Anda di halaman 1dari 4

REFLEKSI KASUS JENAZAH

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Bagian Ilmu Kedokteran
Forensik di RSUP DR. Sardjito

Diajukan kepada
dr. I.G.B Surya Putra Pidada, Sp. F

Disusun oleh
Ria Angelia Putri
030.08.204

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
PERIODE 6 JUNI 2016 2 JULI 2016
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR SARDJITO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2016

A. Deskripsi Kasus
Identitas Jenazah
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal pemeriksaan
No. Visum

:
:
:
:
:
:
:
:

X
29 Juni 2016
KL Rangka 069/2016

Informasi Kasus
Pada hari Sabtu, 25 Juni 2016 pukul 14.30 WIB telah ditemukan kerangka
yang didguga Kerangka Manusia di Pedukuhan Penggung RT. 67/24 Giripurwo,
Girimulyo, Kulonprogo. Awal mula pada hari Sabtu tanggal 25 Juni 2016 Pelapor
pergi ke kebun miliknya untuk mencari rumput dan tiba-tiba melihat kerangka
manusia kemudian Pelapor pulang memberitahukan pada sanksi 1 (satu), kemudian
melaporkan kejadian tersebut ke saksi 2 (dua). Selanjutnya saksi 2 (dua) melapor
kejadian tersebut ke polsek Girimulyo pada hari Minggu tanggal 26 Juni 2016 sekira
pukul 07.00 WIB guna pengusutan lebih lanjut. Untuk sementara identitas kerangka
manusia tersebut belum diketahui.
Pada tanggal 29 Juni 2016 mulai pukul 08.28 hingga pukul 09.45 WIB
dilakukan pemeriksaan rangka oleh Tim kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito
dengan hasil sebagai berikut :
1. Keadaan Jenazah :
Jenazah tak bermaterai, terletak diatas meja otopsi, dibungkus dengan kardus
bermerek Aqua berwarna cokelat dan biru, disegel selotip berwarna merah.
Bungkus dibuka, terdapat kantong plastik yang bertuliskan Pop-n-Fume
kantong plastik dibuka, jenazah tidak berlabel, jenazah hanya berupa tulang
belulang.
2. Kaku Jenazah :
Tidak dapat dinilai karena pembusukan dan hanya terdapat tulang belulang.
3. Lebam Jenazah :
Tidak dapat dinilai karena pembusukan dan hanya terdapat tulang belulang.
4. Pembusukan Jenazah :
Terdapat pembusukan. Hanya terdapat tulang belulang.
5. Terdapat :
Pada tulang kepala hampir seluruh sambungan antar tulang kepala menyatu
sempurna. Penonjolan tulang kepala belakang bagian processus mastoideus besar.
Penonjolan tulang kepala belakang bagian protuberantia occipitalis eksterna
menonjol. Pada dahi terdapat luka memar. Bentuk rongga mata kanan dan kiri

persegi dengan batas tepi atas rongga mata tajam. Pada seluruh rongga hidung,
terdapat luka memar. Pada kedua pipi terdapat luka memar. Pada pipi kanan tepat
pada rongga mata kanan bagian bawah terdapat retak tulang.
Kesimpulan Hasil Pemeriksaan
1. Jenazah kerangka manusia berjumlah satu individu, ras mongoloid, berjenis
kelamin laki-laki, perkiraan usia lebih dari empat puluh tahun dengan tinggi badan
seratus empat puluh tujuh koma nol tujuh sampai seratus lima puluh enam koma
tujuh.
2. Terdapat luka memar pada dahi, hidung dan kedua pipi serta terdapat retak tulang
pada pipi kanan akibat kekerasaan tumpul.
3. Sebab kematian masih menunggu hasil pemeriksaan penunjang.
B. Masalah yang dikaji
1. Aspek medikolegal yang terkait pada kasus ini?
C. Analisa dan Pembahasan
Pada kasus ini dapat dikategorikan kasus kriminal karena ada curiga trauma pada
tulang maxilla, tulang juga ditemukan ditempat yang tidak wajar dan pelapor merasa
itu bukan miliknya. Karena itu kasus ini merujuk pada aspek hukum tentang kejahatan
pada manusia dengan pasal-pasal terkait, sebagai berikut :
Pasal 120 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat seorang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus.
(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka
penyidik bahwa ia akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang
sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan
atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak
memberikan keterangan yang diminta.
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang pengajuan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk

pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dan diberi cap
jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Pasal 134 KUHAP
(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat
tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada keluarga korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelasjelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukan pembedahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan

sebagaimana

dimaksud

dalam

pasal

133

ayat

(3) undang-undang ini.


Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenernya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
D. Kesimpulan
Dalam kasus ini penyidik dan ahli kedokteran sudah menjalankan tugasnya sesuai
dengan pasal-pasal yang tercantum dalam KUHAP. Namun untuk jenazah maupun
keluarga tidak ditemukan data-data yang jelas sehingga penyidik belum bisa
memberitahukan kepada keluarga korban sebelum dilakukannya pemeriksaan.
E. Referensi
1. Safitri O. Kompilasi Peraturan Perundang-udangan terkait Praktik Kedokteran.
Jakarta; Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI. Tahun
2014. p:13-6.

Anda mungkin juga menyukai