OLEH
I MADE PARAYOGA DWIPAYANA
NIM : 1202106030
2016
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Pneumonia yaitu peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal
dari suatu infeksi (Price dan Wilson, 2005). Penyakit ini menyebabkan alveoli
menjadi radang dengan penimbunan cairan sehingga mengganggu pertukaran
udara. Corwin (2009) juga menyebutkan bahwa pneumonia adalah infeksi akut
pada jaringan paru oleh mikroorganisme, merupakan infeksi saluran napas bagian
bawah.
B. ETIOLOGI
Pneumonia pada bayi atau neonatus diakibatkan oleh beberapa penyebab
antara lain karena yang lahir prematur (dilahirkan dalam usia gestasi kurang dari
37 minggu) secara fisiologis mempunyai resiko tinggi terhadap pernyakitpenyakit yang berhubungan dengan prematuritas, yaitu sindroma gangguan
pernafasan idiopatik (penyakit membran hialin), aspirasi pneumonia karena
refleks menelan dan batuk yang belum sempurna, perdarahan spontan dalam
ventrikel otak lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan
pernafasan, hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang) (Price dan
Wilson, 2005).
Pada periode baru lahir, pneumonia paling sering disebabkan oleh infeksi
penyakit streptokokus grup B yang ditularkan in utero (di dalam kandungan)
(Corwin, 2009).
C. PATOFISIOLOGI
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh
mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi. Ketika sistem imun
merespon maka leukosit dan sebagian besar limfosit akan mengaktivasi sejenis
sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli. Kumpulan dari sel yang
rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam
aliran darah. Penurunan aliran oksigen ke dalam aliran darah akan menimbulkan
manifestasi RR meningkat, retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu
pernafasan, adanya pernafasan cuping hidung, dan perubahan nilai analisa gas
darah (AGD). Pneumonia berat yang terjadi pada pasien ditandai dengan
pernafasan cuping hidung, foto dada terlihat infiltrat yang luas dan konsolidasi,
ronchi, dan batuk produktif. Pasien dapat mengalami masalah kerusakan
pertukaran gas dengan manifestasi asidosis respiratorik.
Pada jaringan paru yang terinfeksi akan terjadi peningkatan aliran darah
dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hyperemia akan terjadi akibat
pelepasan mediator inflamasi dari sel-sel mast setelah mengaktifkan sel imun dan
cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut antara lain histamine dan
prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen
bekerja
sama
dengan
histamine
dan
prostaglandin
untuk
bayi sering
G. DIAGNOSIS/KRITERIA DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis dibuat dengan pengarahan kepada terapi empiris,
mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit dan perkiraan jenis
kuman penyebab infeksi. Dugaan mikrorganisme penyebab infeksi mengarahkan
pada pemilihan antibiotika yang tepat.
H. PENANGANAN
Penyakit ini dapat memiliki efek yang merusak, pada bayi penyakit
berkembang memburuk dalam beberapa jam setelah lahir. Penanganan
memerlukan perawatan di rumah sakit, terapi oksigen dan antibiotik intravena
(Corwin, 2009). Berdasarkan WHO (2009), pemberian terapi oksigen pada anak
harus dipandu dengan pulse oxymetry. Jika pulse oxymetry tidak tersedia,
kebutuhan terapi oksigen harus dipandu dengan tanda klinis, dan dipantau dengan
seksama untuk menghindari keracunan oksigen pada anak. Terdapat tiga metode
yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen yaitu dengan menggunakan
nasal prongs, kateter nasal dan kateter nasofaring. Nasal prongs atau kateter nasal
lebih sering dipakai dalam banyak situasi. Nasal prongs merupakan metode
terbaik dalam pemberian oksigen pada bayi muda dan anak dengan croup yang
berat atau pertusis. Penggunaan kateter nasofaring membutuhkan pemantauan
ketat dan reaksi cepat apabila kateter masuk ke esofagus atau timbul komplikasi
lainnya.
Penggunaan sungkup wajah atau headbox tidak direkomendasikan.
Pemberian oksigen menggunakan masker tidak memiliki toleransi yang baik
terhadap anak-anak. Pemberian oksigen secara humidifire/masker seharusnya
tidak terpapar langsung dengan wajah bayi. Aliran udara yang dingin yang
langsung meenyentuh wajah dan dapat menyebabkan bradikardi dan terjadi
peralihan aliran sirkulasi darah dari perifer ke sentral (Wong, 2009). Perawat
harus mampu memasang dan mengeratkan nasal prongs atau kateter dengan tepat,
serta memeriksa secara teratur bahwa semua alat berfungsi dengan semestinya dan
lepaskan serta bersihkan prongs atau kateter sedikitnya dua kali sehari. Pantau
anak sedikitnya setiap 3 jam untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah
yang terjadi, meliputi nilai SaO2 menggunakan pulse oxymetry, kateter nasal atau
prongs yang bergeser, kebocoran sistem aliran oksigen, kecepatan aliran oksigen
tidak tepat, jalan napas anak tersumbat oleh lendir/kotoran hidung (bersihkan
hidung dengan ujung kain yang lembap atau sedot perlahan), dan distensi
lambung (periksa posisi kateter dan perbaiki, jika diperlukan).
I. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi yang diakibatkan oleh pneumonia yang tidak
ditangani dengan baik antara lain (Corwin, 2009):
1. Sianosis disertai hipoksia mungkin terjadi
2. Ventilasi mungkin menurun akibat akumulasi mucus, yang dapat berkembang
menjadi atelektasis absorpsi
3. Gagal napas dan kematian dapat terjadi pada kasus ekstrem berhubungan
dengan kelelahan atau sepsis
Intervensi
Rasional
Keperawatan
Bersihan
jalan Setelah
diberikan
ditandai
dada
peningkatan
dengan hasil:
NOC LABEL : Respiratory
produksi sputum.
konsolidasi
terdengar
napas.
3. Kolaborasi
cairan,
respon
krakels
terhadap
pengumpulan cairan/secret.
3. merangsang batuk atau pembersihan jalan
nafas secara mekanik pada pasien yang
tidak mampu melakukan batuk efektif
karena
adanya
penurunan
tingkat
kesadaran.
sesuai
4. obat
mukolitik
mengencerkan
membantu
sekret,
untuk
bronkodilator
intercostal space.
5) Nafas cuping hidung
dilatasi bronkus.
tidak ada.
Kerusakan
pertukaran
Setelah
diberikan
memudahkan
menetukan
terapi
atau
dapat
menunjukkan
membantu
mengurangi
kerja
pernapasan
NIC LABEL: Airway Management
a. Manifestasi distress pernafasan tergantung
pada indikasi derajat keterlibatan paru dan
10
dan
konsolidasi,
perubahan
hasil AGD.
pada
b. Menghilangkan sekret
sputum
mmHg)
PaCO2 normal (35-45
mmHg)
PH normal (7,35-
7,45)
SatO2
100%)
Tidak ada penurunan
diperlukan
c. Atur intake cairan
d. Auskultasi
bunyi
napas
dan
wheezing,
krekels, dll)
e. Kolaborasi pemberian
normal (95-
nebulizer,
jika
diperlukan
f. Kolaborasi pemberian
kesadaran
oksigen,
NIC
jika
diperlukan
LABEL:
Therapy
a. Jaga
mulut,
efektif.
adanya c. Cairan dalam jumlah yang adekuat mampu
hidung,
dan
dengan
metode
yang
memberikan
11
oksigen
dan
telah diberikan
d. Monitor tanda-tanda
keracunan
liter/menit).
oksigen c. untuk membantu
menentukan
terapi
dan atelektasis
berikutnya
e. Konsultasikan dengan d. oksigen yang berlebihan dalam tubuh
tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan
oksigen
selama
NIC
tambahan
aktifitas
dan/atau tidur
LABEL: Respiratory
Monitoring
a. Monitor
frekuensi,
dada,
lihat
dehidrasi.
e. membantu klien memenuhi kebutuhan
oksigen saat istirahat.
NIC LABEL: Respiratory Monitoring
a. Kecepatan biasanya meningkat sehingga
terjadi dipsnea dan terjadi peningkatan
kerja
dan
12
kesimetrisan dinding
dada,
penggunaan
otot-otot
bantu
pernapasan,
dan
retraksi
otot
supraklavikular
dan
intercostal
c. Monitor pola napas
klien
(takipnea,
hiperventilasi,
pernapasan Kussmaul,
pleuritik.
b. penggunaan
otot
mengindikasikan
bantu
adanya
pernapasan.
c. Adanya
takipnea,
pernapasan
Kussmaul,
mengindikasikan
pernapasan
disstress
hiperventilasi,
Cheyne-Stokes
perburukkan
kondisi
klien
d. Suara perkusi pekak menunjukkan area
paru yang terdapat eksudat
e. pada
pneumonia
biasanya
tampak
Cheyne-Stokes)
d. Perkusi dada anterior
dan
posterior
dari
hasil
foto
thoraks
6. Ketidakefektifan Setelah
pola
diberikan
13
berhubungan
1. Evaluasi
dengan
dan
hiperventilasi
kriteria hasil:
NOC LABEL: Respiration
pernapasan.
Catat
adanya
upaya
pernapasan
seperti
ditandai dengan
peningkatan RR
diatas normal (>
50x/mnt),
tampak retraksi
dinding
dada
Status
1. Pernafasan
teratur
(RR
30-40
kali/menit).
2. Tanda vital
batas
normal
dalam
(nadi
100-130 kali/menit).
3. Tidak ada penggunaan
otot bantu napas.
4. Napas cuping hidung
tidak ada.
frekuensi
kedalaman
dispnea, penggunaan
otot bantu pernapasan.
2. Tinggikan
kepala
tempat tidur, letakkan
pada posisi tinggi bila
tidak
ada
kontraindikasi. .
3. Berikan
oksigen
memantau
kefektifan
terapi
sesuai indikasi
4. Kaji ulang laporan
foto
dada
dan
pemeriksaan
laboratorium (AGD ).
14
Ketidakseimbangan
Nutrition
Gangguan
Setelah
dilakukan
asuhan NIC
gr/dl
Setelah dilakukan tindakan
LABEL
tubuh
2. Untuk mengetahui status pencernaan
dan adanya diare
3. Jika bayi mengalami muntah
4. Mengurangi resiko muntah
dan
15
pertukaran gas
keperawatan selama 1x 4
berhubungan
dengan perubahan
membran-alveolar
dengan indicator :
NOC LABEL :
ditandai dengan pH
darah arteri
abnormal
Thermoregulation
1. Suhu turun dari
39,30C menjadi
37,00C
2. Badan tidak
berkeringat banyak
Treatment
1. Observasi TTV
2. Berikan kompres /lap
dengan air hangat jika
memungkinkan
3. Anjurkan memekai
pakaian yang
menyerap keringat
dan tidak tebal
4. Monitor output dan
input
16
DAFTAR RUJUKAN
Anonymous. 2009, Pneumonia, Online, Available, www.wikipedia.id.org, diakses
tanggal 27 Mei 2010.
Anonymous. 2008, Pneumonia. Online, Availble, www.medicinenet.com, diakses
tanggal 27 Mei 2010.
Caserta, M.T.,
2009, Neonatal
Pneumonia,
Online,
Availble,
17