1. Sisntesis Fe.AlO3
Pada percobaan Sisntesis Fe.AlO3 hal pertama yang dilakukan adalah
menimbang garam Fe.SO4.6H2O yang berbentuk serbuk kristal berwarna hijau
sebanyak 1,34 gram di dalam neraca analitik menggunakan kaca arloji dan
menimbang juga garam Al2(SO4).18H2O yang berbentuk serbuk halus berwarna putih
sebanyak 3,33 gram di neraca analitik menggunakan kaca arloji.
Setelah
penimbangan selesai, hal selanjutnya adalah mencampurkan kedua garam kedua
garam tersebut di dalam gelas kimia. tujuan pencampuran kedau garam tersebut untuk
mensintesis Fe.AlO3 dan Al2(SO4).18H2O sehingga mengahilkan senyawa Fe.AlO3
dari proses sintesis. sintesis kimia adalah kegiatan melakukan reaksi kimia untuk
memperoleh suatu produk kimia, ataupun beberapa produk. Hal ini terjadi
berdasarkan peristiwafisik dan kimia yang melibatkan satu reaksi atau lebih. Sintesis
kimia adalah suatu proses yang dapat direproduksi selama kondisi yang diperlukan
terpenuhi. Setelah proses pencampuran kedua garam selesai, hal selanjutnya adalah
penambahan aquadest samapai kedua garam larut. Tujuan penambahan aquadest
hanayalah sebagai pelarut. Kedua garam larut dengan warna larutan campuran
berwarna hijau dan jernih. Kemudian dilakukan penambahan 6,3 gram asam sitrat
berbentuk serbuk putih. Tujuan penambahan asam sitrat untuk mengarahkan larutan
campuran ke pH netral. Setelah penambahan asam sitrat, dilakukan penambahan
larutan HCl tujuan penambahan HCl untuk memastikan bahwa larutan campuran
benar-benar dalam suasana netral. Dan tujuan penambahan HCl sendiri sebgai katalis.
Dalam sintesis jika katalisnya adalah HCl bisa dinamakan Sintesis indola
Fischer adalah sebuah reaksi kimia anatara fenilhidrazin (bersubstituen) dengan
aldehida atau keton di bawah kondisi asam yang menghasilkan heterolingkar
aromatik indola. Reaksi ini ditemukan pada tahun 1883 oleh Hermann Emil Fischer.
Zaman sekarang, obat-obatan antimigrain sering disintesis menggunakan metode ini.
Pilihan penggunaan katalis asam sangatlah penting. Asam Bronsted seperti HCl, asam
sulfat, asam fosfat, dan asam p-toluenasulfonat dapat digunakan asam lewis seperti
boron triflourida, seng klorida, perak klorida, dan alumunium klorida juga merupakan
katalis yang cukup baik.
Proses selanjutnya adalah pemansan larutan campuran sampai kental. Tujuan
pemanasn sendiri untuk mempercepat kelarutan dari Fe.AlO3 sehingga dapat
bercampur dengan sempurna, hal ini dikarenakan proses pemanasan akan
mempercepat gerak kinetik dari molekul-molekul yang ada dalam larutan sehingga
laju reaksi akan semakin cepat dan reaksi berjalan cepat. Setelah proses pemanasan
selesai, proses selanjutnya adalah pediaman dalam suhu ruang dan diaduk. Tujuan
pediaman di sini agar menjaga suhu karena suhu dapat mempengaruhi proses dalam si
tesis. Tujuan dari pengadukan untuk dehidrasi atau menarik air jadi yang dihasilkan
dapat terpisah dengan air. Jika sudah maksimal maka proses pengadukan bisa
dihentikan. Karena jika tercampur air terlalu lama maka Fe.AlO3 dapat terhidrolisis
kembali. Setelah proses ini selesai, proses selanjutnya adalah, sampel yang tadi di
masukan kedalam cawan dan kemudian di panaskan pada suhu 750C. Tujuan
pemanasan disini untuk mengihalngkan pengotor, mengikat zat-zat yang berekasi dan
untuk mempercepat terbentuknya sampel yang baik. Setelai proses ini selesai,
timbang sampel dan di dapat beratnta 36,65 gram. Kemudian gerus sampe halus untk
menguji kemagnetan. Karena jika tidak di gerus magnet tidak akan terihat jika dalam
bentuk bongkahan besar. Saat di tempelkan dengan magnet, sampel mengangkat atau
terjadi pergeseran. Itu menandakan dalam sampel mengandung Fe yang mengandung
sifat magnetik yang sangat tinggi. Dalam hal ini kenapa sampel terjadi pergeseran
saat di dekatkan dengan magnet karena bahan alumunium folil bahan tipis dari logam
yang digulung dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm dan memiliki lebar 1,52 meter
hingga 4,06 meter. Umumnya foil tidak murni berbasis logam. Karakteristik
aluminum foil dikagumi karena kuat, ringan, tahan panas, dan hampir kedap udara,
tidak mengandung magnet, sehingga membantu memisahkan aluminium dari kaleng
saat daur ulang. Kekedapan terhadap oksigen membuat aluminum foil merupakan
kemasan ideal untuk ekspor karena sering mengalami kendala korosi. Selain itu,
mudah dibentuk, sekalipun mudah berkerut. Aluminum foil sering digunakan sebagai
lapisan dalam dari kontainer untuk melindungi produk dari kerusakan, seperti
melapisi bagian dalam kotak jus. Meskipun dapat menahan lemak, ketahanannya
terhadap asam dan basa masih kurang, sehingga memerlukan tambahan lapisan dari
lilin atau lapisan kimia lain. Sedangkan aluminium adalah logam yang paling banyak
terdapat di kerak bumi, dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon.
Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari
seluruh massa padat dari kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta
ton pertahun dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite,
diaspore, dan lain-lain) (USGS). Sulit menemukan aluminium murni di alam karena
aluminium merupakan logam yang cukup reaktif. Secara keseluruhan mengapa bisa
terjadi pergeseran dengan magnet, karena dalam kedua sampel mengandung unsur
logam atau besi. Magnet hanya menarik bahan yang mempunyai kandungan partikel
besi. Ada 3 jenis sifat bahan logam dilihat dari sifat kemagnetannya :
a)
Feromagnetik
dapat ditarik magnet dengan kuat. Bahan feromagnetik contohnya besi, baja, nikel,
dan kobalt. Selain dapat ditarik magnet dengan kuat, bahan feromagnetik dapat dibuat
menjadi magnet.
b)
Paramagnetik
magnet, tetapi tarikannya sangat lemah. Bahan yang tergolong paramagnetik adalah
aluminium, tembaga, kaca, dan kayu.
c)
Diamagnetik
dengan magnet, maka magnet akan menolaknya (menjauhinya). Logam mineral yang
tergolong bahan diamagnetik di antaranya emas dan timah hitam.
Magnet terdiri dari 2 jenis, yaitu magnet sementara dan magnet permanen. Magnet
sementara yaitu magnet yang hanya memiliki sifat-sifat magnetic dalam jangka waktu
tertentu sebelum sifat kemagnetannya hilang atau dapat dengan sengaja dihilangkan.
Sedangkan magnet permanen adalah magnet yang memiliki sifat kemagnetan dengan
jangka waktu yang lama dan sulit untuk dihilangkan sifat kemagnetannya.
Setelah proses uji magnet selesai, uji selanjutnya adala XRD. Proses analisis
menggunakan X-ray diffraction (XRD) merupakan salah satu metoda karakterisasi
material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga sekarang. Teknik ini
digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan cara
menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel. Sinar X
merupakan radiasi elektromagnetik yang memiliki energi tinggi sekitar 200 eV sampai
1 MeV. Sinar X dihasilkan oleh interaksi antara berkas elektron eksternal dengan
elektron pada kulit atom. Spektrum sinar X memilki panjang gelombang 10 -10 s/d 510
nm, berfrekuensi 1017-1020 Hz dan memiliki energi 103-106 eV. Panjang
gelombang sinar X memiliki orde yang sama dengan jarak antar atom sehingga dapat
digunakan sebagai sumber difraksi kristal. SinarX dihasilkan dari tumbukan elektron
berkecepatan tinggi dengan logam sasaran. Olehk arena itu, suatu tabung sinar X
harus mempunyai suatu sumber elektron, voltase tinggi, dan logam sasaran.
Selanjutnya elektron elektron yang ditumbukan ini mengalami pengurangan kecepatan
dengan cepat dan energinya diubah menjadi foton.
Sinar X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun
1895, di Universitas Wurtzburg, Jerman. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu
maka disebut sinar X. Untuk penemuan ini Rontgen mendapat hadiah nobel pada
tahun 1901, yang merupakan hadiah nobel pertama di bidang fisika. Sejak
ditemukannya, sinar-X telah umum digunakan untuk tujuan pemeriksaan tidak
merusak pada material maupun manusia. Disamping itu, sinar-X dapat juga digunakan
untuk menghasilkan pola difraksi tertentu yang dapat digunakan dalam analisis
kualitatif dan kuantitatif material. Pengujian dengan menggunakan sinar X disebut
dengan pengujian XRD (X-Ray Diffraction).
(1)
(2)