Anda di halaman 1dari 2

Penatalaksanaan Pneumonia pada Pasien dengan Faktor Resiko

Diabetes Melitus
Penyakit DM mampu menyebabkan kerusakan organ secara menyeluruh
secara anatomis maupun fungsional. Komplikasi kronik dari penyakit DM
menyebabkan kelainan pada makrovaskular, mikrovaskular, gastrointestinal,
genito urinari, dermatologi, infeksi, katarak, glaukoma dan sistem muskulo
skeletal. Selain itu, salah satu penyakit yang berbahaya ialah pneumonia.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematianya
tinggi, tidak saja di negara berkembang, tapi juga di Negara maju. Pengobatan
pneumonia kebanyakan dilakukan secara empiris yaitu menggunakan antibiotik
spektrum luas yang bertujuan agar dapat melawan beberapa kemungkinan
penyebab infeksi. Tanpa disadari penggunaan antibiotik spektrum luas yang tidak
terkendali dapat menimbulkan efek samping obat dan potensi terjadinya resistensi
obat. Penggunaan obat yang tidak tepat dan efektif untuk kedua penyakit ini dapat
menimbulkan efek yang merugikan bagi tubuh penderita. Oleh karena itu,
pemilihan terapi farmakologi dan non farmakologi yang tepat sangatlah penting
agar tercapai terapi yang optimal.
Infeksi paru pada diabetes mellitus ditandai dengan perubahan pada
pertahanan imun host, di seluruh tubuh, dan khususnya secara lokal di paru-paru
maupun pada fungsi epitel pernapasan dan motilitas silia. Keadaan ini ditandai
dengan gambaran klinis yang serius, durasi yang lebih lama, komplikasi yang
lebih sering, dan peningkatan mortalitas. Angka kematian akiata infeksi paru pada
pasien diabetes dengan penyakit ginjal stadium akhir 10 kali daripada populasi
umum. Pentingnya keadaan hiperglikemia harus ditekankan dalam hal ini, karena
dapat menyebabkan perubahan pada pertahanan imun seseorang dan, akibatnya,
terjadi peningkatan kerentanan terhadap infeksi, khususnya infeksi paru.
Hiperglikemia kronis akibat kekurangan insulin absolut atau relatif
merupakan ciri gangguan metabolisme pada penderita diabetes mellitus, sehingga
tanda-tanda dan gejalanya khas. Insulin adalah driver yang sangat penting dari
proses anabolik. Besarnya dan durasi hiperglikemia sangat terkait dengan tingkat
keparahan komplikasi mikrovaskuler dan neurologis. Adanya komplikasi ini
menambah risiko terhadap infeksi. Kecenderungan untuk infeksi juga mungkin
didasarkan pada kondisi gangguan pada mekanisme pembersihan normal, dan
pada gangguan fungsi sel imun paru. Terdapat beberapa jenis infeksi paru yang
mungkin lebih sering terjadi pada penderita diabetes daripada di pada nondiabetis.
Pasien diabetes juga terjadi peningkatan risiko komplikasi pneumonia, seperti
bakteremia, atau pneumonia bakteri rekuren atau kronis, dan menyebabkan
peningkatan kematian yang mungkin berhubungan dengan penyakit medis yang
terjadi bersamaan.
Terapi pada pasien pneumonia dengan faktor resiko diabetes dimulai
dengan terapi antibiotik sesegera mungkin (berdasarkan hasil pemeriksaan
antibiogram jika mungkin). Prioritas harus diberikan terhadap antibiotik dari
kelompok kuinolon dan aztreonam (kelompok-kelompok ini melakukan penetrasi
intraseluler yang lebih baik dan mempunyai efikasi yang lebih baik pada pasien
immunocompromised). Harus diperhatikan pada kemungkinan perkembangan
resistensi terhadap antibiotik. Keadaan glikemik harus dalam keadaan baik karena
akan berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh.
Penatalaksanaan pada pasien ini harus melibatkan pendekatan yang
komprehensif untuk semua aspek pengobatan pasien. Diperlukan kontrol glikemik
karena berkaitan dengan fungsi sel kekebalan tubuh. Selain itu, manajemen cairan

dan resusitasi pada pasien diabetes dengan gagal jantung atau ginjal yang terjadi
bersamaan dapat mempersulit terapi. Bahkan tanpa adanya tingkat kreatinin
serum, pasien mungkin mengalami disfungsi ginjal yang hanya terlihat oleh
adanya mikro atau makroalbuminuria. Banyak antibiotik yang digunakan dalam
pengobatan infeksi paru harus disesuaikan pada pasien dengan hanya ginjal.
Aminoglikosida sangat rentan terhadap perbutukan disfungsi ginjal pada penderita
diabetes
Karena sel kekebalan yang mungkin mengalami defek ikut bertanggung
jawab atas peningkatan kejadian infeksi dan morbiditas tinggi dan mortalitas
terkait pada penderita diabetes, obat ini mampu menambah fungsi sel inang secara
teoritis menawarkan modalitas terapi yang menarik untuk melengkapi agen
antimikroba saat ini. Terapi sitokin eksogen dapat berfungsi sebagai terapi
adjuvant pada infeksi yang rumit seperti pada MDR Mycobacterium tuberculosis
atau beberapa spesies bakteri yang resisten terhadap multipel obat, mengurangi
keparahan infeksi, melindungi risiko tinggi pada host, atau digunakan sebagai
vaksin immunoadjuvant.

Pneumonia pada dapat terjadi pada orang tanpa kelainan imunitas yang
jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati
adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.
Frekuensi relative terhadap mikroorganisme petogen paru bervariasi menurut
lingkungan ketika infeksi tersebut didapat. Misalnya lingkungan masyarakat, panti
perawatan, ataupun rumah sakit. Selain itu factor iklim dan letak geografik
mempengaruhi peningkatan frekuensi infeksi penyakit ini.
2.3 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu
bakteri, virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri.
Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram,
Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri
staphylococcus aureus dan streptococcus aeruginosa. Pneumonia lainnya
disebabkan oleh virus, misalnya influenza.
Pneumonia lobaris adalah peradangan jaringan akut yang berat yang
disebabkan oleh pneumococcus. Nama ini menunjukkan bahwa hanya satu lobus
paru yang terkena. Ada bermacam-macam pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri lain, misalnya bronkopneumonia yang penyebabnya sering haemophylus
influenza dan pneumococcus.
4
3
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan
tubuhnya , adalah yang paling berisiko.
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan
yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia
lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru.
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru

Anda mungkin juga menyukai