Anda di halaman 1dari 20

Laporan Metode Pelaporan

Hari/ Tangga
Dosen

: Selasa, 17 Maret 2015


: Drs. Denny Hernawan, M.A

SURVEY KUESIONER
FORMALIN PADA PANGAN

Kelompok 6/SJMP B-P2


Anggita Dwi Rahmani

J3E113073

Dewi Mithalina

J3E113081

Laura Nur Anisa

J3E113078

Mochamad Zakaria

J3E113084

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya
ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai
bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri
( Astawan, Made, 2006 ). Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus
Molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan
distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif,
dapat bereaksi dengan gugus NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk
senyawa yang mengendap (Harmita, 2006).
Penggunaan formalin antara lain sebagai pembunuh kuman sehingga pada
umumnya digunakan sebagai pembersih lantai,bahan pembuat sutra buatan, zat
pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Dalam dunia fotografi biasanya
digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas, bahan pembentuk pupuk
berupa urea, bahan pembuatan produk parfum, bahan pengawet produk kosmetik
dan pengeras kuku, pencegah korosi untuk sumur minyak dan lain sebagainya.
Namun formalin sering disalah gunakan sebagai bahan tambahan pangan.
Formalin mempunyai efek yang sangat berbahaya jika dikonsumsi manusia.
Terdapat juga metode pengujian untuk mengetahui kandungan formalin pada
pangan, seperti metodekualitatif dan kuantitafi. Selain itu juga terdapat beberapa
cir-ciri untuk mengetahui pangan mengandung formalin, tanpa harus dilaukan
pengujian di laboratorium.
1.2Tujuan

Untuk mengetahui apakah semua orang sudah mengetahui formalin

danbahayanya jika dijadikan bahan tambahan pangan.


Untuk mengetahui faktor-faktor risiko penggunaan formalin.
Untuk mengetahui caa mendeteksi formalin pada pangan.

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil rekapitulasi data kuisioner formalin


Tabel 1. Pengetahuan mengenai formalin
JenisKelamin
Perempuan
Laki-laki

Pengetahuan
SJMP
Non SJMP
SJMP
Non SJMP

Presentase (%)
ya
Tidak
100%
100%
100%
100%
-

120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%

Tidak

2.1 Mengenal Formalin


Berdasarkan hasil kuesioner mengenai formalin, dapat diketahui bahwa
untuk PK SJMP yang berjumlah 15 mahasiswa semuanya mengetahui tentang
formalin dan juga bahayanya. Dan untuk PK lain yang berjumlah 15 mahasiswa
semuanya juga mengetahui tentang formalin.Formalin memang sudah terkenal
sebagai pengawet mayat atau sebagai cairan pembersih namun banyak pedagang
yang menyalahgunakannya sebagai pengawet makanan. Karena formalin dapat
membuat umur simpan produk lebih lama,mempertahankan tekstur pangan,
namun dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Tabel 2. Sumber Informasi tentang formalin

JenisKelamin

Perempuan
Laki-laki

Pengetahuan
SJMP
Non SJMP
SJMP
Non SJMP

Presentase (%)
Koran/
Majalahkes
suratk
ehatan
abar
21,43%
7,14%
-

Teman

Televisi

Lainnya

85,71%
78,57%
100%
100%

7,14%
-

120

100

80
Perempuan SJMP
Perempuan Non SJMP

60

Laki-Laki SJMP
Laki-Laki Non SJMP
40

20

0
Majalah kesehatan

Teman

Lainnya

2.2 Sumber Informasi


Berdasarkan hasil kuesioner mengenai sumber informasi tentang formalin,
untuk PK SJMP dengan seluruh responden dari pk SJMP (Laki- laki)
mendapatkan informasi dari TV, sedangkan sumber informasi majalah kesehatan
berjumlah21,43% untuk responden berjenis kelamin perempuan , untuk sumber
informasi

televisi

berjumlah

85,71%

untuk

responden

perempuan

PK

SJMP,sedangkan untuk PK Non-SJMP yang memperoleh sumber dari majalah

kesehatan sebesar 7,14 %, untuk sumber informasi dari TV sebesar 78,57%, dan
untuk sumber informasi lain diperoleh persentase sebesar 7,14%. Sedangkan untuk
responden non-SJMP dengan jenis kelamin laki-laki, diperoleh persentase 100%

Informasi tentang formalin mudah sekali didapat, karena adanya kemudahan


teknologi dan informasi.

Tabel 3. Pemahaman tentang formalin


JenisKelamin
Perempuan
Laki-laki

Pengetahuan
SJMP
Non SJMP
SJMP
Non SJMP

Presentase (%)
Tidak boleh digunakan
untuk pangan
100%
85,71%
100%
100%

Boleh
digunakan
untuk pangan
14,28%
-

1600%
1400%
1200%
1000%
Tidak Boleh Digunakan
800%
600%
400%
200%
0%

Boleh Digunakan

2.3 Pemahaman Tentang Formalin


Pada hasil rekapitulasi data kuisioner mengenai pemahaman tentang
formalin bahwasanya boleh dan tidaknya penggunaan formalin pada bahan
pangan diperoleh hasil persentase sebagai berikut. Untuk 15 penilai dari
mahasiswa PK SJMP baik perempuan maupun laki-laki menyatakan bahwa
formalin tidak boleh digunakan untuk bahan pangan, artinya persentase yang
diperoleh adalah 100%. Sedangkan penilai yang berasal dari PK non SJMP, untuk
penilai perempuan sebanyak 86% menyatakan bahwa formalin tidak boleh
digunakan untuk pangan, dan 14% menganggap bahwa formalin dapat/boleh
digunakan pada bahan pangan. Pada penilai laki-laki dari PK non SJMP sebanyak
100% menyatakan bahwa formalin tidak boleh digunakan pada bahan pangan.

Tabel 4. Keinginan mencari informasi bila tidak tahu tentang formalin


JenisKelamin
Perempuan
Laki-laki

Pengetahuan

Presentase (%)
Mencari informasi

SJMP
Non SJMP
SJMP
Non SJMP

92,8%
35,71%
100%
100%

Tidak
informasi
7,1%
64,28%
-

mencari

120

100

80
Ya
60

40

20

Tidak

2.4 Keinginan mencari informasi


Untuk penilaian tentang keinginan mencari informasi mengenai formalin
terhadap penilai yang belum mengetahui formalin, diperoleh data bahwa penilai
laki-laki dari PK SJMP 100% meyatakan bahwa ingin mencari informasi tentang
formalin, sedangkan untuk penilai perempuan dari PK SJMP ada 93%
mengatakan ingin mencari informasi tentang formalin, dan terdapat 7% penilai
perempuan SJMP yang tidak ingin mencari informasi formalin tersebut.
Sedangkan penilai laki-laki dari non SJMP juga 100% menyatakan bahwa ingin
mencari informasi formalin, untuk penilai perempuannya ada 36% menyatakan
ingin mencari informasi dan 64% tidak ingin mencari informasi.

Tabel 5. Sumber untuk mencari informasi


Presentase (%)
Jenis Kelamin

Perempuan
Laki-laki

Pengetahuan

Majalah
kesehatan

SJMP

28,57%

Non SJMP
SJMP
Non SJMP

7,14%
-

Koran/
suratk
abar
21,42
%
7,14%
-

Dokter

Lainnya

35,71%

50%

21,43%
-

14,29%
100%

Tidak
50%
100%
-

120
100
80
Perempuan SJMP
Perempuan Non SJMP

60

Laki-Laki SJMP
Laki-Laki Non SJMP

40
20
0
Majalah kesehatan

Dokter

Tidak Peduli

2.5 Sumber Mencari Informasi


Dari data diatas kami ingin mengetahui bagaimana cara responden mendapatkan
sumber mengenai informasi tentang formalin. Hasil didapatkan berdasarkan
survey berupa questioner yang kami berikan kepada responden. Kami
memberikan opsi atau pilihan berupa sumber-sumber untuk mencari informasi
mengenai formalin , seperti membaca majalah kesehatan, mencari dikoran atau
surat kabar, melakukan konsultasi dengan dokter, atau pendapat lainnya menurut
responden serta pilihan tidak peduli responden terhadap sumber untuk mencari
informasi tentang formalin . Hasil yang diperoleh yakni dari 14 responden
perempuan, dari jurusan sjmp dihasilkan 28,57% dan sebanyak 7,14% responden
perempuan dari jurusan non sjmp dari jumlah 14 responden memilih majalah
kesehatan sebagai sumber untuk mencari informasi mengenai formalin, kemudian
yang memilih Koran/surat kabar sebagai sumber sebanyak 21,42% responden
perempuan jurusan sjmp dan perempuan dari jurusan non sjmp sebanyak 7,14%.
Hasil selanjutnya yaitu sebanyak 35,71% responden perempuan dari jurusan sjmp
memilih berkonsultasi dengan dokter untuk menjadi sumber dalam mencari
informasi mengenai formalin dan perempuan dari jurusan non sjmp sebanyak
21,34%. Responden yang memiliki pendapat lainnya sebanyak 50% perempuan
dari jurusan sjmp dan 14,29% dari jurusan non sjmp serta responden laki-laki
jurusan non sjmp memilih sebanyak 100% dari satu orang responden. Kemudian
responden yang tidak peduli dengan sumber mencari informasi mengenai formalin
sebanyak 100% dari satu orang responden laki-laki jurusan sjmp, dan 50%
responden perempuan non sjmp .

Tabel 6. Pengetahuan nama lain formalin


JenisKelamin

Pengetahuan

Presentase (%)
boraks

SJMP

Non SJMP
SJMP
Non SJMP

28,57%
100%
-

Perempuan
Laki-laki

formaldehid
14,29%
14,29%
100%

Pengawet
mayat
64,29%
50%
-

21,43
%
7,14%
-

1.2
1
0.8

borak
formaldehid

0.6

pengawet mayat
lainnya

0.4
0.2
0

2.6 Nama Lain Formalin


Berdasarkan data diatas kami ingin mengetahui apakah responden mengetahui
nama lain dari formalin. Hasil akan dilihat dari hasil survey berupa questioner
yang kami berikan pada responden. Hasil yang diperoleh dari hasil quesioner yang
menyebutkan formaldehyde sebanyak 14,29% responden perempuan dari jurusan
sjmp, responden laki-laki jurusan sjmp memilih sebanyak 100% dari satu orang
responden. Sedangkan yang menyebutkan boraks sebagai nama lain dari formalin
yaitu sebanyak 100% dari responden laki-laki non sjmp serta dan 28,57%
responden perempuan non sjmp. 64,29% responden perempuan dari jurusan sjmp
dan sebanyak 50% dari responden perempuan non sjmp menyebutkan nama lain
formalin sebagai pengawet mayat dan sisanya sebanyak 21,43% responden
perempuan jurusan sjmp dan 7,14% responden perempuan non sjmp yang
menyebutkan nama lainnya.
Tabel 7. Efek formalin
JenisKelamin
Perempuan
Laki-laki

Pengetahuan
SJMP
Non SJMP
SJMP
Non SJMP

Presentase (%)
Ya
92,86%
64,29%
100%
100%

Tidak
7,41%
35,71%
-

120%

100%

80%
Benar
60%

Salah

40%

20%

0%

2.7 Efek Formalin


Dari data diatas kami ingin mengetahui berapa banyak responden yang
mengetahui tentang efek yang ditimbulkan oleh formalin. Dari hasil survey
berupa questioner yang kami berikan pada responden. Dihasilkan bahwa
responden laki-laki dari jurusan sjmp dan non sjmp yang memberikan jawaban
benar mengenai efek dari formalin yaitu sebanyak 100%, responden perempuan
jurusan sjmp sebanyak 92,86% dan 64,29% responden perempuan dari jurusan
non sjmp. Sedangkan sisanya jawabannya salah mengenai efek yang ditimbulkan
oleh formalin.
Tabel 8. Identifikasi Formalin
JenisKelamin
Perempuan
Laki-laki

Pengetahuan
SJMP
Non SJMP
SJMP
Non SJMP

Presentase (%)
Uji Lab
100%
71,43%
100%
100%

Dilihat mata
28,57%
-

120%

100%

80%
Uji Lab
60%

Dilihat mata

40%

20%

0%

2.8 Identifikasi Formalin


Pada data diatas kami ingin mengetahui beberapa cara untuk mengidentifikasi
adanya formalin terutama formalin yang sudah dicampur dengan pengolahan atau
produk pangan. Hasil akan dilihat dari hasil survey berupa questioner yang kami
berikan pada responden. Kami memberikan opsi atau pilihan yang merupakan
bagaimana cara mengidentifikasi formalin yakni dengan uji laboratorium, atau
dilihat dengan mata. Hasil yang diperoleh yakni pada responden perempuan dari
jurusan sjmp dihasilkan

100% dari 14 responden perempuan jurusan sjmp

memilih uji laboratorium. Kemudian pada responden perempuan non jurusan sjmp
dari 14 responden 71,43% memilih uji laboratorium dan sisanya yakni 28,57%
memilih dengan dilihat mata. Kemudian responden laki laki jurusan sjmp memilih
sebanyak 100% dari satu orang responden mengidentifikasi formalin dengan uji
laboratorium,kemudian responden non jurusan sjmp laki laki memilih sebanyak
100% dari satu orang responden mengidentifikasi formalin dengan uji
laboratorium.

Tabel 9. Efek jangka pendek formalin


JenisKelamin
Perempuan
Laki-laki

Pengetahuan
SJMP
Non SJMP
SJMP
Non SJMP

Presentase (%)
pusing
28,57%
28,57%
100%

mual
71,43%
28,57%
-

Lainya
42,86%
100%
-

120%
100%
80%
kanker
60%

mual
lainnya

40%
20%
0%

2.9 Efek Jangka Pendek Formalin


Pada data diatas kami ingin mengetahui beberapa akibat yang akan dialami jika
mengkonsumsi formalin dalam jangka pendek yang akan dilihat dari hasil survey
berupa questioner yang kami berikan pada responden. Kami memberikan opsi
atau pilihan yang merupakan efek dalam jangka pendek mengkonsumsi formalin
yakni mual,pusing dan lainnya. Hasil yang diperoleh dari data yang dihasilkan
pada data diatas yakni pada perempuan dari sjmp diperoleh hasil yakni dari 14
responden wanita sjmp dihasilkan 28,57% efeknya yakni pusing, kemudian pada
responden non sjmp yakni diperoleh 28,57% yakni pusing ,kemudian hasil dari
responden laki laki jurusan sjmp dihasilkan 100% memilih pendapat lainnya .
Kemudian untuk responden laki laki non sjmp diperoleh hasil 100% dari satu
orang pemilih yakni pusing.

Tabel 10. Efek jangka panjang


JenisKelamin
Perempuan
Laki-laki

Pengetahuan
SJMP
Non SJMP
SJMP
Non SJMP

Presentase (%)
kanker
64,29%
28,57%
100%
100%

kematian
35,71%
28,57%
-

lainnya
42,86%
-

120%
100%
80%
60%

kanker
kematian
lainnya

40%
20%
0%

2.10 Efek Jangka Panjang Formalin


Pada data diatas kami ingin mengetahui beberapa akibat yang akan dialami jika
mengkonsumsi formalin dalam jangka panjang yang akan dilihat dari hasil survey
berupa questioner yang kami berikan pada responden. Kami memberikan opsi
atau pilihan beberapa penyakit yakni kanker, kematian dan pendapat lainnya. Dari
data diatas dihasilkan yakni untuk perempuan sjmp pengetahuan tentang jangka
panjang jika seseorang mengkonsumsi formalin dalam jangka waktu yang panjang
64,29% menjawab kanker, kemudian pada kematian diperoleh 35,71%. Kemudian
pada responden perempuan non sjmp dari 14 responden non sjmp 28,57%
memilih kanker,kemudian 28,57% memilih kematian sedangkan lainnya dimana
responden memiliki pilihan sendiri yakni sebesar 42,86%. Kemudian pada
responden laki laki sjmp yang hanya satu(1)orang dan memilih kanker sehingga
dihasilkan 100%, kemudian pada responden non sjmp laki laki juga hanya satu

orang dan memilih kanker sebagai penyebab konsumsi formalin sehingga


dihasilkan 100%.
2.11 Definisi Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air,
biasanya ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin
dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan
dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde,
Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal,
Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith(Winarno, 2003 ).
Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH. Karena
kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel
tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan
gugus NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang
mengendap (Winarno, 2004).
2.12 Penggunaan Formalin
Penggunaan formalin antara lain sebagai pembunuh kuman sehingga
digunakan sebagai pembersih lantai, gudang, pakaian dan kapal, pembasmi lalat
dan serangga lainnya, bahan pembuat sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca
dan bahan peledak. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras
lapisan gelatin dan kertas, bahan pembentuk pupuk berupa urea, bahan
pembuatan produk parfum, bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras
kuku, pencegah korosi untuk sumur minyak, bahan untuk isolasi busa, bahan
perekat untuk produk kayu lapis (playwood), dalam konsentrasi yang sangat
kecil ( < 1 % ) digunakan sebagai pengawet, pembersih rumah tangga, cairan
pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampo mobil, lilin dan karpet
( Cahaya, 2003 ).
Namun saat ini formalin tidak lagi digunakan sebagai desinfektan, tetapi
sebagai bahan tambhan makan oleh para oknum yang ingin merauk keuntungan.

Secara langsung dan sengaja ditambahkan ke dalam makanan ataupun minuman


dengan tujuan agar makanan atau minuman tetap awet dan kenyal (pada tekstur
pangan). Untuk sebagian kalangan atau orang awam masih belum mengetahui
bahaya dari formalin yang ditambahkan pada pangan tersebut bagi tubuh.
Kita perlu mengetahui bahaya formalin karena formalin merupakan bahan
beracun dan berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Jika kandungannya dalam
tubuh tinggi maka akan bereaksi secara kimia dengan hampir pada semua zat di
dalam sel sehingga menekan fungsi.
Ada sebagian orang yang menganggap bahwa formalin sama dengan
boraks, padahal keduanya berbeda. Dari segi bentuk, boraks berbentu padatan
seperti gula halus berwarna putih sedangkan formalin berbentuk cairan bening
seperti air. Darisegi fungsi,penggunaanboraks sebagai bahan tambahan selain
dimaksudkan untuk bahan pengawet juga dimaksudkan untuk membuat bahan
menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan serta pada umumnya
digunakan untuk mengawetkan mayat. Sedangkan formalin digunakan sebagai
desinfektan (bahan pembersih).
2.13. Bahaya Formalin
Sesungguhnya, setiap hari kita menghirup formalin dari lingkungan
sekitar. Dalam skalakecil, formaldehida sebutan lain untuk formalin- secara
alami ada di alam. Contohnya gas penyebab bau kentut atau telur busuk. Di udara
ia terbentuk dari pembakaran gas metana dan oksigen yang ada di atmosfer,
dengan bantuan sinar matahari. Formalin mudah larut dalam air sampai kadar 55
%, sangat reaktif dalam suasana alkalis, serta bersifat sebagai zat pereduksi yang
kuat, mudah menguap karena titik didihnya rendah yaitu -210C (Winarno, 2004).
Meskipun Peraturan Menteri Kesehatan sudah menyatakan bahwa
formalinmerupakan

bahan

tambahan

makanan

terlarang,

ternyata

pada

kenyataannya masih banyak para pedagang/produsen makanan yang nakal tetap


menggunakan zat berbahaya ini. Formalin digunakan sebagai pengawet makanan,
selain itu zat ini juga bisa meningkatkan tekstur kekenyalan produk pangan
sehingga tampilannya lebih menarik (walaupun kadangbau khas makanan itu
sendiri menjadi berubah karena formalin). Makanan yang rawandicampur bahan

berbahaya ini biasanya seperti bahan makanan basah seperti ikan, mie, tahu
hingga jajanan anak di sekolah (Afrianto, 2008). Adapun dasar hukum yang
melarang tentang penggunaan formalin iantaranya UU No. 7 Tahun 196 tentang
pangan dan UU No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, serta Peraturan
Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004 tentang keamanan pangan, mutu dan gizi
pangan.
Secara fisik panca indera kita memang sulit mendeteksi makanan mana
yang tercemarformalin atau bebas formalin. Sebagai konsumen, kita juga harus
benar-benar mencermati ciri-ciri fisik mie (terutama mie basah) yang memakai
bahan berbahaya.
Berikut ini ciri-ciri mie segar atau mie basah yang formalin :
1. Saat dipegang mie terasa sangat kenyal atau liat.
2. Selain aroma terigu biasanya tercium aroma seperti obat meskipun sudah
berulangkali dibilas air bahkan direbus.
3. Mie sangat liat saat dipotong dengan sendok. Tekstur kenyalnya mirip
karet karenayang alami kenyalnya berasal dari gluten tepung terigu.
4. Mie tahan disimpan atau dibiarkan dalam suhu ruangan selama 1-2 hari.
Sedangkan mie yang tidak mengandung formalin memiliki ciri-ciri:
1. Saat dipegang mie terasa lembut teksturnya.
2. Beraroma tepung terigu dan sedikit bau anyir telur.
3. Mi mudah sekali putus atau patah karena tidak terlalu liat. Tekstur liatnya
dari glutentepung dan telur ayam.
4. Saat direbus airnya agak keruh karena ada tepung terigu dan telur yang
ikut terlarut di dalamnya.
5. Mie tidak tahan disimpan lama, mudah sekali berjamur terutama jika
memakai telur.
6. Rasanya gurih, empuk dan lembut karena memakai telur
Menurut Winarno (2004), pemakaian formalin pada makanan dapat
menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Gejala yang ditimbulkan antara lain
adalah sukar menelan, sakit perut akut disertai muntah, diare, dan gangguan
peredaran darah.

Adapun bahaya dari penggunaan formalin apabila digunakan sebagai


bahan tambahan pangan. Efek yang diimbulkan adalah efek jangka pendek dan
jangka panjang. Berikut penjelasannya:
a. Bahaya utama
Formalin sangat berbahaya bila tertelan dan akibat yang ditimbulkan dapat
berupa bahaya kanker pada manusia. Formalin juga berbahaya apabila terhirup,
mengenai kulit. Akibatyang ditimbulkan seperti luka bakar pada kulit, iritasi pada
saluran pernapasan, reaksi alergi.
b. Bahaya jangka pendek (akut)
Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut
yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar
hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa,
pancreas, sistem susunan saraf pusat dan ginjal.
c. Bahaya jangka panjang (kronik)

Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntahmuntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan
dan rasa gatal di dada.
Namun kesadaran masyarakat akan bahaya formalin masih rendah. Bahkan
sebagian orang menganggap remeh bahaya formalin. Padahal dengan masuknya
dan menimbunnya formalin di dalam tubuh dapat menyebabkan kematian.
Disamping itu adapun tindakan pencegahan dan pertolongan pertama bila tertelan
Formalin , seperti hindari makan, minum dan merokok selama berkerja, serta cuci
tangan sebelum makan. Dan bila diperlukan segera menghubungi dokter atau
dibawa ke rumah sakit.

2.14 Cara Penyimpanan formalin

Berikut cara penyimpanan formalin yang baik dan benar agar tidak terjadi
dampak akibat terpapar formalin:
a) Jangan di simpan di lingkungan bertemperatur di bawah 150C.
b) Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat, alumunium
murni, polietilen atau polyester yang dilapisi fiberglass.
c) Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja besi, tembaga, nikel
atau campuran seng dengan permukaan yang tidak dilindungi / dilapisi.
d) Jangan menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan
berada di atas 60 0celcius (Cahaya, 2003 ).

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
Dari hasil survey yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
responden yang berasal dari PK SJMP lebih memahami mengenai formalin.
Sedangkan responden yang berasal dari PK lain hanya mengetahui formalin
secara umum dan sebagian besar responden tersebut menyatakan bahwa
pengertian formalin samadengan boraks.
3.2 Saran
Sebaiknya responden melakukan penilaian secara objektif dan teliti agar
diperoleh data yang akurat dan tepat. Selain itu, dalam pengolahan data harus
dilakukan perhitungan dengan teliti dan seksama.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Edi. 2008. Pengawasan Mutu Produk/Bahan Pangan 1. Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Departemen Pendidikan Nasional
Cahaya, S. 2003 . Bahan Tambahan Makanan, Manfaat dan Dampaknya
TerhadapKesehatan. Jurnal Info Kesehatan. USU. Medan.
Winarno, FG. 2004. Keamanan Pangan 2. M Brio Press. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai