Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN PNEUMONIA NEONATUS

OLEH
I MADE PARAYOGA DWIPAYANA
NIM : 1202106030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA

2016
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Pneumonia yaitu peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal
dari suatu infeksi (Price dan Wilson, 2005). Penyakit ini menyebabkan alveoli
menjadi radang dengan penimbunan cairan sehingga mengganggu pertukaran
udara. Corwin (2009) juga menyebutkan bahwa pneumonia adalah infeksi akut
pada jaringan paru oleh mikroorganisme, merupakan infeksi saluran napas bagian
bawah.
B. ETIOLOGI
Pneumonia pada bayi atau neonatus diakibatkan oleh beberapa penyebab
antara lain karena yang lahir prematur (dilahirkan dalam usia gestasi kurang dari
37 minggu) secara fisiologis mempunyai resiko tinggi terhadap pernyakitpenyakit yang berhubungan dengan prematuritas, yaitu sindroma gangguan
pernafasan idiopatik (penyakit membran hialin), aspirasi pneumonia karena
refleks menelan dan batuk yang belum sempurna, perdarahan spontan dalam
ventrikel otak lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan
pernafasan, hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang) (Price dan
Wilson, 2005).
Pada periode baru lahir, pneumonia paling sering disebabkan oleh infeksi
penyakit streptokokus grup B yang ditularkan in utero (di dalam kandungan)
(Corwin, 2009).
C. PATOFISIOLOGI
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh
mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi. Ketika sistem imun
merespon maka leukosit dan sebagian besar limfosit akan mengaktivasi sejenis
sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli. Kumpulan dari sel yang
rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam
aliran darah. Penurunan aliran oksigen ke dalam aliran darah akan menimbulkan
manifestasi RR meningkat, retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu

pernafasan, adanya pernafasan cuping hidung, dan perubahan nilai analisa gas
darah (AGD). Pneumonia berat yang terjadi pada pasien ditandai dengan
pernafasan cuping hidung, foto dada terlihat infiltrat yang luas dan konsolidasi,
ronchi, dan batuk produktif. Pasien dapat mengalami masalah kerusakan
pertukaran gas dengan manifestasi asidosis respiratorik.
Pada jaringan paru yang terinfeksi akan terjadi peningkatan aliran darah
dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hyperemia akan terjadi akibat
pelepasan mediator inflamasi dari sel-sel mast setelah mengaktifkan sel imun dan
cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut antara lain histamine dan
prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen

bekerja

sama

dengan

histamine

dan

prostaglandin

untuk

memvasodilatasi otot polos vascular paru, meningkatkan aliran darah ke area


cedera dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan perpindahan
eksudat plasma ke dalam ruang interstitial sehingga terjadi pembengkakan dan
edema antara kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan antara kapiler dan alveolus
meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida untuk
berdifusi, sehingga terjadi penurunan kecepatan difusi gas (Corwin, 2009).
(pathway terlampir)
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Pneumonia Neonatal dapat dibagi menjadi :
a. Intrapartum pneumonia
1)

Pneumonia Intrapartum diperoleh selama perjalanan melalui jalan lahir.


Intrapartum pneumonia may be acquired via hematogenous or ascending
transmission, or it may result from aspiration of infected or contaminated
maternal fluids or from mechanical or ischemic disruption of a mucosal
surface that has been freshly colonized with a maternal organism of
appropriate invasive potential and virulence.

2) Intrapartum pneumonia dapat diperoleh melalui transmisi hematogenous,


atau aspirasi dari ibu yang terinfeksi, atau terkontaminasi cairan atau dari
mekanik, atau gangguan iskemik dari permukaan mukosa yang telah baru
saja dijajah dengan ibu invasif organisme yang sesuai potensi dan
virulensinya. Infants who aspirate proinflammatory foreign material, such

as meconium or blood, may manifest pulmonary signs immediately after


or very shortly after birth.
3) Bayi yang aspirasi benda asing, seperti mekonium atau darah, dapat
mewujudkan tanda-tanda paru segera setelah atau sangat segera setelah
lahir.
4) Infectious processes often have a honeymoon period of a few hours before
sufficient invasion, replication, and inflammatory response have occurred
to cause clinical signs.Proses infeksi sering memiliki periode beberapa jam
sebelum invasi yang memadai, replikasi, dan respon inflamasi telah terjadi
menyebabkan tanda-tanda klinis.
b. Pneumonia pascalahirIntrapartum pneumonia is acquired during passage
through the birth canal.
1) Postnatal pneumonia in the first 24 hours of life originates after the infant
has left the birth canal.Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam pertama
kehidupan berasal setelah bayi lahir.
2) Postnatal pneumonia may result from some of the same processes
described above, but infection occurs after the birth process.Pasca
kelahiran radang paru-paru dapat diakibatkan dari beberapa proses yang
sama seperti yang dijelaskan di atas, tetapi infeksi terjadi setelah proses
kelahiran.
3) The frequent use of broad-spectrum antibiotics encountered in many
obstetrical services and neonatal intensive care units (NICUs) often results
in predisposition of an infant to colonization by resistant organisms of
unusual pathogenicity.Yang sering menggunakan antibiotik spektrum luas
yang dihadapi dalam banyak pelayanan obstetri dan bayi baru lahir unit
perawatan intensif (NICU) sering mengakibatkan kecenderungan dari bayi
untuk kolonisasi oleh organisme resisten pathogenicity yang tidak biasa.
Invasive therapies typically required in these infants often allow microbes
accelerated entry into deep structures that ordinarily are not easily
accessible. Terapi invasif yang diperlukan dalam oleh

bayi sering

menyebabkan mikroba masuk ke dalam struktur yang biasanya tidak


mudah diakses.
4) Enteral feedings may result in aspiration events of significant
inflammatory potential.Enteral menyusui dapat mengakibatkan peristiwa
aspirasi peradangan signifikan potensial. Indwelling feeding tubes may
further predispose infants to gastroesophageal reflux and other aspiration
events. Selang makanan mungkin lebih lanjut dapat mempengaruhi
gastroesophageal reflux dan aspirasi pada bayi.These infants are often
relatively asymptomatic at birth or manifest noninflammatory pulmonary
disease consistent with gestational age, but develop signs that progress
well after 24 hours.
E. GEJALA KLINIS
Corwin (2009) menyebutkan bahwa gejala pada pneumonia antara lain:
1. Peningkatan frekuensi napas yang bermakna (laju pernafasan >60 kali/menit).
2. Demam dan menggigil akibat proses inflamasi dan bayi mungkin terdengar
mendengkur sebagai upaya untuk memperbaiki aliran udara
3. Bunyi crackle, bunyi napas tambahan ketika jalan napas terbuka tiba-tiba,
merupakan indikasi adanya infeksi saluran napas bawah
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
a. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) :
Teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan
multiple abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi
infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
b. Pemeriksaan laboratorium:
1) DL, Serologi, LED: leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri,
menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat.
2) Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun, bilirubin biasanya meningkat.
3) Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan O2.
4) Pewarnaan Gram/Cultur sputum dan darah: untuk mengetahui oganisme
penyebab.
5) Analisa cairan lambung, bila leukosit (+) menunjukkan adanya inflamasi
amnion (risiko pneumonia tinggi).
c. Pemeriksaan fungsi paru-paru :volume mungkin menurun, tekanan saluran
udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.
5

G. DIAGNOSIS/KRITERIA DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis dibuat dengan pengarahan kepada terapi empiris,
mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit dan perkiraan jenis
kuman penyebab infeksi. Dugaan mikrorganisme penyebab infeksi mengarahkan
pada pemilihan antibiotika yang tepat.
H. PENANGANAN
Penyakit ini dapat memiliki efek yang merusak, pada bayi penyakit
berkembang memburuk dalam beberapa jam setelah lahir. Penanganan
memerlukan perawatan di rumah sakit, terapi oksigen dan antibiotik intravena
(Corwin, 2009). Berdasarkan WHO (2009), pemberian terapi oksigen pada anak
harus dipandu dengan pulse oxymetry. Jika pulse oxymetry tidak tersedia,
kebutuhan terapi oksigen harus dipandu dengan tanda klinis, dan dipantau dengan
seksama untuk menghindari keracunan oksigen pada anak. Terdapat tiga metode
yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen yaitu dengan menggunakan
nasal prongs, kateter nasal dan kateter nasofaring. Nasal prongs atau kateter nasal
lebih sering dipakai dalam banyak situasi. Nasal prongs merupakan metode
terbaik dalam pemberian oksigen pada bayi muda dan anak dengan croup yang
berat atau pertusis. Penggunaan kateter nasofaring membutuhkan pemantauan
ketat dan reaksi cepat apabila kateter masuk ke esofagus atau timbul komplikasi
lainnya.
Penggunaan sungkup wajah atau headbox tidak direkomendasikan.
Pemberian oksigen menggunakan masker tidak memiliki toleransi yang baik
terhadap anak-anak. Pemberian oksigen secara humidifire/masker seharusnya
tidak terpapar langsung dengan wajah bayi. Aliran udara yang dingin yang
langsung meenyentuh wajah dan dapat menyebabkan bradikardi dan terjadi
peralihan aliran sirkulasi darah dari perifer ke sentral (Wong, 2009). Perawat
harus mampu memasang dan mengeratkan nasal prongs atau kateter dengan tepat,
serta memeriksa secara teratur bahwa semua alat berfungsi dengan semestinya dan
lepaskan serta bersihkan prongs atau kateter sedikitnya dua kali sehari. Pantau
anak sedikitnya setiap 3 jam untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah
yang terjadi, meliputi nilai SaO2 menggunakan pulse oxymetry, kateter nasal atau
prongs yang bergeser, kebocoran sistem aliran oksigen, kecepatan aliran oksigen

tidak tepat, jalan napas anak tersumbat oleh lendir/kotoran hidung (bersihkan
hidung dengan ujung kain yang lembap atau sedot perlahan), dan distensi
lambung (periksa posisi kateter dan perbaiki, jika diperlukan).
I. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi yang diakibatkan oleh pneumonia yang tidak
ditangani dengan baik antara lain (Corwin, 2009):
1. Sianosis disertai hipoksia mungkin terjadi
2. Ventilasi mungkin menurun akibat akumulasi mucus, yang dapat berkembang
menjadi atelektasis absorpsi
3. Gagal napas dan kematian dapat terjadi pada kasus ekstrem berhubungan
dengan kelelahan atau sepsis

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Keadaan umum: bayi tampak lemah, kesadaran mungkin menurun
2. Kulit, wajah dan kuku: turgor kulit kembali lebih dari 2 detik, sianosis sentral
dan perifer (+), terjadi peningkatan suhu tubuh dan kulit dapat tampak
kemerahan
3. Sistem pernapasan: bayi seperti mendengkur, PCH (+), RR : > 50 x/menit,
retraksi dinding dada bagian bawah dan dari auskultasi didapatkan suara napas
tambahan ronchi
4. Kemampuan bayi dalam menyusu mungkin mengalami penurunan sehingga
berat badan bayi juga ikut mengalami penurunan
5. Keadaan psikologis orang tua dapat terganggu akibat status kesehatan pada
bayi yang mengalami penurunan
6. Keadaan psikologis ibu yang buruk akan mempengaruhi produksi ASI
sehingga bayi tidak mendapatkan nutrisi yang adekuat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pneumonia ditandai
dengan peningkatan produksi sputum.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler


dan alveoli ditandai dengan PCH (+), RR lebih dari 60x/mnt, retraksi dinding
dada bagian bawah, ronchi, sianosis sentral dan perifer (+), Hasil foto thorax
menunjukkan infiltrat yang luas dan konsolidasi, perubahan pada hasil AGD
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan peningkatan RR diatas normal (> 50x/mnt), tampak retraksi dinding
dada dan PCH (+)
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu dalam memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan ditandai
dengan bayi tampak tidak dapat menyusu, minum atau makan.
5. Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan kulit klien tampak
kemerahan, peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal dan kulit teraba
hangat

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

Rasional

Keperawatan
Bersihan

jalan Setelah

asuhan NIC LABEL : Airway


napas tidak efektif keperawatan selama ... x 24 Management
berhubungan

diberikan

1. takipnea, pernafasan dangkal sering terjadi


karena ketidaknyamanan.

jam diharapkan jalan nafas 1. Kaji frekuensi, kedalaman

dengan pneumonia klien adekuat dengan kriteria

pernapasan dan pergerakan

ditandai

dada

peningkatan

dengan hasil:
NOC LABEL : Respiratory

produksi sputum.

Status : Airway patency


1) Bunyi napas bersih,
tidak ada bunyi napas
tambahan.
2) Tanda vital dalam
batas normal terutama
frekuensi napas <
60x/menit.
3) Sianosis tidak ada.
4) Tidak ada retraksi
sternum dan

penurunan atau tak ada


aliran udara dan bunyi
dalam

pemberian obat mukolitik,


bronkodilator
4. Penghisapan
indikasi.

konsolidasi
terdengar

2. Auskultasi area paru, catat

napas.
3. Kolaborasi

2. penurunan aliran darah terjadi pada area


dengan
sebagai

cairan,
respon

krakels
terhadap

pengumpulan cairan/secret.
3. merangsang batuk atau pembersihan jalan
nafas secara mekanik pada pasien yang
tidak mampu melakukan batuk efektif
karena

adanya

penurunan

tingkat

kesadaran.
sesuai

4. obat

mukolitik

mengencerkan

membantu
sekret,

untuk

bronkodilator

mengurangi edema dan sebagai vaso

intercostal space.
5) Nafas cuping hidung

dilatasi bronkus.

tidak ada.
Kerusakan
pertukaran

Setelah

diberikan

asuhan NIC LABEL:

Acid Base NIC LABEL: Acid Base Management


a. untuk mengevaluasi proses penyakit,

gas keperawatan selama ... x 24 Management


a. Monitor kadar pH
berhubungan
jam diharapkan pertukaran
darah melalui hasil
dengan perubahan gas klien adekuat dengan
AGD
membran
kapiler kriteria hasil:
b. Monitor tanda-tanda
NOC LABEL: Respiratory
dan alveoli ditandai
gagal napas
status
dengan PCH (+),
c. Pertahankan bersihan
- RR dalam batas
RR
lebih
dari
jalan napas
normal (30-50x/mnt)
d. Monitor
status
60x/mnt,
retraksi
- Kedalaman
neurologis
dinding dada bagian
pernapasan normal
e. Kontrak
dengan
bawah,
ronchi,
- Tidak tampak
pengunjung
untuk
sianosis sentral dan
penggunaan otot
membatasi kunjungan
perifer (+), Hasil
bantu pernapasan
NIC
LABEL:
Airway
- Tidak tampak retraksi
foto
thorax
Management
dinding dada
a. Monitor
status
menunjukkan
- Tidak ada sianosis
pernapasan dan status
infiltrat yang luas
- Tidak ada dispnea
- Tidak ada kelemahan
oksigenasi bayi

memudahkan

menetukan

terapi

atau

mengevaluasi keefektifan terapi yang telah


diberikan
b. dapat memberikan tindakan penanganan
yang tepat dan cepat pada klien
c. bersihan jalan napas mempengaruhi intake
oksigen dari luar tubuh ke dalam tubuh
d. Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan
somnolen

dapat

menunjukkan

hipoksemia/penurunan oksigenasi serebral.


e. agar bayi dapat beristirahat secara adekuat
untuk

membantu

mengurangi

kerja

pernapasan
NIC LABEL: Airway Management
a. Manifestasi distress pernafasan tergantung
pada indikasi derajat keterlibatan paru dan

10

dan

konsolidasi,

perubahan
hasil AGD.

pada

Tidak ada akumulasi

b. Menghilangkan sekret

sputum

dengan suction, jika

NOC LABEL: Respiratory


status: Gas Exchange
-

PaO2 normal (80-100

mmHg)
PaCO2 normal (35-45

mmHg)
PH normal (7,35-

7,45)
SatO2

100%)
Tidak ada penurunan

diperlukan
c. Atur intake cairan
d. Auskultasi
bunyi
napas

dan

wheezing,

krekels, dll)
e. Kolaborasi pemberian

normal (95-

nebulizer,

jika

diperlukan
f. Kolaborasi pemberian

kesadaran

oksigen,
NIC

jika

diperlukan
LABEL:

Therapy
a. Jaga
mulut,

nafas secara mekanik pada pasien yang


tidak mampu melakukan karena batuk tak

efektif.
adanya c. Cairan dalam jumlah yang adekuat mampu

suara napas tambahan


(ronchi,

status kesehatan umum.


b. Merangsang batuk atau pembersihan jalan

membantu pengenceran sekret sehingga


lebih mudah dikeluarkan.
d. adanya area redup yang menandakan
adanya penurunan atau hilangnya ventilasi
akibat penumpukkan eksudat.
e. nebulizer dapat membantu meningkatkan
kelembaban udara pernapasan sehingga
membantu mengencerkan sekret sehingga

dapat lebih mudah dikeluarkan


Oxigen f. terapi oksigen adalah mempertahankan
PaO2 diatas 60 mmHg. Oksigen diberikan
kebersihan

hidung,

dan

dengan

metode

yang

memberikan

pengiriman tepat dalam toleransi pasien.

trakea, jika diperlukan


b. Monitor volume aliran
NIC LABEL: Oxigen Therapy

11

oksigen

dan

jenis a. bersihan jalan napas yang adekuat dapat

canul yang digunakan


c. Monitor keefektifan

memaksimalkan intake oksigen yang dapat

telah diberikan
d. Monitor tanda-tanda

sesuai indikasi untuk pasien anak (1-5

diserap oleh tubuh.


terapi oksigen yang b. volume aliran oksigen harus diberikan

keracunan

liter/menit).
oksigen c. untuk membantu

menentukan

terapi

dan atelektasis
berikutnya
e. Konsultasikan dengan d. oksigen yang berlebihan dalam tubuh
tenaga kesehatan lain

sangat berbahaya karena oksigen dapat

mengenai penggunaan

mengikat air dan dapat menyebabkan

oksigen
selama
NIC

tambahan
aktifitas

dan/atau tidur
LABEL: Respiratory

Monitoring
a. Monitor

frekuensi,

irama, kedalaman, dan


usaha napas klien
b. Catat
pergerakkan
dinding

dada,

lihat

dehidrasi.
e. membantu klien memenuhi kebutuhan
oksigen saat istirahat.
NIC LABEL: Respiratory Monitoring
a. Kecepatan biasanya meningkat sehingga
terjadi dipsnea dan terjadi peningkatan
kerja

nafas. Pernafasan dangkal

dan

ekspansi dada terbatas yang berhubungan


dengan atelektasis dan atau nyeri dada

12

kesimetrisan dinding
dada,

penggunaan

otot-otot

bantu

pernapasan,

dan

retraksi

otot

supraklavikular

dan

intercostal
c. Monitor pola napas
klien

(takipnea,

hiperventilasi,
pernapasan Kussmaul,

pleuritik.
b. penggunaan

otot

mengindikasikan

bantu
adanya

pernapasan.
c. Adanya
takipnea,
pernapasan

Kussmaul,

mengindikasikan

pernapasan
disstress

hiperventilasi,
Cheyne-Stokes

perburukkan

kondisi

klien
d. Suara perkusi pekak menunjukkan area
paru yang terdapat eksudat
e. pada
pneumonia
biasanya

tampak

konsolidasi dan infiltrat pada lobus paru.

Cheyne-Stokes)
d. Perkusi dada anterior
dan

posterior

dari

apeks sampai basis


bilateral
e. Monitor

hasil

foto

thoraks
6. Ketidakefektifan Setelah
pola

diberikan

asuhan NOC LABEL : Respiratory

napas keperawatan selama ... x 24 Monitoring

1. kecepatan dan upaya mungkin


meningkat karena nyeri, penurunan

13

berhubungan

jam diharapkan pertukaran

1. Evaluasi

dengan

gas klien adekuat dengan

dan

hiperventilasi

kriteria hasil:
NOC LABEL: Respiration

pernapasan.

Catat

adanya

upaya

pernapasan

seperti

ditandai dengan
peningkatan RR
diatas normal (>
50x/mnt),
tampak retraksi
dinding

dada

dan PCH (+)

Status
1. Pernafasan

teratur

(RR

30-40

kali/menit).
2. Tanda vital
batas

normal

dalam
(nadi

100-130 kali/menit).
3. Tidak ada penggunaan
otot bantu napas.
4. Napas cuping hidung
tidak ada.

frekuensi
kedalaman

dispnea, penggunaan
otot bantu pernapasan.
2. Tinggikan
kepala
tempat tidur, letakkan
pada posisi tinggi bila
tidak

ada

kontraindikasi. .
3. Berikan
oksigen

volume sirkulasi. Pengenalan dini dan


pengobatan ventilasi abnormal dapat
mencegah komplikasi.
2. merangsang ekspansi paru. efektif pada
pencegahan dan perbaikan kongesti
paru
3. meningkatkan pengiriman oksigen ke
paru untuk kebutuhan sirkulasi.
4. untuk

memantau

kefektifan

terapi

pernapasan dan mencatat terjadinya


komplikasi.

dengan head box atau


-

sesuai indikasi
4. Kaji ulang laporan
foto

dada

dan

pemeriksaan
laboratorium (AGD ).

14

Ketidakseimbangan

Nutrition

1. Untyk mengetahui jumlah nutrisi dan

nutrisi: kurang dari keperawatan selama x 24jam Management


1. monitor asupan nutrisi
kebutuhan
tubuh klien menunjukkan status
dan kalori
berhubungan
nutrisi adekuat dengan kritria
2. auskultasi bising usus
dengan
tidak hasil :
observasi
NOC LABEL : Nutrition
mampu
dalam
3. berikan makan sedikit
Status
memasukan,
demi sedikit
1. Adanya peningkatan
4. jaga kebersihan mulut
mencerna,
berat
badan
5. timbang BB secara
mengabsorbsi
nafsu
makan
teratur
makanan ditandai
6. kolaborasi
untuk
meningkat
dengan bayi tampak
pemeriksasan
dapat menghabiskan
tidak
dapat
laboratorium
makan sesuai porsi
7. kolaborasi dengan ahli
menyusu,
minum
2. tugor elastis
3. haemoglobin 12-14 gr
gizi
atau makan.
%
4. albumin 3,5 - 5,2 gr/dl
5. protein total 6,6 - 9,3

kalori untuk memenuhi kebutuhan

Gangguan

Setelah

dilakukan

asuhan NIC

gr/dl
Setelah dilakukan tindakan

LABEL

NIC LABEL : Fever

tubuh
2. Untuk mengetahui status pencernaan
dan adanya diare
3. Jika bayi mengalami muntah
4. Mengurangi resiko muntah

dan

memudahkan asupan makanan


5. Mencegah adanya infeksi saluran
pencernaan
6. Mengetahui apakah intervensi berhasil
atau tidak
7. Untuk memecahkan masalah yang
tidak isa diangani secara mandiri

1. untuk mengetahui perubahan keadaan

15

pertukaran gas

keperawatan selama 1x 4

berhubungan

jam, masalah keperawatan

dengan perubahan

hipertermi diharapkan teratasi

membran-alveolar

dengan indicator :
NOC LABEL :

ditandai dengan pH
darah arteri
abnormal

Thermoregulation
1. Suhu turun dari
39,30C menjadi
37,00C
2. Badan tidak
berkeringat banyak

Treatment
1. Observasi TTV
2. Berikan kompres /lap
dengan air hangat jika
memungkinkan
3. Anjurkan memekai
pakaian yang
menyerap keringat
dan tidak tebal
4. Monitor output dan

pasien ( suhu tubuh)


2. kompres hangat untuk membuat
nyaman pasien serta memvasodilatasi
pembuluh darah
3. agar keringat tidak terlalu menempel
pada kulit yang memicu pertumbuhan
bakteri serta untuk memepercepat
proses evaporasi keringat
4. mengetahui jumlah cairan masuk dan
keluar

input

16

DAFTAR RUJUKAN
Anonymous. 2009, Pneumonia, Online, Available, www.wikipedia.id.org, diakses
tanggal 27 Mei 2010.
Anonymous. 2008, Pneumonia. Online, Availble, www.medicinenet.com, diakses
tanggal 27 Mei 2010.
Caserta, M.T.,
2009, Neonatal

Pneumonia,

Online,

Availble,

http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279/ch279l.html, diakses tanggal


26 Mei 2010.
Corwin, E.J., 2000, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC.
Doenges, dkk., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif, 2009, Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler, Jakarta: Salemba.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Price & Wilson, 1995, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi
4 Buku 1, Jakarta: EGC.
Suriadi, Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Jakarta: CV Sagung
Seto.

17

Anda mungkin juga menyukai