Kista 1
Kista 1
Oleh :
Ni Putu Eka Sintia Dewi Astiti
1202106023
Kelenjar atau sisa epitelal dari serrosa, biasanya hal ini menyebabkan
terjadinya kista odontogenik keratosis,kista gingival dan periodontal lateral
developmental
Email epithelium tereduksi yang berasal dari email dan selaput pelindung gigi
yang belum tererupsi namun telah terbentuk sempura. Biasanya ini
merupakan penyebab terjadinya kista dentigerous (folikular) dan kista erupsi
yang berasal dari jaringan ini.
merupakan kista yang terjadi karena adanya inflamasi. Klasifikasi kista mandibula
menurut WHO berdasarkan penyebabnya adalah kista developmental dan kista
inflammatory.
Developmental
Kista Dentigerous
Kista erupsi
Inflammatory
periodontal)
Kista residual
Kista Residual
Kista residual merupakan jenis kista yang ditemukan pada mandibula akibat
tidak diambilnya kista tersebut pada pencabutan gigi sebelumnya.
Kista Developmental
dari hasil deferensiasi sel-sel epithel lamina yang disebut gland of serres
mempunyai kapasitas untuk berproliferasi, mengalami keratinisasi dan
membentuk kista kecil sejak dimulainya tahapan awal pertumbuhannya yaitu
usia 10 minggu intrauterine.
Kista gingiva dapat tumbuh menyertai pertumbuhan gigi, kista gingiva pada
bayi merupakan jenis kista yang dindingnya dilapisi oleh lapisan epithel tipis
jenis Stratified skuamos dengan permukaan yang parakeratotik dan kista
berisi jaringan keratin. Tidak perlu pengobatan karena dapat hilang sendirinya
begitu gigi tumbuh
kista
mempunyai
gambaran
histopatologis
epithelnya
gambaran
jelas
parakeratotik
dan
kadang-
kadang
ortokeratotik. Perimordial kista merupakan jenis kista yang tumbuh pada usia
muda dan bukan merupakan pertumbuhan dari kista dentigeruos atau kista
radikuler.
Kista Dentigeruos
Kista Dentigeruos tumbuh dari dental follicle pada gigi yang tidak erupsi atau
dari gigi yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kista ini merupakan jenis
kista yang tumbuh menutupi gigi yang tidak erupsi dengan ujung melekat di
leher gigi. Pada Kista Dentigeruos yang mengalami peradangan sulit
membedakannya dengan kista radikuler.
Kista Erupsi
Kista erupsi merupakan tipe lain dari kista dentigeruos dan mempunyai
patogenesis yang sama. Kista erupsi terbentuk pada saat gigi akan terbentuk
pada anak umumnya kista terjadi saat pertumbuhan gigi sulung atau pada
pertumbuhan gigi incicive atau molar. Kista tidak tumbuh di tulang sehingga
gambaran radiologis tidak terlihat adanya kelainan, tetapi akan terlihat pada
gingiva yang menebal. Gambaran Klinis terlihat pembengkakan gingiva
kebiruan yang dilapisi oleh selapis tipis mukosa.
5. Patofisiologi
Patogenesis Terjadinya Penyakit Periapikal
6. Gejala
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi
Patah tulang paling sering disebabkan oleh trauma, trauma pada anak-anak
dan dewasa muda, apabila tulang melemah patah dapat terjadi hanya akibat
trauma minimal atau tekanan ringan hal ini disebut fraktur patologis, fraktur
patologis sering terjadi pada orang tua yang mengidap osteoporosis, penderita
fumor, fraktur stres dapat terjadi pada tulang normal akibat stres tingkat rendah
yang berkepanjangan atau berulang. Fraktur stress juga disebut fraktur kelelahan
biasanya terjadi akibat peningkatan drastis tingkat latihan pada seorang atlet/pada
permukaan aktivitas fisik baru karena kekuatan otot meningkat secara lebih cepat
dibandingkan kekuatan tulang.
Maka tulang yang mengalami fraktur menyebabkan robeknya jaringan
kulit sekitar sehingga terjadi inflamasi dan luka pada kulit hingga kepatahan
tulang. Pada fraktur tertutup terjadi pergeseran fragmen tulang dan menekan
syaraf pada jaringan sekitar dan menimbulkan sindroma kompartemen dan aliran
darah terganggu sehingga O2 dalam darah menurun. Jika kerusakan jaringan lunak
tidak segera diatasi maka terjadi perdarahan yang hebat karena pada femur
terdapat arteri yang sangat besar yaitu arteri femoralis.
PATHWAY
Tekanan/kekerasan
langsung/stress berulang
9. v
Pergeseran tulang
Reaksi Inflamasi
Kerusakan fragmen
tulang,cedera jar.lunak
Pengeluaran bradikinin
dan berikatan dengan
nociceptor
deformitas
Pembuluh darah terputus
Ekstremitas tdk dpt
berfungsi dgn baik
Hambatan Mobilitas Fisik
Pengeluaran mediator
kimia (histamin)
Perdarahan
Pengumpulan darah
(Hematoma)
Penatalaksanaan medis
Nyeri
akut
Gangguan
Citra
Tubuh
Ada port
entry
Resiko
Infeksi
Pembengkakan
(tumor) dan
rubor
Nyeri
Kerusakan
Integritas kulit
Darah banyak
keluar
Gang perfusi
jaringan perifer
ATP
Kelemahan
b) Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler.
c) Palpasi
Takikardi
8.
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan Penunjang
X.Ray
Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
CCT kalau banyak kerusakan otot.
9.
Penatalaksanaan
diterima.
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada
anatomik normalnya.
Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.
Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang
mendasarinya tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera
mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi
karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi
1.
fragmen
tulang
ke
posisinya
(ujung-ujungnya
saling
beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak
diteruskan dengan pemasangan gips.
Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction.
Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit
3.
b. Imobilisasi
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan
dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Sasarannya
adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi penyembuhan.
Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal
(bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alatalat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll).
Perkiraan Waktu Imobilisasi yang Dibutuhkan untuk Penyatuan Tulang Fraktur
(dalam minggu)
FEMUR
Intrakapsuler
Intratrokhanterik
Batang
Suprakondiler
24
(10-12)
18
(12-15)
c. Rehabilitasi
Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada
bagian yang sakit.
Untuk
mempertahankan
dan
memperbaiki
fungsi
dengan
10. Komplikasi
Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan emboli lemak.
Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union, non-union,
malunion, kekakuan sendi lutut, infeksi dan gangguan saraf perifer akibat traksi
yang berlebihan. (Mansjoer,dkk, 2000)
a) Aktifitas/istirahat
Penurunan kekuatan dan tahanan otot, kelemahan, keletihan, toleransi terhadap
latihan lemah
b) Sirkulasi
Terjadi kehilangan darah yang sangat banyak.
c) Integritas ego
Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan
transfusi darah. Adanya ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik
diri, dan marah.
d) Eliminasi
Terjadinya perubahan eliminasi fekal dan pola berkemih karena adanya
immobilisasi.
e) Makanan/cairan
Klien memerlukan nutrisi yang cukup untuk mempercepat pertumbuhan tulang.
f) Neurosensori
Klien mengalami kelemahan
g) Nyeri/kenyamanan
Klien terganggu tingkat kenyamanannya karena adanya rasa nyeri.
h) Keamanan
Klien berisiko mengalami infeksi karena putusnya banyak jaringan.
2. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan melaporkan
rasa nyeri, dan tampak meringis.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai
dengan pasien terlihat lambat saat bergerak, pasien telihat mengalami keterbatasan
kemampuan untuk melakukan ketrampilan motorik kasar
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan histamin ditandai
dengan bengkak dan kemerahan pada kulit
Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel ditandai
dengan warna kulit pucat
Resiko Infeksi berhubungan dengan patahnya tulang dan pemasangan traksi
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan Setelah
Tujuan
dilakukan
Intervensi
asuhan NIC Label : Pain Management
Rasional
nyeri,
dan
tampak klien
meringis.
hilang/berkurang termasuk
durasi,
lokasi,
frekuensi,
karakteristik, klien
2. Untuk
mengetahui
tingkat
kualitas dan
ketidaknyamanan dirasakan oleh
faktor presipitasi
2. Observasi
aspek
nonverbal
Melaporkan tidak adanya
3.
terhadap nyeri yang dirasakan klien
nyeri
3. Ajarkan tentang teknik non
Tidak
ada
perpanjangan
farmakologi : napas dalam,
episode nyeri
relaksasi, distraksi dan kompres
Tidak ada agitasi
4.
panas atau dingin
4. Posisikan klien dalam posisi
klien
Untuk
mengalihkan
perhatian
senyaman mungkin.
dirasakan klien.
5. Berikan Health Education pada5. Pemberian health
klien mengenai nyeri , seperi dapat
mengurangi
education
tingkat
dirasakan,
antisipasi
terhadap
dirasakan klien.
dan
tindakan dalam
nyeri
membentuk
mekanisme
6. Berikan
terapi
analgetik
jika parah.
diindikasikan
2.
Hambatan
mobilitas
berhubungan
peurunan
ditandai
fisik Setelah
dilakukan
dengan
telihat
keterbatasan
kemampuan Exercise
pasien
pasien pergerakan pasien meningkat keluarga pasien tentang pentingnya sama menjaga pola istirahat klien
kepada
dapat
pergerakan
bertahap
dari tidur.
duduk-berdiri-jalan
Energy Management
6. Jelaskan
batasan
dilakukan.
pada
gerak
pasien
7. Jelaskan
pada
pasien
kebutuhan
energy
pasien.
6. Agar tahap gerakan yang
9. Konsultasi dengan ahli gizi untuk
dilakukan sesuai proses
meningkatkan status nutrisi pasien.
penyembuhan
Exercise Promotion
10. Motivasi pasien untuk memulai
aktivitas.
11. Anjurkan pasien untuk melanjutkan7. Agar pasien tahu gerakan-gerakan
latihan aktivitas.
yang harus dihindari
12. Pantau respon pasien saat latihan
aktivitas.
Kerusakan
integritas
kulit Setelah
diberikan
berhubungan
adanya
4.
yang diharapkan
Warna dalam rentang yang
diharapkan
Tekstur dalam rentang yang
diharapkan
Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan intervensi NIC Label:
perifer berhubungan dengan selama .. x 24 jam, status
penurunan komponen seluler sirkulasi
yang
diperlukan
pengiriman
oksigen
pasien
HemodynamicRegulation
normal
1. Monitor dan dokumentasi nadi,
irama jantung dan denyut jantung
dan
2.
1.
5.
tanda
atau
tanda-tanda infeksi dengan
segera melapor bila ada tandagejala infeksi.
criteria hasil :
tanda infeksi.
2. Rawat luka secara teratur dan
NOC
Label:
Infection
2. Perawatan luka yang teratur dan
aseptic
Severity
aseptik dapat menghindari sekecil
diberikan
operasi
3. Jaga luka agar tetap bersih dan
3. Media yang lembab dan basah
kemerahan,bengkak,panas,
kering.
merupakan media yang baik untuk
penurunan fungsi.
seperti
kebersihan
lingkungannya
klien
secepatnya
NIC Label:
Active Listening:
berhubungan
dengan keperawatan selama.x24
1. Tentukan tujuan dari interaksi
Untuk
membina
prosedur pengobatan ditandai jam diharapkan adaptasi
2. Tunjukkan ketertarikan terhadap
terapeutik dengan
komunikasi
tanda
mengatasi .
6.
Gangguan
citra
pasien
dan
dengan
penampilam
klien
3. Gunakan
pernyataan
memberikan
pertanyaan
untuk
maupun
mendorong
pasien
kesempatan
untuk
perasaannya
pada
mengungkapkan
sehingga
stress
ekspresi mengenai
pemikiran,
pasien dapat dikendalikan
NOC Label: Body Image
perasaan, dan perhatian.
Verbalisasi
tentang
penyesuaian
ketidakmampuan
Beradaptasi
keterbatasan fungsi
Menggunakan strategi untuk Self-Care Assistance
5. Monitor kemampuan pasien untuk
mengurangi
stress
yang
perawatan
diri
mandiri
berhubungan
dengan
6. Monitor kebutuhan pasien terhadap
ketidakmampuan
Menerima
kebutuhan perangkat adaptif untuk melakukan
kebersihan
diri,
berpakaian,
terhadap bantuan fisik
Melaporkan
penurunan toileting, dan makan
7. Berikan bantuan sampai pasien
tingkat
stress
yang
dapat melakukan perawatan diri
berhubungan
dengan
mandiri
ketidakmampuan
8. Bantu pasien untuk menerima
ketergantungan
Dilakukan
pasien
untuk
dalam
intervensi
masalah
membantu
menciptakan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Buckley R, Panaro CDA. General principles of fracture care. Diunduh dari
http://www.emedicine.com/orthoped/byname/General-Principles-of-FractureCare.htm. Update terakhir: 19 Juli 2007
Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.
Jakarta: EGC
Joanne & Gloria. 2004. Nursing Intervention Classification Fourth Edition,
USA: Mosby Elsevier.
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media
Aesculapius: Jakarta
NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011
(terjemahan). Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik, Ed.4. Vol.2. Jakarta: EGC.
Price, A. Sylvia & Wilson. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Sue Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification
Fourth Edition. USA: Mosby Elsevier.