Sosialisasi Penetapan Parameter
Sosialisasi Penetapan Parameter
1. Pendahuluan
Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan
pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan
karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan
yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas
dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Perkembangan
kependudukan
dilakukan
untuk
mewujudkan
keserasian,
taraf
hidup
penduduk saat
ini
tidak boleh
mengorbankan
2. Grand Design
Penduduk,
merupakan
pusat
dari
seluruh
kebijaksanaan
dan
program
aktif
kemampuan
dalam
penduduk
dinamika
agar
seluruh
pembangunan
penduduk
tersebut.
dapat
Sebaliknya,
a) Memberikan
arah
kebijakan
bagi
pelaksanaan
pengendalian
kuantitas
optimal
yang
berkaitan
dengan
jumlah,
struktur/komposisi,
parameter
kependudukan
difungsikan
untuk
perencanaan
kependudukan.
Dalam
penetapan
parameter
faktor
yang
sangat
Seperti halnya pada tingkat nasional, apabila provinsi telah mencapai situasi
NRR=1 atau setara TFR=2,1, maka kecenderungan TFR akan ditahan/dipagu pada
angka 2,1 tersebut,
TFR=2,1 dan bahkan telah berada di bawah nilai replacement level tersebut, TFR
akan dibuat konstan atau tidak dilanjutkan penurunannya sampai level fertilitas
paling rendah 1,2 anak per wanita sebagaimana pengalaman level fertilitas pada
negara maju.
Untuk membuat proyeksi penduduk dalam penetapan parameter serta dampak dari
masalah
kependudukan
melalui
program
Spectrum,
Propinsi
Bengkulu
menggunakan data dasar TFR hasil SDKI tahun 2007 sebesar 2,23 juga
prevalensi 74, sedangkan jumlah penduduk menggunakan hasil sensus tahun
2010 sebesar 1.715.518 dengan Laju Pertumbuhan Penduduk 1,67.
Skenario dalam penetapan parameter melalui penentuan TFR sebagai berikut
Skenario pertama TFR : pada tahun 2010 sebesar 2,23 dan tahun 2015 sebesar
2,10 dan tahun 2035 sebesar 1,95
Skenario Kedua TFR : pada tahun 2010 sebesar 2,23 dan tahun 2015 stagnan
sebesar 2,23 dan tahun 2035 sebesar 2,1
Skenario Ketiga TFR : pada tahun 2010 sebesar 2,23 dan tahun 2015 sebesar 2,5
dan tahun 2035 sebesar 2,40
Hasil sementara penghitungan yang dilakukan oleh Bappenas dan BKKBN
terhadap hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 Total Fertilty Rate Indonesia naik
dibandingkan dengan TFR hasil SDKI tahun 2007, tidak terkecuali di Propinsi
Bengkulu.
Propinsi Bengkulu menurut perhitungan sementara hasil TFR melalui Sensus
Penduduk tahun 2010 menggunakan teori dari Rele TFR sebesar 2,6 rata-rata anak
yang dilahirkan oleh seorang wanita, sedang menggunakan teori dari Palmore TFR
sebesar 2,4 dan OC sebesar 2,5.
Untuk bahan sosialisasi kepada Stake Holder dan Masyarakat menggunakan
skenario ketiga hal ini didasarkan pada kecenderungan fertilitas hasil sensus
penduduk tahun 2010 naik dan hal ini tergambar melalui Piramida Penduduk
5
4. Hasil Penghitungan :
2015
2020
2025
2030
2035
TFR 2,10
2.23
2.1
2.06
2.02
1.99
1.95
TFR 2,23
2010
2.23
2.23
2.2
2.17
2.13
2.1
TFR 2,50
2.23
2.5
2.48
2.45
2.42
2.4
TFR 2,10
TFR 2,23
TFR 2,50
jumlah penduduk,
2,50 pada tahun 2015 jumlah penduduk sebesar 1.854.048 dan tahun 2035
sebesar 2.401.025.
Proyeksi Penduduk Menurut tiga skenario
Ditinjau dari segi komposisi umur, maka tingkat fertilitas yang tinggi membawa
akibat-akibat yang cukup gawat, apabila kita perhatikan komposisi penduduk
Propinsi Bengkulu hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menurut golongan umur
dan kelamin, maka penduduk dari golongan umur 0 - 14 tahun berjumlah 30.56
persen golongan umur 15 - 64 tahun sebesar 65,51 persen dan golongan umur
65 tahun keatas sebesar 3,93 persen.
Banyaknya penduduk pada ketiga kelompok umur ini sangat besar artinya bagi
kehidupan masyarakat karena mereka yang berumur di bawah 15 tahun
merupakan golongan yang belum produktip. Mereka yang produktip adalah dari
golongan umur-kerja (15 - 64 tahun), Beban Ketergantungan untuk Propinsi
Bengkulu adalah 52,64 artinya di antara setiap 100 orang yang potensiil
produktip terdapat 52,64 orang yang nafkahnya tergantung dari 100 orang
Jika tingkat fertilitas tetap berada pada taraf yang tinggi, maka proporsi anakanak di bawah umur 15 tahun akan meningkat pada tahun 2015 dengan TFR
2,50 sebesar 28,37 persen, sebaliknya bila TFR tahun 2015 sebesar 2,10 di
proyeksi penduduk umur dibawah 15 tahun sebesar 27,64 persen.
Menurut sensus penduduk tahun 2010 jumlah wanita usia subur (dari golongan
umur 15 - 44 tahun) adalah sebesar 428.471 atau 24,98 persen, jumlah ini akan
naik pada tahun 2015 dengan skenario TFR 2,50 yaitu 474.276 atau 27,65
persen.
d. Kelahiran
Pada tahun 2015 diproyeksikan jumlah kelahiran menurut TFR 2,10 sebesar
32.769 tahun 2035 sebesar 31.551 kelahiran, skenaeio TFR 2,23 proyeksi bayi
lahir tahun 2015 sebesar 34.740 dan tahun 2035 sebesar 34.548 sedangkan
proyeksi TFR 2,50 akan terjadi kelahiran pada tahun 2015 sebesar 38.974 dan
tahun 2035 sebesar 40.688 atau naik sebesar 1.714, secara lengkap pada tabel
dibawah
Bila diasumsikan agar kesehatan dari bayi yang lahir tersebut selama lima tahun
ke depan terjaga kesehatannya diperlukan biaya kesehatan anak rata-rata Rp.
8
Rp.
3.723.000.000
f. Tekanan Penduduk
9
Konsumsi
Produksi
2010
60,937.28
66,905
38,800
2015
56,632.85
72,308
50,265
2020
52,941.21
77,995
65,918
2025
49,840.70
83,531
87,508
10
daya
alam dan
lingkungan
seperti
penggalian
tanah
dan
penambangan pasir yang biasanya dilakukan oleh mereka yang tergusur dari
lahan pertanian dan petani marginal (petani gurem)
Dampak kerusakan di Propinsi telah dirasakan terhadap pencemaran Sungai
Bengkulu yang menjadi salah satu sumber air baku PDAM Kota sudah
tercemar akibat pencucian batu bara yang dilakukan di aliran sungai dan,
erosi lahan yang bertopografi miring di sekitar kawasan Daerah Aliran
Sungai Bengkulu serta perilaku masyarakat yang membuang sampah ke
sungai. Pencemaran juga terjadi akibat aktivitas pabrik pengelolaan sawit
serta perkebunan sawit yang sebagain besar menggunakan pestisida dan
racun lainnya.
Hasil survey terhadap air sungai bengkulu tingkat kekeruhan air sebesar
5000 NTU lebih besar dari 5 NTU yang ditetapkan, perubahan warna yang
ditolerir sebesar
15 PTCO
Kandungan besi berada pada angka 0,76 mg per liter dari angka yang di
tolerir 0,30 mg per liter.
Pencemaran air sungai Bengkulu telah menimbulkan dampak nyata.
Warga Desa Tengah Padang, kecamatan Karang Tinggi ,Kabupaten
Bengkulu Tengah menemukan ratusan ikan mati terapung di Sungai Air
Bengkulu. Operasi penambangan juga mempengaruhi tanah. Operasi
penambangan terbuka untuk lubang besar yang tidak dapat di tutup lagi
karena mengandung air dengan kadar asam tinggi. Air tersebut mengandung
Fe,Mn ,SO4 dan Pb. Fe dn mn dalam jumlah besar dapat menghambat
pertumbuhan tanaman, SO4 mempengaruhi kesuburan tanah dan PH,
sedangkan Hg dan Pb dapat meracuni tanaman,.
11
Pelaku dari penambangan batu bara di aliran sungai bengkulu berasal dari
kabupaten-kabupaten Propinsi Bengkulu yang rata-rata tidak mendapatkan
pekerjaan yang layak di wilayahnya.
Kawasan Cagar Alam Dusun Besar (Danau Dendam Tak Sudah )
disebabkan :
Pengembangan Pemukiman
Perambahan Hutan
Pembuangan Akhir Sampah
Pembuatan Bangunan Pengandali Banjir dan Perkuatan Tanggul
g. Kebutuhan Air dan Pembuangan Sampah
Salah satu kebutuhan mendasar dari manusia adalah air, diasumsikan bahwa
kebutuhan air secara rata-rata manusia butuh air bersih per orang dlm 1 hari
sebesar 70 liter/hari terdiri :
Minum dan mengolah makanan 5 liter/hari
Higien (mandi, membersihkan diri) 30 liter/hari
Mencuci pakaian dan peralatan 30 liter/hari
Menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitasi sanitasi/pembuangan
kotoran 6 liter/hari
Belum termasuk untuk membersihkan lantai, menyiram bunga, sawah, dan
lain-lain
Bila penduduk Propinsi Bengkulu tahun 2015 diproyeksikan sebesar 1.854.048
maka dalam satu hari dibutuhkan air bersih 129.783.360 liter/hari atau
46.722.009.600,- liter/tahun pada tahun 2015.
Kebutuhan air untuk perkebunan sawit diPropinsi Bengkulu seluas 202.863 HA
sebesar 243.435.600 liter/hari atau 87.636.816.000 liter/tahun.
Dengan adanya pencemaran sungai oleh penambangan batu bara, perkebunan
sawit dan karet serta alih fungsi hutan menjadi pemukinan, perkebunan dan
pertanian dapat terjadi penyimpanan air dipermukaan
layak untuk menjadi air bersih, sehingga manusia akan mengambil air dengan
12
cara pengeboran dalam hal ini dimasa mendatang tanah akan turun dan rendah
dibandingkan dengan air laut sehingga terjadi banyir/badai rob sebagaimana
yang telah terjadi di Jakarta dan daerah/wilayah lain yang mengambil air dengan
cara pengeboran.
Dampak masalah penduduk adalah pencemaran tanah yang berasal dari
sampah yang dibuang atau dikumpulkan disuatu tempat pembuangan sementara
atau penampungan akhir, salah satu study tentang rata-rata sampah dibuang
oleh manusia dalam satu hari 0,5 Kg belum pembuangan sampah yang berasal
dari kegiatan industri, maka dapat diproyeksi pada tahun 2015 sampah yang
dibuang sebesar 927.024 Kg atau dalam satu tahun sebesar 333.728.640 Kg di
Propinsi Bengkulu sampah dibuang oleh manusia pada tahun 2015.
h. Pendidikan
Dampak lain akibat penambahan penduduk secara kuantitas yang tidak
terkendali adalah masalah pendidikan, dimana pemerintah akan terbebani oleh
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan untuk mencerdaskan bangsa agar
dapat bersaing dengan negara lain.
Dengan skenario TFR 2,50 pada tahun 2015 proyeksikan anak sekolah tingkat
SD pada tahun 2015 sebesar 231.182 sedang anak sekolah tingkat SLTP
89,286.
Tahun
2010
2015
2020
2025
2030
2035
Anak Sekolah SD
237,135
231,182
223,226
232,144
233,730
231,220
Tahun
2010
2015
2020
2025
2030
2035
2 0 10
2 01 5
2020
2 02 5
20 3 0
2 0 35
Kebutuhan Guru
SD
14,821
14,449
13,952
14,509
14,608
14,451
Tahun
2010
2015
2020
2025
2030
2035
Kebutuhan Guru
SLTP
7,476
8,117
8,458
8,594
9,781
10,369
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak terlepas dari peran strategis
guru.
Dengan kata lain, guru merupakan komponen yang sangat krusial di satuan
pendidikan. Tidak hanya mutu guru, jumlah guru di sekolah harus seimbang
dengan jumlah siswa di sekolah tersebut. Keterbatasan jumlah guru di sebuah
sekolah dapat berakibat pada jumlah siswa yang dapat diterima di sekolah
tersebut, yang berarti mengurangi akses calon peserta didik untuk memperoleh
14
pendidikan, rasio guru dengan jumlah murid SD tahun 2009 di Propinsi Bengkulu
18 murid per satu guru sedangkan tingkat SMP 17 murid per satu guru.
i.
Kesehatan
Salah satu tujuan pembangunan adalah memperbaiki dan meningkatkan
kesehatan
masyarakat.
Perbaikan
kesehatan
bertujuan
meningkatkan
j.
Tenaga Kerja
Akibat tingkat fertilitas yang tinggi maka sebagian penduduk menjadi terlalu
muda untuk masuk angkatan kerja, sehingga pertambahan penduduk ini hanya
meningkatkan potensi tenaga kerja secara kurang proporsionil. Hal ini kurang
menguntungkan usaha pembangunan karena golongan muda merupakan beban.
Pengeluaran konsumsi yang tinggi oleh golongan bukan tenaga kerja ini akan
membatasi tabungan, baik tabungan yang dilakukan oleh Pemerintah maupun
15
Pertumbuhan tenaga kerja di Propinsi Bengkulu dengan skenario TFR 2,50 pada
tahun 2015 diproyeksi sebesar 959.635,25 pada saat yang sama diperlukan
lahan kerja baru sebesar 20.226 pada tahun 2035 ada 1.272.473,63 tenaga kerja
dan dibutuhkan 12.684 lahan kerja baru.
Perbandingan antara pertumbuhan tenaga kerja dengan kebutuhan lahan kerja
baru sebagaimana dalam gambar dibawah ini
220 10
10
220
01155
200220
0
2
22002
255
16
20 3 00
2 0035
35
Tahun
2010
2015
2020
2025
2030
2035
Pertumbuhan
Tenaga Kerja
849,418.19
959,635.25
1,055,977.63
1,135,604.13
1,204,078.63
1,272,473.63
Tahun
2010
2015
2020
2025
2030
2035
Kebutuhan
Lahan Kerja
Baru
21,653
20,226
17,215
13,058
14,212
12,684
k. Ketahanan Pangan
Menurut buku Population, Food, Energy and the Environment (2000), terbitan
Council for Asia-Europe Cooperation, pertumbuhan penduduk merupakan
tantangan bagi jaminan pangan, yang pada dasarnya beda dari produksi pangan.
Jaminan pangan berarti semua orang memiliki akses fisik dan ekonomi untuk
bahan pangan yang mereka butuhkan agar mampu berfungsi normal.
Kegawatan masalah beras yang sering menimpa akan menempatkan dalam
kedudukan yang tidak menguntungkan karena adanya kecenderungan bahwa
masalah beraspun tidak terlepas dari pengaruh politik negara-negara besar. Di
samping itu kegawatan ini dapat mengganggu stabilitas sosial, ekonomi dan
keamanan yang merupakan prasyarat bagi lancarnya pembangunan ekonomi.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat,
maka diperkirakan tingkat konsumsi beras akan terus mengalami peningkatan.
Beras juga dimanfaatkan sebagai bahan baku oleh industri pengolahan makanan
seperti tepung beras, bihun dan lainnya. Peningkatan permintaan akan
menambah beban penyediaan beras, apalagi dengan kondisi sumberdaya
pertanian
yang
semakin
terbatas.
Kondisi
ini
jika
terus
berlangsung
rangka
pembangunan
berkelanjutan
untuk
membentuk
manusia
ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi serta merata dan
terjangkau leh daya beli masyarakat yang selanjutnya disebut adanya ketahanan
pangan.
L. Kemiskinan
Kemiskinan penduduk disebabkan oleh berkurangnya peluang bekerja dan
berusaha yang dapat diakses oleh penduduk miskin, dengan meningkatkan
penduduk juga meningkatnya angkatan kerja yang membutuhkan lapangan kerja
bila tidak disertai dengan kemampuan penciptaan peluang bekerja dan peluang
berusaha yang mampu diakses oleh penduduk miskin.
Selain itu hingga sampai sekarang Indonesia termasuk Propinsi Bengkulu masih
menghadapi kemiskinan, pada gambar dibawah diperlihatkan penduduk yang
tergolong miskin 18,3 persen, dengan indeks kedalaman kemiskinan sebesar
2,53 %, keparahan kemiskinan 0,56 persen dan penduduk yang masuk dalam
garis kemiskinan sebesar 225.857.
Bila penduduk miskin tidak mampu keluar dari kemiskinan akan terjadi
perubahan ekonomi menyebabkan penduduk yang nyaris miskin akan menjadi
miskin, sehingga akan mempengaruhi dari Pendapatan Daerah.
Kenaikan Pendapatan Daerah Bruto dan Perkapita mengalami kenaikan tidak
ada artinya bila penduduk miskin juga naik.
18
2 00 11 00
22 00 1 55
2 0 22 0
20 2 5
2 0 33 0
22 00 3 55
fasilitas
komunikasi,
fasilitas
perumahan
dalam
rangka
19
Saran :
Memperhatikan data-data tersebut yang mempengaruhi terhadap jumlah penduduk,
dan masalah-masalah lainnya maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan pengendalian penduduk dengan melalui Keluarga Berencana untuk
mencegah dampak semakin buruk dari perkembangan kuantitas penduduk
terhadap daya dukung alam dan daya tampung lingkungan.
2. Mengendalikan pola penggunaan lahan yang sesuai dengan peruntukannya,
untuk mencegah konversi lahan pertanian dan lahan hutan alam dalam upaya
untuk mempertahankan daya dukung alam dan daya dukung lingkungan.
3. Mencegah atau mengendalikan eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan
secara berlebihan yang dapat berakibat terhadap menurunnya daya dukung
alam dan lingkungan secara berlebihan.
4. Melakukan pengembangan kesempatan kerja disektor non pertanian yang dapat
menyerap tenaga kerja setempat
5. Pengembangan sistem pertanian yang lebih maju dengan kebutuhan lahan
pertanian yang lebih sempit tetapi dapat mendukung standar hidup yang
dipandang layak.
6. Penanggulangan kemiskinan diintegrasikan dengan program pemerintah yang
efektif dan efisien.
AGUS SUPARDI
BKKBN BENGKULU
20