STUDI PUSTAKA
2.1.
Urea
Urea atau karbamida merupakan suatu senyawa organik
dengan rumus kimia (NH2)2CO. Molekul urea memiliki dua gugus
amina (-NH2) yang digabungkan oleh gugus fungsi karbonil. Urea
pertama kali ditemukan dalam urin pada tahun 1773 oleh
kimiawan perancis Hilaire Roulle. Pada tahun 1828, seorang
kimiawan Jerman Friedrich Wohler memperoleh urea dengan
mereaksikan perak tiosianat dengan ammonium klorida dalam
sebuah percobaan yang gagal untuk memperoleh ammonium
tiosianat. Urea memiliki peran penting dalam metabolisme
senyawa yang mengandung nitrogen pada hewan mamalia. Urea
berbentuk padat, tidak berwarna, bersifat netral, sangat larut
dalam air dan relatif tidak beracun. Urea disintesis di dalam
tubuh berbagai organisme sebagai bagian dari siklus urea, yang
dapat berasal dari oksidasi asam-asam amino ataupun ammonia
(Shanmugam, dkk., 2010).
12
langsung terkena air maka senyawa tersebut akan terencerkan sehingga tidak
membahayakan dirinya. Jasad hidup yang demikian itu tergolong dalam hewan
amonotelat. Hewan yang mengekskresikan urea dinamakan ureotelat dan yang
membuang sekretnya berupa asam urat adalah urikotelat (burung, reptilia)
(Martoharsono, 2006).
Poedjiadi (1994) menjelaskan bahwa NH3 dapat dilepaskan dari asam
amino melalui reaksi transaminasi dan deaminasi. Pada reaksi transaminasi gugus
NH2 yang dilepaskan diterima oleh suatu asam keto, sehingga terbentuk asam
amino baru dan asam keto lain, sedangkan pada reaksi deaminasi, gugus NH2
dilepaskan dalam bentuk ammonia yang kemudian dikeluarkan dalam tubuh
dalam bentuk urea dalam urine. Amonia dengan kadar yang tinggi merupakan
racun bagi tubuh manusia.
Hans Krebs dan Kurt Henseleit pada tahun 1932 mengemukakan
serangkaian reaksi kimia tentang pembentukan urea. Mereka berpendapat bahwa
urea terbentuk dari ammonia dan karbondioksida melalui serangkaian reaksi
kimia yang berupa siklus, yang mereka namakan siklus urea (Poedjiadi, 1994).
Pembentukan urea ini terutama berlangsung dalam air, bersifat netral,
terdapat dalam urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Biosintesis urea terdiri
atas beberapa tahap reaksi yang merupakan suatu siklus sebagai berikut
(Poedjiadi, 1994):
1.
2.
3.
4.
5.
13
sentrifugasi
sederhana
dan
menghilangkan
atau
14
dan
15
Hampir seluruh urea dibentuk di dalam hati yang berasal dari metabolisme
protein (asam amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intrasel dan
ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada keseimbangan
nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap hari. Kadar dalam
darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea (Widman,
1995).
Urea berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan.
Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein, urea biasanya
berada di atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal
karena mencerminkan rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume
plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati
berat. Apabila pemecahan produk-produk metabolisme protein tertimbun dalam
darah, akan menyebabkan terjadinya sindroma yang dikenal dengan azotemia.
Azotemia merupakan keadaan toksik yang disebabkan oleh gagal ginjal. Hal ini
bisa terjadi apabila fungsi ginjal tidak dapat membuang urea keluar dari tubuh
sehingga urea menumpuk dalam darah.
2.4.1 Azotemia
Azotemia adalah kenaikan kadar urea nitrogen dalam darah (BUN) dan
kreatinin. Kadar normal BUN adalah 8-20 mg/dL dan kreatinin serum adalah 0.71,4 mg/dL. Kuantitas filtrasi glomerulus diproduksi setiap menit oleh semua
nefron di kedua ginjal yang disebut laju filtrasi glomerulus (LFG). Rata-rata LFG
adalah sekitar 125 mL/menit (10% lebih rendah untuk wanita) atau 180 L/hari.
Sekitar 99% filtrat (178 L/hari) direabsorpsi dan sisanya (2 L/hari diekresikan
(Salifu, dkk, 2012). Terdapat tiga patofisiologi dalam azotemia sebagai berikut :
2.4.1.1
Azotemia Prerenal
Azotemia preranenal ditandai dengan kenaikan BUN dan kreatinin yang
merupakan hasil dari masalah sikrulasi sistem yang menurunkan aliran menuju
ginjal. Penurunan aliran darah menuju ginjal menyebabkan garam dan air
simpanan untuk kembali disimpan. Hal tersebut menyebabkan penuruan volume
dan tekanan yang dapat memicu hipotalamus memproduksi hormon antidiuretik
sehingga memberikan efek pada saluran medulla untuk menyeap air kembali.
Melalui mekanisme yang tidak diketahuui, aktivasi sistem syaraf simpatetik
mengarah ke reabsorpsi pada tubular proximal sehingga garam, air, BUN,
16
kreatinin, kalsium, asam urat dan bikarbonat menumpuk dalam darah (Salifu dkk,
2012).
2.4.1.2
Azotemia Intrarenal
Azotemia intrarenal biasa dikenal juga dengan gangguan ginjal akut
(GnGA). Hal ini mengarah pada kenaikan BUN dan kreatinin yang merupakan
hasil dari beberapa masalah pada ginjal itu sendiri. Terdapat beberapa definisi
mengenai gangguan kesehatan ini, termasuk kenaikan level kreatinin sekitar 30%
dari normalnya atau pengurangan pengeluaran dibawah 500 mL/hari (Salifu dkk.,
2012).
serum
lainnya
termasuk
urea,
serta
adanya
17
protein yang tinggi, bisa terjadi selama pengobatan dengan androgen yang intensif
misalnya untuk karsinoma payudara, juga pada malnutrisi protein jangka panjang
(Baron, 1995).
2.5
Metode Analisis Urea secara Klinis
2.5.1 Analisis Urea Secara Kolorimetri dengan Reagen
Diasetil Monoksim
Metode penentuan BUN secara kolorimetri dengan reagen diasetil
monoksim pertama kali ditermukan oleh Fearon pada tahun 1939. Metode
penentuan urea secara kolorimetri menggunakan reagen diasetil monoksim
merupakan dasar dari berbagai metode penentuan kadar urea dalam cairan-cairan
biologis.
Penentuan
urea
dilakukan
secara
langsung
tanpa
reaksi
antara
urea
dan
diasetil
monoksim
yang
18
diasetil monoksim
urea
3-hidroksi-5.6-dimetil-1,2,4,triazin
Gambar 2.4 Reaksi antara urea dan diasetil monoksim
19
urease
NH3 + CO2
20
indophenol
klinis.
Untuk
pembuatan
biosensor
urea,
urease
berdasarkan
reaksi
enzim-substrat
yang
terjadi
urease
NH3 + CO2
hasil
reaksinya
NH4+
adalah
dan
OH-.
Perubahan
dengan
potensial.
Besarnya
potensial
yang
yang
kestabilan enzim.
2.5.4 Analisis
dibuat
Urea
dapat
memberikan
dengan
Chromatography (UFLC)
efek
Ultra-Fast
terhadap
Liquid
21
Analisis ini dilakukan pada sampel yang berupa cairancairan biologis yaitu plasma darah, susu dan urin untuk
menentukan
kadar
urea
dalam
tubuh
dari
hewan
ternak
urea
haruslah
diubah
menjadi
derivat
yang
yang
kemudian
dipisahkan
22
pada
permasalahan
untuk
mengukur
adsorbsi,
indek
bias,
untuk
analis,
contohnya
seperti
potensiometri
mikroba
dan
23
a. Akurasi (Kecermatan)
b. Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan.
c. Presisi (Keseksamaan)
d. Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran homogen
e. Sensitivitas
f. Merupakan kemampuan suatu sensor untuk mendeteksi suatu analit dalam
konsentrasi yang sangat kecil. Nilai sensitivitas dapat ditentukan dari slope
kurva kalibrasi dalam rentang konsentrasi tertentu atau biasa disebut
sensitivitas kalibrasi
g. Linier Range
h. Merupakan kemampuan suatu metode analisis yang memberikan respon
secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel.
i. Limit Deteksi
j. Didefinisikan sebagai konsentrasi atau massa terkecil suatu analit yang masih
dapat terdeteksi atau terukur. Sering juga limit deteksi didefinisikan sebagai
konsentrasi dimana suatu sinyal dalam rasio tertentu masih dapat diterima dan
dihitung.
k. Selektivitas (Spesifitas)
l. Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya
mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel
m. Waktu Pakai
n. Biasanya sensor memiliki waktu pakai yang ditentukan oleh stabilitas dari
molekul/reseptor yang digunakan didalamnya.
o. Stabilitas dan Daya Tahan
p. Stabilitas adalah sejauh mana sensor dapat secara konsisten memberikan
besar sensitifitas yang sama, serta berapa lama sensor tersebut dapat terus
digunakan.
2.7
Immobilisasi
24
secara
penjebakan
25
melibatkan dua molekul yaitu molekul adsorben dan adsorbat. Adsorben adalah
zat tau padtan yang digunakan untuk adsorpsi, sedangkan adsorbat adalah gas
(molekul) atau zat yang terlarut (molekul atau ion) dalam larutan (Sime, 1990).
Adsorben dapat berupa cairan sehingga dapat terjadi antara zat padat dan zat cair,
zat pada dan gas, zat cair dan zat cair atau gas dan zat cair (Alberty, 1983).
Untuk mengetahui karakteristik yang terjadi dalam proses adsorpsi dapat
diilustrasikan pada Gambar 2.5, padatan berpori (pores) yang menghisap (adsorp)
dan melepaskan (desorp) suatu fluida disebut adsorben. Molekul fluida yang
dihisap teteapi tidak terakumulasi atau melekat ke permukaan adsorben disebut
adsorptive, sedangkan yang terakumulasi atau melekat disebut adsorbat (Alberty,
1983).
Faktor-faktor
terpenting
yang
mempengaruhi
adsorpsi
26
aktif, alumina, dan bahan-bahan resin lainnya yang biasanya digunakan sebagai
adsorban (Kuswandi, 2010).
Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu terjadinya
penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara dua fase.
Adsorpsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisik (physical adsorption) dan
adsorpsi kimia (chemical adsorption).
a. Adsorpsi Fisika
Gaya yang menyebabkan adsopsi fisika merupakan gaya
Van der Walls. Gaya ini menyangkut tarik-menarik elektrostatis
antar molekul secara fisika yang terjadi antara permukaan
adsorben dan adsorbat tanpa disertai perubahan kimia. Adsorbat
dalam adsorbsi fisika tidak terikat kuat dengan adsorbennya
sehingga dapat dengan mudah terjadi desorpsi atau pelepasan
kembali adsorbat dari permukaan adsorben. Adsorpsi fisika ini
mempunyai panas adsorpsi molar kurang dari 40 kJ/mol.
b. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia merupakan hasil interaksi elektron-elektron
molekul
adsorben
dan
adsorbat
sehingga
mencakup
diam
untuk
kromatografi
lapis
tipis
seringkali
juga
polar
yang
paling
sering
27
ikatan hidrogen
dengan
molekul-molekul