122114010
CHAPTER 10 : EXPENSES
DEFINISI BEBAN
Dalam SFAC no 6, FASB mendefinisikan
Beban adalah aliran keluar atau pemakaian aktiva dan timbulnya hutang selama satu
periode yang berasaldari penjualan atau produksi barang, atau penyerahan jasa atau
pelaksanaankegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas
Hasmoro Gautomo
122114010
PENGAKUAN BEBAN
Berdasarkan KDPPLK paragraf 94, beban diakui dalam laporan laba rugikalau
penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau
peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan
beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva
(misalnya, akrual hak karyawan atau penyusunan aktiva tetap). Beban diakui dalam laporan
laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu
yang diperoleh (matching of cost with revenue). Misalnya, berbagai komponen beban yang
membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold ) diakui pada saat yang
sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang.
Pengakuan beban menurut kerangka kerja IASB terdiri dari dua kriteriautama yaitu :
1.
2.
Memiliki nilai yang dapat diukur dan reliabel. Dengan demikian untuk akun-akun
yang menggunakan estimasi, diperlukan bukti-bukti yang mendukung validitas estimasi
tersebut.
Beban harus diakui dalam laporan laba rugi ketika penurunan keuntungan ekonomi di masa
depan berhubungan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban dapat diukur secara
reliabel. Semua kos dapat ditangguhkan pembebanannya apabila kos tersebut memenuhi
kriteria sebagai aktiva yaitu :
1
Memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang, dikuasai oleh
perusahaan, dan berasal dari transaksi masa lalu).
Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masamen datang yang
melekat pada aktiva dapat dinikmati oleh entitasyang menguasai.
Hasmoro Gautomo
122114010
Beban juga dapat timbul dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya
pengakuan aktiva. Misalnya adanya hutang garansi produk
PENGUKURAN BEBAN
Dalam mengukur beban dalam satu periode akuntansi, dibutuhkan berbagai keputusan
atau pertimbangan untuk menentukan bagaimana beban tersebut akan dialokasikan pada
periode-periode selanjutnya yang menunjukkan adanya pendapatan. Dalam hal tersebut,
terdapat berbagai standar akuntansi yang dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman.
Misalnya, IAS 16/AASB 116 yang menyatakan bahwa nilai-nilai aset yang dapat di
depresiasi dapat diukur dengan beberapa cara setelah pengakuannya (seperti model biaya
perolehan atau model penilaian) dan beberapa pilihan alternatif untuk depresiasi (seperti
metode garis lurus, nilai menurun dan jumlah unit).
Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang
digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu,pengukuran biaya dapat
didasarkan pada:
1
Kos Historis Kos historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dikorbankan untuk memperoleh aktiva. Pengukuran beban atas dasar kos historis
dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti gedung, peralatan, dan sebagainya.
Kos Pengganti / Kos Masukan Terkini ( Replacement Cost / Curent Input Cost )
Kos masukkan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yangharus
dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam
kondisi yang sama. Contohnya, penilaian untuk persediaan.
Setara Kas (Cash Equivalent ) Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir
dengan caramen jual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan
normal.
Meskipun pada prakteknya metode pengukuran yang masih banyak digunakan adalah
historical cost , namun dengan mulai diadopsinya IFRS di Indonesia, maka pengukuran yang
sesuai standar adalah dengan menggunakan metode fair value. Dengan demikian, untuk
pencatatan beban sebagai akibat daridepresiasi (penyusutan), nilai yang dicantumkan dalam
Hasmoro Gautomo
122114010
beban adalah nilai selisih antara nilai wajar dengan nilai buku (apabila nilai wajar lebih kecil
dari nilai bukunya).
ALOKASI BEBAN
Salah satu cara untuk mengukur beban adalah dengan mengalokasikan beban-beban
tersebut ke periode-periode dimana beban tersebut dinikmati. Hal ini biasanya disebut dengan
matching concept. Konsep tersebut memperlakukan kos dengan mengalokasikan kos yang
sudah kadaluarsa (beban) ke periode-periode dimana beban tersebut terjadi. Namun,
pengalokasian tersebut hanya bersifat estimasi. Dalam akuntansi, pencocokan antara beban
dan pendapatan merupakan fungsi utama, namun hal tersebut tetap saja sulit untuk dilakukan
Karena berhubungan dengan penilaian akuntan tersebut. Akuntan harus mengidentifikasi
mana aset yang telah digunakan (kadaluarsa) dan jumlah yang harus ditulis sebagai tandingan
pendapatan pada periode tersebut.
Matching Concept adalah hal yang paling penting dalam akuntansi biaya historis. Kos
yang sudah kadaluarsa akan menjadi beban dan disajikan dalam laporan laba rugi, sedangkan
kos yang belum kadaluarsa akan dicatat sebagai asset dan disajikan dalam laporan posisi
keuangan. Untuk mengatasi masalah penentuan dan pengukuran kos menjadi beban, terdapat
tiga metode dari matching kos yang sering digunakan, yaitu :
1
Hasmoro Gautomo
122114010
Tidak semua beban dapat dialokasikan dengan menggunakan konsep sebab dan akibat.
Sebagai salah satu alternatif, alokasi yang sistematis dan rasional dapat digunakan.
Tujuannya yaitu untuk mengakui beban dalam periode akuntansi dimana pada periode
tersebut beban itu dimanfaatkan atau telah kadaluarsa. Jadi, beban dialokasikan pada
periode dimana beban tersebut dikonsumsi, bukan berdasar produk yang dihasilkan.
Aditivitas
Apabila alokasi diambil dari total nilai, maka jumlah dari pengalokasian tersebut harus sama
dari total nilai sebelum alokasi, tidak kurang tidak lebih. Misalnya, alokasi beban penyusutan
kendaraan tiap tahun maka jumlah alokasi untuk setiap tahun tersebut harus sama dengan
nilai kendaraan sebelum alokasi.
2
Tidak Ambigu
Pengalokasian harus dilakukan dengan cara yang jelas sesuai dengan metode yang dipilih.
3
Pertahanan
Akuntan yang telah memilih suatu metode akuntansi harus dapat menyediakan pernyataan
yang meyakinkan pilihannya dan mempertahankannya dari kemungkinan adanya metode
alternatif lainnya.
Hasmoro Gautomo
122114010
Dari ketiga kriteria tersebut dalam pratik nyata hampir tidak mungkin metode alokasi
yang digunakan oleh perusahaan dapat memenuhi ketiga kriteria tersebut. Seringkali
perusahaan menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan perusahaan.
Akuntan beranggapan bahwa konsep alokasi sangatlah penting. Hal tersebut
dikarenakan input yang diperoleh perusahaan dapat memberikan manfaat ekonomi pada
periode berjalan dan periode selanjutnya. Jadi, konsep alokasi dibutuhkan untuk
menunjukkan penggunaan input tersebut pada periode berjalan.
DUKUNGAN UNTUK KONSEP ALOKASI
Salah satu alasan yang sangat kuat yang dapat mendukung metode alokasi adalah
objektifitasnya. Alokasi memang merupakan jalan tengah yang tidak mutlak benar, namun
metode tersebut mengalokasikan nilai yang memang terjadi (harga perolehan) ke dalam
periode-periode yang diestimasikan telah mengkonsumsi kos tersebut. Dengan demikian
meskipun prinsip alokasi cenderung masih menggunakan estimasi, namun yang dialokasikan
tetap berdasarkan transaksi yang memang terjadi dan terdapat bukti transaksi yang
menguatkan objektivitasnya.
Selain itu, metode alokasi juga merupakan salah satu jalan keluar untuk kos-kos yang
sulit untuk dicari pasarnya sehingga sangat sulit untuk menggunakan nilai wajar
TANTANGAN UNTUK PENYUSUN STANDAR AKUNTANSI
4
Penandingan
Tugas untuk pembuat standar adalah membuat aturan agar laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi menyajikan informasi yang relevan dan representatif. Dalam hal ini,
konsep penandingan tidak dapat digunakan untuk mengakui item-item pada laporan posisi
keuangan yang tidak memenuhi kriteri aaset dan kewajiban. Misalnya hal tersebut terjadi
pada goodwill, tenaga kerja, dan kekayaan intelektual
Konservatisme
Pada konsep kondervatisme, terjadi asimetri informasi mengenai pengakuan beban dan
laba. Konsep ini mengharuskan untuk mengakui adanya beban sesegera mungkin apabila
ada kemungkinan beban tersebut akan terjadi. Namun dalam prinsip ini pengakuan laba
tidak akan dicatat hingga laba atau pendapatan tersebut benar-benar terjadi. Konsep
tersebut didasarkan oleh asumsi skeptis akuntan atau kehati-hatian. Namun justru
akhirnya konsep tersebut menghasilkan informasi yang tidak relevan. Konsep
Hasmoro Gautomo
122114010
konservatisme ini tidak berfokus pada bukti transaksi, tetapi lebih pada ketakutan
menyajikan nilai bersih aset dan laba terlalu tinggi. Dengan demikian informasi yang
mengandung penyimpangan konservatisme bukanlah merupakan informasi yang netral.
Oleh karena itu penyusun standar kini telah merevisi peraturan dan menghilangkan
konsep penandingan (matching concept ) dan konsep konservatisme ini.