Refera T
Refera T
1. Sistem Lakrimal
Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupa
kelenjar lakrimalis dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimalis,
kanalis lakrimalis, sakus lakrimalis, duktus nasolakrimalis, dan meatus inferior.
Kelenjar lakrimalis terletak pada bagian lateral atas mata yang disebut dengan
fossa lakrimalis. Bagian utama kelenjar ini bentuk dan ukuranya mirip dengan biji
almond, yang terhubung dengan suatu penonjolan kecil yang meluas hingga ke
bagian posterior dari palpebra superior. Dari kelenjar ini, air mata diproduksi dan
kemudian dialirkan mel alui 8-12 duktus kecil yang mengarah ke bagian lateral
dari fornix konjungtiva superior dan di sini air mata akan disebar ke seluruh
permukaan bola mata oleh kedipan kelopak mata.4
3. Etiologi
Dakriosistitis dapat disebabkan oleh bakteri Gram positif maupun Gram
negatif. Bakteri Gram positif Staphylococcus aureus merupakan penyebab utama
terjadinya infeksi pada dakriosistitis akut, sedangkan Coagulase NegativeStaphylococcus merupakan penyebab utama terjadinya infeksi pada dakriosistitis
kronis. Selain itu, dari golongan bakteri Gram negatif, Pseudomonas sp. juga
merupakan penyebab terbanyak terjadinya dakriosistitis akut dan kronis.6
Literatur lain menyebutkan bahwa dakriosistitis akut pada anak-anak sering
disebabkan oleh Haemophylus influenzae, sedangkan pada orang dewasa sering
disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus -haemolyticus. Pada
literatur ini, juga disebutkan bahwa dakriosistitis kronis sering disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae.1,2
4. Patofisiologi
Awal terjadinya peradangan pada sakus lakrimalis adalah adanya obstruksi
pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi duktus nasolakrimalis pada anak-anak
biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada orang
dewasa akibat adanya penekanan pada salurannya, misal adanya polip hidung.
Obstruksi pada duktus nasolakrimalis ini dapat menimbulkan penumpukan air
mata, debris epitel, dan cairan mukus sakus lakrimalis yang merupakan media
pertumbuhan yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Perjalanan penyakit dapat
berlangsung kronik maupun akut.2
5. Gejala Klinis
Pada dakriosistitis akut, pasien akan mengeluh nyeri di daerah kantus medial
yang menyebar ke daerah dahi, orbita sebelah dalam dan gigi bagian depan. Sakus
lakrimalis akan terlihat edema, lunak dan hiperemi yang menyebar sampai ke
kelopak mata dan pasien juga mengalami demam. Jika sakus lakrimalis ditekan,
maka yang keluar adalah sekret mukopurulen.2
Pada dakriosistitis kronis gejala klinis yang dominan adalah lakrimasi yang
berlebihan terutama bila terkena angin. Dapat disertai tanda-tanda inflamasi yang
ringan, namun jarang disertai nyeri. Bila kantung air mata ditekan akan keluar
sekret yang mukoid dengan pus di daerah punctum lakrimal dan palpebra yang
melekat satu dengan lainnya.2
Pada dakriosistitis kongenital biasanya ibu pasien akan mengeluh mata pasien
merah pada satu sisi, bengkak pada daerah pangkal hidung dan keluar air mata
diikuti dengan keluarnya nanah terus-menerus. Bila bagian yang bengkak tersebut
ditekan pasien akan merasa kesakitan
6. Diagnosis
Untuk
menegakkan
diagnosis
dakriosistitis
dibutuhkan
anamnesis,
sakus lakrimalisnya. Bila setelah 2 menit didapatkan zat warna hijau pada kapas,
maka dapat dipastikan fungsi sistem lakrimalnya dalam keadaan baik. Bila lebih
dari 2 menit atau bahkan tidak ada zat warna hijau pada kapas sama sekali setelah
dilakukan irigasi, maka dapat dikatakan bahwa fungsi sistem lakrimalnya sedang
terganggu.3,7
Anel test merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi ekskresi air mata
ke dalam rongga hidung. Tes ini dikatakan positif bila ada reaksi menelan. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi sistem ekskresi lakrimal normal. Pemeriksaan lainnya
adalah probing test. Probing test bertujuan untuk menentukan letak obstruksi pada
saluran ekskresi air mata dengan cara memasukkan sonde ke dalam saluran air
mata. Pada tes ini, punctum lakrimal dilebarkan dengan dilator, kemudian probe
dimasukkan ke dalam sackus lakrimal. Jika probe yang bisa masuk panjangnya
lebi dari 8 mm berarti kanalis dalam keadaan normal, tapi jika yang masuk
kurang 8 mm berarti ada obstruksi.7
Pemeriksaan penunjang juga memiliki peranan penting dalan penegakkan
diagnosis dakriosistitis. CT scan sangat berguna untuk mencari tahu penyebab
obstruksi pada dakriosistitis terutama akibat adanya suatu massa atau keganasan.
Dacryocystography (DCG) dan dacryoscintigraphy sangat berguna untuk
mendeteksi adanya kelainan anatomi pada sistem drainase lakrimal.3
7. Diagnosis banding
a. Selulitis Orbita
Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif jaringan ikat longgar
intraorbita di belakang septum orbita. Selulitis orbita akan memberikan
gejala demam, mata merah, kelopak sangat edema dan kemotik, mata
proptosis, atau eksoftalmus diplopia, sakit terutama bila digerakkan, dan
tajam penglihatan menurun bila terjadi penyakit neuritis retrobulbar. Pada
retina terlihat tanda stasis pembuluh vena dengan edema papil.8
b. Hordeolum
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Horedeolum
8. Penatalaksanaan
Dakriosistitis akut biasanya berespon baik terhadap antibiotik sistemik yang
memadai dan bentuk kroniknya dapat dipertahankan dengan tetasan antibiotik.
Meskipun demikian, penyembuhan satu-satunya adalah dengan menghilangkan
obstruksinya.1
Pengobatan dakriosistitis adalah dengan melakukan pengurutan daerah sakus
sehingga nanah bersih dari dalam kantung dan kemudian diberi antibiotik local
dan sistemik. Bila terlihat fluktuasi dengan abses pada sakus lakrimal maka
dilakukan insisi. Bila kantung lakrimal telah tenang dan bersih maka dilakukan
pemasokan pelebaran duktus nasolakrimalis. Bila sakus tetap meradang dengan
adanya obsruksiduktus nasolakrimal maka dilakukan tindakan pembedahan
dakriosistorinostomi atau operasi toti.2
Pengobatan dakriosistitis pada anak (neonatus) adalah dengan melakukan
pengurutan kantong air mata kearah pangkal hidung. Dapat diberikan antibiotik
atau tetes mata, sulfonamide 4-5 kali sehari. Bila perlu dapat dilakukan probing
ulangan.2
Pengobatan dakriosititis akut dewasa adalah dengan kompres hangat pada
daerah sakus yang terkena dalam frekuensi yang cukup sering. Antibiotik yang
sesuai, baik sistemik maupun lokal. Bila terjadi abses dapat dilakukan insisi dan
drainase.2
dilakukan
pada
dakriosistitis
adalah
pada
Dakriosistorinostomi
internal
memiliki
beberapa
keuntungan
jika
fungsi pompa lakrimal, karena operasi merestorasi pasase air mata fisiologis tanpa
membuat sistem drainase bypass, dan (3) lebih sederhana, mudah, dan cepat (ratarata hanya 12,5 menit). 10
Kontraindikasi pelaksanaan DCR ada 2 macam, yaitu kontraindikasi
absolut dan kontraindikasi relatif. Kontraindikasi relatif dilakukannya
DCR adalah usia yang ekstrim (bayi atau orang tua di atas 70
tahun) dan adanya mucocele atau fistula lakrimalis . Beberapa
keadaan yang menjadi kontraindikasi absolut antara lain:
a. Kelainan pada kantong air mata :
1. Keganasan pada kantong air mata.
2. Dakriosistitis spesifik, seperti TB dan sifilis
b. Kelainan pada hidung :
1. Keganasan pada hidung
2. Rhinitis spesifik, seperti rhinoskleroma
3. Rhinitis atopik
c. Kelainan pada tulang hidung, seperti periostitis
9. Komplikasi
10. Prognosis
Dakriosistitis sangat sensitif terhadap antibiotika namun masih berpotensi
terjadi kekambuhan jika obstruksi duktus nasolakrimalis tidak ditangani secara
tepat, sehingga prognosisnya adalah dubia ad malam. Akan tetapi, jika dilakukan
pembedahan
baik
itu
dengan
dakriosistorinostomi
eksternal
atau
10
11