Anda di halaman 1dari 48

Daftar Isi

BAB I
Pendahuluan.........................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka.........................................................................4
2.1 Definisi..........................................................................................4
2.2 Prinsip Umum.................................................................................5
2.3 Indikasi Psikoterapi...........................................................................5
2.4 Tujuan Psikoterapi............................................................................5
2.5 Golongan Psikoterapi........................................................................6
2.6 Proses Psikoterapi...........................................................................10
2.7 Jenis Psikoterapi.............................................................................11
2.7.1 Pendekatan Psikoanalitik.............................................................11
2.7.2 Psikoterapi Psikoanalitik.............................................................14
2.7.3 Psikoterapi Psikodinamik Singkat..................................................21
2.7.4 Psikoterapi Kelompok................................................................23
2.7.5 Psikoterapi Interpersonal.............................................................28
2.7.6 Terapi jenis individual.................................................................28
2.7.7 Psikoterapi Kombinasi Individual dan Kelompok...............................29
2.7.8 Psikodrama..............................................................................29
2.7.9 Terapi Keluarga.........................................................................30
2.7.10 Terapi Pasangan (Perkawinan).....................................................33
2.7.11 Behavior Therapy.....................................................................33
2.7. 12 Terapi Kognitif.......................................................................36
2.7.13 Hipnoterapi............................................................................38
2.7.14 Narkoterapi............................................................................39
2.7.15 Terapi Psikososial dan Rehabilitasi...............................................40
2.8 Efektifitas Psikoterapi......................................................................40
2.9 Manfaat Terapeutik.........................................................................41
BAB III Kesimpulan.............................................................................42
Daftar Pustaka.....................................................................................44

BAB I
Pendahuluan
Kehidupan di zaman modern yang semakin pelik, membuat orang memiliki makin
banyak masalah. Terkadang masalah ini bukanlah sekedar fisik, melainkan sesuatu yang
menggerogoti mental individu tersebut. Seiring dengan tingginya tuntutan zaman, keinginan
orang yang tak kunjung terpuaskan, tingginya pendidikan, dan mewahnya gaya hidup,
membuat orang lebih rentan terhadap stress. Stress merupakan akan masalah hubungan
intrapersonal ataupun interpersonal, pada diri individu tersebut. Menurut WHO, pada tahun
2010, terdapat sekitar 150 kejadian bunuh diri, setiap harinya, di Indonesia., di mana
mayoritas diakibatkan oleh masalah kejiwaan. Depresi, gangguan cemas, serangan panic,
trauma masa lalu, dan skizofrenia merupakan masalah kejiwaan yang paling sering kita
temukan dalam praktek sehari-hari. Selain banyaknya masalah kejiwaan ini, mata kita juga
tidak boleh tertutup bahwa tingginya tingkat orang yang sakit, banyak dipengaruhi pada
keadaan mental individu yang lemah. Seperti kita ketahui, orang yang faktor emosionalnya
buruk, lebih rentan terhadap penyakit, berbeda dengan mereka yang amat bersemangat dalam
kehidupannya sehari-hari.
Mekanisme daya mental adalah hal yang akan disentuh pada psikoterapi ini. Di mana,
kerapuhan mekanisme daya mental, merupakan akar inti dari terjadinya neurosis, yaitu suatu
gangugan jiwa yang tidak disertai dengan gangguan organic. Gangguan mekanisme daya
tahan mental ini umumnya bersifat negatif, melawan, dan menentang usaha-usaha positif
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini memunculkan peranan dari psikoterapi, yang tujuan
umumnya adalah menanamkan ide-ide positif, ke dalam pikiran seseorang yang selalu diliputi
oleh hal-hal negatif.
Perlu dicatat bahwa psikoterapi sendiri sudah amat sering kita lakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Pasti banyak di antara kita yang saat memiliki masalah, akan lari dan
menceritakan masalah kita terhadap figur yang kita percaya, seperti orang tua, atau teman.
Sehingga, sebetulnya, secara tidak disadari, psikoterapi sudah ada dalam kehidupan kita
sehari-hari, walaupun tentunya psikoterapi jenis ini hanyalah untuk masalah-masalah ringan.
Kebanyakan kasus, di mana masalah seseorang tidak dapat terpecahkan oleh temannya atau

orang tuanya, maka ia akan datang mencari terapi professional, yaitu datang ke psikiater,
untuk menjadwalkan sesi psikoterapi.
Psikoterapi oleh psikiater professional, adalah bersifat terapeutik, sehingga fokus aka
nada pada proses-proses yang sadar ataupun nirsadar. Sehingga, tidak dipertanyakan lagi,
bahwa psikoterapi semakin hari menjadi semakin dibutuhkan. Mereka yang datang ke
psikiater untuk menjalankan psikoterapi, sangatlah bervariasi. Mulai dari seorang perkerja
yang stress karena tidak kunjung naik posisinya, hingga seorang ibu yang menderita
skizofrenia.
Prinsip psikoterapi adalah terapeutik yang tercapai melalui usaha dua arah yang saling
bertimbal balik. Maksudnya adalah, bahwa pasien juga memegang peranan kuat dalam
penentuan kesembuhannya, sama besar dengan peranan psikiater dalam menymbuhkan
pasien itu sendiri. Sehingga, hubungan yang harmonis dan efektif antara pasien dengan
terapis, merupakan suatu landasan yang amat baik, dalam tercapainya keberhasilan
psikoterapi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PSIKOTERAPI
2.1 Definisi
Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu
Psyche yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan Therapy yang artinya penyembuhan,
pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi juga diistilahkan sebagai terapi
kejiwaan, terapi mental atau terapi pikiran. Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi
yang terandalkan dalam tata laksana pasien psikiatri di samping psikofarmaka dan terapi
fisik.3
Pengertian psikoterapi secara luas, adalah meliputi segala cara pendekatan psikologis,
penggunaan pengaruh psikologi, untuk mengendalikan dan sedapat mungkin menormalkan
kembali fungsi-fungsi mental dan emosional, dan perilaku seseorang yang telah menunjukkan
penyimpangan dari kenormalan itu.1 Terapi yang diberikan dapat berupa cara verbal atau
nonverbal, dan mencakup teknik yang bervariasi seperti pengakuan (confession),
penenteraman (reassurance), hipnosis, dan pencucian otak.2 Dalam arti yang lebih inklusif,
psikoterapi nyaris meliputi semua interaksi dan komunikasi manusia untuk mewajarkan dan
mendamaikan kejiwaannya, yang diterapkan pada segala macam masalah hidup. Maka dari
itu, perdefenisian psikoterapi secara eksplisit sebetulnya masih kabur.1
Pada hakekatnya, yang dilakukan ialah pembujukan atau persuasi, melalui berbagai
macam cara. Pendekatan yang dapat dilakukan amat beragam, mulai dari pendampingan dan
percakapan biasa, pembujukan, penasihatan, pengajaran, serta latihan disiplin.
Efektifitas terapeutik dari psikoterapi, pada hakikatnya bergantung pada empat unsur
dalam upaya therapist, yaitu simpati, sopan santun (good bedside manners), penghiburan
(simple reassurance), dan realism akal sehat (psikoterapi supportif). 1 Selain itu, pembujukan
juga baiknya dilakukan pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat, dan oleh orang yang
mempunyai cukup pengalaman. Namun, berdasarkan sejumlah studi pemantauan hasil terapi,
4

menunjukkan bahwa hasil terapeutik yang efektif hanya dapat diperoleh, jika masalah
mental-emosional pada kepribadian yang pada hakikatnya dalam keadaan relatif cukup
terintegrasi dan tidak atau belum mengalami hambatan dalam perkembangan.

2.2 Prinsip Umum


Psikoterapi dilakukan dengan cara percakapan atau wawancara, yang bersifat untuk
menegakkan diagnosis juga sebagai terapi. Namun, dalam wawancara harus lebih
mengutamakan aspek terapeutiknya; data yang diperlukan untuk menunjang diagnosis akan
berangsur terkumpul dengan kian membaiknya hubungan interpersonal antara dokter dan
pasien.
Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan observasi secara
menyeluruh dengan teliti. Perlu kita amati adalah: (1) apa yang terjadi pada pasien, (2) apa
yang terjadi pada terapis, (3) apa yang terjadi di antara terapis dan pasiennya. Karena sikap
dan perkataan pasien dapat mempengaruhi sikap, perasaan, dan perilaku sang terapis. Oleh
karena itu, untuk dapat mengatasi hal ini, seorang dokter perlu belajar untuk memantau
perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar ucapan-ucapan dan sikapnya terhadap pasien,
beralasan professional.
Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya senantiasa disuahakan agar dokter dapat
menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dan pasien. Dalam
mengajukan pertanyaan ke pasien, senantiasa harus diusahakan agar dokter dapat
menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dan pasien.3

2.3 Indikasi Psikoterapi


Secara umum, indikasi psikoterapi sebenarnya sangat luas. Psikoterapi intensif
utamanya diindikasikan pada beberapa pasien terpilih saja, yaitu mereka yang berusia muda,
cerdas, dan sangat termotivasi dengan kemampuan memverbalisasi bebas dan kapasitas untuk
insight. Selain itu, psikoterapi dapat digunakan untuk semua kelainan psikiatri ringan.
Sedangkan untuk kelainan psikiatri yang berat, hanya beberapa tipe psikoterapi yang cocok.
Kembali lagi, indikasi ini akan dibahas lebih lanjut dan mendetil pada masing-masing jenis
psikoterapi.

2.4 Tujuan Psikoterapi


Psikoterapi sendiri bertujuan untuk mengembalikan pengenalan diri, menginsafkan,
menanamkan kepercayaan diri, serta memacu akal sehat, dengan tujuan utamanya adalah
untuk menyembuhkan atau meringankan kelainan mental-emosional sang pasien.1
Selain untuk penyembuhan suatu kelainan psikopatologi yang diderita, psikoterapi
juga dapat dilakukan pada orang normal (tanpa kelainan psikopatologi). Bagi mereka ini,
psikoterapi bertujuan untuk menguatkan daya tahan mental yang telah dimiliki, serta
membuat seseorang merasa lebih bahagia akan apa yang telah ia capai. Tujuan lainnya adalah
mengembangkan ketahanan mental seseorang agar lebih baik lagi saat berada di bawah
tekanan, atauapun membuat seseorang lebih mengerti tentang dirinya sendiri.

2.5 Golongan Psikoterapi


A. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
Wolberg menjelaskan bahwa berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari psikoterapi,
maka dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Psikoterapi Suportif
Terapi ini sebetulnya ditujukan untuk pasien yang sebetulnya telah memeiliki
penyesuaian diri yang cukup baik di komunitasnya, namun memiliki masalah
akibat tekanan lingkungan yang terlalu hebat, tidak mampu melawan rasa cemas
berlebihan, serta kurang memiliki motivasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pada

psikoterapi jenis suportif, tujuan utamanya adalah mengdukung fungsi-fungsi ego


yang telah ada di dalam diri manusia masing-masing, agar dapat memperkuat
defense mechanism pada diri manusia tersebut. Tujuan selanjutnya adalah untuk
memperluas mekanisme pengendalian yang telah dimiliki, agar diperbaharui dan
menjadi lebih baik. Kedua hal tersebut dimaksudkan agar pada pasien, dapat
terjadi perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif, terhadap
lingkungan mereka masing-masing.
Cara atau pendekatan: bimbingan, diyakinkan kembali (reassurance), katarsis
emosional, hypnosis. Desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan,
dan terapi kelompok.
2. Psikoterapi Reedukatif
Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk membantu pasien dalam menggapai
insight. Menurut Gelso dkk, istilah insight diartikan sebagai adanya derajat
pemahaman pasien mengenai hal-hal yang digali selama proses terapi, yang dapat
6

berupa pemahaman mengenai hubungan di dalam proses terapi, keberfungsian


individu di luar terapi, ataupun aspek-aspek dinaimika dan perilaku pasien. Secara
teoritis, insight pasien akan semakin dikuatkan seiring dengan berjalannya
psikoterapi, sehingga keluhan berupa tekanan pada diri pasien, akan makin
berkurang. Sehingga, pada prinsipnya, tujuannya adalah mengubah pola perilaku
dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu, dan membentuk kebiasaan yang
lebih menguntungkan.3
Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga,
psikodrama, dll.
3. Psikoterapi Rekonstruktif
Psikoterapi jenis ini memiliki makna lebih dalam, yaitu bersifat rekonstruktif pada
jiwa pasien. Di sini, dokter akan mengupayakan tercapainya kesadaran atas
konflik-konflik yang tidak disadari oleh pasien, dengan cara membangun suatu
defense mechanism tertentu. 3 Hal ini dimaksudkan untuk pasien agar membangun
suatu respons emosional, yang berawal dari pemahaman total mengenai konflik
itu sendiri, melalui rekonstruksi kepribadian. Sehingga makna dari psikoterapi
rekonstruksif ini adalah agar tercapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik
nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian
seseorang.
Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung,
Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi
psikoanalitik atau dinamik.
B. Menurut dalamnya, psikoterapi terdiri atas:
1. Superfisial : Yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau prosese pada permukaan,
tidak menyentuh hal-hal yang tidak disadari oleh pasien atau materi yang direpresi
2. Mendalam : Yaitu psikoterapi yang menangai hal, proses, ataupun kendala yang
tersimpan dalam alam nirsadar (pasien tidak menyadarinya), ataupun materi yang
direpresi.
C. Menurut teknik yang terutama digunakan, psikoterapi dibagi menjadi:
-

Psikoterapi ventilatif
Psikoterapi sugestif
Psikoterapi kataris
Psikoterapi ekspresif

D. Menurut konsep teoritis tentang motivasi dan perilaku


7

Operant conditioning
Modeling
Psikoterapi asosiasi bebas
Psikoterapi interpretatif

1. Psikoterapi perilaku

: Kelainan mental-emosional dianggap teratasi bila

deviasi perilaku telah dikoreksi


2. Psikoterapi kognitif
: Problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan
kognitif automatis yang keliru
3. Psikoterapi evokatif, analitik, dinamik

: Psikoterapi yang bertujuan untuk

membawa ingatan, keinginan, dorongan, ketakutan, dll, yang tadinya tidak


disadari oleh pasien, menjadi disadari olehnya.
E. Menurut setting-nya
1. Terapi marital atau pasangan

: Diindikasikan untuk pasanganyuang memiliki

masalah, misalnya komunikasi yang kurang baik, persepsi, dll.


2. Terapi keluarga
: Diindikasikan bila struktur dan fungsi dalam
suatu keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. 3 Sebagai contoh, adalah jika
ada salah satu anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, hal ini akan
mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga, dan sebaliknya, keadaan
keluarga juga akan memberi dampak pada prognosis pasien ke depannya. Oleh
karena itu, pada setting seperti ini, seluruh anggota keluarga diwajibkan hadir
pada setiap sesi terapi.
3. Terapi kelompok

Diindikasikan terhadap sekolompok pasien

(terdiri dari beberapa orang, misalnya tiga atau lima orang), oleh satu atau dua
orang terapis. Metode dan cara yang ditempuh amat bervariasi, ada yang sifatnya
suportif, edukatif, interpretatif, serta ada juga yang bersifat analitik. Kelompok ini
dapat terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang berbeda-beda, atau
seluruhnya

memiliki

gangguan

yang

sama

(contoh:

gangguan

makan,

penyalahgunaan obat terlarang, dll.). Dengan dilakukannya terapi secara


berkelompok, diharapkan mereka dapat saling memberi dukungan dan harapan
untuk mengatasi masalah yang dihadapi.3
F. Menurut nama pembuat teori
-

Psikoanalisis Freudian
Analisis Jungian
Analisis transaksional

Eric

Berne

Terapi rasional-emotif Albert

Ellis
Konseling non-direktif Rogers
Terapi Gestalt dari Fritz Perls

G. Menurut teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi


-

Narkoterapi
Hypnoterapi
Terapi music

Psikodrama
Terapi permainan dan peragaan
Psikoterapi religious

Latihan meditasi

H. Lainnya
1. Konseling
o Menurut beberapa ahli, sebetulnya tidak dapat dikategorikan sebagai
psikoterapi, karena tidak memenuhi kriteria dan batasannya kabur.
o Merupakan proses membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan
masalah interpersonal, emosional, dan memutuskan hal tertentu.
o Berbetuk suatu percakapan terstruktur antara klien dan pemberi konseling
o Dapat dilakukan oleh siapapun, misalnya dokter, guru, pengacara, dll
o Bertujuan untuk membantu kemampuan klien atau pasien untuk
mengambil keputusan yang paling bijaksana. Serta digunakan untuk
memberikan informasi dan edukasi.3
o Terdapat dua tipe
Pengarahan untuk mengatasi kesulitan dalam mengambil keputusan
Membantu seseorang dalam suatu menentukan suatu pilihan
2. Terapi interpersonal
o Diindikasikan untuk pasien yang mengalami konflik saat ini dengan pihakpihak lain yang bermakna, sehingga ia mengalami kesulitan dalam
menghadapi perubahan-perubahan social yang harus ia alami3
3. Intervensi krisis
o Diindikasikan pada pasien yang sedang mengalami suatu krisis dan
memperlukan tindakan segera. Krisis di sini didefinisikan sebagai suatu
respons terhadap keadaan bahaya dan dirasakan sebagai keadaan yang
menyakitkan. 3
o Dokter harus secepatnya membina hubungan interpersonal yang adekuat,
serta mengerti peran psikodinamik dan hubungannya terhadap krisis yang
sedang terjadi pada pasien.
o Bertujuan untuk kembali mencapai emotional equilibrium

10

11

2.6 Proses Psikoterapi


Dalam psikoterapi, begitu banyak aspek yang ikut bercampur aduk, sehingga arah
yang dituju dapat menjadi hilang oleh aspek-aspek tertentu, baik dari sisi pasien ataupun
dokter.1,3
Dari sisi pasien, faktor yang dapat mempengaruhi proses berjalannya psikoterapi,
antara lain adalah motivasi, fenomena transferensi, resistensi, defense mechanism, dsb.

Fenomena transferensi adalah suatu distorsi persepsi pada pasien, yang secara tidak sadar,
mengganggap seorang terapis sebagai figur yang bermakna pada masa lalunya. Fenomena ini
seharusnya digunakan sebaik-baiknya oleh terapis, karena dalam kondisi ini, pasien akan
menjadi lebih terbuka dalam bercerita. Sedangkan fenomena resistensi adalah perlawanan
pasien terhadap usaha-usaha untuk mengubah pola perilakunya, hal yang biasanya dilakukan
adalah membuat suatu permasalahan nirsadar menjadi sadar. Contoh resistensi adalah tidak
ada motivasi terapi, penolakan terhadap arti dan situasi terapi, dan terdapatnya agresi. Faktor
lainnya adalah defense mechanism, yaitu mekanisme nirsadar untuk mengelakkan
pengetahuan sadar tentang konflik dan ansietas yang berkaitan dengan hal itu.
Sementara dari sisi dokter, faktor yang paling sering mempengaruhi proses adalah
kontra-transferensi, yaiut salah persepsi terapis terhadap pasiennya. 3 Masalahnya misalnya
seperti terapis tidak mampu bersimpati, berkomunikasi dan saling mengerti secara timbal
balik, serta tidak mampu memberi kehangatan pada pasien.
Kerangka proses psikoterapi itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Fase Awal
Bertujuan untuk membina hubungan yang harmonis dengan pasien.

Tugas

terapeutiknya meliputi
- Memotivasi pasien untuk menerima terapi
- Menjelaskan dan menjernihkan salah pengertian mengenai terapi (bila ada)
- Meyakinkan pasien bahwa terapi mengerti penderitaannya dan bahwa terapis
mampu membantunya
- Menetapkan secara tentaif mengenai tujuan terapi
2. Fase Pertengahan
Bertujuan untuk menentukan perkiraan sebab dan dinamika gangguan yang dialami
oleh pasien.3 Selain itu, terapis juga hendaknya menentukan langkah korektif yang
akan diambil selanjutnya. Tugas terapeutiknya meliputi:
- Mengeksplorasi berbagai frustasi terhadap lingkungan dan hubungan interpersonal
yang menimbulkan ansietas pada pasien

12

Membantu pasien dalam mengatasi ansietas yang berhubungan dengan problem

kehidupan
3. Fase Akhir
Bertujuan untuk terminasi terapi secara perlahan. 3 Tugas terapeutiknya meliputi:
- Menganalisis elemen-elemen dependensi hubungan terapis-pasien
- Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk mendorong pasien membuat
-

keputusan sendiri, serta menentulan nilai dan citra pasien masing-masing


Membantu pasien mencapai kemandirian dan ketegasan diri yang setinggitingginya

Agar tujuan terapeutik tercapai, hendaknya senantiasa diusahakan agar dokter dapat
menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal antara dokter dan pasien.1 Dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien, senantiasa harus dipertimbangkan
bilamana dan bagaimana kita akan menanyakan hal tersebut. Bila konteksnya kurang tepat,
misalnya, pasien justru dapat merasa tersinggung atau dipermalukan oleh pertanyaan kita
(nyata atau tidak nyata), pasien mungkin akan menolak atau menyangkal, atau akan
membuat-buat jawabannya.3
Pasien dibantu agar merasa dirinya diterima, aman dilindungi, diperhatikan,
dibesarkan hatinya dan dikurangi kecemasannya.

2.7 Jenis Psikoterapi


2.7.1 Pendekatan Psikoanalitik
A. Definisi
Merupakan salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi, adalah teori Psikoanalitik
dari Sigmund Freud. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian,
filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. 1 Psikoanalisis adalah metode
terbaik untuk menemukan arti dan motivasi dari suatu perilaku, terutama pada pikiran
dan perasaan nirsadar. Proses dari psikoanalisis meliputi menguak memori yang
direpresi oleh pasien, serta perasaan
B. Indikasi dan Kontraindikasi
Pada dasarnya, seluruh kelainan psikoneurosis cocok untuk dilakukan
psikoanalisis. Kelainan yang dimaksud adalah seperti gangguan anxietas, kelainan
obsesif kompulsif, dan keadaan depresi. Penderitaan cukup hebat harus terlebih
dahulu dirasakan pasien, dengan begitu, pasien akan rela untuk menghabiskan waktu
ataupun uang yang dibutuhkan untuk psikoanalisis. Indikasi lainnya adalah dilakukan
13

pada pasien yang mengerti bahwa analisis ini adalah untuk pasien lebih mengerti diri
mereka sendiri, bukan mencari terapi sementara (dilakukan pada pasien yang
mengerti bahwa analisis ini adalah untuk pasien lebih mengerti diri mereka sendiri,
bukan mencari terapi sementara (symptomatic relief). Pasien juga harus yang cukup
kuat untuk menahan rasa frustasi, ketakutan, dan lainnya, yang dapat muncul saat
analisis. Indikasi terakhir adalah pasien psikoanalisis, baiknya memiliki tingkat
intelegensia yang cukup baik.
Banyak kontraindikasi untuk psikoanalisis, yaitu tidak adanya penderitaan,
kontrol diri sendiri yang kurang baik, serta tidak mampu menoleransi rasa frustasi dan
ketakutan. Selain itu, pasien dengan motivasi yang rendah untuk sembuh juga tidak
diindikasikan untuk psikoanalisis. Kontraindikasi terakhir adalah hubungan dekat
antara analis dan pasien.
C. Proses
Proses keseluruhan dari analisis ini adalah bagaimana konflik neurotik yang
nirsadar, untuk kemudian dikeluarkan secara verbal. Pasien diinstruksikan untuk
merasakan kembali pengalaman ini pada fase transferensi, untuk kemudian
rekonstruksi secara lebih baik oleh analis, dan pada akhirnya, dipecahkan melalui
suatu pengertian. Freud menamakan proses-proses ini sebagai recollection, repetition,
dan working through, yang semuanya meliputi mengingat kembali secara total,
mengeluarkannya, dan memperoleh insight.
Proses recollection adalah untuk menelusuri memori pasien, jkembali jauh hingga ke
masa kanak-kanak (jika diperlukan), untuk mencari suatu waktu di mana, inti
permasalah neurosis tersebut mulai ada. Proses selanjutnya adalah repetition, yaitu
melebihi sekedar mental recall; proses ini merupakan pengulangan emosional, dari
interaksi yang membentuk neurosis pada pasien. Proses yang terakhir, adalah working
through, merupakan integrasi afektif dan kognitif dari memori yang sebelumnya
terepresi, dan telah dibawa ke dalam kesadaran, lalu pasien dibebaskan dari neurosis
ini secara perlahan.1
D. Fase dari Psikoanalisis
Fase yang pertama adalah pasien mulai familiar dengan metode, rutinitas, dan
kebutuhan-kebutuhan dari suatu analisis. Pada fase ini, sudah terbentuk hubungan
cukup baik antara pasien dengan analis, sehingga pasien akan banyak menceritakan
mengenai masalah dia. Hal ini akan memberikan pasien suatu kesembuhan sementara
(instant relief), karena telah merasa cukup lega.
14

Fase yang kedua adalah neurosis transferensi yang telah dibangun bersama
analis, mulai menggantikan neurosis yang sebenarnya diderita oleh pasien. Pada fase
ini, akan mulai muncul banyak konflik, secara tidak tersadari, seperti misalnya sifat
keterikatan pasien terhadap analis yang semakin kuat, serta pasien akan makin
menggantungkan dirinya pada hubungan ini.
Fase yang ketiga, disebut juga fase terminasi, ditandai dengan mulai
diakhirinya hubungan antara pasien dengan analis, karena pasien mulai disiapkan
untuk dilepas (leave-taking). Pada fase ini, pasien akan menjadi lebih rasional karena
masalahnya telah terselesaikan. Dengan mulai berakhirnya psikoanalisis ini, pasien
akan semakin kuat dan bersikap dewasa dalam menghadapi masalah-masalah di
kehidupannya.
E. Kriteria pasien
- Bermotivasi tinggi
Pasien memperlukan motivasi tinggi untuk bertahan selama terapi psikoanalisis
yang intens dan memakan waktu. Keinginan diri untuk sembuh dan mengerti diri
sendiri, harus melebihi kebutuhan neurotik untuk sedih. Pasien harus meneerti
bahwa seluruh waktu dan uang yang dialokasikan, adalah untuk kesembuhan total
-

di masa depan, bukan hanya sekedar mencari kesembuhan sementara.


Mampu membangun suatu hubungan
Kemampuan untuk membangun, membina, dan melepaskan diri dari suatu
hubungan juga esensial. Pasien-pasien yang memiliki masa lalu berupa buruknya
hubungan interpersonal, tidak akan mampu dalam membangun suatu koneksi
berbasis percaya, terhadap sesame manusia, sehingga pasien tersebut tidak akan

berhasil dalam menjalani psikoanalisis.


Mampu untuk mendapatkan insight
Sebagai suatu proses introspektif, psikoanalisis membutuhkan pasien yang
memiliki keingin-tahuan tentang dirinya sendiri. Mereka yang tidak mampu
menafsirkan pikiran dan perasaan diri sendiri, tidak akan bisa mengemukakan
masalahnya terhadap terapis. Hal ini tentunya akan menjadi suatu hambatan dalam

proses psikoanalisis.
F. Tujuan
Tujuan utama psikoanalisis adalah untuk menghapus secara gradual, amnesia
yang dasarnya terletak pada memori saat pasien masih kecil. Pasien akan menjadi
lebih baik, mampu menghapus pola regresif yang telah ada, menggantikannya dengan
yang baru, dan lebih adaptif. Tujuan yang berkaitan dengan ini adalah, pasien akan
menggapi suatu pengertian akan dirinya sendiri (self-understanding or insight).

15

Pada prakteknya, tujuan psikoanalisis pada tiap-tiap pasien itu berbeda,


tentunya hal ini dikarenakan berbedanya manifestasi dari neurosis pada masingmasing pasien.
G. Teknik
Secara structural, psikoanalisis biasanya adalah terapi individual yang dilakukan
cukup sering (4-5 kali/minggu), untuk periode yang cukup lama (beberapa tahun).
Terapi biasanya berdurasi selama 50 menit, dengan 10 menit sisanya dialokasikan
untuk terapis mencatatkan dan mengorganisasikan ide ataupun masalah yang
dikemukakan pasien. Psikoanalisis dilakukan secara sering dan saling berdekatan
antara 1 sesi dengan yang lainnya, hal ini dikarenakan agar momentum untuk
menguak masalah pada pasien, tidak hilang.
H. Limitasi
Pada saat ini, limitasi yang umumnya ada adalah berkaitan dengan tingginya uang
yang dibutuhkan dan banyaknya waktu yang harus dialokasikan. Kedua hal ini
merupakan kendala bagi pasien, juga dalam melatih terapis di masa depan.
2.7.2 Psikoterapi Psikoanalitik
A. Definisi
Berdasar pada dinamika fundamental dan teknik dari psikoanalisis, namun
didesain agar cakupannya lebih luas. Pada prinsipnya, psikoterapi psikoanalitik adalah
terapiyang berorientasi pada tilikan pasien. Berbeda dengan psikoanalisis, di mana
psikoterapi psikoanalitik memfokuskan perhatian pada konflik pasien yang sekarang,
disertai dengan analisis masalah pasien terhadap orang lain dan dirinya sendiri.

B. Tipe
1. Psikoterapi berorientasi tilikan (Psikoterapi ekspresif)
Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya

dan

kepribadiannya. Agar pasien mencapai tilikan, terapis harus menyebutkan bidang


atau tingkat pengertian atau pengalaman, di mana pasien berada. Pada tipe ini,
pasien menggali sejumlah tilikan baru, ke dalam dinamika perasaan, respon,
perilaku sekarang, dan hubungan mereka sekarang dengan orang lain. Psikotearpi
ekspresif ini bertujuan agar dapat meningkatkan kesadaran diri pasien untuk
mencapai pemahaman yang berfokus pada masalah yang dihadapi pasien. Dari
terapi, diharapkan pasien dapat menghadapi konflik yang sedang dihadapi, baik
pada alam sadar ataupun semi-sadar. Ini adalah titik perbedaan psikoanalisis, yang
menekankan usaha untuk mengungkap motif pada masa lalu pasien.
16

Efektivitas terapi tidak bergantung semata pada tilikan yang dikembangkan


atau digunakan. Respon terapi pasien juga didasarkan pada faktor-faktor tertentu
seperti pengungkapan perasaan dalam suasanya yang tidak menghakimi.
Hubungan terapeutik tidak memperlukan suatu penerimaan tanpa pilih-pilih sama
sekali terhadap apayang dikatakan dan dilakukan pasien.
2. Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) ini
memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan
mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu
periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan
untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi
frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.
C. Beberapa contoh penerapan
- Gangguan psikotik
Sikap terapis : berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya pasien, misalnya
dengan bicara penuh keakraban, ingat akan hari ulang tahunnya, makanan
kesukaannya dan kesenangannya yang lain, serta penuh pengertian lainnya.
Pelaksanaan terapi :
o Terapi ventilasi bila pasien mengalami banyak keluhan yang realistik, seperti
makanan yang tidak enak, tidak diberi uang jajan, dilarang keluar rumah dan
tidak boleh sering mandi.
o Memberikan terapi reassurance bila pasien meragukan masa depannya setelah
sembuh nanti
o Memberikan bimbingan dan penyuluhan sehingga pasien lebih dapat
-

menyesuaikan diri dengan lingkungan setelah sembuh nanti


Gangguan somatisasi
Sikap terapis : dapat menerima keluhan fisik pasien dan tidak langsung
menentangnya, tetapi terapis tidak melakukan eksplorasi keluhan fisik terlalu
jauh.
Pelaksanaan terapi :
o Memberikan bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejala-gejalanya.
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua perasaannya yang
menjadi latar belakang gejala fisik tersebut.
o Terapi penyuluhan agar pasien dapat menemukan strategi alternative dalam

mengekspresikan perasaannya.
Gangguan penyesuaian

17

Sikap terapis : terapis memberikan perhatian, empati, dan memahami


pasien secara berhati-hati agar tidak timbul keuntungan sekunder dalam proses
psikoterapi tersebut.
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua keluhan cemas dan
depresinya.
o Bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejalanya.
o Memberikan penyuluhan agar pasien dapat mengatasi permasalahan yang
mungin akan dihadapinya lagi.1

18

D. Teknik Terapi
Pada psikoterapi psikoanalitik, pasien dan terapis sbiasanya saling berhadapan, saling
bertatap antara satu dengan lainnya. Tipe terapi ini jauh lebih fleksibel dibandingkan
dengan psikoanalisis, serta sering disertai dengan penggunaan psikotropik.
Teknik yang digunakan pada psikoterapi psikoanalitik, adalah memusatkan pada
masalah yang diderita sekarang ini. Selain durasi terapi yang lebih bervariasi,
psikoterapi psikoanalitik dapat mengobati sebagian besar gangguan dalam bidang
psikopatologi.

2.7.3 Psikoterapi Psikodinamik Singkat


A. Definisi
Adalah suatu terapi yang sebentar (time-limited treatment), sebanyak 10 sampai 12
sesi, yang didasari pada teori psikoanalisis dan psikodinamik. Pada tahun 1946, Franz
Alexander dan Thomas French mengidentifikasikan ciri karakteristik dari psikoterapi
psikodinamik,

yaitu pengalaman terapeutik

untuk membuat

pasien santai,

memanipulasi transferensi, dan melakukan percobaan interpretasi secara fleksibel.


Bahwa psikoterapi adalah suatu pengalaman pengoreksi emosional yang mampu
memperbaiki kejadian traumatik pada masa dahulu, serta meyakinkan pasien bahwa ia
dapat memulai suatu jalan baru dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku. Terapi
ini lebih popular di masyarakat, oleh karena semakin meningkatnya keinginan pasien
untuk berobat murah.
B. Indikasi
Terapi jenis ini diindikasikan untuk pasien dengan depresi, gangguan anxietas, dan
kelainan stress post-trauma.
C. Tipe
1. Brief Focal Psychotherapy
o Pertama kali dilakukan pada tahun 1950 oleh Tavistock & Malam, di London.
o Prinsipnya adalah, terapis harus mengidentifikasi transferensi secepat
mungkin, mengerti hal itu serta transferensi negatifnya.
o Tujuan: Mengklarifikasi pertahanan pasien, kecemasannya, dan hubungan
antara masa lalu, masa depan, dengan transferensi pasien
o Kriteria absolut: Pasien bermotivasi tinggi dan responsnya baik pada saat trial.
Pasien yang tidak memenuhi kriteria ini, maka akan langsung ditolak. Oleh
karena itu, pasien akan ditilik terlebih dahulu kondisi psikopatologisnya, dan
ditentukan kapasitas pasien dalam menghadapi stress selama terapi.
o Kontraindikasi: Usaha bunuh diri serius, penyalah-gunaan alcohol kronis,
ketergantungan zat, tindakan destruktif pada diri sendiri.
19

o Durasi: Selama 1 tahun, sebanyak 20-40 sesi


o Fokus: Konflik internal yang terjadi sejak masa kecil
o Sejak awal, terapis diharuskan untuk menentukan tanggal berakhirnya terapi
2. Time Limited Psychotherapy
o Perbedaan utama dengan brief focal psychotherapy adalah, di sini belum ada
kriteria rejeksi yang absolut.
o Tujuan: Resolusi dan rasa sakit kronis yang sekarang dirasakan pasien, dan
self-image pasien yang negatif. Ditujukan khususnya untuk krisis maturasial
dengan keluhan psikologis dan somatik yang dikeluhkan saat remja
o Kriteria pilihan: Kekuatan ego yang tinggi, terapis mampu mengidentifikasi
sentral masalah secara cepat
o Kontraindikasi: Pasien dengan major depressive disorder yang dapat
mengganggu perjalanan terapi, psikotik akut, dan pasien yang tidak mampu
menoleransi stress saat terapi.
o Jumlah sesi dilimitasi hanya sejumlah 12 sesi
o Terminasi: Sesi terakhir akan dispesifikasikan pada saat awal jumpa terapi
3. Short-Term Dynamic Psychotherapy
o Meliputi hampir seluruh tipe dari brief psychotherapy dan intervensi krisis.
o Pasien yang menjalani terapi ini diklasifikasikan sebagai mereka yang oedipal,
dan mereka yang konfliknya memiliki lebih dari satu fokus.
Oedipal adalah suatu sebutan yang digunakan oleh Freud, untuk
seorang anak laki-laki yang memiliki hastrat terhadap ibunya, dan iri
terhadap ayahnya.
o Tujuan: Menyelesaikan konflik oedipal, fokus yang kabur
o Kriteria seleksi: Memang memiliki suatu hubungan yang bermakna di masa
lalu, dapat menolerasi afek, bermotivasi tinggi, defense yang fleksibel,
responsnya baik terhadap percobaan interpretasi transferensi.
o Perlu diusahakan agar jangan sampai terjadi regresi atau ketergantungan
pasien pada terapis
o Terminasi: Tidak diberitahukan tanggal spesifik, namun pasien hanya
diberitahukan bahwa terapi hanya akan sebentar.
4. Short Term Anxiety-Provoking Psychotherapy
o Pasien yang menjalankan terapi ini adalah mereka yang memiliki kemampuan
untuk memilih satu permasalahan utama, dari sekian banyak permasalahan
yang ia miliki, untuk dijadikan prioritas utama, dan ia berkeinginan untuk
menyelesaikan masalahnya melalui terapi
o Tujuan: Menyelesaikan konflik eoedipal
o Kriteria seleksi: Intelegensia yang cukup baik, memiliki satu hubungan yang
bermakna, motivasi tinggi, pasien dapat menentukan chief complaint secara
spesifik, dan fleksibel.
20

o Durasi: Selama beberapa bulan


o Terminasi: Tidak ada tanggal spesifik yang diberikan
2.7.4 Psikoterapi Kelompok
A. Definisi
Adalah suatu terapi psikiatrik, yang menggunakan kekuatan terapeutik di dalam suatu
kelompok, interaksi konstruktif antara anggotanya, dan intervesi psikiater untuk
mengubah perilaku, pikiran, dan perasaan yang salah. Psikoterapi kelompok,
merupakan suatu terapi untuk pasien yang sakit secara emosional, untuk bertemu
dalam suatu kelompok, dan dibimbing oleh seorang terapis terlatih. Dengan
menggunakan berbagai maneuver teknikal dan teoritikal, sang pemimpin akan
mengarahkan interaksi anggota kelompok agar mengarah ke positif.
B. Seleksi Pasien
Untuk menentukan kecocokan seorang pasien untuk dimasukkan ke dalam suatu grup
psikoterapi, sang terapis harus memiliki informasi yang banyak, yang dikumpulkan
saat interview screening pasien.
o Authority Anxiety Pasien yang problem utamanya adalah berkaitan dengan
otoritas, mereka menjadi ketakutan jika berhadapan dengan seseorang yang
memiliki otoritas / berkuasa.
o Peer Anxiety Pasien yang memiliki hubungan tidak baik dengan kelompok
pergaulan mereka sebelumnya. Sebetulnya pasien akan takut saat menjalani
psikoterapi secara berkelompok, tetapi, jika ia berhasil melawan rasa takutnya,
psikoterapi kelompok akan jadi sangat bermanfaat.
C. Kontraindikasi
Terapi ini tidak dianjurkan untuk pasien yang antisosial, satu pengecualian adalah,
jika sekelompok pasien antisosial ini digabungkan ke dalam satu kelompok. Hal ini
mungkin dapat membuat psikoterapinya berjalan lebih lancer. Begitu juga pasien yang
sangat delusional, dikarenakan, ditakutkan bahwa delusi pasien ini akan
mempengerahui pasien lain di kelompok. Serta yang terakhir adalah pasien yang
sangat agresif secara fisik.

D. Macam terapi kelompok


1. Gaya kepemimpinan

21

o Pemimpin berperan sebagai konsultan yang diangkat oleh anggota kelompok,


di mana pemimpinnya berperan sangat aktif, dan mengarahkan interaksi yang
terjadi sepanjang terapi. Pemimpin juga dapat berinteraksi dengan pasien,
sebagaimana ia melakukan terapi perorangan.
o Kelompok yang diciptakan dapat bersifat homogen (masalah dan gejala
anggotanya, sama semua) ataupun bersifat heterogen (masalah dan gejala
anggotanya, saling berbeda). Namun, pada prakteknya, terapis lebih sering
membangun suatu kelompok yang haruslah seheterogen mungkin, hal ini
untuk memastikan interaksi maksimum.
o Sekali lagi dibedakan, yaitu terdapat dua macam kelompok, kelompok terbuka
dan tertutup. Kelompok terbuka adalah yang keanggotaannya lebih fleksibel,
sehingga anggota baru akan diambil setelah ada anggota lama yang
meninggalkan kelompok. Sedangkan keompok tertutup sifatnya lebih
eksklusif, di mana tidak akan ada anggota baru lagi yang diterima, jika
kelompok tersebut sudah terbentuk.
o Terapi kelompok telah berhasil dengan anggota minimal 3 orang dan
maksimal 15 orang. Banyak ahli yang setuju bahwa 8-10 orang adalah jumlah
yang optimal untuk psikoterapi kelompok.
o Frekuensi sesi adalah seminggu sekali, selama satu sampai dua jam. Namun,
pembatasan waktu harus lebih dulu ditetapkan.
2. Psikoterapi Kelompok Rawat
o Merupakan terapi penting dari pengalaman terapeutik pasien yang dirawat di
rumah sakit
o Kelompok dapat disusun di bangsal, melalui berbagai cara: Pertemuan
komunitas, pertemuan antara pasien yang sedang dirawat dengan anggota staf
(dokter / perawat)
o Kunci utamanya adalah heterogenitas anggotanya dan cepatnya pertukaran
pikiran antar pasien. Selain itu, ada baiknya bahwa pasien yang diterima
masuk ke dalam kelompok ini adalah mereka yang memang berkeinginan
sendiri untuk ikut serta. Hal ini akan membuat pasien lebih terbuka, sehingga
anggota lainnya juga diharapkan akan ikut terbuka.
o Tujuan umum:
Meningkatkan self-awareness pasien, melalui berbagai feedback

tentang perilaku pasien


Meningkatkan kemampuan interpersonal dan social pasien
Membantu pasien dalam beradaptasi dengan lingkungan rawat inap

22

Meningkatkan komunikasi serta keakraban antara pasien dengan staf

medis yang merawat


3. Kelompok Rawat Jalan dan Rawat Inap
o Sebetulnya faktor terapeutiknya sama dengan kelompok rawat inap saja,
namun di sini terdapat perbedaan kualitatif.
o Pada kelompok rawat jalan misalnya, tingginya tingkat pertukaran pasien akan
menyulitkan proses pengakrab-an. Sedangkan di sini, seluruh pasien rumah
sakit, baik itu rawat jalan ataupun rawat inap, bersama-sama membina
hubungan.
o Oleh karena itu, terapinya bersifat lebih universal, sehingga misalnya, pasien
yang sebelumnya dirawat inap, dapat terus mengikuti terapi kelompok tipe ini.
4. Self-Help Groups
o Adalah sekelompok orang yang ingin mengatasi masalah atau krisi kedupan
yang dihadapinya
o Tujuan utama kelompok ini lebih terfokus kepada peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan masing-masing anggota. Sehingga psikodinamika individual
pasien tidak perlu digali secara dalam.
o Ciri khas tipe ini adalah homogenitasnya. Mereka yang menderita gangguan
yang sama, saling berbagi pengalaman. Sehingga secara tidak langsung,
sebetulnya mereka saling mendidik satu sama lainnya, memberikan dukungan,
dan menghilangkan perasaan terasing.

E. Faktor Terapeutik
No Faktor

Definisi

Suatu proses di mana materi direpresi, terutama pengalaman/konflik yang menyakitkan,

Abreaksi

dibawa kembali ke kesadaran. Dalam proses ini, tidak hanya mengingat namun
menghidupkan kembali materi dan disertai respon emosional yang sesuai; Terjadinya
2

Penerimaan

hal ini akan meningkatkan tilikan.


Perasaan diterima oleh anggota kelompok lainnya; perbedaan pendapat ditoleransi, dan

Alturisme

tidak ada kritikan yang kasar atau dijauhkan dari kelompok.


Tindakan anggota kelompok untuk menolong anggota lainnya, menempatkan kebutuhan
orang lain di atas kebutuhan sendiri dan belajar bahwa terdapat nilai dalam memberi
kepada orang lain. Istilah ini diciptakan oleh Auguste Comte (1798-1857) dan Sigmund
Freud yakin bahwa ini adalah faktor besar dalam membentuk keterikatan dan perasaan

Katarsis

sebagai satu komunitas dalam kelompok.


Ekspresi ide, pikiran, dan material yang tersupresi yang disertai oleh respon emosional

Kohesi

yang menimbulkan kelegaan pada pasien.


Perasaan bahwa kelompok bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, juga disebut

23

dengan perasaan ke-kita-an; dianggap sebagai faktor yang paling berhubungan


6

Pengesahan

dengan efek terapeutik positif


Penegakkan realitas dengan membandingkan konseptualisasi diri sendiri dengan anggota

konsensual
Penularan

kelompok lain; distorsi interpersonal dengan demikian dikoreksi.


Proses di mana ekspresi emosi salah satu anggota kelompok menstimulasi kesadaran

Pengalaman

emosi yang sama pada anggota kelompok lain


Kelompok menciptakan kembali keluarga asal untuk beberapa anggota yang tidak dapat

keluarga

mengatasi konflik dengan keluarga asal secara psikologis melalui interaksi kelompok

korektif
Empati

(misalnya persaingan saudara kandung, kemarahan kepada orang tua)


Kemampuan anggota kelompok untuk menempatkan dirinya ke dalam pikiran atau posisi

10

Identifikasi

anggota kelompok lain dan mengerti pikiran, perasaan, atau perilakunya


Suatu mekanisme pertahanan bawah sadar di mana orang menggabungkan karakteristik

11

Imitasi

dan kualitas orang/objek lain ke dalam sistem egonya sendiri


Menyamai/meniru secara sadar perilaku diri sendiri mengikuti orang lain (juga disebut
teladan [role modeling]); juga dikenal sebagai terapi penonton (spectator therapy)

12

Tilikan

karena seorang pasien dapat belajar dari pasien lain


Kesadaran dan pengertian psikodinamika diri sendiri dan gejala perilaku maladaptif.
Sebagian ahli terapi membedakan 2 jenis : (1) tilikan intelektual---pengetahuan dan
kesadaran tanpa adanya perubahan perilaku maladaptif; (2) tilikan emosional--kesadaran dan pengertian yang menyebabkan perubahan positif dalam kepribadian dan

13

Inspirasi

perilaku
Proses menanamkan rasa optimisme ke dalam anggota kelompok; kemampuan untuk
mengetahui bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah; juga

14
15

Interaksi
Interpretasi

dikenal sebagai penanaman harapan


Pertukaran ide dan gagasan secara bebas dan terbuka antaranggota kelompok
Proses dimana pimpinan kelompok merumuskan arti resistensi, pertahanan, dan simbol
dari pasien; hasilnya adalah pasien memiliki kerangka kerja kognitif untuk mengerti

16

Belajar

perilakunya sendiri
Pasien mendapatkan pengetahuan tentang bidang baru, seperti keterampilan sosial dan
perilaku

seksual;

mereka

mendapatkan

nasihat,

bimbingan,

dan

berusaha

17

Tes realitas

mempengaruhi dan dipengaruhi anggota lain


Kemampuan orang untuk menilai secara objektif dunia di luar dirinya melalui pendapat

18

Transferensi

orang lain
Proyeksi perasaan, pikiran, dan harapan kepada ahli terapi yang telah mewakili suatu
objek dari masa lalu pasien. Reaksi tsb bisa saja sesuai untuk kondisi sebelumnya,
namun menjadi tidak sesuai ketika diaplikasi kepada kondisi terapis di masa sekarang.
Pasien dapat juga mengarahkan perasaan tsb satu sama lain, proses ini disebut

19

Universalisasi

transferensi multipel
Kesadaran pasien bahwa ia tidak sendirian memiliki masalah; orang lain memiliki keluhan

20

Pengungkapan

yang sama/kesulitan dalam belajar;


Ekspresi perasaan, ide, atau kejadian yang tersupresi kepada anggota kelompok lain;
membagi rahasia pribadi yang menghilangkan perasaan dosa/bersalah (juga dinamakan
pengungkapan diri sendiri)

24

2.7.5 Psikoterapi Interpersonal


A. Definisi
Merupakan terapi jangka pendek, yang secara spesifik dan langsung mencari pokok
permasalahannya, terutama digunakan pada pasien gangguan depresi. Pada tipe ini,
perlu ditekankan adalah terapis yang bersikap penuh empati dan suportif.
B. Indikasi
Untuk pasien yang depresi. Dikarenakan bahwa penyebab dari depresi itu sendiri
adalah perilaku interpersonal, sehingga pasien juga akan disembuhkan secara
interpersonal.
C. Proses
Pasien diajak untuk melihat secara realistis, bagaimana interaksi mereka dengan orang
lain. Hal ini bermaksud untuk menyadarkan pasien, bahwa tindakan mereka yang
mengisolasi diri sendiri, sebetulnya hanyalah memperberat kondisi depresi yang telah
dideritanya
D. Tujuan
Membantu pasien memperjelas area konflik penyebab depresi, serta membantunya
dalam mengambil keputusan
2.7.6 Terapi jenis individual
A. Definisi
Psikoterapi ini bersifat memberi wawas (insight), yang kemudian dibagi menjadi dua
tipe, yaitu psikoterapi reedukatif dan psikoterapi rekonstruktif.
B. Tipe
1. Psikoterapi Reedukatif
o Tipe ini ditujukan untuk pasien mengerti lebih dalam, tentang konflik-konflik
yang letaknya lebih banyak di alam sadar pasien.
o Terapi ini bertujuan untuk pasien menyesuaikan dirinya kembali, mengubah
tujuannya, serta membangkitkan dan menggali potensi yang ada pada pasien
2. Psikoterapi Rekonstruktif
o Tipe ini ditujukan untuk pasien mengerti, mengenai konflik-konflik yang
letaknya di alam nirsadar
o Bertujuan agar pasien mendapatkan perubahan dari struktur kepribadiannya
dan perluasan kepribadian, dengan pengembangan potensi penyesuaian diri
yang baru
2.7.7 Psikoterapi Kombinasi Individual dan Kelompok
A. Definisi

25

Psikoterapi kombinasi individual dan kelompok adalah suatu psikoterapi, di mana


pasien ditemui secara individual oleh ahli terapi dalam suatu sesi tertutup (hanya
pasien sendiri dan terapis), serta turut ikut dalam terapi kelompok. Terapis untuk sesi
individual dan kelompok adalah orang yang sama.
B. Indikasi
C. Proses
Pasien yang akan menjalani psikoterapi ini sudah dibekali sejak awal, bahwa jenis
inilah yang akan mereka jalankan. Sehingga, jangan disalah-konsepkan, menjadi
seorang pasien terapi individual, kadang-kadang diberikan sesi kelompok.
Terapi ini telah direncanakan secara matang dan berkelanjutan, di mana pasien yang
telah memiliki interaksi penuh makna saat terapi kelompok, akan mengikuti sesi
individual untuk mendapatkan feedback yang akan membentuk suatu pengalaman
terapeutik yang saling terintegrasi.
D. Tujuan
Menghilangkan masalah pasien dengan lebih cepat. Psikoterapi jenis ini, dipercaya
peneliti, bahwa memiliki keuntungan dibandingkan dengan terapi individual saja atau
kelompok saja. Bahwa pada banyak kasus, pasien akan lebih cepat terbuka
mengemukakan masalahnya (baik pada saat sesi individual atau kelompok), dan
terapis dapat mengarahkan pasien dengan cara yang dianggap sebaik mungkin.

2.7.8 Psikodrama
A. Definisi
Psikodrama adalah metode psikoterapi kelompok, yang dikemukakan oleh Jacob
Moreno. Pada jenis ini, susunan kepribadian, hubungan interpersonal, konflik, dan
masalah emosional, digali oleh terapis dengan menggunakan metode dramatic
spesifik.
B. Proses
Prinsip utamanya adalah dramatisasi terapeutik. Di mana untuk menjankan ini, akan
diperlukan beberapa peran, yaitu:
o Pasien Orang yang memerankan masalah yang memperlukan bantuan
o Peran pembantu / Auxiliary Ego Orang yang memperankan berbagai aspek
pasien
o Sutradara / Ahli terapi Orang yang membimbing jalannya drama, agar
dapat mencapai insight
C. Teknik
Psikodrama dapat memusatkan perhatian pada suatu situasi ternteu, misalnya seperti
mimpi, keluarga, situasi komunitas, suatu sikap alam bawah sadar, ataupun bayangan
26

masa depan. Teknik yang digunakan adalah percapakan seorang diri (pasien bercerita
tentang pikiran dan perasaannya), peran ganda multipel (beberapa orang berperan
seperti pasien pada keadaan yang bervariasi), dan teknik cermin. Terapis juga bisa
menggunakan teknik hypnosis dan penggunaan obat psikotropik untuk memerankan
perilaku dalam berbagai cara.
2.7.9 Terapi Keluarga
A. Definisi
Terapi ini fokusnya adalha untuk mengubah interaksi di antara anggota keluarga dan
berupaya memperbaiki fungsi keluarga sebagai suatu unit, yang terdiri atas individuindividu.
B. Indikasi
Untuk keluarga yang memiliki masalah, misalnya suatu keluarga yang hubungan
antara orang tua dan anaknya sangat kaku, sehingga sosialisasi dalam keluarga tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
C. Teknik Terapi
1. Terapi kelompok keluarga
Terapi ini mengombinasikan beberapa keluarga ke dalam satu kelompok tunggal.
Masalah yang dihadapi masing-masing individu akan saling dikemukakan, dan
individu tersebut akan membagingkannya dengan individu dari keluarga lain, di
dalam suatu terapi kelompok. Keluarga dengan salah satu anggota yang terkena
skizofrenia, adalah contoh yang akan efektif dalam menjalani terapi tipe ini.
Orang tua dan anak yang terganggu, akan digabungkan, serta saling berbagi
tentang bagaimana situasi yang mereka hadapi.
2. Social network therapy
Terapi ini ditujukan untuk mereka yang berada di sekeliling pasien. Baik itu orang
tua, kerabat, teman, guru, dll, yaitu mereka yang berkontak dengan pasien dalam
kehidupan sehari-hari. Terapi ini adalah untuk mereka, yang merasa tidak nyaman
untuk bertemu dengan pasien, di dalam suatu sesi terapi kelompok.
3. Terapi paradoksikal
Terapi ini fokusnya adalah memposisikan pasien, ke suatu posisi, di mana ia
dilibatkan secara sengaja, dalam perilaku yang tidak diharapkan (keputusan
paradoksikal), seperti misalnya menghindari objek fobik dan melakukan ritual
kompulsif. Walaupun terapi ini tergolong baru dan masih jarang digunakan, hal ini
diakui dapat menciptakan insight baru bagi pasien. Bahayanya adalah, pada pasien
yang sudah terbiasa, ia dapat melakukannya secara sewenang-wenang.
4. Konotasi positif
27

Terapi ini disebut juga sebagai reframing, adalah penglabelan ulang semua
perasaan atau perilaku yang diekspresikan secara negatif, menjadi positif. Terapis
akan mengubah konotasi pikiran anggota keluarga, dalam memandang suatu
perilaku. Misalnya, seorang orang tua kesal dengan anaknya dan mengatakan
Anak ini sangat bandel, tidak bisa diatur, menjadi Anak ini hanyalah berusaha
mati-matian mengalihkan perhatian anda, karena ia membutuhkan rasa kasih
saying yang lebih
D. Proses
Pada awalnya, terapis harus terlebih dahulu memperkenalkan diri, menyambut, dan
mengenal masing-masing anggota keluarga. Terapis terus berhubungan dengan tiap
anggota keluarga secara intensif, hal ini agar terapis dapat merasakan perasaan
anggota keluarga, sekaligus mengamati hubungan verbal dan nonverbal antar anggota
keluarga.
Terapis juga harus mengeksplorasi pandangan tiap anggota keluarga terhadap masalah
mereka, penyelesaian apa saja yang sudah ditempuh, serta pengharapan mereka
terhadap perubahan.
1. Amati interaksi di antara anggota keluarga
2. Tanyakan pertanyaan yang berakitan dengan hubungan antar anggota keliarga,
serta teliti betul terhadap respon verbal dan nonverbal dari masing-masing anggota
3. Mengembangkan beberapa hipotesis mengenai sistem keluarga
4. Cari, apakah adalah perlibatan orang ketiga dalam konflik antara dua orang
(segitiga)
5. Pertahankan posisi terapis sebagai seseorang yang empatik dan netral
6. Kenali kekuatan dalam anggota keluarga dan perseorangan
7. Fokuskan pada pola hubungan dan cara berinteraksi habitual
E. Kriteria pasien
Terapis harus terlebih dahulu mendapatkan informasi dasar mengenai struktur
keluarga dan natur dari masalah yang dihadapi.
F. Tujuan
Terapi ini bertujuan untuk menghentikan pola antargenerasi yang kurang nyaman,
serta dapat menimbulkan penderitaan di dalam atau antar individu. Terapi ini juga
dapat menyelesaikan kekhawatiran anggota keluarga, tetapi, pengaruh paling besar
akan ada pada sang anak.
1. Memecahkan atau menurunkan konflik dan kecemasan patogenik di dalam
hubungan interpersonal antar anggota keluarga
2. Meningkatkan persepsi dan pemenuhan kebutuhan tiap anggota keluarga
3. Meningkatkan hubungan peran yang sesuai antar jenis kelamin dan antar generasi
4. Memperkuat kemampuan anggota individual dan keluarga, untuk menanggulangi
masalah masalah, baik di dalam atau di luar lingkup keluarga

28

5. Memperbaiki nilai-nilai keluarga, sehingga anggota keluarga terfokus pada


kesehatan dan pertumbuhan
6. Mengintegrasikan keluarga ke dalam suatu lingkup yang lebih besar lagi di
masyarakan, seperti misalnya sekolah, fasilitas rekreasional, badan social,
sehingga keluarga tidak terisolasi dalam lingkup pribadinya saja.
G. Durasi
Sesi biasanya dilakukan satu kali seminggu, dengan masing-masing sesi memakan
waktu paling lama sebanyak 2 jam. Namun, ada baiknya pemilihan jadwal dan hari
terapi fleksibel, agar keluarga dapat memilih waktu yang betul-betul tepat untuk
masing-masing individu, sehingga bisa datang bersama. Contoh: Terapi jangan
dijadwalkan pada Senin pagi hari, karena ayah di keluarga tersebut sedang berkerja.

29

2.7.10 Terapi Pasangan (Perkawinan)


A. Definisi
Merupakan bentuk psikoterapi yang dirancang untuk memperbaiki interaksi dua
orang, yang sedang memiliki konflik psikologis. Konflik ini bisa saja hanyalah satu
parameter ataupun berbagai parameter (sosial, emosional, seksual, atau ekonomi).
B. Proses
Penekanan dilakukan dalam membangun kembali interaksi pasangan. Kadang kala,
terapis juga harus menggali psikodinamika masing-masing pasangan. Hal ini akan
membuat penyelesaian masalah jadi lebih efektif.
C. Tujuan
Perbaikan gangguan antara dua orang yang saling berpasangan ini, serta perubahan
pola perilaku maladaptive. Diharapkan juga, kedua pasangan akan saling mendorong
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian.
2.7.11 Behavior Therapy
A. Definisi
Makna behavior dalam behavior therapy ini adalah perilaku dan respon fisik ataupun
verbal pasien, yang dapat diobservasi. Terapi ini meliputi merubah perilaku pasien
agar mereduksi disfungsi, sekaligus meningkatkan kualitas hidup. Dasar terapi ini
adalah metodologi behavior analysis, yang digunakan untuk menyeleksi perilaku
mana-mana saja dari pasien, yang perlu diubah.
B. Jenis
1. Systemic Desensitization
o Di sini pasien akan melawan rasa ketakutannya akan suatu situasi atau objek,
dengan menghadapinya, secara gradual. Pasien sudah lebih dahulu disiapkan
dengan status psikofisiologis yang berkeinginan melawan rasa takut ini.
o Terdapat tiga langkah, yaitu:
Relaxation Training
Pasien pertama-tama akan ditenangkan terlebih dahulu. Relaksasi ini
akan secara fisiologis membuat pasien menjadi lebih tenang (detak
jantung melambat, sirkulasi perfier bertambah, dan stabilitas
neuromuscular). Metode membuat pasien relaks amat beragam, mulai

dari Zen, progressive relaxation, hypnosis, yoga, dll.


Hierarchy Construction
Saat mengonstruksi hierarki, terapis akan menentukan kondisi apa apa
saja yang membuat pasien jadi ketakutan. Setelah ditemukan seluruh

30

kondisi ini, pasien mengurutkan sebanyak 12 skenario, dimulai dari

yang paling ringan hingga yang dianggap pasien paling menakutkan.


Desensitization of the Stimulus
Tahap terakhir ini, adalah pasien menjalankan ke-12 skenario yang
telah dipilihnya, satu per satu, dimulai dari yang paling ringan hingga
paling berat. Saat pasien telah mampu melawan rasa takut di scenario
yang paling berat, pasien dianggap mampu meminimalisir respons

ketakutan yang asli.


o Klinisi kadang menggunakan obat untuk bantu mempercepat relaksasi pasien.
Obat yang sering digunakan adalah diazepam, diberikan dengan dosis
subanestetik.
o Indikasi Pasien dengan stimulus ketakutan yang jelas, fobia, obsesif
kompulsif, dan kelainan seksual.
2. Therapeutic-Graded Exposure
o Prinsipnya mirip dengan systematic desensitization, namun bedanya adalah
tidak dilakukanya tahap relaksasi.
o Terapi jenis ini, dilakukan dalam konteks kehidupan nyata, sehingga individu
akan dibawa ke stimulus asli, yang membuat ia ketakutan. Stimulus yang
dibawa ini akan diurutkan, sebanyak 12 skenario, juga dari yang paling ringan
hingga ke yang paling berat.
o Sebagai contoh, pasien yang takut terhadap kucing. Tahapan pertama untuk
pasien adalah melihat gambar kucing secara riil, hingga tahap terakhir adalha
memegang kucing tersebut.
3. Flooding
o Pada tipe ini, sebetulnya mirip dengan therapeutic-graded exposure, namun
dibedakannya adalah bahwa situasi yang dibawa ke pasien, diberikan secara
acak, tidak diurutkan.
o Di sini, terapis tidak membiarkan pasien lewat begitu saja dari stimulus yang
telah diberikan. Bahwa pada konsepnya, pasien harus melawan rasa takutnya
sebisa mungkin, mengkonfrontasi stimulus itu secara langsung.
o Tujuannya adalah membiasakan pasien dengan rasa takut ini, yang diharapkan
semakin lama semakin hilang.
o Terdapat subtype dari flooding, yaitu imaginal flooding, di mana stimulus
yang diberikan ke pasien tidak bersifat riil, melainkan hanyalah dalam
imajinasi pasien.
o Kontraindikasi mutlak pada pasien dengan keadaan yang dapat membahayakn,
misalnya memiliki sakit jantung.
4. Participant Modelling
31

o Pada terapi ini, pasien diajarkan perilaku baru melalui imitasi, utamanya
melalui observasi terlebih dahulu, tanpa ada tekanan untuk pasien sesegera
mungkin melakukannya, jika memang ia merasa belum siap.
o Contoh terapi ini yang efektif adalah, penempatan anak fobia dengan anak
seumur yang tidak memiliki fobia.
5. Exposure to Stimuli Presented in Virtual Reality
o Kemajuan teknologi computer membuat pasien dapat merasakan lingkungan
yang membuatnya takut, dalam suatu realitas virtual (semu).
o Masih banyak eksperimen di bidang yang terbilang baru ini
o Hasil efektif utamanya ditemukan pada pasien dengan fobia tinggi, takut
terbang, fobia terhadap laba-laba.
6. Assertiveness Training
o Terapi ini bermaksud agar pasien berani melakukan apa yang dianggapnya
benar, tanpa ada rasa takut. Pasien agar berani untuk berbicara jujur dengan
nyaman, dan menuntut hak-hak personal mereka.
o Contoh: Pasien dilatih agar berani berbicara jika ada yang menyerobot mereka
dalam suatu antrian
7. Social Skills Training
o Terapi ini mengajarkan social skills pada pasien-pasien, yang memang tidak
memiliki kemampuan tersebut. Berbeda dengan assertiveness, di mana pada
pasien dengan terapi assertiveness, mereka memiliki kemampuannya, hanya
saja tidak berani menggunakannya.
o Biasa dilakukan pada pasien skizofrenia dan depresi
o Pelatihannya meliputi area-area seperti perbincangan, penyelesaian konflik,
keberanian berbicara, hidup dalam suatu komunitas, pertemanan dan hidup
berpasangan, serta kerja.
8. Aversion Therapy
o Prinsip terapi ini adalah diberikannya hukuman jika respons pasien masih
tidak sesuai dengan harapannya.
o Penghukuman yang diberikan bermacam-macam, mulai dari syok listrik,
substansi yang membuat muntah, dll
o Terapi ini utamanya dilakukan pada pasien alcohol abuse, paraphilia,
pencandu narkoba.
9. Positive Reinforcements
o Terapi ini berprinsip bahwa jika respons pasien sudah dianggap memuaskan,
maka pasien akan diberikan suatu hadiah.
o Hadiahnya dapat berupa makanan, pujian, dll
o Biasanya digunakan pada pasien rawat inap dengan gangguan mental

32

2.7. 12 Terapi Kognitif


A. Definisi
Terapi kognitif adalah berdasar pada rasional teoritis, bahwa afek dan perilaku
seseorang, sebagian besar ditentukan oleh pandangannya terhadap struktur dunia.
Hal ini terbentuk atas dasar konitif pasien (gagasan verbal dan visual yang terdapat
pada alam sadar pasien). Terapi ini adalah terapi terstruktur berjangka pendek, yang
menggunakan kerjasama aktif antara pasien dan terapis, guna mencapai tujuan
terapeutik.
B. Indikasi
Biasanya dilakukan pada pasien dengan gangguan depresif (dengan atau tanpa
keinginan membunuh diri sendiri), gangguan panic, gangguan obsesif kompulsif, dan
gangguan kepribadian. Namun, utamanya terapi ini diindikasikan pada pasien depresi
sedang hingga berat.
C. Triase Kognitif dan Depresi
o Persepsi diri yang negatif yang melihat seseorang sebagai tidak mampu,
kekurangan, tidak berguna, serta tidak diharapkan
o Memiliki kecenderungan untuk merasakan dunia sebagai tempat yang negatif,
menuntut, dan mengharapkan kegagalan dan hukuman
o Memiliki dugaan bahwa kesulitan, penderitaan, kekurangan, dan kegagalan
akan terus menerus terjadi
D. Teknik
Terapi bersifat relative singkat, berlangsung kurang lebih selama 25 minggu. Jika
pasien telah dinyatakan sembuh, akan dilakukan terapi pemeliharaan yang dapat
dilakukan selama beberapa tahun.
E. Komponen
Pada hakikatnya, terapi ini membutuhkan kerja sama yang aktif antar terapis dan
pasien. Kemudian terapi ini dibagi menjadi tiga komponen, yaitu:
o Aspek didaktik
Aspek didaktif adalah penjelasan kepada pasien tentang triase kognitif, skema,
serta gangguan logika. Terapis harus berkerja sama dengan pasien dalam
menyusun hipotesis dan mengujinya selama perjalanan terapi. Pasien juga
akan dijelaskan mengenai relasi antara depresi, pikiran, afek, dan perilaku,
serta alasan terapinya.
o Teknik kognitif
Komponen ini terbagi lagi menjadi empat proses:
Mencetuskan pikiran secara otomatis
Pikiran otomatis adalah kognisi yang timbul antara peristiwa eksternal
dan reaksi emosional seseorang terhadap suatu peristiwa. Contohnya
adalah

keyakinan

otomatis
33

bahwa setiap

orang pasti

akan

menertawakan saya jika mereka mengetahui saya tidak bisa menaiki

sepeda
Menguji pikiran otomatis
Terapi di sini berperan sebagai guru, mendorong pasien untuk menolak

pikiran otomatis tersebut.


Mengidentifikasi anggapan dasar yang maladaptive
Pada saat pasien dan tearpis saling berusaha mengidentifikasi pikiran
otomatis pasien yang berkonotasi negatif, biasanya pola akan mulai
terlihat. Pola ini menunjukan anggapan umum pasien yang sebenarnya
salah. Contohnya adalah Supaya gembira saya harus sempurna.
Anggapan tersebut akan menyebabkan pasien kecewa terus pada

dirinya sendiri, sehingga akhirnya depresi.


Menguji kebsahan anggapan maladaptive
Prosesnya serupa dengan menguji pikiran otomatis. Terapis harus terus
menanyakan pertanyaan kenapa pasien memiliki suatu anggapan

tertentu itu.
o Teknik perilaku
Teknik perilaku pada prakteknya sering disandingkan dengan teknik kognitif.
Teknik ini digunakan untuk menguji dan mengubah kognisi maladptif pada
diri pasien. Terapi ini bertujuan agar pasien mengerti bahwa kognisi atau
kepercayaannya selama ini salah dan tidak akurat. Pasien akan dibekali
strategi dan cara untuk menanggulangi masalah ini.
F. Tujuan
Menghilangkan depresi dan mencegah rekurensi, dengan cara membantu pasien
dalam:
o Mengidentifikasi dan menguji kognisi negatif
o Mengembangkan skema alternative dan yang lebih fleksibel
o Mengulangi respon kognitif yang baru dan respon perilaku yang baru.
Tujuannya adalah untuk mengubah cara seseorang berpikir dan selanjutnya
memperbaiki gangguan depresinya.
2.7.13 Hipnoterapi
Pada saat orang terhipnosis, atensi dan imaginasinya jadi lebih hebat, dan kesadaran
perifernya berangsur melemah. Kondisi trance ini dapat diinduksi oleh seorang
hipnotis, melalui berbagai prosedur.
A. Definisi
Hipnosis diartikan sebagai suatu aktifitas dari pikiran yang normal, di mana atensi
akan jadi lebih fokus dan pengambilan keputusan menjadi lebih kritis. Prinsipnya
34

bahwa hipnosa sebetulnya hanyalah membantu psikotearpi. Sebetulnya, apa yang


dicapai oleh hipnoterapi, juga dapat dicapai oleh psikoterapi biasa. Hanya saja,
hypnosis akan jauh mempercepat prosesnya
B. Indikasi
Hipnosis telah digunakan untuk berbagai macam masalah, seperti mengendalikan
obesitas, substance abuse, penyalahgunaan alcohol, ketergantungan nikotik.
C. Proses
Prosesnya meliputi sugesti (jangan disalahartikan sebagai kemampuan hipnotisir).
Yang dimaksudkan adalah keadaan dimana kesadaran pasien mulai menyempit dan
menurun, hingga akhirnya ia masuk dalam keadaan trance. Pada keadaan ini, ia hanya
menerima rangsangan dari hipnotisir. Selama pasien dalam keadaan terhipnosis,
terapis akan melakukan analisa konflik-konflik dan sintesa. Hal-hal yang didapatkan
terapis saat pasien terhipnosis, dapat dibawa ke perbincangan alam sadar antara pasien
dan terapis.
D. Kontraindikasi
Pasien yang responsnya terhadap hypnosis, berbeda, yaiut mereka yang rapuh atau
memiliki kesulitan dana tes realitas. Pada umumnya pasien akan menjadi rileks dan
tenang. Namun pasien yang responsnya berbeda ini, akan dapat menangkap suatu
transferensi yang seharusnya positif, menjadi negatif.
Kontraindikasi lainnya adalah pasien yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan
dasar (paranoid), dan pasien obsesif kompulsif.
2.7.14 Narkoterapi
A. Definisi
Terapi jenis ini sebetulnya bersifat lebih invasive, di mana pasien akan disuntikkan
suatu hipnotikum dengan efek yang pendek (seperti penthohal atau amital natrium).
B. Indikasi
C. Proses
Setelah disuntikkan zat hipnotikum, pasien akan berada dalam keadaan setengah tidur.
Pada kondisi inilah, pasien diwawancara, konfliknya dianalisis, lalu disintesa. Bahan
yang ditemukan saat pasien kondisi terhipnosis, dapat dipakai pada oerbincangan saat
pasien sudah sadar.

35

2.7.15 Terapi Psikososial dan Rehabilitasi


A. Definisi
Terapi ini mengacu pada penggunaan berbagai metode, untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan kemampuan untuk hidup mandiri, pada pasien dengan
gangguan jiwa berat.
B. Indikasi
DIlakukan pada gangguan jiwa berat seperti skizofrenia, gangguan fungsi afektif,
kognitif, verbal, dan gangguan perilaku.
C. Proses
Dilakukannya pelatihan ketrampilan sosial sebagai sarana untuk memperbaiki defisit
dalam sosialisasi pasien. Latihan yang diberikan meliputi keterampilan bercakap,
manajemen konflik, keterampilan hidup sebagai satu individu dalam suatu komunitas,
dan kejujuran.
D. Lokasi
Umumnya dilakukan di rumah sakit, klinik rawat jalan, pusat kesehatan jiwa, rumah,
ataupun perkumpulan sosial
E. Tujuan
Bertujuan agar pasien mencapai kemandirian. Selain itu, pasien diharapkan agar
ketrampilan sosialnya ikut terasah, yaitu perilaku interpersonal, dan cara membina
hubungan yang suportif.

2.8 Efektifitas Psikoterapi


Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan, belum ada satupun kesimpulan yang
dapat ditarik, mengenai psikoterapi mana yang paling unggul. Namun tingkat efektifitas
psikoterapi ini tentunya amat beragam. Hal ini mengacu pada fakta, bahwa bukan hanya
terapis yang memegang faktor terapeutik, melainkan juga keinginan pasien untuk sembuh,
berperan sangat besar.
Efektifitas psikoterapi ini utamanya mengacu pada faktor-faktor, yaitu:

Tujuan yang pasien ingin capai


Kepribadian dan ketrampilan terapis
Teknik yang digunakan terapis
Tingkat motivasi pasien

2.9 Manfaat Terapeutik


Hasil utama dan terakhir dari suatu psikoterapi adalah sebagai berikut
36

Bebas penyakit
Sejahtera bahagia

: Penyakit Sakit Bebas penyakit


: Penderitaan Menderita Sejahtera Bahagia

B. PSIKOTERAPI SUPORTIF

37

Psikoterapi suportif adalah suatu bentuk terapi alternatif yang


mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap
suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup
terhadap gangguan psikisnya. Untuk mengembalikan keadaan jiwa yang rapuh
ataupun mengalami gangguan ke arah keseimbangan, yang terutama dilakukan
adalah menekan ataupun mengontrol gejala-gejala yang terjadi dan untuk
menstabilkan pasien ke dalam suasana yang aman dan terlindungi untuk
melawan ataupun menghadapi tekanan yang mungkin saja berat naik yang
datang dari luar maupun dari dalam dirinya.
Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan)
menawarkan dukungan kepada pasien oleh seorang tokoh yang berkuasa
selama periode penyakit, kekacauan atau dekompensasi sementara.
Pendekatan ini juga memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat
pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara
ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien
yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan
kecemasan dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang
mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.

Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri


atau konbinasi, termasuk :

kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah

pemuasan kebutuhan tergantungan

mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya

membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai


contohnya, hobi)

istirahat dan penghiburan yang adekuat


menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin
perawatan di rumah sakit jika diindikasikan
38

medikasi untuk menghilangkan gejala


bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini
rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima,
terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.
Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Terapi

ini dapat dipilih jika penilaian diagnostik menyatakan bahwa proses


kematangan yang bertahap didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk
identifikasi, adalah jalan yang paling menjanjikan untuk perbaikan.

Tujuan psikoterapi jenis ini ialah:


-

Menguatkan daya tahan mental yang dimilikinya


Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk

mempertahankan fungsi pengontrolan diri. ( Maramis, 2005)


Meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan (Anonym , 2001)
Mengevaluasi situasi kehidupan pasien saat ini, beserta kekuatan serta kelemahannya,
untuk selanjutnya membantu pasien melakukan perubahan realistik apa saja yang
memungkinkan untuk dapat berfungsi lebih baik (Tomb, 2004)

Kriteria Pemilihan:
Pasien yang sangat sehat yang berhadapan dengan krisis yang melanda pasien dengan
defisit ego. ( Kaplan dan Sadock, 2010)
Lama Terapi
Beberapa hari, bulan, atau tahun-sesuai kebutuhan. ( Kaplan dan Sadock, 2010)

Mekanisme
Pasien dianjurkan untuk datang sekali (atau lebih) seminggu, untuk beberapa minggu atau
bulan (kadang ada pula yang mencapai tahunan). Termasuk pula disini intevensi krisis
yang singkat (untuk 1-3 pertemuan).

39

Terapis berurusan dengan gejala pasien, tetapi hanya sedikit mengolah proses
alam nirsadarnya dan tidak berupaya mengubah kepribadian. Pertahanan psikologik
diperkuat dan teknik yang digunakan antara lain menenangkan, sugesti, mengeluarkan
semua masalah, abreaction, dan manipulasi lingkungan. Terapis bersikap aktif,
menunjukkan minat, berempati dan hangat (dengarkan pasien), mengerti hal-hal yang
menjadi perhatian pasien, dan menolong pasien untuk menetukkan arah. Medikasi juga
dapat diberikan. (Tomb, 2004)
Indikasi psikoterapi suportif :
Secara umum psikoterapi suportif diindikasikan pada pada pasien yang
mana kontraindikasi terhadap psikoanalisi ataupun psikoterapi insight-oriented
psychoanalitic, mempunyai pertahanan ego yang kurang.
Secara garis besar terapi ini diindikasikan terhadap :
a.

Seseorang yang dalam keadaan kritis dan kacau serta tidak mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah, yang menghasilkan
kecemasan berat dan kebingungan (contoh, orang yang mengalami
kesedihan yang berat, kesakitan, perceraian, atau kehilangan pekerjaan
ataupun mereka yang pernah menjadi korban kejahatan, penganiayaan,
bencana alam, ataupun kecelakaan).

b.

Pasien dengan penyakit yang berat dan kronik disertai dengan


kerapuhan ataupun kelemahan fungsi ego (contoh, mereka dengan
psikosis yang laten, gangguan impuls, gangguan kepribadian berat).

c.

Pasien dengan defisit kognitif dan gejala-gejala fisik yang membuat


mereka menjadi lemah dan tidak cocok dilakukan pendekatan insightoriented (contoh, pasien psikosomatik).

d.

Pasien dengan toleransi kecemasan yang rendah dan kesulitan


mengendalikan frustasi.

e.

Pasien dengan kelemahan psikologi yang sesuai dengan fungsi


kognitifnya.

40

f.

Mereka yang kesulitan membedakan kenyataan luar dengan dari dalam


dirinya.

g.

Pasien yang mengalami gangguan berat dalam hubungan interpersonal.

h.

Mereka yang mengalami kelemahan dalam mengontrol impuls dan


akhirnya mereka melakukan tindakan yang buruk.

i.

Pasien dengan intelegensia yang kurang dan kapasitas yang lemah


terhadap pengamatan dirinya sendiri.

j.

Pasien yang memiliki keterbatasan yang berat untuk mengadakan


hubungan terapeutik dengan terapis.

Syarat pemberian psikoterapi suportif :


a.

Pasien dengan taraf pendidikan yang tidak begitu tinggi.

b.

Gangguan bersifat sedang.

c.

Kepribadian premorbid pasien yang kuat disertai dengan adanya


pemulihan diri.

Cara-cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut:

Ventilasi atau (psiko-) kataris


Persuasi atau bujukan (persuasion)
Sugesti
Penjaminan kembali ( reassurance)
Bimbingan dan penyuluhan
Terapi kerja
Hipno-terapi dan narkoterapi
Psikoterapi kelompok
Terapi prilaku
1. Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati
sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya
(tentang penyakitnya) berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya
dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap
yang penuh pengertian (empati) dan dengan anjuran. Jangan terlalu banyak
memotong

bicaranya

(menginterupsi).

41

Yang

dibicarakan

ialah

kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan


salah atau berdosa.
2. Persuasi ialah menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala
penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya
terhadap masalah yang dihadapinya. Kritik diri sendiri oleh pasien penting
untuk dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls yang tertentu
dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain
dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari impuls-impuls
yang sangat menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejalagejalanya akan hilang.2 Hal ini dibantu dokter dengan sikap membangun,
mengubah dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskan dari
impuls yang menggangu secara masuk akal dan sesuai hati nurani.
Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa
gejalanya akan hilang.
3. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada
pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala
akan hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan
otoritas profesional serta menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter
sehingga kritiknya berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya
menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila
tidak terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan
efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik
yang dangkal atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan.2
Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadangkadang
juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap,
karena pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi
sugesti harus diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan
inteligensi yang sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak
matang atau histerik lebih mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa
pasien dan jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia
membesar-besarkan gejalanya. Jangan menganggu rasa harga diri pasien.
Pasien harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak
terdapat kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus
42

diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia
sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu
tidak logis.
4. Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang
halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu
berfungsi secara adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas
berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah
dicapai oleh pasien.
5. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus
(spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar
ia lebih sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan
hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan
sebagainya.
6. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara
untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat
mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri.
Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan,
pernikahan dan pribadi.
7. Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan
sebagai suatu proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial
atau social worker) kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau
lebih pelayanan sosial khusus. Fokusnya ialah pada masalah luar atau
keadaan sosial dan tidak (seperti pada psikoterapi) pada gangguan dalam
individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola dasar
kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani masalah situasi
pada tingkat realistik (nyata).
8. Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien,
ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan
berguna baginya untuk mencari nafkah kelak.

Tabel 1. Indikasi untuk psikoterapi ekspresif dan suportif


43

Ekspresif (Berorientasi tilikan)


Motivasi kuat untuk mengerti

Suportif
Defek ego yang bermakna dengan sifat
jangka panjang

Penderitaan yang bermakna

Krisis hidup yang berat

Kemampuan beregresi untuk melayani ego


Toleransi terhadap frustasi

Toleransi frustasi yang buruk

Kemampuan untuk memiliki tilikan

Tilikan relatif lebih buruk

Tes realitas yang utuh

Tes realitas yang buruk

Hubungan objek (object relations) yang masih Hubungan objek yang terganggu parah
baik
Pengendalian impuls yang baik

Pengendalian impuls yang buruk

Kemampuan untuk bekerja

Intelegensia rendah

Kemampuan berpikir dalam hal analogi dan kemampuan


metafora

untuk

mengobservasi

diri

sendiri yang terbatas

Respon reflektif ketika dicoba untuk dilakukan Disfungsi kognitif dengan dasar kelainan
interpretasi

organik
Kemampuan yang lemah untuk membentuk
ikatan terapeutik

Sumber : Sadock, BJ dan Virginia Alcott Sadock. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis of
Psychiatry 10th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

44

45

BAB III
Kesimpulan
Psikoterapi pada dasarnya berprinsip bahwa terapi ini merupakan suatu metode pengobatan,
yang dilakukan oleh psikiater, terhadap masalah emosional seorang pasien, dalam hubungan
professional yang saling mendukung, dengan tujuan utama berupa menghilangkan,
mengubah, dan menghambat permasalahan yang dihadapi pasien. Permasalahan ini naturnya
amat unik dan berbeda pada msaing-masing individu, apakah itu bersifat fobia, perilaku
menyimpang, dan sakit jiwa. Melalui psikoterapi, seluruh permasalahan ini akan dikoreksi,
serta pada diri pasien akan ditumbuhkan hal-hal yang lebih positif untuk mennyokong
perbaikan kualitas hidup.
Psikoterapi merupakan suatu ilmu dan ketrampilan, yang sangat bermanfaat untuk pasienpasien dengan problem kejiwaan pada umumnya. Namun, untuk seseorang memahami dan
mempelajari ilmu ini, tidaklah mudah. Seorang psikiater, memperlukan waktu yang banyak,
ketekunan, dan kepribadian yang baik, agar menjadi seorang terapis yang khatam dalam
menyembuhkan pasien melalui psikoterapi.
Pada prosesnya, terapis harus ingat bahwa wawancara, selain mengandung makna terapeutik,
juga diperlukan dalam menyokong diagnosis pasien. Komunikasi dan keharmonisan
hubungan antara pasien dan dokter harus terbina baik. Sebagai seorang terapis, maka dokter
harus senantian membina hubungan interpersonal yang optimal dalam memberikan efek
terapeutik, kita juga harus mengerti, sadar, dan berempati akan ucapan-ucapan permasalahan
pasien. Setelah itu, sebagai terapis, kita harus hati-hati betul dalam menyampaikan umpan
balik kita terhadap suatu omongan pasien, kata-kata yang digunakan haruslah tidak bersifat
ofesnsif pada pasien, dan diharapkan bahwa respons kita dapat menyentuh hati pasien.
Terapis juga harus bersifat professional, bahwa segala rahasia pribadi pasien tidak boleh
diumbar ke siapapun, oleh karena itu, kontraindikasi mutlak psikoterapi adalah, relasi dekat
antara terapis dengan pasien.
Ketrampilan yang diperlukan oleh seorang dokter, dalam menjalankan psikoterapi, meliputi
pendengaran yang cermat (emphatic listening), observasi yang teliti, serta pengetahuan yang
cukup dalam mengenai psikologi, psikopatologi, dan proses kejiwaan lainnya. Dengan begitu,

46

diharapkan dokter akan mampu mendapat gambaran yang menyeluruh dan tepat tentang
pasiennya.
Setelah wawancara, dokter diwajibkan membuat suatu konklusi tentang status mental
pasiennya, untuk kemudian ditindak-lanjuti dengan cermat. Hal ini akan berulang terus
menerus, hingga batas waktu yang telah ditetapkan (pada jenis psikoterapi tertentu), ataupun
hingga pasien sembuh.

47

Daftar Pustaka
1. Corey Gerald; Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Refika Aditama.2009
2. I. M. Ingram, G. C. Timbury, R. Mowbray; Catatan Kuliah Psikiatri, EGC. 1993
3. D. Bachtiar Lubis, Sylvia D. Elvira; Penuntun wawancara psikodinamik dan
psikoterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005
4. Kaplan, Sadocks ; Psikoterapi, Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh, Jilid 2, hal 383
442.
5. Kaplan, Harold I., dkk. 2010. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara Publisher.
6. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas. PPDGJ III.
Jakarta : PT. Nuh Jaya.
7. Tomb, David. A. 2004. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC.
8. Ingram, dkk. 1995. Catatan Kuliah Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC
9.
http://health.detik.com/read/2009/07/17/141957/1167103/770/psikoterapisuportif
10. http://www.caps.utoronto.ca/Services-Offered/IndividualPsychotherapy/Supportive-Psychotherapy.htm
11.http://ndri.com/article/role_and_basics_of_individual_supportive_psychothe
rapy-484.html

48

Anda mungkin juga menyukai