Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sprain dan strain merupakan bentuk cidera pada system muskuluskletal, meskipun ini
merupakan dua kata yang dapat dipertukarkan dalam penggunaannya, sprain dan strain
merupakan dua tipe cidera yang berbeda.
Sprain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan
yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas
sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan
ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada
beberapa kasus ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi
dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang norml, seperti melingkaratau memutar
pegelangan kaki.
Sedangkan strain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur
muskulo-tendinosus (otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulo-tendinosus
terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot terulur dan
berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari atau pelompat. Tipe cedera ini sering
terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya. Beberapa kali cedera terjadi
secara mendadak ketika pelari dalam melangkah penuh. Gejala pada strain otot yang akut
bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi.
Strain kronis adalah cedera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan
atau tekanan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai
contoh pemain tenis bisa mendapatkan tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang
terus menerus dari servis yang berulang-ulang.
Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada tubuh orang sakit kita harus
terlebih dahulu mengetahui struktur dan fungsi tiap alat dari susunan tubuh manusia yang
sehat dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi tubuh
manusia merupakan dasar yang penting dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan
mengetahui struktur dan fungsi tubuh manusia, seorang perawatan professional dapat
makin jelas manafsirkan perubahan yang terdapat pada alat tubuh tersebut.

1.2 Tujuan Pembahasan


Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna
bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi
menjadi dua macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah
wawasan mahasiswa/I dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan
melatih pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/I fakultas kedokteran, dimana pemikiran
ilmiah tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu
persoalan secara cepat dan tepat. Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini
ialah sebagai berikut :
a. Melengkapi tugas small group discussion skenario tiga, modul sembilan belas
tentang cedera otot dan tendo
b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis.
c. Sebagai bahan referensi mahasiswa/I Fakultas Kedokteran UISU dalam
menghadapi ujian akhir modul.
Itulah merupakan tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan juga sangat diharapkan
dapat berguna setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga seluruh tujuan tersebut
dapat tercapai dengan baik

1.3 Metode dan Teknik


Dalam penyusunan makalah ini kami mengembangkan suatu metode yang sering
digunakan

dalam

pembahasan-pembahasan

makalah

sederhana,

yaitu

dengan

menggunakan metode dan teknik secara deskriptif dimana tim penyusun mencari sumber
data dan sumber informasi yang akurat lainnya setelah itu dianalisis sehinggga diperoleh
informasi tentang masalah yang akan dibahas setelah itu berbagai referensi yang
didapatkan dari berbagai sumber tersebut disimpulan sesuai dengan pembahasan yang akan
dilakukan dan sesuai dengan judul makalah dan dengan tujuan pembuatan makalah ini.
Itulah sekilas tentang metode dan teknik yang digunakan dalam penyusunan makalah ini.

BAB II
2

PEMBAHASAN
2.1 Cedera Otot Dan Tendo
2.1.1 Sprain
2.1.1.1 Defenisi Sprain
merupakan trauma yang terjadi pada sendi, sehingga sedi terasa nyeri dan bengkak.
Lokasi yang sering mengalami nya adalah daerah lengan , lutut, pergelangan tangan. Sprain
ligamen colateral medial adalahcedera pada ligamen yang disebabkan oleh karena kaki bagian bawah
yangterlalu dipaksa untuk bergerak menyamping ( cedera valgus ). Sprain adalah koyakan
pada otot ligament atau tendon yang dapat bersifat sedang atau parah.
2.1.1.2 Klasifikasi Sprain
Tingkatan Sprain
1. Sprain ringan / tingkat 1 : Merupakan robekan dari beberapaligament akan tetapi tidak
menghilangkan dan menurunkan fungsisendi tersebut.Pasien bisa merawat sendiri
selama proses rehabilitasi, atau setelahmendapatkan diagnosa dari dokter. Masa
penyembuhan antara 2-6minggu. Terjadi rasa sakit, pembengkakan kecil, sedikit
perdarahantetapi tidak terjadi leksitas abnormal.
2. Sprain sedang / tingkat 2 : Dimana terjadi kerusakan ligamen yangcukup lebih besar
tetapi tidak sampai terjadi putus total. Terjadi rupture pada ligament sehingga
menimbulkan penurunan fungsisendi. Untuk pemulihannya membutuhkan bantuan
fisioterapidengan rentang waktu 2-6 minggu Rasa sakit/nyeri,bengkak terjadiperdarahan
yang lebih banyak.
3. Sprain tingkat 3 : Terjadi rupture komplit dari ligament sehinggaterjadi pemisahan
komplit ligament dari tulang. Untuk bisa pulihkembali maka diperlukan tindakan
operasi dan fisioterapi dan rata-rata memakan waktu 8-10 minggu. pada tingkatan ini
ligamen padalutut mengalami putus secara total dan lutut tidak dapatdigerakkan.3.

2.1.1.3 Etiologi Sprain


Beberapa faktor sebagai penyebab sprain:
a. Umur
3

Faktor

umur

sangat

menentukan

karena

mempengaruhi

kekuatan

serta

kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur tiga puluh sampai empat puluh tahun
kekuatan ototakan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen menurun pada usia
tiga puluhtahun.
b. Terjatuh atau kecelakan
Sprain dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga jaringanligamen
mengalami sprain
c. Pukulan
Sprain dapat terjadi

apabila

danmenyebabkan sprain
d. Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering

mendapat

terjadi

sprain

pukulan

karena

pada

bagian

kurangnya

sendi

pemanasan.

Denganmelakukan pemanasan otot-otot akan menjadi lebih lentur. (Brunnerd &


Suddarth,2002).
2.1.1.4 Tanda dan gejala
a. Nyeri terasa bila menggerakkan tungkai bawah ke samping.
b. Bengkak dan radang pada seluruh bagian dalam lutut.
c. Sedikit perdarahan tetapi tidak terjadi leksitas abnormal
Tanda dan gejala sprain adalah :
1.
2.
3.
4.

Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah


Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata
Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon
Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih berat dan konstan

2.1.1.5 Patofisiologi Sprain


Biasanya terjadi sesudah gerakan memuntir yang tajam. Keseleo atau sprain jika
difiksasi dapat sembuh dalam dua hingga tiga minggu tanpa tindakan bedah
korektif.Sesudah itu secara berangsur-angsur pasien dapat kembali melakukan aktivitas
normal. Keseleo atau sprain pada pergelangan kaki merupakan cedera sendi yang paling
seringdijumpai dan kemudian diikuti oleh keseleo pada pergelangan tangan, siku, serta
lutut.Jika sebuah ligamen mengalami ruptur maka eksudasi inflamatori akan terjadi
dalamhematoma diantara kedua ujung potongan ligamen yang putus itu. Jaringan
granulasitumbuh kedalam dari jaringan lunak dan kartilago sekitarnya. Pembentukan
kolagendimulai empat hingga lima hari sesudah cedera dan pada akhirnya akan
mengatur serabut-serabut tersebut sejajar dengan garis tekanan/stres. Dengan bantuan
jaringanfibrosa yang vaskular, akhirnya jaringan yang baru tersebut menyatu dengan
jaringandisekitarnya. Ketika reorganisasi ini berlanjut, ligamen yang baru akan terpisah
4

dari jaringan sekitarnya dan akhirnya menjadi cukup kuat untuk menahan tegangan
ototnormal. (Price, 2005)
2.1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen untuk menyingkirkan kemungkinan fraktur
2. Stress radiography untuk memfisualisasi cedera ketika bagian tersebut digerakkan
3. Artrografi
4. Artroskopy(Price, 2005)
2.1.1.7 Cara Penanganan
Paling ringan menyembuhkan sprain atau keseleo dengan "RICE" (rest,ice, compression,
and elevation). Yaitu istirahat, es, kompresi, dan elevasi.Keseleo yang paling parah
mungkin memerlukan operasi untuk memperbaiki ligamen sobek. Terkilir dan strain
biasanya diperlakukanpertama dengan RICE (istirahat, es, kompresi menggunakan perban,
danketinggian.)
1. RICE (Rice, Ice, Compression, Elevation)
Prinsip utama penatalaksanaan sprain adalah mengurangi pembengkakan dan
nyeriyang terjadi. Langkah yang paling tepat sebagai penatalaksanaan tahap awal (2448 jam) adalah prinsip RICE (rest, ice, compression, elevation), yaitu :
a. Rest (istirahat)
Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin. Jangan menaruh beban pada tempatyang
cedera selama 48 jam. Dapat digunakan alat bantu seperti crutch(penopang/penyangga
tubuh yang terbuat dari kayu atau besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang cedera.
b. Ice (es)
Letakkan es yang sudah dihancurkan kedalam kantung plastik atau semacamnya.Kemudian
letakkan pada tempat yang cedera selama maksimal 2 menit gunamenghindari cedera
karena dingin.
c. Compression (penekanan)
Untuk mengurangi terjadinya pembengkakan lebih lanjut, dapat dilakukan penekanan pada
daerah yang cedera. Penekanan dapat dilakukan dengan perban elastik. Balutandilakukan
dengan arah dari daerah yang paling jauh dari jantung ke arah jantung.
d. Elevation (peninggian)
Jika memungkinkan, pertahankan agar daerah yang cedera berada lebih tinggidaripada
jantung. Sebagai contoh jika daerah pergelangan keki yang terkena, dapatdiletakkan bantal

atau guling dibawahnya supaya pergelangan kaki lebih tinggidaripada jantung. Tujuan
daripada tindakan ini adalah agar pembengkakan yangterjadi dapat dikurangi.
2. Penanganan sprain menurut klasifikas
a. Sprain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukup diberikanistirahat saja
karena akan sembuh dengan sendirinya.
b. Sprain tingkat dua (Second degree).
Pemberian pertolongan dengan metode RICE. Tindakan imobilisasi (suatutindakan yang
diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengancara balut tekan, spalk
maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
c. Sprain tingkat tiga (Third degree).
Pemberian pertolongan dengan metode RICE. Dikirim kerumah sakit untuk dijahit/
disambung kembali. (Brunnerd & Suddarth,2002)
2.1.1.8 Komplikasi Sprain
1. Disklokasi berulang akibat

ligamen

yang

ruptur

tersebut

tidak

sembuh

dengansempurna sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya


2. Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh dan
tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka ligamen
inidapat sembuh dengan bentuk memanjang, yang disertai pembentukan jaringan parut
secara berlebihan). (Mansjoer, 2009).

2.1.2 Strain
2.1.2.1 Defenisi Srtain
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung(impact) atau tidak
langsung (overloading) akibat teregang melebihi batasnormal atau robeknya otot dan
tendon (jaringan ikat/penghubungan ygkuat yg menghubungkan otot dengan tulang atau
ekor otot) karenateregang melebihi batas normal. Strains sering terjadi pada bagian groin
muscles (otot pada kunci paha), hamstrings (otot paha bagian bawah), danotot
quadriceps.Strain diklasifikasikan berdasarkan berat ringannya :
6

1. Derajat/Tingkat I : regangan serabut tendon dan otot, denganminimal. Strain pada


tingkat ini tidak ada robekan dan bersifatringan. Misalnya strain pada otot hamstring
yang mengganggu atlitsprint.
2. Derajat II : regangan serabut tendon, dengan robekan sebagian,bersamaan dengan nyeri
danbengkak sehingga mempengaruhikekuatannya
3. Derajat III : robekan serabut otot yang luas dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada
yang putus.
2.1.2.2 Anatomi Fisiologi
A. Otot
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari
600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dikaitkan pada tulangtulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat dibawah
permukaan kulit.
Fungsi sistem muskuler/otot :
a. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan
bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
b. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terdhadap
gaya gravitasi.
c. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mempertahankan suhu tubuh normal
B. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari
fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot
dengan daging.
2.1.2.3 Etiologi Strain
Strain terjadi akibat dari peregangan atau kontraksi otot melebihi batasnormal (Abnormal
stress) dan umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada otot tertentu. Jenis
cedera ini juga terjadi akibat otottertarik pada arah yang salah, atau ketika terjadi kontraksi,
otot belum siap.
Pada strain akut :
Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak
Pada strain kronis :
Terjadi secara berkala oleh karena penggunaan yang berlebihan/tekanan berulang-ulang,
menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon)
7

2.1.2.4 Klasifikasi Strain


1. Derajat I/ Mild Strain (ringan)
Yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan pada penguluran unit
muskulotendinous yang ringan berupa streching/kerobekan ringan pada otot/ligament.
2. Derajat II/ Medorate Strain (ringan)
Yaitu adanya cidera pada unit muskulotendinous akibat kontraksi/pengukur yang
berlebihan.
3. Derajat III/ Strain Severe (berat)
Yaitu adanya tekanan/penguluran mendadak yang cukup berat. Berupa robekan penuh
pada otot dan ligament yang menghasilkan ketidakstabilan sendi.
2.1.2.5 Gejala dan tanda-tanda Strain
Seseorang yang mengalami sakit strain mempunyai gejala dan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeridan teraba pada
bagian otot yang mengaku.
2. Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi danterbentuk benjolan.
3. Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu. Danpada cidera strain rasa sakit
adalah nyeri yang menusuk pada saatterjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi.
4. Nyeri menyebar keluar dengan kejang atau kaku otot.
5. Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar danmembengkak. Setelah 24 jam,
pada bagian memar terjadiperubahan warna, ada tanda-tanda perdarahan pada otot
yangsobek, dan otot mengalami kekejangan.
Tanda dan gejala berdasarkan derajat strain;
1. Derajat I/mild strain (rigan)
Gejala yang timbul :
Nyeri lokal
Meningkat apabila bergerak/ bila ada beban pada otot
Tanda-tandanya :
Adanya spasme otot ringan
Bengkak
Gangguan kekuatan otot
Fungsi yang sangat ringan
2. Derajat II/ Medorate Strain (ringan)
Gejala yang timbul :
Nyeri lokal
Meningkat apabila bergerak/ apabila ada tekanan otot
Spasme otot sedang
Bengkak
8

Tenderness
Gangguan kekuatan otot dan fungsi sedang
3. Derajat III/Strain Severe (berat)
Gejala yang timbul :
Nyeri yang berat
Adanya stabilitas
Spasme
Kuat
Bengkak
Tenderness
Gangguan fungsi otot
2.1.2.6 Patofisiologi Strain
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau
tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,
kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap, terjadi pada
bagian groin muscle (otot pada kunci paha) hamstring (otot paha bagian bawah), dan otot
kuadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar
dan bengkak.
Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan
kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang terjadi
secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan atau tekanan berulang-ulang,
menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tenis bisa
mendapatkan tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis
yang berualng-ulang.
2.1.2.7 Pemeriksaan Strain
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.

CT Scan
MRI
Artroskopi
Elektromiografi
Pemeriksaan dengan bantuan komputer lainnya untuk menilai fungsi otot dan sendi

2.1.2.8 Penanganan
Pada orang yang mengalami strain diberi penanganan sebagai berikut :

1. Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagianyang cedera. Segera
berhenti melakukan segala aktivitas, pepatah no pain no gain yang dianut beberapa
olahragawan tidak dapat dibenarkan dalam kasus ini. Aktivitas yang berlebih pada
bagiantubuh yg terkena akan memicu terjadinya komplikasi lebih lanjut.
2. Tinggikan daerah yang cedera. Tujuannya untuk mengurangipembengkakan yang
berlebihan
3. Beri kompres dingin, selama 30 menit, ulangi setiap jam bila perlu.Saat cedera baru
berlangsung, akan terjadi robekan pembuluh darah yang berakibat keluarnya isi
pembuluh darah tersebut ke jaringan sekitar nya sehingga bengkak, pembuluh darah
sekitartempat cedera juga akan melebar (dilatasi) sebagai respon peradangan.
Pemberian kompres dingin/es akan menyempitkan pembuluh darah yg melebar sehingga
mengurangi bengkak.Kompres dingin bisa dilakukan 1-2 kali sehari, jangan lebih dari 20
menit karena justru kan mengganggu sirkulasi darah.Sebaliknya, saat cedera sudah
kronik, tanda-tanda peradangan sepertibengkak, warna merah, nyeri hebat sudah
hilang, maka prinsippemberian kompres hangat bisa dilakukan
4. Balut tekan (pressure bandage) dan tetap tinggikan.Kompres/penekanan pada bagian
cedera, bisa dilakukan denganperban/dibalut. Jangan terlalu erat, tujuannya untuk
mengurangipembengkakan dan dalam penekanan tetap ditinggikan. Tekanlahpada
daerah cedera sampai nyeri hilang (biasanya 7 sampai 10 hariuntuk cedera ringan dan 3
sampai 5 minggu untuk cedera berat
5. Tinggikan daerah yang cedera. Tujuannya untuk mengurangipembengkakan yang
berlebihan
6. Jika dibutuhkan, gunakan tongkat penopang ketika berjalan.
7. Bila ragu rawat sebagai patah tulang lakukan foto rontgen danrujuk ke fasilitas
kesehatan. Dan hindari HARM, yaitu H: Heat,pemberian panas justru akan
meningkatkan perdarahan, A:Alkohol, akan meningkatkan pembengkakan, R: Running,
atauexercise terlalu dini akan memburuk cidera, M: Massage, tidak boleh diberikan
pada masa akut karena akan merusak jaringan.
Penanganan pada strain secara umum
Cidera derajat I biasanya sembuh dengan cepat dengan pemberian istirahat, es, kompresi dan elevasi
(RICE). Terapi latihan dapat membantu mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas. Cidera
derajat II terapinya sama hanya saja ditambah dengan immobilisasi pada daerah yang
cidera.Dan derajat III biasanya dilakukan immobilisasi dan kemungkinan pembedahan
unutk mengembalikan fungsinya. Kunci dari penyembuhan adalah evaluasi dini dengan

10

professional medis. Sekali cidera telah ditentukan, rencana terapi dapat dikembangkan.
Dengan perawatan yangtepat, kebanyakan strain akan sembuh tanpa efek samping.
2.1.2.9 Pencegahan
Sakit strain pada dasarnya dapat dihindari. Sebagai upaya pencegahan, saatmelakukan
aktivitas olahraga memakai pemakaian perlengkapan olahragayang sesuai, misalnya sepatu yang
bisa melindungi pergelangan kakiselama aktivitas dan sebaiknya melakukan pemanasan,
peregangan,stretching, melakukan gerakan dengan benar dan tidak melakukan aktivitasdan
tidak melakukan gerakan latihan terlalu banyak/cepat dan tidak berlebihan atau melebihi
beban/normal.Selain

itu

untuk

menghindari

terjadinya

strain

seseorang

dapat

melakukanlatihan-latihan fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan diri daricedera


macam ini. Kuncinya dalah selalu melakukan stretching setelahmelakukan pemanasan,
terutama pada bagian otot-otot yang rentantersebut. Selain itu pencegahan strain dengan
melakukan latihan aerobik yang teratur, tetapi yang tidak terlalu membebani otot, antara
lain olahraga jalan, berenang, bersepeda, maupun senam-senam yang memperkuat
danmemelihara fleksibilitas. Namun, dengan diagnosis yang tepat,penanggulangan yang benar
dan cepat cedera dapat diatasi sehinggaaktivitas secara bertahap dapat dilakukan.

11

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi,
yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong/
mendesak pada saat berolahraga atau aktivitas kerja.
Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki. Pada trauma olahraga
(sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapa
terkilir jika diterapkan gaya tekanan atau tarikan yang tidaksemestinya tanpa diselingi
peredaan.
Sedangkan strain adalah daya yang tidak semestinya yang diterapkan pada otot,
ligament atau tendon. Daya (force) tersebut akan meregangkan serabut-serabut tersebut
dan menyebabkan kelemahan dan mati rasa temporer serta perdarahan jika pembuluh darah
dan kapiler dalam jaringan yang sakit tersebut dan mengalami regangan yang berlebihan.
Pada umumnya penatalaksanaan cedera olahraga menggunakan prinsip RICE (Rest,
Ice, Compression, Elevation) yang selalu diterapkan pada fase akut cedera sebelum
penanganan selanjutnya. Indikasi RICE dilakukan pada cedera akut atau kronis eksaserbasi
akut, seperti hematome (memar), sprain, strain, patah tulang tertutup, dislokasi setelah
12

dilakukan reposisi. Secara umum penanganan cedera olahraga disesuaikan dengan jenis
cedera dan proses patofisiologi cedera yang mendasari. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya cedera olahraga antara lain adalah perlu dilakukan
kegiatan pemanasan dengan melibatkan latihan dinamis maupun statis dan perlu dilakukan
pengaturan progresi latihan yang baik agar latihan dapat diadaptasi dengan baik oleh tubuh
3.2 Saran
Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca dan
mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya :
a. Kombinasikan metode pembuatan makalah berikutnya.
b. Pembahsan yang lebih mendalam disertai data-data yang lebih akurat.
Beberapa poin diatas merupakan saran yang kami berikan apabila ada pihak-pihak
yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan demikian makalah ini disusun
serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususunya
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatra Utara semester V/2014 dalam
penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan

13

DAFTAR PUSTAKA

(online) tersedia : http://www.scribd.com/doc/68969734/Cedera-Sprain (31 januari


2014)

Doenegs, E. Marlyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.


Brunnerd & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Bandung.Price,

Silvia A. 2005. Patofisiologi. EGC: Jakarta.


Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah dari Brunner &

Suddarth, edisi 8. EGC : Jakarta.


(online) tersedia :
http://www.scribd.com/doc/68969734/Cedera-Sprain
(31 januari 2014)

14

Anda mungkin juga menyukai