Anda di halaman 1dari 21

B A B V P E N D E KATA N DA N

M E T O D O LO G I
4
5.1 PENDEKATAN
Pada

dasarnya

identifikasi

kawasan

kumuh

adalah

untuk

mengetahui

karakteristik kekumuhan di suatu kawasan untuk kemudian dirumuskan strategi


penanganan yang tepat. Pendekatan yang akan dilakukan untuk menghasilkan
strategi penanganan yang tepat adalah dengan dengan penyediaan profil dan
karakteristik kawasan yang dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan
dalam menangani kawasan kumuh. Identifikasi karakteristik kawasan sebelum
dapat

menghasilkan

kebijakan

dan

strategi

penanganan

adalah

dengan

melakukan :
1. Inventarisasi Lokasi dan Delineasi Lokus Kawasan
2. Tipologi Kawasan
3. Ranking dan Pembobotan
4. Klasifikasi Kawasan Kumuh
5. Identifikasi Potensi dan Permasalahan
Profil akan disusun untuk setiap lokus kawasan kumuh dan akan disajikan dalam
bentuk database Sistem Informasi Geografis (SIG). Selain sebagai database,
penyajian data dalam bentuk SIG juga akan memudahkan para pengguna dalam
mengambil keputusan mengenai penanganan kawasan kumuh. Penyajian profil
yang sistematis dan terintegrasi dengan SIG diharapkan dapat memudahkan
dalam penentuan cara pendekatan penanganan kawasan kumuh tersebut.
Pada tahap ranking, pembobotan, dan klasifikasi juga akan menggunakan
analisis SIG. Seluruh indikator yang digunakan akan berbentuk data spasial dan
akan diberi bobot dan klasifikasi data. Hasil dari analisis GIS ini akan
menghasilkan kategori kumuh menjadi Kumuh berat, kumuh sedang, dan kumuh
ringan. Kawasan yang terkategori kumuh berat akan dijadikan kawasan
percontohan (pilot project) untuk dibuatkan konsep rencana penanganan
Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-1

Pendekatan dan Metodologi

kawasannya.

Pendekatan

penyusunan

konsep

rencana

penanganan

akan

menggunakan konsep CAP (community action plan) yang didahului oleh need
assesment sehingga konsep yang disusun dapat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Kerangka metodologi pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 5.1

Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-2

Tinjauan
Kebijakan

Ranking dan
Pembobotan
INDIKATOR KUMUH :

Survey
Sekunder

Kesesuaian
Dengan Rencana
Tata Ruang Kota
Survey Primer

SWOT

Status Tanah
Tata Bangunan

Diskusi dan
Penyamaan
Persepsi

Lokasi dan
Delineasi Lokus
Kawasan Kumuh

Kebijakan
dan Strategi
Penangana
n

Potensi
dan
Permasalahan
Kawasan

Sarana Prasarana
Lingkungan

Sosial Budaya

Experts &
Stakeholders
Input

Konsep dan
Pendekatan
Penanganan
tiap kawasan

Rencana Indikasi
Program

Need
Assesment

Konsep Rencana
Pilot Project

Vitalitas Ekonomi
Kesehatan
Lingkungan

Klasifikasi

Kebencanaan

Kumuh Berat

Upaya dan Komitmen


Pemerintah

Tipologi Kawasan
cth :
Bantaran
Sungai
dekat CBD
dll

Tahap Pendahuluan

Kumuh Sedang

Pemilihan
Lokasi
Pilot
Project

Kumuh Ringan

Community
Action Plan
(CAP)

Profil Kawasan
(GIS Based)

Tahap Antara

Tahap Akhir

Gambar 5.1 Kerangka Metodologis Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-3

5.2

METODOLOGI

Metodologi

yang

akan

digunakan

pada

pekerjaan

ini

meliputi

metode

pengumpulan data, metode analisis, dan metode penyusunan kebijakan,


strategi, konsep dan rencana penanganan kawasan kumuh.

5.2.1 METODE PENGUMPULAN DATA


Metode pengumpulan data terdiri dari survei primer dan survei sekunder. Survei
Primer adalah survei yang dilakukan di lapangan pada lokus kawasan kumuh
untuk mencari data-data dan gambaran potensi permasalahan di lapangan.
Sedangkan survei sekunder berupa survei untuk mendapatkan data-data yang
berkaitan dengan kawasan kumuh di Kota Tangerang yang telah disusun oleh
instansi-instansi maupun oleh perseorangan.
A. Survei Primer
Survei Primer akan dilakukan di lokus-lokus kawasan kumuh untuk mendapatkan
data lapangan yang tidak bisa didapatkan melalui survei sekunder. Survei primer
akan

dilakukan

wawancara

dengan

kepala

cara

observasi

RW/kampung/tokoh

lapangan,
masyarakat,

GPS

Marking/Tracking,

dan

survei

kampung

bersama masyarakat. Kebutuhan data, metode, serta penggunaan data dapat


dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1 Penggunaan, kebutuhan, serta metode pengumpulan data pada survei
primer

No
1
2
3

Penggunaan Data
Delineasi Kawasan
Tipologi Kawasan
Indikator Kumuh

Kebutuhan Data
Batas Kawasan
Gambaran Karakter Kawasan
Gambaran Lapangan Setiap

Metode
GPS Marking/Tracking
Observasi Lapangan
Observasi Lapangan

Indikator
Kondisi Bangunan
Kondisi
Sarana

Observasi/Wawancara
Observasi/Wawancara

Prasarana

Lingkungan
Kondisi Sosial Budaya
Kondisi Vitalitas Ekonomi
Kondisi Kebencanaan
Perwujudan
Upaya
4

Need
untuk

Assesment
kawasan

percontohan

(pilot

dan

Observasi/Wawancara
Observasi/Wawancara
Observasi/Wawancara
Observasi/Wawancara

Komitmen Pemerintah
Kondisi Rumah dan Sarana

Survei

Prasarana Lingkungan
Sebaran RTLH dan Sarana

Masyarakat
GPS Marking/Tracking

Bersama

Prasarana Lingkungan
Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-4

Pendekatan dan Metodologi

No

Penggunaan Data
project)

Kebutuhan Data
Inventarisasi Potensi dan

Survei

Metode
Bersama

Permasalahan Kawasan
Kebutuhan Penanganan

Masyarakat
Survei

Bersama

Kawasan

Masyarakat

B. Survei Sekunder
Survei Sekunder akan dilakukan dengan mencari data di instansi-instansi atau
perseorangan yang telah melakukan pendataan atau kajian mengenai kawasan
kumuh di Kota Tangerang. Mengenai kebutuhan data serta instansi yang akan
didatangi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.2 Jenis Kebutuhan Data dan Instansi pada Survei Sekunder

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Jenis Kebutuhan Data


Draft RTRWK (termasuk peta)
Strategi Pengembangan Kota (SPK)
RPJMD Kota
RPJPD Kota
SPPIP Kota
Peta Status Lahan
Peta Persil
Harga Jual Lahan
Citra Satelit / Foto Udara Resolusi Tinggi
Peta Blok Bangunan
Tangerang dalam Angka
Kecamatan dalam Angka
Potensi Desa
Data Inventarisasi Bangunan dan Rumah

Instansi
Bappeda
Bappeda / DPU-CK
Bappeda
Bappeda
DPU-CK
BPN / Bappeda
BPN
BPN
Bappeda / DPU-CK
DPU-CK
BPS
BPS
BPS
DPU-CK / Dinas

15
16
17
18

Kajian Sosial Budaya Kota


Profil Kemiskinan
Peta Risiko Bencana
Kompilasi Usulan Musrenbang

Perumahan
Bappeda
Bappeda / BPS /
BPBD
Bappeda

Keterangan

Time
Time
Time
Time

series
series
Series
Series

5.2.2 METODE ANALISIS


Analisis yang akan dilakukan pada pekerjaan ini terdiri dari :
1. Inventarisasi dan Delineasi Lokus Kawasan Kumuh
2. Ranking, Pembobotan, dan Klasifikasi Kawasan Kumuh
3. Analisis Tipologi Kawasan Kumuh
4. Analisis Potensi dan Permasalahan (SWOT)

Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-5

Pendekatan dan Metodologi

A. Inventarisasi dan Delineasi Lokus Kawasan Kumuh


Tahap ini adalah untuk menentukan lokasi kawasan kumuh dan kemudian
menentukan batas area lokus kawasan kumuh beserta luasannya. Penentuan
lokasi kawasan kumuh, dapat dilakukan dengan melihat pada data-data
inventarisasi bangunan rumah kumuh yang sudah dilakukan sebelumnya. Seperti
dari hasil kajian instansi terkait atau dari data BPS yang sudah menghitung
jumlah rumah kumuh per desa dari data Potensi Desa.
Kemudian dilakukan survei lapangan dan GPS Marking/Tracking untuk mengecek
data-data tersebut dan melakukan delineasi awal batas-batas kawasan kumuh.
Setelah itu, delineasi awal dibahas dan didiskusikan bersama tim teknis dan
perwakilan masyarakat untuk disepakati. Hasil penyepakatan delineasi tersebut
diinventarisasi menjadi lokus-lokus kawasan kumuh yang akan diidentifikasi.
B. Ranking, Pembobotan, dan Klasifikasi Kawasan Kumuh
Ranking, Pembobotan, dan Klasifikasi kawasan kumuh pada keluarannya akan
menghasilkan klasifikasi kawasan kumuh menjadi 3(tiga) kategori, yaitu kumuh
berat, kumuh sedang, dan kumuh ringan. Penilaian akan dilakukan dengan
menetapkan

indikator-indikator

kekumuhan.

Kemudian,

pembobotan

dan

pemeringkatan (ranking) akan diketahui untuk mengetahui kawasan mana yang


paling kumuh.
Bagian ini terbagi atas 3(tiga) tahapan, yaitu:
1. Penentuan indikator kawasan permukiman kumuh;
2. Pembobotan kawasan permukiman kumuh; dan
3. Penentuan klasifikasi kawasan permukiman kumuh

Penentuan Indikator Kawasan Permukiman Kumuh


Indikator kawasan permukiman kumuh yang disusun dipadukan dari berbagai
sumber dan dimodifikasi sesuai dengan karakteristik permukiman di Kota
Tangerang. Sumber yang dirujuk antara lain adalah Panduan Identifikasi
Kawasan

Permukiman

Kumuh

(2006)

yang

disusun

oleh

Depkimpraswil

(sekarang Kementerian PU) dan juga 5 indikator kawasan kumuh dari UNHabitat. Indikator kawasan kumuh yang ada dimodifikasi dengan menambahkan
variabel-variabel yang terkait dengan karakteristik sosial ekonomi seperti tingkat
Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-6

Pendekatan dan Metodologi

kemiskinan, dan karakter budaya yang mempengaruhi pembentukan kawasan


kumuh. Variabel yang akan digunakan sebagai indikator pada identifikasi
kawasan kumuh di Kota Tangerang akan dijabarkan pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 5.3 Kriteria Penetapan Kawasan Kumuh

NO

Indikator

1.
2.
3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Kesesuaian dengan Rencana


Tata Ruang

VARIABEL
1. Kesesuaian pola penggunaan lahan
dengan Rencana Tata Ruang yang berlaku

2. Status sertifikat tanah


3. Status kepemilikan tanah
4. Tingkat Pertambahan Bangunan Liar
Tata Bangunan
5. Kepadatan Bangunan
6. Kondisi Bangunan Semi Permanen
7. Tapak bangunan
8. Jarak Antar Bangunan
9. Rasio Kecukupan Luas Rumah Tinggal
10.Kondisi jalan lingkungan
Sarana dan Prasarana
11.Kondisi drainase
Lingkungan
12.Akses terhadap air minum
13.Akses terhadap prasarana sanitasi
14.Penanganan persampahan
15.Kepadatan Penduduk
Sosial Budaya
16.Tingkat Pertambahan Penduduk
17.Penyakit Sosial dan Kriminalitas
18.Kohesi Sosial
19.Motif budaya yang membentuk kawasan
20.Angka Kemiskinan
Vitalitas Ekonomi
21.Jumlah pekerja di sektor informal
22.Jumlah Pengangguran
23.Letak strategis kawasan
24.Jarak tempat mata pencaharian
25.Fungsi kawasan sekitar
26.Angka Kesakitan DBD
Kesehatan Lingkungan
27.Angka Kesakitan Diare
28.Angka Kesakitan ISPA
29.Frekuensi Histori Kebakaran
Kebencanaan
30.Frekuensi Histori Banjir
31.Letak di lokasi Rawan Bencana
32.Pembiayaan
Upaya dan Komitmen
33.Kelembagaan
Pemerintah
34.Rencana Penanganan
35.Pembenahan Fisik
36.Penanganan Kawasan
Sumber: Hasil Kajian Konsultan, 2013
Status Tanah

Pembobotan Kawasan Permukiman Kumuh


Untuk menetapkan prioritas penanganan kawasan kumuh, maka tahapan yang
harus

dilakukan

adalah

melakukan

pembobotan

atas

indikator

kawasan

permukiman kumuh.
Pembobotan atas indikator kawasan permukiman adalah:
a.

Pembobotan Indikator Kesesuaian Rencana Tata Ruang


Bobot

penilaian

penggunaan

ruang

kawasan

perumahan

permukiman

tersebut berdasarkan Rencana Tata Ruang yang berlaku sebagai berikut:


Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-7

Pendekatan dan Metodologi

Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang sebagian besar


penggunaannya sudah tidak sesuai atau kurang dari 25% yang masih
sesuai.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang penggunaannya masih sesuai
antara lebih besar dari 25% dan lebih kecil dari 50%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang sebagian besar atau lebih
dari 50% masih sesuai untuk permukiman.
b.

Pembobotan Indikator Status Tanah dan Nilai Lahan


1) Dominasi Status Sertifikat Lahan
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan jumlah status tidak
memiliki sertifikat lebih dari 50%.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan jumlah status sertifikat
HGB lebih dari 50%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan jumlah status sertifikat
Hak Milik lebih dari 50%.
2) Dominasi Status Kepemilikan
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan jumlah
kepemilikan tanah negara lebih dari 50%.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan jumlah
kepemilikan tanah masyarakat adat lebih dari 50%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan jumlah
kepemilikan tanah milik masyarakat lebih dari 50%.

c.

dominasi
dominasi
dominasi

Pembobotan Indikator Tata Bangunan


1) Pembobotan Tingkat Kondisi Bangunan
a) Tingkat Pertambahan Bangunan Liar
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang pertambahan bangunan
liarnya tinggi untuk setiap tahunnya.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang pertambahan bangunan
liarnya sedang untuk setiap tahunnya.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang pertambahan bangunan
liarnya rendah untuk setiap tahunnya.

b) Kepadatan Bangunan
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang Kepadatan bangunan lebih
dari 100 rumah per hektar.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang kepadatan bangunannya
mencapai antara 60 sampai 100 rumah per hektar.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan kepadatan bangunannya
kurang dari 60 rumah per hektar.
c) Kondisi Bangunan Temporer
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang bangunan temporernya
tinggi yaitu lebih 50%.
Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-8

Pendekatan dan Metodologi

Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang bangunan temporernya


sedang atau antara 25% sampai 50%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang bangunan temporernya
rendah yaitu kurang dari 25%.
d) Tapak Bangunan (Building Coverage)
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang tapak (koefisien dasar)
bangunan mencapai lebih dari 70%.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang tapak bangunannya antara
50% sampai 70%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang tapak bangunannya rendah
yaitu kurang dari 50%.
e) Jarak Antar Bangunan
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan jarak antar bangunan
kurang dari 1,5 meter.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan jarak antar bangunan
antara 1,5 sampai 3 meter.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan jarak antar bangunan
lebih dari 3 meter.
f) Rasio Kecukupan Luas Rumah Tinggal
Nilai 50 (lima puluh) untuk nilai rasio luas rumah total dibagi jumlah
penduduk dibawah 5 m2 /jiwa.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk nilai rasio luas rumah total dibagi jumlah
penduduk diatas 5 m2/jiwa dan dibawah 9 m2 /jiwa.
Nilai 20 (dua puluh) untuk nilai rasio luas rumah total dibagi jumlah
penduduk diatas 9 m2 /jiwa.
d.

Pembobotan Kondisi Sarana Prasarana Lingkungan

Penjelasan mengenai pembobotan kriteria prasarana dan sarana adalah sebagai


berikut, yaitu:
1) Kondisi Jalan
Sasaran pembobotan kondisi jalan adalah kondisi jalan lingkungan
permukiman
Nilai 50 (lima puluh) untuk kondisi jalan buruk lebih 70%.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kondisi jalan sedang antara 50% sampai
70%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kondisi jalan baik kurang 50%.
2) Kondisi Drainase
Sasaran pembobotan kondisi drainase adalah drainase di kawasan
permukiman.

Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-9

Pendekatan dan Metodologi

Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat volume genangan


air sangat buruk yaitu lebih dari 50%.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat volume genangan
air sedang yaitu antara 25% sampai 50%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat volume genangan
air normal yaitu kurang dari 25%.
3) Akses terhadap Air Bersih
Pembobotan kondisi air bersih dilakukan berdasarkan kondisi jumlah
rumah penduduk di kawasan permukiman yang sudah memperoleh aliran
air dari sistem penyediaan air bersih.
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan sistem
perpipaan air bersih kurang dari 30%.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan sistem
perpipaan air bersih antara 30% sampai 60%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan sistem
perpipaan air bersih lebih besar dari 60%.
2) Akses terhadap Sarana Sanitasi
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan rumah tangga terlayani
prasarana sanitasi sehat kurang dari 30%.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan dengan rumah tangga
terlayani prasarana sanitasi sehat antara 30% sampai 60%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan rumah tangga terlayani
prasarana sanitasi sehat lebih dari 60%.
3) Kondisi Persampahan
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan air
limbah berat kurang dari 50%.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan air
limbah antara 50% sampai 70%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan air
limbah lebih dari 70%.
e.

Pembobotan Kondisi Sosial Budaya


1) Tingkat Kepadatan Penduduk
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat kepadatan
penduduk sangat tinggi yaitu lebih dari 500 jiwa per hektar.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat kepadatan
penduduk antara 400 sampai 500 jiwa per hektar.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat kepadatan
penduduk rendah yaitu kurang dari 400 jiwa per hektar.
2) Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat pertumbuhan
penduduk sangat tinggi yaitu lebih dari 2,1% per tahun.
Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-10

Pendekatan dan Metodologi

Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat pertumbuhan


penduduk antara 1,7 sampai 2,1% per tahun.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat pertumbuhan
penduduk rendah yaitu kurang dari 1,7% per tahun.
3) Penyakit Sosial dan Kriminalitas
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan yang tinggi yaitu diatas
10 kasus dalam jangka waktu 1 tahun.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat kasus penyakit
sosial dan kriminalitas yang sedang antara 2 sampai 10 kasus dalam
jangka waktu 1 tahun.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat kasus penyakit
sosial dan kriminalitas yang rendah dibawah 2 kasus dalam jangka
waktu 1 tahun.
4) Kohesi Sosial
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat gotong royong
tinggi dalam pembangunan kampung.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat gotong royong
sedang dalam pembangunan kampung.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan dengan tingkat gotong
royong rendah dalam pembangunan kampung.
5) Motif budaya yang Membentuk Kawasan
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang memiliki motif budaya yang
membentuk kawasan dan memiliki potensi kawasan bersejarah.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang memiliki salah satu antara
motif budaya yang membentuk kawasan dan potensi kawasan
bersejarah.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang tidak memiliki motif budaya
yang membentuk kawasan dan potensi kawasan bersejarah.
f.

Pembobotan Kriteria Vitalitas Ekonomi

Penjelasan mengenai pembobotan kriteria vitalitas ekonomi adalah sebagai


berikut, yaitu:
1) Angka Kemiskinan
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang jumlah
KK Miskin > 50%.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang jumlah
KK Miskin 20 - 50%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang jumlah
KK Miskin < 20%.
2) Proporsi pekerja di sektor informal
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh dengan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor informal > 50%.
Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-11

Pendekatan dan Metodologi

Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan permukiman kumuh dengan


jumlah penduduk yang bekerja di sektor informal 20 - 50%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan permukiman kumuh dengan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor informal < 20%.
3) Jumlah Pengangguran
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh dengan
jumlah pengangguran > 50%.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan permukiman kumuh dengan
jumlah pengangguran 20 - 50%.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan permukiman kumuh dengan
jumlah pengangguran < 20%.
4) Potensi Ekonomi Lokal yang kompetitif
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang memiliki
potensi ekonomi lokal yang khas dan kompetitif.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang memiliki
potensi ekonomi lokal yang khas tetapi belum kompetitif.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang belum
memiliki potensi ekonomi lokal yang khas dan kompetitif.
5) Tingkat Kepentingan Kawasan Terhadap Wilayah Sekitarnya
Penilaian konstelasi terhadap kawasan sumber ekonomi produktif dengan
bobot nilai sebagai berikut:
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang tingkat
kepentingannya terhadap wilayah kota sangat strategis.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang tingkat
kepentingannya terhadap wilayah kota cukup strategis.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang tingkat
tingkat kepentingannya terhadap kawasan kota kurang strategis.
2) Jarak Jangkau Ke Tempat Bekerja
Penilaian jarak jangkau perumahan terhadap sumber mata pencaharian
dengan bobot sebagai berikut:
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang mempunyai jarak terhadap
mata pencaharian penduduknya kurang dari 1 km.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang mempunyai jarak terhadap
mata pencaharian penduduknya antara 1 sampai dengan 10 km.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang mempunyai jarak terhadap
mata pencaharian penduduknya lebih dari 10 km.
3) Fungsi Sekitar Kawasan
Penilaian fungsi sekitar kawasan dengan bobot sebagai berikut :

Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-12

Pendekatan dan Metodologi

Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang berada dalam kawasan pusat
kegiatan bisnis kota.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan berada pada sekitar pusat
pemerintahan, perkantoran, perguruan tinggi dan sekitar fasilitas
umum skala kota.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan sebagai kawasan permukiman atau
kegiatan
lainnya
selain
pusat
kegiatan
bisnis,
pemerintahan/perkantoran, perguruan tinggi, dan fasilitas umum skala
kota.
g.

Pembobotan Kriteria Kesehatan Lingkungan

Penjelasan mengenai pembobotan kriteria kesehatan lingkungan adalah sebagai


berikut, yaitu:
1) Angka Kesakitan DBD
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh
kejadian DBD dalam jangka waktu satu tahun > 15%
penduduk.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan permukiman kumuh
kejadian DBD dalam jangka waktu satu tahun 5 - 15%
penduduk.

yang angka
dari jumlah
yang angka
dari jumlah

Nilai 20 (dua puluh) kawasan permukiman kumuh yang angka kejadian


DBD dalam jangka waktu satu tahun < 5% dari jumlah penduduk.
2) Angka Kesakitan Muntaber
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh
kejadian Diare dalam jangka waktu satu tahun > 30%
penduduk.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan permukiman kumuh
kejadian Diare dalam jangka waktu satu tahun 15 - 30%
penduduk.

yang angka
dari jumlah
yang angka
dari jumlah

Nilai 20 (dua puluh) kawasan permukiman kumuh yang angka kejadian


Diare dalam jangka waktu satu tahun < 15% dari jumlah penduduk.
3) Angka Kesakitan ISPA
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh
kejadian ISPA dalam jangka waktu satu tahun > 15%
penduduk.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan permukiman kumuh
kejadian ISPA dalam jangka waktu satu tahun 5 - 15%
penduduk.

yang angka
dari jumlah
yang angka
dari jumlah

Nilai 20 (dua puluh) kawasan permukiman kumuh yang angka kejadian


ISPA dalam jangka waktu satu tahun < 5% dari jumlah penduduk.

h.

Pembobotan Kriteria Kebencanaan


Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-13

Pendekatan dan Metodologi

Penjelasan mengenai pembobotan kriteria kebencanaan adalah sebagai berikut,


yaitu:
1) Angka Kejadian Kebakaran
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang angka
kejadian kebakaran dalam jangka waktu lima tahun >3 kali.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang angka
kejadian kebakaran dalam jangka waktu lima tahun 1-3 kali.
Nilai 20 (dua puluh) kawasan permukiman kumuh yang angka kejadian
kebakaran dalam jangka waktu lima tahun <1 kali.
2) Angka Kejadian Banjir
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang angka
kejadian banjir dalam jangka waktu lima tahun >3 kali.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang angka
kejadian banjir dalam jangka waktu lima tahun 1-3 kali.
Nilai 20 (dua puluh) kawasan permukiman kumuh yang angka kejadian
banjir dalam jangka waktu lima tahun <1 kali.
3) Letak di Kawasan Rawan Bencana lainnya
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang terletak
pada kawasan rawan bencana bahaya tinggi.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang terletak
pada kawasan rawan bencana bahaya sedang.
Nilai 20 (dua puluh) kawasan permukiman kumuh yang terletak pada
kawasan rawan bencana bahaya rendah.
i.

Pembobotan Kriteria Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

Penjelasan mengenai pembobotan kriteria komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota


adalah sebagai berikut, yaitu:
1) Pembobotan Indikasi Keinginan Pemerintah Kota/Kabupaten
a) Pembiayaan
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan sudah ada pembiayaan.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dalam proses pembiayaan.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang belum ada pembiayaan.
b) Kelembagaan
Penilaian dilakukan

pada ketersediaan lembaga masyarakat dan

pemerintah daerah sebagai media kegiatan penanganan kawasan


permukiman kumuh.
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan sudah ada kelembagaan.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dalam proses kelembagaan.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan belum ada kelembagaan.
2) Pembobotan Upaya Penanganan Pemerintah Kota/Kabupaten
a) Rencana Penanganan (master plan penanganan kawasan kumuh)
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan sudah ada rencana.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dalam proses rencana.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan belum ada rencana.
Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-14

Pendekatan dan Metodologi

b) Pembenahan fisik
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan sudah ada pembenahan fisik
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dalam proses pembenahan fisik.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan belum ada pembenahan fisik.
c) Penanganan kawasan
Pembobotan dilakukan terhadap upaya-upaya penanganan kawasan
dengan bobot sebagai berikut:
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan sudah ada penanganan.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dalam proses penanganan.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan belum ada penanganan.
Tabel 5.4 Skoring Pembobotan

NO

Indikator

1.

Kesesuaian dengan
Rencana Tata Ruang

2.

Status Tanah

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

VARIABEL
1. Kesesuaian pola penggunaan lahan dengan
Rencana Tata Ruang yang berlaku

2. Status sertifikat tanah


3. Status kepemilikan tanah
4. Tingkat Pertambahan Bangunan Liar
Tata Bangunan
5. Kepadatan Bangunan
6. Kondisi Bangunan Semi Permanen
7. Tapak bangunan
8. Jarak Antar Bangunan
9. Rasio Kecukupan Luas Rumah Tinggal
10. Kondisi jalan lingkungan
Sarana dan Prasarana 11. Kondisi drainase
Lingkungan
12. Akses terhadap air minum
13. Akses terhadap prasarana sanitasi
14. Penanganan persampahan
15. Kepadatan Penduduk
Sosial Budaya
16. Tingkat Pertambahan Penduduk
17. Penyakit Sosial dan Kriminalitas
18. Kohesi Sosial
19. Motif budaya yang membentuk kawasan
20. Angka Kemiskinan
Vitalitas Ekonomi
21. Jumlah pekerja di sektor informal
22. Jumlah Pengangguran
23. Potensi Ekonomi Lokal
24. Letak strategis kawasan
25. Jarak tempat mata pencaharian
26. Fungsi kawasan sekitar
27. Angka Kesakitan DBD
Kesehatan Lingkungan 28. Angka Kesakitan Diare
29. Angka Kesakitan ISPA
30. Frekuensi Histori Kebakaran
Kebencanaan
31. Frekuensi Histori Banjir
32. Letak di lokasi Rawan Bencana
Upaya dan Komitmen
33. Pembiayaan
Pemerintah
34. Kelembagaan
35. Rencana Penanganan
36. Pembenahan Fisik
37. Penanganan Kawasan
Jumlah

Nilai
Nilai
Maksimum Minimum
50

20

100

20

300

120

250

100

250

100

350

140

150

60

150

60

250

100

1850

720

Klasifikasi Kawasan Permukiman Kumuh

Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-15

Pendekatan dan Metodologi

Selanjutnya setelah dilakukan pembobotan, adalah dengan melakukan


klasifikasi kawasan kumuh menjadi kawasan kumuh berat, kawasan kumuh
sedang, dan kawasan kumuh ringan. Interval yang didapat dari nilai
pembobotan adalah 720-1850. Klasifikasi menjadi sebagai berikut :
1. Kawasan Kumuh Berat

: skor = 1481-1850

2. Kawasan Kumuh Sedang

: skor = 1101 - 1480

3. Kawasan Kumuh Ringan

: skor = 720 - 1100

C. Analisis Tipologi Kawasan Kumuh


Analisis Tipologi kawasan kumuh dilakukan berdasarkan pada karakteristik
dan kesamaan pada setiap indikator. Analisis tipologi akan dilakukan dengan
menggunakan metode analisis Cluster. Analisis cluster merupakan teknik
multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objekobjek

berdasarkan

karakteristik

yang

dimilikinya.

Analisis

cluster

mengklasifikasi objek sehingga setiap objek yang paling dekat kesamaannya


dengan objek lain berada dalam cluster yang sama. Cluster-cluster yang
terbentuk memiliki homogenitas internal yang tinggi dan heterogenitas
eksternal yang tinggi. Berbeda dengan teknik multivariat lainnya, analisis ini
tidak mengestimasi set vaiabel secara empiris sebaliknya menggunakan
setvariabel

yang

ditentukan

oleh

peneliti

itu

sendiri.

(statistikaterapan.files.wordpress.com).
Analisis cluster dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain :
1. Deskripsi klasifikasi (taxonomy description)
2. Pendeteksian Outlier
3. Mengukur Kesamaan antar Objek
4. Standarisasi Data
5. Kecukupan Sampel untuk merepresentasikan/mewakili Populasi
6. Pengaruh Multikolinieritas
7. Proses Mendapatkan Cluster dan Menilai kelayakan secara keseluruhan
8. Interpretasi terhadap Cluster
9. Validasi dan Pembuatan Profil Tipologi Cluster
Tipologi Cluster merupakan tipologi kawasan kumuh berdasarkan dataset
variabel indikator yang telah ditentukan sebelumnya.
D. Analisis Potensi dan Permasalahan
Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-16

Pendekatan dan Metodologi

Analisis potensi dan permasalahan adalah menginventarisir potensi dan


permasalahan penanganan kawasan kumuh yang ditemukan dari hasil survei.
Inventarisasi potensi dan permasalahan akan menjadi input bagi perumusan
kebijakan dan strategi serta perumusan pendekatan penanganan kawasan.
Untuk merumuskan kebijakan dan strategi akan dilakukan analisis SWOT.
Sedangkan untuk merumuskan pendekatan penanganan kawasan akan
dilakukan kajian oleh ahli serta analisis dan masukan dari para stakeholders
yang terlibat.

5.2.3 METODE PENYUSUNAN KEBIJAKAN, STRATEGI, KONSEP DAN


RENCANA PENANGANAN KAWASAN KUMUH

Metode penyusunan konsep dan rencana penanganan kawasan kumuh terdiri


dari :
1. Penyusunan kebijakan dan strategi
Penyusunan kebijakan dan strategi penanganan kawasan kumuh adalah
untuk memenuhi tujuan pengentasan

kawasan kumuh di Kota Tangerang.

Penyusunan kebijakan dan strategi berdasarkan analisis SWOT yang telah


dilakukan sebelumnya pada tahap analisis. Analisis SWOT yang dilanjutkan
dengan metode EFAS-IFAS akan menghasilkan arahan kebijakan dan strategi
penanganan kawasan kumuh ke arah untuk menangani isu-isu utama
dengan mengoptimalkan kekuatan dan peluang yang ada.
2. Penyusunan konsep dan pendekatan penanganan kawasan
Penyusunan konsep dan pendekatan penanganan kawasan akan dilakukan
berdasarkan

tipologi

dan

karakteristik

kawasan

kumuh.

Konsep

dan

pendekatan penanganan kawasan akan disusun dan ditentukan berdasarkan


kajian para ahli (experts judgment) dan juga dengan mempertimbangkan
pandangan para pemangku kepentingan (stakeholders opinion).
Pada dasarnya, pendekatan penanganan kawasan kumuh berdasarkan UU
No.1 / 2011 tentang Perumahan dan Permukiman sebagaimana dinyatakan
pada Pasal 97 adalah melalui peningkatan kualitas terhadap perumahan

Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-17

Pendekatan dan Metodologi

kumuh dan permukiman kumuh yang didahului dengan penetapan lokasi


perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan pola-pola penanganan:
a. pemugaran;
b. peremajaan; atau
c. pemukiman kembali.
Keputusan mengenai pendekatan penanganan yang akan diambil beserta
bentuk-bentuk penanganan yang lebih rinci akan ditentukan berdasarkan
kajian para ahli (experts judgment) dan juga dengan mempertimbangkan
pandangan para pemangku kepentingan (stakeholders opinion).

3. Penyusunan indikasi program


Indikasi

program merupakan

penanganan

kawasan

kumuh

penjabaran
dan

dari kebijakan

mempertimbangkan

dan strategi
pendekatan

penanganan kawasan kumuh di Kota Tangerang. Program -program yang


akan disusun merupakan program investasi pemerintah untuk menangani
kawasan kumuh sesuai dengan target capaian yang diinginkan.
Indikasi program ini memuat item-item program berdasarkan strategi
penanganan

yang

akan

dicapai,

lokasi

program,

besaran,

waktu

pelaksanaan, instansi yang bertanggung jawab, serta prakiraan sumber


dana.
Berikut ini dapat dilihat contoh penyajian indikasi program
Tabel 5.5 Contoh Format Indikasi Program

Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-18

Pendekatan dan Metodologi

4. Pemilihan lokasi percontohan (pilot project)


Penentuan lokasi percontohan merujuk pada klasifikasi kawasan kumuh.
Prioritas penanganan kawasan kumuh tentunya adalah pada kawasan kumuh
yang

termasuk

klasifikasi

kumuh

berat.

Sehingga

penentuan

lokasi

percontohan sebaiknya memilih salah satu di antara lokasi kawasan kumuh


berat.
Pemilihan lokasi percontohan diantara lokasi-lokasi yang termasuk kumuh
berat adalah dengan memilih berdasarkan tipologi kawasan. Sebaiknya
dipilih 1-3 lokasi percontohan yang mewakili 1-3 tipologi, sehingga dapat
dijadikan percontohan dan pembelajaran untuk menangani kawasan kumuh
pada beberapa tipologi tersebut. Pemilihan lokasi percontohan berdasarkan
tipologi akan memudahkan pada tahap evaluasi sehingga pembelajaran
komparatif perencanaan penanganan kawasan kumuh akan lebih mudah
untuk dikaji dampaknya dan diambil pembelajarannya.

5. Penyusunan rencana penanganan di lokasi percontohan


Penyusunan rencana penanganan di lokasi percontohan akan menggunakan
metode rapid planning assesment atau perencanaan kawasan secara cepat
berdasarkan kajian cepat kebutuhan penanganan kawasan. Metode rapid
planning assesment yang sering digunakan adalah metode CAP (Community
Action Planning) yang didahului dengan Need Assesment.
CAP (Community Action Planning) atau Perencanaan Tindakan Bersama
Masyarakat/PTBM adalah suatu instrumen atau teknik untuk merangsang
proses perencanaan yang berbasis pada keterlibatan aktif warga dari wilayah
unit perencanaan itu sendiri.
Sebuah proses CAP akan menghasilkan suatu rencana tindakan bersama
yang berorientasi pada hasil, dalam skala waktu yang terukur, dengan
pelaksana dan penanggungjawab kegiatan yang jelas, lengkap dengan
rincian strategi pelaksanaan yang disepakati oleh seluruh pihak yang terlibat
dalam rencana aksi itu.
Perumusan strategi yang disepakati oleh seluruh pihak diharapkan mampu
memberikan

jaminan

ketepatan

sasaran

tindakan

yang

dipilih,

serta

terjaminnya dukungan semua pihak, baik dalam melaksanakannya maupun


dalam memelihara semua hasil tindakan yang dijalankan itu.
Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-19

Pendekatan dan Metodologi

Unsur yang sangat penting dari CAP adalah peran serta. Peran serta itu sendiri
adalah keterlibatan aktif penduduk dalam suatu kesatuan wilayah/unit sosial
tertentu. Oleh sebab itu, wilayah satu unit perencanaan haruslah didasarkan
pada pembatasan secara sosial dan budaya yang efektif, dan bukan berdasarkan
pembatasan aspek administratif semata.
Kekuatan pendorong dari proses CAP, dengan demikian, adalah warga komunitas
itu sendiri. Tehnik-tehnik fasilitasi yang digunakan dalam satu siklus CAP, yakni
Tahap Pra-CAP, Tahap Lokakarya/Musyawarah CAP, dan Tahap Implementasi atau
Pasca-CAP, haruslah mendorong dan menjamin partisipasi penuh warga yang
bersangkutan.

Termasuk

dalam

proses

pengambilan

keputusan

atau

kesepakatan.
Secara keseluruhan terdapat 3 tahap pelaksanaan CAP. Masing-masing adalah
(1) Pra-CAP; (2) Lokakarya CAP; dan (3) Pasca-CAP. Rincian kegiatan pada
masing-masing tahapan itu adalah sebagai berikut.
1. Pra-CAP
a. Perkenalan dan sosialisasi awal kepada masyarakat
b. Rembug Awal dengan Tokoh-tokoh Masyarakat
c. Menyusun Profil Masyarakat
d. Membuat Peta atau Maket Kampung secara Partisipatif
2. Workshop CAP
a. Rembug Rencana Aksi Pembangunan Kampung
b. Penyusunan Dokumen Rencana Aksi Kampung
3. Pasca/Post CAP
a. verifikasi rencana proyek;
b. Penyusunan Rancangan Angaran Biaya/RAB;
c. Monitoring dan Evaluasi

Penyusunan rencana dengan metode CAP akan memudahkan Pemerintah daerah


untuk

melakukan

implementasi

rencana

pada

tahun

berikutnya,

karena

komitmen bersama masyarakat sudah terjalin.

Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-20

Pendekatan dan Metodologi

CONTENTS
4..............................................................................................................1
4.1

Pendekatan...................................................................................1

4.2

Metodologi....................................................................................4

4.2.1

Metode pengumpulan data........................................................4

4.2.2

Metode analisis........................................................................6

4.2.3

metode penyusunan Kebijakan, strategi, konsep dan rencana

penanganan kawasan kumuh................................................................17

Gambar 4.1 Kerangka Metodologis Pelaksanaan Pekerjaan...............................3


Tabel 4.1 Penggunaan, kebutuhan, serta metode pengumpulan data pada survei
primer.......................................................................................................4
Tabel 4.2 Jenis Kebutuhan Data dan Instansi pada Survei Sekunder..................5
Tabel 4.3 Kriteria Penetapan Kawasan Kumuh................................................7
Tabel 4.4 Skoring Pembobotan...................................................................15
Tabel 4.5 Contoh Format Indikasi Program...................................................18

Metodologi

Konsultan Survey Identifikasi Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh di Kota


Tangerang (kewenangan Provinsi Banten)

V-21

Anda mungkin juga menyukai