M E T O D O LO G I
4
5.1 PENDEKATAN
Pada
dasarnya
identifikasi
kawasan
kumuh
adalah
untuk
mengetahui
menghasilkan
kebijakan
dan
strategi
penanganan
adalah
dengan
melakukan :
1. Inventarisasi Lokasi dan Delineasi Lokus Kawasan
2. Tipologi Kawasan
3. Ranking dan Pembobotan
4. Klasifikasi Kawasan Kumuh
5. Identifikasi Potensi dan Permasalahan
Profil akan disusun untuk setiap lokus kawasan kumuh dan akan disajikan dalam
bentuk database Sistem Informasi Geografis (SIG). Selain sebagai database,
penyajian data dalam bentuk SIG juga akan memudahkan para pengguna dalam
mengambil keputusan mengenai penanganan kawasan kumuh. Penyajian profil
yang sistematis dan terintegrasi dengan SIG diharapkan dapat memudahkan
dalam penentuan cara pendekatan penanganan kawasan kumuh tersebut.
Pada tahap ranking, pembobotan, dan klasifikasi juga akan menggunakan
analisis SIG. Seluruh indikator yang digunakan akan berbentuk data spasial dan
akan diberi bobot dan klasifikasi data. Hasil dari analisis GIS ini akan
menghasilkan kategori kumuh menjadi Kumuh berat, kumuh sedang, dan kumuh
ringan. Kawasan yang terkategori kumuh berat akan dijadikan kawasan
percontohan (pilot project) untuk dibuatkan konsep rencana penanganan
Metodologi
V-1
kawasannya.
Pendekatan
penyusunan
konsep
rencana
penanganan
akan
menggunakan konsep CAP (community action plan) yang didahului oleh need
assesment sehingga konsep yang disusun dapat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Kerangka metodologi pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 5.1
Metodologi
V-2
Tinjauan
Kebijakan
Ranking dan
Pembobotan
INDIKATOR KUMUH :
Survey
Sekunder
Kesesuaian
Dengan Rencana
Tata Ruang Kota
Survey Primer
SWOT
Status Tanah
Tata Bangunan
Diskusi dan
Penyamaan
Persepsi
Lokasi dan
Delineasi Lokus
Kawasan Kumuh
Kebijakan
dan Strategi
Penangana
n
Potensi
dan
Permasalahan
Kawasan
Sarana Prasarana
Lingkungan
Sosial Budaya
Experts &
Stakeholders
Input
Konsep dan
Pendekatan
Penanganan
tiap kawasan
Rencana Indikasi
Program
Need
Assesment
Konsep Rencana
Pilot Project
Vitalitas Ekonomi
Kesehatan
Lingkungan
Klasifikasi
Kebencanaan
Kumuh Berat
Tipologi Kawasan
cth :
Bantaran
Sungai
dekat CBD
dll
Tahap Pendahuluan
Kumuh Sedang
Pemilihan
Lokasi
Pilot
Project
Kumuh Ringan
Community
Action Plan
(CAP)
Profil Kawasan
(GIS Based)
Tahap Antara
Tahap Akhir
Metodologi
V-3
5.2
METODOLOGI
Metodologi
yang
akan
digunakan
pada
pekerjaan
ini
meliputi
metode
dilakukan
wawancara
dengan
kepala
cara
observasi
RW/kampung/tokoh
lapangan,
masyarakat,
GPS
Marking/Tracking,
dan
survei
kampung
No
1
2
3
Penggunaan Data
Delineasi Kawasan
Tipologi Kawasan
Indikator Kumuh
Kebutuhan Data
Batas Kawasan
Gambaran Karakter Kawasan
Gambaran Lapangan Setiap
Metode
GPS Marking/Tracking
Observasi Lapangan
Observasi Lapangan
Indikator
Kondisi Bangunan
Kondisi
Sarana
Observasi/Wawancara
Observasi/Wawancara
Prasarana
Lingkungan
Kondisi Sosial Budaya
Kondisi Vitalitas Ekonomi
Kondisi Kebencanaan
Perwujudan
Upaya
4
Need
untuk
Assesment
kawasan
percontohan
(pilot
dan
Observasi/Wawancara
Observasi/Wawancara
Observasi/Wawancara
Observasi/Wawancara
Komitmen Pemerintah
Kondisi Rumah dan Sarana
Survei
Prasarana Lingkungan
Sebaran RTLH dan Sarana
Masyarakat
GPS Marking/Tracking
Bersama
Prasarana Lingkungan
Metodologi
V-4
No
Penggunaan Data
project)
Kebutuhan Data
Inventarisasi Potensi dan
Survei
Metode
Bersama
Permasalahan Kawasan
Kebutuhan Penanganan
Masyarakat
Survei
Bersama
Kawasan
Masyarakat
B. Survei Sekunder
Survei Sekunder akan dilakukan dengan mencari data di instansi-instansi atau
perseorangan yang telah melakukan pendataan atau kajian mengenai kawasan
kumuh di Kota Tangerang. Mengenai kebutuhan data serta instansi yang akan
didatangi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.2 Jenis Kebutuhan Data dan Instansi pada Survei Sekunder
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Instansi
Bappeda
Bappeda / DPU-CK
Bappeda
Bappeda
DPU-CK
BPN / Bappeda
BPN
BPN
Bappeda / DPU-CK
DPU-CK
BPS
BPS
BPS
DPU-CK / Dinas
15
16
17
18
Perumahan
Bappeda
Bappeda / BPS /
BPBD
Bappeda
Keterangan
Time
Time
Time
Time
series
series
Series
Series
Metodologi
V-5
indikator-indikator
kekumuhan.
Kemudian,
pembobotan
dan
Permukiman
Kumuh
(2006)
yang
disusun
oleh
Depkimpraswil
(sekarang Kementerian PU) dan juga 5 indikator kawasan kumuh dari UNHabitat. Indikator kawasan kumuh yang ada dimodifikasi dengan menambahkan
variabel-variabel yang terkait dengan karakteristik sosial ekonomi seperti tingkat
Metodologi
V-6
NO
Indikator
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
VARIABEL
1. Kesesuaian pola penggunaan lahan
dengan Rencana Tata Ruang yang berlaku
dilakukan
adalah
melakukan
pembobotan
atas
indikator
kawasan
permukiman kumuh.
Pembobotan atas indikator kawasan permukiman adalah:
a.
penilaian
penggunaan
ruang
kawasan
perumahan
permukiman
V-7
c.
dominasi
dominasi
dominasi
b) Kepadatan Bangunan
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang Kepadatan bangunan lebih
dari 100 rumah per hektar.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang kepadatan bangunannya
mencapai antara 60 sampai 100 rumah per hektar.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan kepadatan bangunannya
kurang dari 60 rumah per hektar.
c) Kondisi Bangunan Temporer
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang bangunan temporernya
tinggi yaitu lebih 50%.
Metodologi
V-8
Metodologi
V-9
V-10
V-11
Metodologi
V-12
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang berada dalam kawasan pusat
kegiatan bisnis kota.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan berada pada sekitar pusat
pemerintahan, perkantoran, perguruan tinggi dan sekitar fasilitas
umum skala kota.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan sebagai kawasan permukiman atau
kegiatan
lainnya
selain
pusat
kegiatan
bisnis,
pemerintahan/perkantoran, perguruan tinggi, dan fasilitas umum skala
kota.
g.
yang angka
dari jumlah
yang angka
dari jumlah
yang angka
dari jumlah
yang angka
dari jumlah
yang angka
dari jumlah
yang angka
dari jumlah
h.
V-13
V-14
b) Pembenahan fisik
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan sudah ada pembenahan fisik
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dalam proses pembenahan fisik.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan belum ada pembenahan fisik.
c) Penanganan kawasan
Pembobotan dilakukan terhadap upaya-upaya penanganan kawasan
dengan bobot sebagai berikut:
Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan sudah ada penanganan.
Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dalam proses penanganan.
Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan belum ada penanganan.
Tabel 5.4 Skoring Pembobotan
NO
Indikator
1.
Kesesuaian dengan
Rencana Tata Ruang
2.
Status Tanah
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
VARIABEL
1. Kesesuaian pola penggunaan lahan dengan
Rencana Tata Ruang yang berlaku
Nilai
Nilai
Maksimum Minimum
50
20
100
20
300
120
250
100
250
100
350
140
150
60
150
60
250
100
1850
720
Metodologi
V-15
: skor = 1481-1850
berdasarkan
karakteristik
yang
dimilikinya.
Analisis
cluster
yang
ditentukan
oleh
peneliti
itu
sendiri.
(statistikaterapan.files.wordpress.com).
Analisis cluster dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain :
1. Deskripsi klasifikasi (taxonomy description)
2. Pendeteksian Outlier
3. Mengukur Kesamaan antar Objek
4. Standarisasi Data
5. Kecukupan Sampel untuk merepresentasikan/mewakili Populasi
6. Pengaruh Multikolinieritas
7. Proses Mendapatkan Cluster dan Menilai kelayakan secara keseluruhan
8. Interpretasi terhadap Cluster
9. Validasi dan Pembuatan Profil Tipologi Cluster
Tipologi Cluster merupakan tipologi kawasan kumuh berdasarkan dataset
variabel indikator yang telah ditentukan sebelumnya.
D. Analisis Potensi dan Permasalahan
Metodologi
V-16
tipologi
dan
karakteristik
kawasan
kumuh.
Konsep
dan
Metodologi
V-17
program merupakan
penanganan
kawasan
kumuh
penjabaran
dan
dari kebijakan
mempertimbangkan
dan strategi
pendekatan
yang
akan
dicapai,
lokasi
program,
besaran,
waktu
Metodologi
V-18
termasuk
klasifikasi
kumuh
berat.
Sehingga
penentuan
lokasi
jaminan
ketepatan
sasaran
tindakan
yang
dipilih,
serta
V-19
Unsur yang sangat penting dari CAP adalah peran serta. Peran serta itu sendiri
adalah keterlibatan aktif penduduk dalam suatu kesatuan wilayah/unit sosial
tertentu. Oleh sebab itu, wilayah satu unit perencanaan haruslah didasarkan
pada pembatasan secara sosial dan budaya yang efektif, dan bukan berdasarkan
pembatasan aspek administratif semata.
Kekuatan pendorong dari proses CAP, dengan demikian, adalah warga komunitas
itu sendiri. Tehnik-tehnik fasilitasi yang digunakan dalam satu siklus CAP, yakni
Tahap Pra-CAP, Tahap Lokakarya/Musyawarah CAP, dan Tahap Implementasi atau
Pasca-CAP, haruslah mendorong dan menjamin partisipasi penuh warga yang
bersangkutan.
Termasuk
dalam
proses
pengambilan
keputusan
atau
kesepakatan.
Secara keseluruhan terdapat 3 tahap pelaksanaan CAP. Masing-masing adalah
(1) Pra-CAP; (2) Lokakarya CAP; dan (3) Pasca-CAP. Rincian kegiatan pada
masing-masing tahapan itu adalah sebagai berikut.
1. Pra-CAP
a. Perkenalan dan sosialisasi awal kepada masyarakat
b. Rembug Awal dengan Tokoh-tokoh Masyarakat
c. Menyusun Profil Masyarakat
d. Membuat Peta atau Maket Kampung secara Partisipatif
2. Workshop CAP
a. Rembug Rencana Aksi Pembangunan Kampung
b. Penyusunan Dokumen Rencana Aksi Kampung
3. Pasca/Post CAP
a. verifikasi rencana proyek;
b. Penyusunan Rancangan Angaran Biaya/RAB;
c. Monitoring dan Evaluasi
melakukan
implementasi
rencana
pada
tahun
berikutnya,
karena
Metodologi
V-20
CONTENTS
4..............................................................................................................1
4.1
Pendekatan...................................................................................1
4.2
Metodologi....................................................................................4
4.2.1
4.2.2
Metode analisis........................................................................6
4.2.3
Metodologi
V-21