Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada

Pasien Kista Radikular Mandibula

Oleh :
Ni Putu Eka Sintia Dewi Astiti
1202106023

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
2016

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Kista Radikular Mandibula
Kista adalah suatu rongga patologis pada mandibula yang tumbuh secara
abnormal berisi cairan dalam suatu kapsul yang dibatasi membran epithelium.
Biasanya kista disebabkan oleh trauma, radang, gangguan pertumbuhan, ataupun
retensi. Kista radikular biasanya ditemukan berukuran kecil dan tidak
menyebabkan pembengkakan di permukaan jaringan dan berbatas jelas apabila
tidak terjadi infeksi. Pembesaran kista pada bagian mandibula dapat menyebabkan
asimetris pada wajah, pergeseran gigi dan perubahan oklusi, hilangnya gigi yang
berhubungan dengan lokasi kista, serat terjadinya pergeseran gigi.
2. Epidemiologi
3. Etiologi
Terdapat tiga penyebab kista radikular mandibula yang berperan sebagai asal
terjadinya terdiri dari:

Kelenjar atau sisa epitelal dari serrosa, biasanya hal ini menyebabkan
terjadinya kista odontogenik keratosis,kista gingival dan periodontal lateral
developmental

Email epithelium tereduksi yang berasal dari email dan selaput pelindung gigi
yang belum tererupsi namun telah terbentuk sempura. Biasanya ini
merupakan penyebab terjadinya kista dentigerous (folikular) dan kista erupsi
yang berasal dari jaringan ini.

Sisa Malassez yang terbentuk melalui fragmentasi dari akar epithelial


selubung Hertwig.

4. Klasifikasi Kista Mandibula


Kista mandibula terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu kista odontogenik dan
kista non odontogenik. Kista Odontogenik adalah kista yang berasal dari sisa-sisa
epithelium pembentuk gigi. Kista odontogenik diklasifikasikan berdasarkan
penyebabnya yaitu developmental dan inflammatory. Kista developmental
merupakan kista yang tidak diketahui penyebabnya sedangkan kista inflammatory

merupakan kista yang terjadi karena adanya inflamasi. Klasifikasi kista mandibula
menurut WHO berdasarkan penyebabnya adalah kista developmental dan kista
inflammatory.

Developmental

Kista Dentigerous

Kista erupsi

Kista odontogenik keratosis

Kista Gingival pada bayi

Kista lateral periodontal


Kista radikular (periapikal/apical

Inflammatory

periodontal)

Kista residual

Penelitian Jean-Paul M., et.al. (2006) menunjukkan presentase kista odontogenk


yang terdapat di Pitie-salpetiere University Hospital, Paris, Prancis menunjukkan
bahwa kista yang paling sering ditemukan adalah kista radikular yaitu sebanyak
53,5% dari keseluruhan responden.
Kista Inflammatory

Kista Radikuler (Periapikal/apikal periodontal)


Kista radikuler terbentuk oleh karena iritasi lokal kronis gigi yang sudah tidak
vital. Kista tumbuh dari epithel rest of malassez yang mengalami proliferasi
oleh karena respon stimulasi cytokin terhadap proses radang yang terpicu
oleh karena proses inflamasi kronis bakteri pada pulpa yang nekrosis dan
membentuk suatu dental granuloma.

Kista Residual
Kista residual merupakan jenis kista yang ditemukan pada mandibula akibat
tidak diambilnya kista tersebut pada pencabutan gigi sebelumnya.

Kista Developmental

Kista gingival pada bayi


Kista jenis ini berasal dari epithel odontogen. Kista gingiva pada bayi
merupakan jenis kista yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir dan jarang
ditemukan pada bayi diatas usia 3 bulan. Kista gingival pada bayi tumbuh

dari hasil deferensiasi sel-sel epithel lamina yang disebut gland of serres
mempunyai kapasitas untuk berproliferasi, mengalami keratinisasi dan
membentuk kista kecil sejak dimulainya tahapan awal pertumbuhannya yaitu
usia 10 minggu intrauterine.
Kista gingiva dapat tumbuh menyertai pertumbuhan gigi, kista gingiva pada
bayi merupakan jenis kista yang dindingnya dilapisi oleh lapisan epithel tipis
jenis Stratified skuamos dengan permukaan yang parakeratotik dan kista
berisi jaringan keratin. Tidak perlu pengobatan karena dapat hilang sendirinya
begitu gigi tumbuh

Kista Odontogenik keratosit (Perimordial kista)


60% Perimordial kista berasal dari pertumbuhan sisa-sisa dental lamina atau
sel-sel basal epithel rongga mulut dan 40% sisanya berasal dari pertumbuhan
reduced enamel dental polikel. Perimordial kista merupakan jenis kista yang
berbeda dari pada jenis kista lainnya, karena sifatnya yang cenderung kambuh
setelah perawatan bedah dan kista ini dapat tumbuh dalam ukuran yang besar.
Perimordial

kista

mempunyai

gambaran

histopatologis

epithelnya

parakertotik dengan sel basal tersusun seperti pagar/ koboid yang


memperlihatkan

gambaran

jelas

parakeratotik

dan

kadang-

kadang

ortokeratotik. Perimordial kista merupakan jenis kista yang tumbuh pada usia
muda dan bukan merupakan pertumbuhan dari kista dentigeruos atau kista
radikuler.

Kista Dentigeruos
Kista Dentigeruos tumbuh dari dental follicle pada gigi yang tidak erupsi atau
dari gigi yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kista ini merupakan jenis
kista yang tumbuh menutupi gigi yang tidak erupsi dengan ujung melekat di
leher gigi. Pada Kista Dentigeruos yang mengalami peradangan sulit
membedakannya dengan kista radikuler.

Kista Erupsi
Kista erupsi merupakan tipe lain dari kista dentigeruos dan mempunyai
patogenesis yang sama. Kista erupsi terbentuk pada saat gigi akan terbentuk
pada anak umumnya kista terjadi saat pertumbuhan gigi sulung atau pada
pertumbuhan gigi incicive atau molar. Kista tidak tumbuh di tulang sehingga

gambaran radiologis tidak terlihat adanya kelainan, tetapi akan terlihat pada
gingiva yang menebal. Gambaran Klinis terlihat pembengkakan gingiva
kebiruan yang dilapisi oleh selapis tipis mukosa.

Kista Lateral Periodontal


Kista lateral periodontal merupakan jenis kista primordial yang tumbuh dari
sisa- sisa epithel dental lamina yang tertinggal di daerah tulang regio
interradiculer crestal atau daerah tulang setinggi setengah panjang akar. Kista
ini banyak ditemukan pada usia 20 tahun pada anak laki-laki. Gambaran
radiologis terlihat gambaran radiolusen berbentuk oval. Perawatan enukleasi.

5. Patofisiologi
Patogenesis Terjadinya Penyakit Periapikal
6. Gejala
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi
Patah tulang paling sering disebabkan oleh trauma, trauma pada anak-anak
dan dewasa muda, apabila tulang melemah patah dapat terjadi hanya akibat
trauma minimal atau tekanan ringan hal ini disebut fraktur patologis, fraktur
patologis sering terjadi pada orang tua yang mengidap osteoporosis, penderita
fumor, fraktur stres dapat terjadi pada tulang normal akibat stres tingkat rendah
yang berkepanjangan atau berulang. Fraktur stress juga disebut fraktur kelelahan
biasanya terjadi akibat peningkatan drastis tingkat latihan pada seorang atlet/pada
permukaan aktivitas fisik baru karena kekuatan otot meningkat secara lebih cepat
dibandingkan kekuatan tulang.
Maka tulang yang mengalami fraktur menyebabkan robeknya jaringan
kulit sekitar sehingga terjadi inflamasi dan luka pada kulit hingga kepatahan
tulang. Pada fraktur tertutup terjadi pergeseran fragmen tulang dan menekan
syaraf pada jaringan sekitar dan menimbulkan sindroma kompartemen dan aliran
darah terganggu sehingga O2 dalam darah menurun. Jika kerusakan jaringan lunak
tidak segera diatasi maka terjadi perdarahan yang hebat karena pada femur
terdapat arteri yang sangat besar yaitu arteri femoralis.

PATHWAY

Tekanan/kekerasan
langsung/stress berulang

9. v
Pergeseran tulang

Reaksi Inflamasi

Kerusakan fragmen
tulang,cedera jar.lunak

Pengeluaran bradikinin
dan berikatan dengan
nociceptor

deformitas
Pembuluh darah terputus
Ekstremitas tdk dpt
berfungsi dgn baik
Hambatan Mobilitas Fisik

Pengeluaran mediator
kimia (histamin)

Perdarahan
Pengumpulan darah
(Hematoma)

Penatalaksanaan medis

Nyeri
akut

Devitaslisasi (Hb, Ht)


Prosedur pemasangan
fiksasi eksternal

Gangguan
Citra
Tubuh

Ada port
entry
Resiko
Infeksi

Pembengkakan
(tumor) dan
rubor

Nyeri

Kerusakan
Integritas kulit

Dilatasi pembuluh kapiler


Tek. Kapiler otot naik

Darah banyak
keluar

Histamin menstimulasi otot


Hb
Spasme otot
Perfusi jaringan
Vasokontriksi
pemb.darah
Metabolisme anaerob
Penumpukan asam laktat

Gang perfusi
jaringan perifer
ATP

10. Gejala Klinis


1. Nyeri
2. Pembengkakan disekitar fraktur akan menyertai proses peradangan.
3. Dapat terjadi gangguan sensasi atau kesemuatan yang mengisyaratkan kerusakan
saraf. Denyut nadi dibagian aistal fraktur harus utuh dan terasa dengan bagian non
fraktur.
4. Kriptus dapat terdengar sewaktu tulang digerakkan akibat pergeseran ujung-ujung
patahan tulang satu sama lain.
5. Daerah paha yang paha tulangnya sangat membengkak ditemukan tanda fungtio
laesa atau angulasi anterior, endo/eksorotasi. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat
pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi
panggul dan robeknya ligamentum didaerah lutut. (Mansjoer, 2000 : 354)
6. mmm
7. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi

Kelemahan

Tampak gelisah, berkeringat dingin

Ekspresi wajah meringis

Klien memegangi kaki yang fraktur

Kelainan bentuk pada kaki

Aktivitas adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur

b) Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler.
c) Palpasi

Kulit teraba dingin

Takikardi

8.
1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan Penunjang
X.Ray
Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
CCT kalau banyak kerusakan otot.

9.

Penatalaksanaan

Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi,


a.

dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi:


Reduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat

diterima.
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan posisi anatomis normal.


Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi

anatomik normalnya.
Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.
Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang
mendasarinya tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera
mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi
karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi

1.

semakin sulit bila cedera sudah mengalami penyembuhan.


Metode reduksi :
Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan

fragmen

tulang

ke

posisinya

(ujung-ujungnya

saling

berhubungan) dengan Manipulasi dan Traksi manual. Sebelum reduksi dan


imobilisasi, pasien harus dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai
ketentuan dan bila diperlukan diberi anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam
posisi yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain dipasang oleh dokter.
Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ektremitas untuk
penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen
2.

tulang telah dalam kesejajaran yang benar.


Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.

Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.


Metode pemasangan traksi:
Traksi manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi mekanik
Terdiri dari 2 macam yaitu:
Traksi kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot.
Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu

beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak
diteruskan dengan pemasangan gips.
Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction.
Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit
3.

melalui tulang/jaringan metal.


Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan
pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk
pin, kawat, sekrup, palt, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang
yang solid terjadi.

b. Imobilisasi
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan
dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Sasarannya
adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi penyembuhan.
Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal
(bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alatalat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll).
Perkiraan Waktu Imobilisasi yang Dibutuhkan untuk Penyatuan Tulang Fraktur
(dalam minggu)
FEMUR

Intrakapsuler
Intratrokhanterik
Batang
Suprakondiler

24
(10-12)
18
(12-15)

c. Rehabilitasi
Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada
bagian yang sakit.
Untuk
mempertahankan

dan

memperbaiki

fungsi

dengan

mempertahankan reduksi dan imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan


bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan
isometrik dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan
melakukan aktifitas kembali secara bertahap dapat memperbaiki kemandirian
fungsi. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai batasan
terapeutik.

10. Komplikasi
Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan emboli lemak.
Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union, non-union,
malunion, kekakuan sendi lutut, infeksi dan gangguan saraf perifer akibat traksi
yang berlebihan. (Mansjoer,dkk, 2000)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri
Pasien mengeluh susah menggerakkan kakinya
Pasien mengeluh tidak dapat berpindah
Pasien mengeluh traksi terlihat menakutkan
b. Data Objektif
Pasien tampak meringis
Pasien tampak menangis
Terlihat adanya pembengkakan
Terlihat adanya perdarahan
Pengkajian Sistem Tubuh

a) Aktifitas/istirahat
Penurunan kekuatan dan tahanan otot, kelemahan, keletihan, toleransi terhadap
latihan lemah
b) Sirkulasi
Terjadi kehilangan darah yang sangat banyak.
c) Integritas ego
Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan
transfusi darah. Adanya ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik
diri, dan marah.
d) Eliminasi
Terjadinya perubahan eliminasi fekal dan pola berkemih karena adanya
immobilisasi.
e) Makanan/cairan
Klien memerlukan nutrisi yang cukup untuk mempercepat pertumbuhan tulang.
f) Neurosensori
Klien mengalami kelemahan
g) Nyeri/kenyamanan
Klien terganggu tingkat kenyamanannya karena adanya rasa nyeri.
h) Keamanan
Klien berisiko mengalami infeksi karena putusnya banyak jaringan.
2. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan melaporkan
rasa nyeri, dan tampak meringis.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai
dengan pasien terlihat lambat saat bergerak, pasien telihat mengalami keterbatasan
kemampuan untuk melakukan ketrampilan motorik kasar
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan histamin ditandai
dengan bengkak dan kemerahan pada kulit
Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel ditandai
dengan warna kulit pucat
Resiko Infeksi berhubungan dengan patahnya tulang dan pemasangan traksi

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan prosedur pengobatan ditandai dengan


mengeluhkan penampilam

3. Rencana Asuhan Keperawatan


No
1.

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan Setelah

Tujuan
dilakukan

Intervensi
asuhan NIC Label : Pain Management

Rasional

dengan agen cedera fisik keperawatan selama x 24


ditandai dengan melaporkan jam diharapkan nyeri pada1. Kaji nyeri secara komprehensif1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
rasa

nyeri,

dan

tampak klien

meringis.

hilang/berkurang termasuk

dengan kriteria hasil :

durasi,

lokasi,
frekuensi,

NOC Label : Pain level

karakteristik, klien
2. Untuk
mengetahui
tingkat
kualitas dan
ketidaknyamanan dirasakan oleh

faktor presipitasi
2. Observasi
aspek
nonverbal
Melaporkan tidak adanya
3.
terhadap nyeri yang dirasakan klien
nyeri
3. Ajarkan tentang teknik non
Tidak
ada
perpanjangan
farmakologi : napas dalam,
episode nyeri
relaksasi, distraksi dan kompres
Tidak ada agitasi
4.
panas atau dingin
4. Posisikan klien dalam posisi

klien
Untuk

mengalihkan

perhatian

pasien dari rasa nyeri dan untuk


mengurangi tingkat nyeri yang
dirasakan klien.
Posisikan yang nyaman dapat
meminimalisir rasa nyeri yang

senyaman mungkin.
dirasakan klien.
5. Berikan Health Education pada5. Pemberian health
klien mengenai nyeri , seperi dapat

mengurangi

education
tingkat

penyebab nyeri, berapa lama nyeri kecemasan dan membantu klien


yang

dirasakan,

antisipasi

terhadap

dirasakan klien.

dan

tindakan dalam

nyeri

membentuk

mekanisme

yang koping terhadap rasa nyeri.


6. Untuk mengurangi nyeri yang

6. Berikan

terapi

analgetik

jika parah.

diindikasikan
2.

Hambatan

mobilitas

berhubungan
peurunan
ditandai

fisik Setelah

dilakukan

Asuhan NIC Label:

dengan keperawatan selama . x 24 Bed rest care


kekuatan

dengan

otot jam diharapkan kemampuan


1. Jelaskan

telihat

keterbatasan

mengalami NOC Label:

atau1. Agar keluarga pasien mau bekerja

istirahat dalam pemulihan penyakit.


2. Anjurkan pasien untuk memilih

posisi yang nyaman.


Therapy:
2. Agar kualitas istirahat pasien baik
3. Anjurkan keluarga pasien untuk

kemampuan Exercise

untuk melakukan ketrampilan Ambulation:


motorik kasar

pasien

pasien pergerakan pasien meningkat keluarga pasien tentang pentingnya sama menjaga pola istirahat klien

terlihat lambat saat bergerak, dengan kriteria hasil:


pasien

kepada

memasang side rail pada kedua sisi

Pasien dapat berjalan dengan tempat tidur.


4. Jaga agar tempat tidur pasien tetap3. Agar pasien tidak jatuh
bantuan
Pasien dapat berjalan dengan bersih, kering.
5. Anjurkan
pasien
untuk
lambat
Pasien

dapat

pergerakan

melakukan menggunakan penyangga kaki saat

bertahap

dari tidur.

duduk-berdiri-jalan
Energy Management
6. Jelaskan
batasan
dilakukan.

pada
gerak

4. Agar pasien nyaman selama


batasanberistirahat
yang
boleh

pasien

7. Jelaskan

pada

pasien

gerakan-5. Agar kaki terjaga imobilisasinya

gerakan yang dapat menyebabkan


kelelahan.
8. Pantau asupan nutrisi pasien untuk
memenuhi

kebutuhan

energy

pasien.
6. Agar tahap gerakan yang
9. Konsultasi dengan ahli gizi untuk
dilakukan sesuai proses
meningkatkan status nutrisi pasien.
penyembuhan
Exercise Promotion
10. Motivasi pasien untuk memulai
aktivitas.
11. Anjurkan pasien untuk melanjutkan7. Agar pasien tahu gerakan-gerakan
latihan aktivitas.
yang harus dihindari
12. Pantau respon pasien saat latihan
aktivitas.

8. Agar persediaan energy pasien


cukup

9. Untuk meningkatkan status nutrisi


pasien

10. Agar klien berani memulai


aktivitas
11. Agar klien bisa melatih
pergerakannya

12. Untuk mengetahui apakah


aktivitas yang dilakukan terlalu
berat atau tidak.
3.

Kerusakan

integritas

kulit Setelah

diberikan

asuhan NIC Label : skin surveillance

berhubungan

dengan keperawatan selama. x 24


1. Inspeksi kondisi kulit
1.
2. Inspeksi kulit dan membran
peningkatan histamin ditandai jam diharapkan integritas
mukosa untuk kemerahan, panas,
2.
dengan
bengkak
dan kulit klien kembali normal
drainase
kemerahan pada kulit
dengan kriteria hasil :
3. Monitor warna kulit
3.
NOC Label: Tissue integrity:
skin and mucous membranes

Untuk mengetahui perkembangan


kondisi kulit klien
Untuk mengetahui lebih awal jika
keadan kulit memburuk
Untuk
mengetahui

adanya

perubahan kondisi kulit klien

4.

Integritas kulit klien normal


Pigmentasi dalam rentang

yang diharapkan
Warna dalam rentang yang

diharapkan
Tekstur dalam rentang yang

diharapkan
Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan intervensi NIC Label:
perifer berhubungan dengan selama .. x 24 jam, status
penurunan komponen seluler sirkulasi
yang

diperlukan

pengiriman

oksigen

pasien

untuk dengan kriteria hasil:

HemodynamicRegulation
normal
1. Monitor dan dokumentasi nadi,
irama jantung dan denyut jantung

dan

nutrisi ke sel ditandai dengan NOC Label:


warna kulit pucat

2.

Tekanan darah distolik 60-80


mmHg

Untuk memantau keadaan


sirkulasi

2. Untuk memantau aliran darah


capillary refill serta warna dan suhu
Sirculation Status
kapiler
ekstremitas
3. Untuk memastikan ketepatan
3. Monitor efek dari pengobatan
terapi yang diberikan
Tekanan darah sistolik 90-110
mmHg

Monitor denyut nadi periferal,

1.

Denyut nadi pasien 80-100


kali per menit

5.

Resiko Infeksi berhubungan Setelah

asuhan NIC Label: Infection Control


1. Beri penjelasan pada klien tentang
dengan patahnya tulang dan keperawatan selama x24
1. Penderita
akan
mengerti
pentingnya perawatan luka dan
pemasangan traksi
jam diharapkan tidak terdapat
pentingnya perawatan luka dan
tanda

tanda
atau
tanda-tanda infeksi dengan
segera melapor bila ada tandagejala infeksi.
criteria hasil :
tanda infeksi.
2. Rawat luka secara teratur dan
NOC
Label:
Infection
2. Perawatan luka yang teratur dan
aseptic
Severity
aseptik dapat menghindari sekecil

diberikan

mungkin invasi kuman pada luka

Tidak ada tanda-tanda infeksi

operasi
3. Jaga luka agar tetap bersih dan
3. Media yang lembab dan basah
kemerahan,bengkak,panas,
kering.
merupakan media yang baik untuk
penurunan fungsi.
seperti

untuk pertumbuhan kuman.


4. Jaga

kebersihan

lingkungannya

klien

4. Mengetahui sedini mungkin tanda


dan
tanda infeksi pada luka operasi.
5. Mengetahui sedini mungkin tanda
infeksi

secepatnya

NIC Label:
Active Listening:
berhubungan
dengan keperawatan selama.x24
1. Tentukan tujuan dari interaksi
Untuk
membina
prosedur pengobatan ditandai jam diharapkan adaptasi
2. Tunjukkan ketertarikan terhadap
terapeutik dengan

komunikasi

5. Observasi tanda tanda vital.

tanda

mengatasi .
6.

Gangguan

citra

tubuh Setelah diberikan asuhan

pasien

dan

dengan
penampilam

mengeluhkan terhadap perubahan citra


tubuh mulai terpenuhi
dengan Kriteria hasil:

klien
3. Gunakan
pernyataan

memberikan
pertanyaan
untuk

maupun
mendorong

pasien

kesempatan

untuk

perasaannya

pada

mengungkapkan
sehingga

stress

ekspresi mengenai
pemikiran,
pasien dapat dikendalikan
NOC Label: Body Image
perasaan, dan perhatian.
Verbalisasi
tentang
penyesuaian
ketidakmampuan
Beradaptasi

dengan Emotional Support:


Untuk menentukan
4. Nilai respons psikologis terhadap
dalam
menangani
keadaan
dan
dukungan
emosional
dengan
emosional pasien.

keterbatasan fungsi
Menggunakan strategi untuk Self-Care Assistance
5. Monitor kemampuan pasien untuk
mengurangi
stress
yang

perawatan
diri
mandiri
berhubungan
dengan
6. Monitor kebutuhan pasien terhadap
ketidakmampuan
Menerima
kebutuhan perangkat adaptif untuk melakukan
kebersihan
diri,
berpakaian,
terhadap bantuan fisik
Melaporkan
penurunan toileting, dan makan
7. Berikan bantuan sampai pasien
tingkat
stress
yang
dapat melakukan perawatan diri
berhubungan
dengan
mandiri
ketidakmampuan
8. Bantu pasien untuk menerima
ketergantungan

Dilakukan
pasien

untuk
dalam

intervensi
masalah

membantu
menciptakan

gambaran dirinya yang terpenuhi


akan kebersihan dirinya.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Buckley R, Panaro CDA. General principles of fracture care. Diunduh dari
http://www.emedicine.com/orthoped/byname/General-Principles-of-FractureCare.htm. Update terakhir: 19 Juli 2007
Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.
Jakarta: EGC
Joanne & Gloria. 2004. Nursing Intervention Classification Fourth Edition,
USA: Mosby Elsevier.
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media
Aesculapius: Jakarta
NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011
(terjemahan). Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik, Ed.4. Vol.2. Jakarta: EGC.
Price, A. Sylvia & Wilson. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Sue Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification
Fourth Edition. USA: Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai