25

derajat. Tempat yang kontras di daerah

inguinalis yang diam atau bergerak dari sisi satu ke sisi lain akan mendorong terwujudnya
kolam kecil pada daerah inguinal. Tiga fossa inguinal adalah suprapubik, medial dan lateral.
Pada umumnya fossa inguinal tidak mencapai ke seberang pinggir tulang pinggang agak ke
tengah dan dinding inguinal posterior. Hernia tak langsung muncul dari fossa lateral yang
menonjol dari fossa medial atau

hernia langsung medial yang menonjol dari fossa

suprapubik.3
Ultrasonografi
Teknik ini dipakai pada perbedaan gumpalan dalam segitiga femoral.3
Tomografi komputer
Dengan teknik ini mungkin sedikit kasus hernia dapat dideteksi.3

D. Working Diagnose
Dari data dan pemeriksaan maka didiagnosis pasien menderita penyakit hernia
inguinalis. Sebuah hernia inguinal merupakan benjolan dari isi intra abdominal dalam saluran
inguinal. Bentuk yang menonjol tertutup oleh sebuah lapisan dari peritoneum, menyebabkan
sebuah kerusakan pada dasar saluran inguinal. Saat kerusakan ini muncul secara lateral
terhadap pembuluh darah epigastrik yang dalam, ini diklasifikasikan sebagai sebuah hernia
inguinal tak langsung, saat benjolan ini berada di tengah pembuluh darah, maka disebut
sebuah hernia inguinal langsung.1
Berikut ini adalah beberapa poin dari perbedaan dalam diagnosis:
1. Hernia inguinal langsung, biasanya muncul setelah usia 40 tahun dan
berbentuk berdiri atau menegang. Biasanya dapat dengan mudah dan cepat
berkurang sendiri.
2. Sebuah hernia yang lebih panjang dari lebarnya sering berupa hernia tak
langsung.
3. Seseorang yang telah berusia lanjut dengan integritas lapisan yang lemah
sering menderita hernia langsung.1
Pada hernia inguinalis lateralis secara normal kantong peritoneum terobliterasi sehingga
kanalis inguinalis hanya akan terisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum
rotundum pada wanita.Jika terjadi kegagalan obliterasi isi rongga peritoneum dapat
memasuki kanalis inguinalis melalui cincin inguinal. Sedangkan pada hernia inguinalis
medialis umumnya bilateral, jarang mengalarni inkarserasi dan strangulasi.1
Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi kanan
dibandingkan sisi kiri.Peningkatan tekanan intra abdomen akibat berbagai sebab, yang
mencakup pengejanan mendadak, gerak badan yang terlalu aktif, obesitas, batuk menahun,
ascites. Mengejan pada waktu buang air besar, keharnilan dan adanya masa abdomen yang
besar merupakan predisposisi ke perkembangan hernia inguinalis.
Sebagian besar hernia inguinalis adalah asimptomatik, dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada anulus inguinalis superfisialis, atau
suatu kantong setinggi anulus inguinalis profundus.Yang terakhir dibuat terasa

lebih

menonjol bila pasien batuk. Salah satu tanda pertama hernia adalah adanya masa dalam
daerahinguinalis manapun ataubagian atas skrotum.2
4

Pada bayi dan anak adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui
oleh orang tua. Jika hernia menganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis
dan kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulate.1
Pasien juga melaporkan adanya benjolan yang hilang di pagi hari tetapi menjadi
semakin besar pada siang hari. Lebih jarang pasien datang dengan onset akut gejala yang
parah, terutama setelah aktifitas mendadak atau mengejan.1
Sebuah hernia inguinalis tidak pernah sembuh dengan sendirinya, dan jika simptomatik
maka cenderung memberat. Walaupun pasien dapat merasakan semakinkecilnya gangguan
dengan berjalannya waktu terutama dengan perubahan aktifitas, gejala cenderung meningkat.
Faktor - faktor yang paling penting dalam penanganan yang baik untuk hernia
inguinalis adalah penanganan yang sesuai dari dasar saluran inguinal,dengan perkiraan fascia
transversalis danpenutupan yang baik dari lingkaran internal.2

E. Different Diagnose
Diagnosis banding hernia inguinalis antara lain:
a. Hernia femoralis
Pada hernia inguinalis, leher hernia terletak diatas dan medial terhadap ujung
ligamentum. Pada hernia femoralis, leher hernia terletak dibawah dan lateral
terhadap ujung medial ligamentum inguinale dan tuberkulum pubikum.1

b. Limfadenopati
Limfadenopati menggambarkan adanya pembengkakan pada kelenjar limfe.
Kelenjar limfe sendiri adalah organ tubuh yang berbentuk kacang polong yang
tersebar di bawah ketiak, lipatan paha, leher, dada, dan perut. Kelenjar limfe
berfungsi sebagai penyaring cairan limfe yang beredar di seluruh tubuh. Saat
membengkak, diameter kelenjar limfe bisa lebih dari 1 cm.
Ada berbagai macam penyebab limfadenopati. Beberapa diantaranya adalah
infeksi bakteri atau virus, gangguan sistem kekebalan tubuh, kanker, dan efek
samping obat.`1

F. Manifestasi klinis
Pada umumnya pada orang dewasa keluhannya berupa benjolan dilipatan paha yang
timbul pada waktu mengedan,batuk,atau pada saat mengangkat beban berat, dan menghilang
waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat
paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu anak atau bayi sering
gelisah, banyak menangis, dan kadang kadang perut kembung,harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata.
Pada inspeksi,perhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha,skrotum,atau labia
dalam posisi berbaring dan berdiri.pasien diminta mengedan atau batuk,sehingga adanya
benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan
hernia,diraba konsistensinya,dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi.1
G. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita. Berbagai faktor penyebab
berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula faktor yang
dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. Pada
orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu
kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblliqus internus
abdominis yang menutupi annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fascia
transversa yang kuat menutupi trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan hernia. Faktor yang dipandang berperan
kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga
perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.1
Adapun faktor faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap insidensi hernia inguinalis
adalah sebagai berikut :
1. Hereditas
Menurut macready hernia lebih sering terjadi pada penderita yang mempunyai
orang tua, kakak atau nenek dengan riwayat hernia inguinalis.
2. Jenis kelamin

Hernia inguinalis jauh lebih banyak dijumpai pada laki laki dibanding pada
wanita (9:1). Hernia pada laki laki 95% adalah jenis inguinalis, sedangkan pada
wanita 45-50%. Perbedaan prevalensi ini di sebabkan karena ukuran ligamentum
rotundum, dan prosentase obliterasi dari processus vaginalis testis lebih kecil
dibanding obliterasi kanalis nuck.
3. Umur
Banyak terjadi pada umur di bawah 1 tahun, oleh macready disebutkan 17,5%
anak laki laki dan 9,16% anak perempuan mempunyai hernia. Tendensi hernia
meningkat sesuai dengan meningkatnya aktifitas, sekitar umur 26 50 tahun
insidensi menurun dan setelah umur diatas 50 tahun insidensi meningkat lagi oleh
karena menurunnya kondisi fisik.
4. Konstitusi atau keadaan badan
Banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan
menimbulkan lokus minoris atau kelemahan kelemahan otot serta terjadi
relaksasi dari anulus. Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium
akan mengurangi volume rongga abdomen sehingga terjadi peningkatan tekanan
intra abdomen.1
Kelahiran prematur dan berat lahir yang kecil dianggap sebagai faktor yang memiliki
resiko yang besar untuk menyebabkan hernia. Cacat bawaan, seperti kelainan pelvic atau
ekstrosi pada kandung kemih, dapat menyebabkan kerusakan pada saluran inguinal tak
langsung. Hal yang jarang terjadi kelainanan bawaan atau cacat collagen dapat menyebabkan
tumbuhnya hernia inguinal langsung.4

H. Patofisiologi
Secara patofisiologi, faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan
otot dinding di trigonum Hesselbach, hampir selalu menyebabkan hernia inguinalis direk atau
hernia inguinalis medialis. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya
pada pria tua. Hernia ini jarang, hampir tidak pernah mengalami inkarserasi dan strangulasi.
Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih. Hernia
inguinalis lateralis menonjol dari perut dilateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut
indirek karena keluar malalui dua pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis. Pada
bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya
prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum.1
I. Epidemiologi
7

Hernia inguinalis sudah dikenal sejak 1500 M,dalam bahasa Yunani hernia mempunyai
arti benjolan. Dalam bahasa latin berarti hancur atau robek. Pada waktu itu untuk mengontrol
hernia umum dipakai penyangga atau plester.Pada tahun 1363, Guy de Chauliac memisahkan
antara hernia inguinalis dan femoralis dan juga menjelaskan teknik reduksi pada kasus
strangulasi.
Stromeyer pada tahun 1559 memaparkan secara lengkap dimana membedakan hernia
inguinalis medialis dan lateralis, serta menganjurkan tidak perlu dilakukan pemotongan testis
pada operasi hernia. Awal abad 18 sampai abad 19 dapat diterangkan dan didefinisikan
anatomi regio inguinalis secara tepat dan jelas.
Insidensi hernia inguinalis belum diketahui secara pasti. Menurut Abrahamson (1997),
pada usia anak- anak, ditemukan antara 10-20 per 1000 kelahiran hidup. Di belahan dunia
bagian barat insiden hernia inguinalis pada usia dewasa bervariasi antara 10% dan 15%.
Sedangkan Zimmerson dan Anson cit Schwartz (1994), melaporkan kejadian hernia adalah
5% dari populasi laki- laki dewasa. Hernia inguinalis terjadi lebih banyak pada laki- laki
daripada wanita dengan perbandingan 12 : 1. Pada laki- laki umur 25- 40 tahun insidensinya
bervariasi antara 5-8%, sedangkan pada umur lebih dari 75 tahun mencapai 45%. Tahun
1993, Lichtenstein telah melaporkan lebih dari 700.000 kasus hernia inguinalis dilakukan
operasi di Amerika Serikat.1

J. Penatalaksanaan
Konservatif. Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif sehingga
dapat kambuh lagi.
1. Reposisi
Suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan atau mengembalikan isi hernia ke
dalam cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang
lembut dan pasti. Reposisi ini dilakukan pada hernia inguinalis yang reponibel
dengan cara memakai kedua tangan. Tangan yang satu memegang lekuk yang
sesuai dengan pintunya (leher hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan),
sedangkan tangan yang lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu tersebut.
Reposisi ini kadang dilakukan pada hernia inguinalis irreponibel pada pasien
yang takut operasi. Caranya, bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi
penenang valium 10 ml supaya pasien tidur, posisi tidur trendelenberg. Hal ini

rnemudahkan memasukkan isi hernianya. Jika gagal tidak boleh dipaksakan, lebih
baik dilakukan operasi pada hari berikutnya.5
2. Suntikan
Dilakukan setelah reposisi berhasil. Dengan rnenyuntikkan cairan

sklerotik

berupa alkohol atau kinin di daerah sekitar hernia, rnenyebabkan pintu hernia
mengalami sklerosis atau penyempitan, sehingga isi hernia tidak akan keluar lagi
dari cavum peritonei.5
3. Sabuk hernia
Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang rnasih kecil dan
menolak dilakukan operasi. Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan
menahan hernia yang telah di reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga
harus dipakai seumur hidup.5

Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.5

Indikasi diadakan operasi:


1. Hernia inguinalis yang mengalami inkarserata, meskipun keadaan umum jelek.
2. Hernia reponibel pada bayi dengan umur lebih dari 6 bulan atau berat badan lebih
dari 6 kilogram. Jalannya operasi menggunakan obat anastesi lokal berupa procain
dengan dosis rnaksimum 200 cc.5 Jika digunakan anastesi lokal, digarnbarkan incisi
berbentuk belah ketupat dan diberikan kira-kira 60 ml xylocain 0,5 persen dengan
epinefrin.
Operasi hernia ada 3 tahap
1. Herniotomy yaitu membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
ke cavum abdominalis.

2. Herniorafi yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon.
3. Hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding perut dan menghilangkan locus
minnoris resistentiae.
Operasi pada hernia inguinalis lateralis
Irisan kulit pada hernia inguinalis ini disebut inguinal incision, dua jari cranial dan
sejajar ligamentum inguinale mulai dari pertengahan. Dan ini sesuai dengan anulus inguinalis
internus. Panjang irisan tergantung dari besarnya hernia (tergantung kebutuhan), biasanya 5-8
cm. Pada anastesi lokal dilakukan infiltrasi procain kurang lebih tidak melebihi 20 cc. Setelah
kulit dibuka, subkutis dan jaringan lemak disiangi sampai tampak aponeurosis muskulus
obliqus eksternus yang merupakan dinding depan kanalis inguinalis. Kira-kira 2 cm cranial
ligamentun inguinale. Irisan ke medial sampai membuka anulus inguinalis eksternus.
Di dalam kanalis inguinalis terdapat funiculus spermaticus dibungkus muskulus
cremaster. Otot ini disiangi sampai funikulus spermaticus kelihatan. Funiculus dibersihkan
atau dicanthol sampai ke lateral dengan kain kasa, dan kantong peritoneum akan timbul di
sebelah caudomedialnya. Kantong ini dijepit dengan dua buah pinset sirurgik dan diangkat,
kemudian dibuka dengan memperhatikan agar isi hernia (usus) tidak terpotong. Kantong yang
terbuka lalu dijepit dengan klem Mickuliks sehingga usus tampak jelas. Kemudian usus
dikembalikan ke cavum abdominalis dengan rnelebarkan irisan pada kantong ke proksimal
sampai leher hernia. Sisa kantong sebelah distal dibiarkan dalam skrotum pada hernia yang
besar (karena bisa menimbulkan banyak pendarahan), sedang hernia yang kecil sisa kantong
tersebut dibuang. Kemudian leher dijahit ikat. Puntung ini kemudian ditanamkan di bawah
conjoint tendon dan digantungkan. Selanjutnya karena locus minoris resistantiae masih ada,
perlu dilakukan hernioplasty.5
Hernioplasty ada bermacarn-macam menurut kebutuhannya
Tujuannya untuk memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis.
1. Ferguson
Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus obliqus
externus dan internus abdominis dan muskulus obliqus internus dan transversus
10

dijahitkan pada ligamenturn inguinale dan meletakkan funiculus spermaticus di


dorsal, kemudian aponeurosis muskulus obliqus externus dijahit kembali
sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis.
2. Bassini
Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis dijahitkan pada
ligamentum inguinale. Funikulus spermaticus diletakkan ventral dari muskulus
tadi tetapi dorsal dari aponeurosis muskulus obliqus eksternus sehingga kanalis
inguinalis kedua muskuli tadi memperkuat dinding belakang dari kanalis
inguinalis, sehingga locus minoris resistantiae hilang.
3. Halstedt
Di lakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus minonis resistentiae.
Ketiga muskulus, muskulus obliqus eksternus abdominis, muskulus obliqus
internus abdominis, muskulus obliqus transversus abdominis, funikulus
spermatikus diletakkan di sub kutis (Kendarto Darmokusumo, I 993).
4. Shouldice
Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia transversalis dengan teknik
jahitan kontinyu (Sabiston, 1994).
Operasi pada hernia inguinalis medialis
Herniotomy pada hernia inguinalis medialis sama dengan teknik operasi hernia
inguinalis lateralis. Hernioplasty di sini memperkuat daerah medial dan anulus inguinalis
eksternus. Hernioplasty dikerjakan dengan cara Mc. Vay. yaitu menarik muskulus obliqus
abdominis internus dan muskulus transversus abdominis, serta conjoint tendon lalu dijahitkan
pada ligamentum cowperi atau pectineum lewat sebelah dorsal dari ligamentum inguinale.
K. Komplikasi
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat terjadi kalau isi hernia
terlalu besar atau terdiri dan omenturn, organ ekstra peritoneal (hernia geser atau hernia
akreta). Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia

11

tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana.
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Jepitan cincin
hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada pemulaan terjadi
bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan transudasi
kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis
dan kantong hernia akan berisi transudat berupa serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari
usus, dapat terjadi perforasi yang dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika
terjadi hubungan dengan rongga perut.1

L. Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong hernia.
Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca bedah seperti
nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi.6

III.

Kesimpulan
Jadi, dari pembahasan di atas dapatlah disimpulkan bahwa laki-laki tersebut menderita

hernia inguinalis yang merupakan benjolan dari isi intra abdominal dalam saluran inguinal.
Hernia dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi seperti hereditas, jenis kelamin, umur,
dan keadaan tubuh. Tindakan operatif merupakan tindakan penatalaksanaan yang rasional.
Prognosis hernia baik apabila ditangani secara dini dan tepat.

Daftar Pustaka
1. Syamsuhidayat R, and Wim de Jong. Buku ajar ilmu bedah. edisi revisi. EGC:
Jakarta; 1997.p. 706-10.
2. Sabiston. Buku ajar bedah. bagian 2. EGC: Jakarta; 1994.p.228 - 30.
3. Dunphy dan Botsford. Pemeriksaan fisik bedah. edisi 4. Yayasan Essentia Medika:
Yogyakarta; 1980.p. 145-6.
4. Sabiston and Lyerly. Text book of surgery the biological basis of modern surgical
practice. Ed 15nd. W. B, Saunders Company: London; 1997.p. 1.219 - 32.

12

5. Cameron J. L. Terapi bedah mutakhir. Ed IV. Binarupa Aksara: Jakarta; 1997.p. 70913.
6. Darmokusumo K. Buku pegangan kuliah ilmu bedah. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhamadiyah Yogyakarta: Yogyakarta; 1993.

13

Anda mungkin juga menyukai