Anda di halaman 1dari 10

Mekanisme Sistem Pernapasan pada Manusia

Varlye Kantohe
102010118
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta
Jalan Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
@varlyevictor
Pendahuluan
Setiap manusia di atas muka bumi ini dapat menjalani kehidupan seharian mereka dengan
biasa karena mereka masih bernafas. Sistem respirasi manusia amatlah penting dalam
memastikan seseorang itu dapat hidup dan bernafas secara normal. Sekiranya sistem respirasi
seseorang itu terganggu, maka akan terjadi masalah dalam kemampuan ia bernafas. Dan
sekiranya hal itu terjadi, maka perkara terburuk yang mungkin terjadi ialah kematian. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya sistem respirasi ini pada seorang manusia. Pengertian
pernafasan atau respirasi adalah suatu proses otomatis atau involunter yang dimulai dari
pengambilan oksigen, pengeluaran karbon dioksida hingga penggunaan energi di dalam tubuh.
Manusia bernafas dengan menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida
ke lingkungan. 1-5

Struktur Makroskopik Organ Paru


Didalam suatu mekanisme respirasi atau bernafas setiap manusia menarik nafas dan
memasukan udara. Udara yang masuk tentunya tidak langsung mencapai kedaerah tujuan
utamanya melainkan melalui beberapa tempat. Beberapa tempat yang dilalui oleh udara tersebut
adalah sebagai berikut:1-6

Rongga hidung (Cavum Nasal)

Epiglotis

Page | 1

GGb. 1
Gb.1

Faring

Trakea

Bronkus

Bronkiolus

Alveolus

Gambar 1. Struktur alat pernafasan secara makroskopik.7

Page | 2

Gambar 2. Struktur alat pernafasan secara makroskopis.7

Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh
otot-otot intercostalis externus dan internus pada rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Vena, arteri, dan nervus intercostalis juga ikut memparsarafi bagian
rongga dada ini. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri
atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus
oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi
paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada
yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput
luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paruparu. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga
Page | 3

pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus,
alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah.

1,2,5,6

Paru-paru berstruktur seperti spon yang

elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paruparu, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter 1 mm, dindingnya makin menipis
jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya
masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada
bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara
(alveolus).1-6 Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu
sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus
berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi
gas pernapasan.1-6

Struktur Mikroskopik Organ Respirasi


Bronkus

Bronkus extrapulmonar, terdapat banyak tulang rawan.

Bronkus intrapulmonary, terdapat sedikit tulang rawan.

Bronkiolus

Bronkiolus terminalis, tersusun oleh epitel selapis torak bersilia tanpa sel goblet.

Bronkiolus respiratorius, tersusun oleh epitel selapis kubis.

Alveolus, tersusun oleh epitel selapis gepeng.

Mekanisme Pernafasan1,3,7-9
Proses respirasi dapat dibagi menjadi empat golongan utama yaitu ventilasi paru-paru,
merupakan pemasukan dan pengeluaran udara di antara atmosfir dan alveolus paru-paru, difusi
oksigen dan karbondioksida di antara alveolus dan darah, transpor oksigen dan karbondioksida di
dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel (respirasi selular) dan pengaturan ventilasi dan
segi-segi respirasi lainnya. Pernafasan dibagi menjadi dua yaitu pernapasan dalam (Internal)
dimana pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan medium cairnya. Hal tersebut
Page | 4

menggambarkan proses metabolisme intraseluler yang meliputi konsumsi O 2 (digunakan untuk


oksidasi bahan nutrisi) dan pengeluaran CO2 (terdapat dalam medium cair/ sitoplasma) sampai
menghasilkan energi, yang kedua adalah pernapasan luar (eksternal) dimana absorpsi O2 dan
pembuangan CO2 dari tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar. Urutan proses pernapasan
eksternal diawali oleh pertukaran udara luar ke dalam alveolus (jamak:alveoli) melalui aksi
mekanik pernapasan yaitu melalui proses ventilasi, untuk pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di
antara alveolus dan darah pada pembuluh kapiler paru-paru melalui proses difusi, setelah terjadi
difusi akan terjadi pengangkutan O2 dan CO2 oleh system peredaran darah dari paru-paru ke
jaringan dan sebaliknya yang disebut proses transportasi, setelah disebarkan keseleuruh tubuh
aka nterjadi pertukaran O2 dan CO2 darah dalam pembuluh kapiler jaringan dengan sel-sel
jaringan melalui proses difusi. Saluran pernapasan dibagi atas saluran pernafasan atas dan
pernafasan bagian bawah dikategorikan berdasarkan fungsinya. Saluran pernapasan bagian atas
dengan fungsi utama sebagai penyalur udara dimana saluran yang meneruskan udara menuju
saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas, untuk perlindungan, sebagai pelindung
saluran napas bagian bawah agar terhindar dari masuknya benda asing, berfungsi juga untuk
warming yaitu menghangatkan udara yagn masuk, untuk filtrasi menyaring udara, dan
humidifikasi yaitu memberi kelembapan udara yang diinspirasi (dihirup). Kalau saluran
pernapasan bagian bawah yang secara umum terbagi menjadi dua komponen yaitu saluran udara
konduktif yang sering disebut sebagai percabangan trakheobronkialis yang terdiri atas trakea,
bronkus, dan bronkiolus, dan saluran respiratorius terminal yang berfungsi sebagai penyalur
(konduksi) gas masuk dan keluar dari satuan respiratorius terminal (saluran pernapasan paling
ujung) yang merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya..
Fungsi Respirasi
Fungsi dari respirasi adalah menjamin tersedianya O2 untuk kelangsungan metabolism
sel-sel tubuh serta mengeluarkan CO2 hasil metabolisme secara terus menerus. Respirasi berperan
dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme sel sehingga diperlukan fungsi respirasi yang
adekuat. Agar sel dapat melakukan metabolisme hingga mampu menghasilkan energy, sel
membutuhkan adanya suplai oksigen (O 2) dan nutrisi yang cukup ke dalam tubuh. Nutrisi
diperoleh dari asupan makanan dan cairan. O2 dalam udara yang diinspirasi dalam rangka
pergerakan respirasi mencapai alveoli paru-paru (ventilasi) dimana O 2 berdifusi ke dalam darah.
Page | 5

O2 diangkut dalam darah ke jaringan, di mana O 2 berdifusi ke mitokondria di dalam sel. CO 2 yang
dibentuk disini bergerak dalam arah yang berlawanan. Dengan demikian gas respirasi di angkut
secara bergantian melalui konveksi dalam jarak yang lebih jauh (ventilasi, sirkulasi) dan melalui
difusi melintasi membran pembatas yang tipis (gas/cairan dalam alveoli, dan darah/jaringan pada
perifer). Sekitar 300 juta wahana berdinding tipis, alveoli membentuk ujung cabang terminal dari
percabangan bronkus. Mereka diliputi jaringan kapiler pulmonar yang padat. Di sini, karena
daerah yang demikian luasnya pada alveoli, pertukaran gas dapat berlangsung melalui difusi,
yaitu CO2 berdifusi ke dalam alveoli dan O2 berdifusi ke luar alveoli masuk ke dalam darah
kapiler pulmonar. Dengan cara ini darah yang kekurangan oksigen (vena) dalam arteri
pulmonalis diarterialisasi dan, melalui ventrikel kiri, sekali lagi mencapai perifer. Ketika tubuh
sedang istirahat jantung memompa sekitar 5 l/menit darah (curah jantung) melalui paru-paru dan
selanjutnya melalui sirkulasi sistemik. Pada waktu istirahat, aliran darah sekitar 0,3 l/menit O 2
diangkut, dari paru-paru ke perifer (konsumsi oksigen V O2) dan kira-kira 0,25 l/menit CO2
dalam arah yang berlawanan (V CO2).
Ini merupakan nilai bersih, yaitu perbedaan antara l/menit yang diangkut dalam arteri
dan vena. Untuk membawa volume O2 ini dari lingkungan ke dalam alveoli, dan untuk
mengekspirasi CO2, ventilasi total sekitar 7,5 l/menit adalah perlu. Hal ini dicapai dengan
menarik dan menghembuskan nafas suatu volume tidal sekitar 0,5 l selama 15 menit. Ventilasi
alveolar lebih kecil daripada volume tidal karena ventilasi ruang mati merupakan suatu fraksi
yang menyolok. Dalam suatu gas campuran, tekanan parsial setiap gas (tekanan ditimbulkan
setiap gas) sama dengan tekanan total gas campuran dikalikan dengan fraksi relative dari
masing-masing gas. Tekanan parsial dari masing-masing gas berjumlah tekanan gas total. Pada
permukaan laut, udara memiliki tekanan barometric rata-rata sebesar 101,3 kPa (=760 mmHg).

Tes Fungsi Paru10


Volume paru bisa diukur menggunakan spirometer sederhana. Resistensi jalan napas dan
compliance bisa diukur secara tidak langsung dengan mengukur aliran dan volume ekspirasi
paksa. Pengukuran yang termudah dan tercepat adalah dengan mengukur laju aliran ekspirasi
puncak (peak expiratory flow rate, PEFR). PEFR akan berkurang jika resistensi jalan napas
meningkat (penyakit obstruktif), dan umumnya digunakan untuk memantau kondisi yang sudah
terdiagnosis, misalnya asma. Namun demikian, nilai PEFR bergantung pada volume awal paru.
Page | 6

Grafik volume ekspirasi paksa terhadap waktu memberikan informasi lebih banyak. Subjek
menghembuskan napas dari kapasitas paru total sampai volume residu secepat mungkin; ini
disebut kapasitas vital paksa (forced vital capacity, FVC). Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
(FEV1) menggambarkan resistensi jalan napas; normalnya dinyatakan sebagai rasio terhadap
FVC (FEV1/FVC) untuk mengoreksi volume paru, dan umunya bernilai 0,75-0,9. Ukuran ini bisa
digunakan untuk membedakan antara penyakit paru obstruktif (peningkatan resistensi jalan
napas). Pada asma, misalnya, FEV1/FVC umumnya < 0,7. Pada penyakit restriktif (misalnya
fibrosis paru), FEV1 dan FVC hasilnya rendah, tetapi rasio FEV 1/FVC hasilnya normal atau
bahkan meningkat karena recoil elastis yang lebih besar

Sistem Buffer
Larutan bufer, larutan dapar, larutan penyangga atau larutan penahan adalah larutan yang
dapat mempertahankan harga pH jika kedalam larutan tersebut ditambahkan sejumlah kecil
asam, basa atau dilakukan pengenceran. Merupakan larutan yang terbentuk dari hasil
pencampuran asam lemah atau basa lemah dengan garamnya.Kapasitas buffer menyatakan
kemampuan maksimum sistem buffer untuk mempertahankan pH. Fungsi sistem buffer
merupakan bagian dari mekanisme homeostastis tubuh untuk menjaga pH. Sistem buffer dalam

Page | 7

darah pH normal darah adalah 7,35-7,45. Jika pH > 7,45 disebut alkalosis sedangkan pH < 7,35
disebut asidosis. Buffer yang terdapat dalam darah:
o

Buffer bikarbonat

Sistem bufer bikarbonat merupakan pasangan asam karbonat H2CO3 dan basa

konjungasinya

bikarbonat MHCO3 atau HCO3Dalam sitem buffer ini apabila kemasukan sedikit :
a

Asam kuat (misalnya HCL), ion hidrogen atau ion H+ dari asam kuat yang
berpotensi menurunkan pH ditangkap oleh basa konjugat HCO3- membentuk asam
lemah H2CO3 sehingga pH kembali ke pH semula dan hanya sedikit bergeser ke sisi
asam

Basa kuat (misalnya NaOH), ion hidoksil atau ion OH- yang berasal dari basa kuat
dan berpotensi menaikkan pH ditangkap oleh asam karbonat (H2CO3) membentuk
basa lemah HCO3- dan air sehingga pH kembali ke smula dan hanya sedikit bergeser
ke sisi biasa

Sistem bufer fosfat

Sistem bufer fosfat tersusun atas pasangan dihidrogen fosfat MH2PO4 atau H2PO4- dan basa
konjungasinya monohidrogen fosfat M2HPO4 atau HPO4Pada sistem bufer fosfat ini jika kontak dengan sedikit:
a

Asam kuat (misalnya HCl), ion H+ hasil ionisasi asam kuat, yang berpotensi menurunkan
harga ph, ditangkap oleh HPO-4 membentuk asam yang sangat lemah H2PO4-, karena
penangkapan ion H+ ini, perubahan atau penurunan pH-nya relatif kecil

Basa kuat (misalnya NaOH), ion OH- hasil ionisasi NaOH, yang berpotensi menaikkan
pH, diikat oleh H2PO4- membentuk basa yang sangat lemah HPO4- sehingga hanya
terjadi sedikit perubahan pH

Sistem buffer protein


Protein (HPr) dan garam natriumnya yaitu natrium proteinat (NaPr) dapat membentuk

pasangan sistem bufer, yang dapat menahan kelebihan asam atau kelebihan basa.Seperti halnya
sistem buffer bikarbonat dan sistem bufer fosfat, apbila pada sistem bufer ini dimasukkan:
a

Asam kuat (misalnya HCl), ion H= hasil ionisasi asam kuat ditangkap oleh garam
natrium proteinat, sehingga menahan perubahan pH

Page | 8

Basa kuat (misalnya NaOH), ion OH- hasil ionisasi NaOH yang berpotensi
menaikkan pH diikat oleh HPr membentuk NaPR sehingga hanya terjadi sedikit
perubahan pH

Sistem buffer hemoglobin


Sistem bufer Hemoglobin dikenal dua macam yaitu (a) pasangan asam lemah hemoglobin

(HHb) dengan basa konjugasihomlobin (Hb-) dan (b) pasangan asam oksihemoglobin (HhbO2)
dengan basa konjugasi oksihemoglobin (HbO2-).
Bertambahnya asam atau bertambahnya ion H+ dalam butir-butir darah merah (eritrosit) yang
dapat menurunkan pH akan ditangkap oleh basa konjugasi hemoglobin (Hb-) dan basa konjugasi
oksihemoglobin (HbO2), menurut reaksi-reaksi sebagai berikut:
H+ + Hb- HHb
H+ +Hbo2- HHbO3
Dengan ditangkapnya H+ oelh system buffer hemoglobin ini, dibantu oleh system buffer
yang lain, pH eritrosit dapat dipertahankan pada kondisi normal.
o

Sistem buffer plasma darah


Lebih dari sembilan puluh persen karbondioksida yang masuk plasma darah berdifusi menuju

eritrosit, sedangkan sisanya mungkin (a) larut dalam plasma (b) bereaksi dengan air dalam
plasma atau (c) diikat oleh potein plasma.
Karbon dioksida dalam plasma yang bereaksi dengan air membentuk asam karbonat dalam
jumlah yang sedikit terurai menjadi ion hydrogen dan ion bikarbonat. Protein plasma dapat juga
mengikat karbondiosida sehingga terbenty\uk protein karbamat yang segera melepaskan ion
hidrogennya. Ion hydrogen yang diperoleh dari peruraian asam karbonat atau peruraian protein
karbamat, ditangkap buffer protein dan buffer fosfat, dengan ditangkapnya ion hydrogen oleh
kedua system buffer ini, pH plasma darah praktis tetap.
o

Sistem buffer dalam eritrosit


Dalam eritrosit, sebagian karbondioksida yang berasal dari plasma, cepat bereaksi dengan

air oleh pengaruh enzim karbonat anhidrase, membentuk asam karbonat. Asam karbonat tersebut
segera terionisasi menjadi ion hydrogen dan ion bikarbonat. Sebagian dari karbon dioksida
beraksi dengan protein hemoglobin membentuk karbamino hemoglobin yang segara melepaskan
ion hidrogennya. Oleh karena itu, karbon dioksida yang masuk ke akan dalam eritrosit terjadi
penambahan ion hydrogen yang dapat menurunkan ph. Sitem buffer fosfat dan system buffer
Page | 9

hemoglobin dapar mengembalikan pH menjadi normal, bahwa dalam eritrosit, ion hydrogen
dapat juga diikat oleh HBO2- menghasilkan HHb dan oksigen. Selanjutnya, oksigen yang
terbentuk masuk ke jaringan.11

Kesimpulan
Sistem Respirasi merupakan salah satu sistem metabolisme untuk memperoleh tenaga. Tubuh
membutuhkan oksigen agar tetap organ tubuh berfungsi. Oksigen masuk ke tubuh melalui
serangkain organ respirasi dari hidung hingga paru-paru dan diikat darah melalui proses difusi
dan dibawa ke jaringan. Kekurangan oksigen dapat melemahkan bahkan merusak organ tubuh
tertentu.
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta. EGC. 2003.h.266-77
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed. 6. Jakarta: EGC; 2006.h.87-100
3. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed.2. Jakarta:EGC;2001.h.410-56
4. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2007. h.74-93
5. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar: teks dan atlas. Ed. 10. Jakarta: EGC; 2007.h.336-44
6. Gunardi S. Anatomi Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007 :3-86.
7. Djojodibroto D. respirologi (respiratory medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2009.h.57-9.
8. Buku saku Fisiologi kedokteran, Guyton & Hall.EGC,2010.h.293-4,296-7
9. Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology. 12nd edition. Asia: John wiley
& sons,2009.P.874 905.

10. Ward,Jeremy.P.T; Clarke,Robert W; Linden Roger WA. At a glance fisiologi.


Jakarta:Erlangga;2007.h.50-61
11. Sumardjo.D. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC; 2009.h.527-531

Page | 10

Anda mungkin juga menyukai