Anda di halaman 1dari 4

JUNI 2016

TUGAS

Oleh:
Ni Putu Dea Pawitri Handayani
N 111 14 010
Penguji:
dr. Daniel Saranga, Sp.OG

BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2016

1. Penanganan atonia uteri (penggunaan kondom kateter).


Lakukan masase uterus
Pastikan plasenta lahir lengkap.
Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer
laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit intramuscular.
Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl
0,9%/Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti.
Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan
ergometrin 0,2 mg secara intramuscular atau intravena, dapat diikuti
pemberian 0,2 mg secara intramuscular setelah 15 menit dan pemberian
0,2 mg secara intramuskular atau intravena setiap 4 jam bila diperlukan.
Jangan berikan lebih dari 1 mg.
Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama
1 menit, dapat diulang setelah 30 menit).
Lakukan kompresi bimanual eksternal dan/atau internal.
Kompresi aorta abdominalis.
Lakukan pemasangan kondom kateter.
Alat:

Kateter Foley no. 24

Kondom

Larutan NaCl 0,9 %

Selang infus atau dispo 50 ml

Langkah-langkah pemasangan kondom kateter :

Baringkan ibu dalam posisi litotomi.

Cuci tangan.

Gunakan sarung tangan steril

Masukkan kateter ke dalam kondom.

Ikat dengan tali dekat dengan mulut kondom.

Pertahankan buli dalam keadaan kosong dengan kateter Foley.

Masukkan kondom yang sudah terikat dengan kateter ke dalam


rongga uterus.

Biarkan ujung dalam kateter di dalam kondom.

Ujung luar kateter dihubungkan dengan set infus.

Kondom dikembangkan dengan 250-500 ml larutan NaCl 0,9 %.

Observasi perdarahan. Jika berkurang, hentikan pengembangan


kondom lebih lanjut.

Ujung luar kondom dilipat dan diikat dengan tali.

Kontraksi

uterus

dipertahankan dengan

drip

oksitosin

sampai setidaknya 6 jam setelah prosedur.

Pertahankan posisi kondom dengan kasa gulung yang dimapatkan


di dalam vagina.

Kondom kateter dipertahankan selama 24 jam dan setelah itu


dikempiskan bertahan (10-15 menit) dan dikeluarkan

Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal:


o Ampisilin 2 g IV dan metronidazol 500 mg IV
o Atau sefazolin 1 g IV dan metrodinazol 500 mg IV

Jika ada tanda infeksi berikan antibiotika kombinasi sampai pasien


bebas demam selama 48 jam:
o Ampisilin 2 g IV tiap 6 jam
o Dan gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
o Dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

Rujuk ke fasilitas yang lebih memadai sebagai antisipasi bila perdarahan


tidak berhenti.
Di rumah sakit rujukan, lakukan tindakan operatif bila kontraksi uterus
tidak membaik. Pilihan tindakan operatif antara lain: prosedur jahitan B-

lynch, embolisasi arteri uterine, ligasi arteri uterine dan arteri ovarika atau
prosedur histerektomi subtotal.
Sumber:
Kementrian Kesehatan dan Himpunan Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia.
2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
www.edukia.org/web/kbibu/10-a-9-kondom-kateter/
+&cd=6&hl=en&ct=clnk&gl=id
2. Komplikasi persalinan bokong.
Komplikasi bagi ibu
- Pelepasan plasenta
- Perlukaan vagina atau serviks
- Endometritis
Komplikasi bagi janin
- Kematian perinatal
- Prolaps tali pusat
- Trauma pada bayi akibat: pembukaan serviks yang belum
-

lengkap, cephalopelvic disproportion


Asfiksia karena prolaps tali pusat, kompresi tali pusat,

pelepasan plasenta dan kepala macet.


Perlukaan/trauma pada organ abdominal atau pada leher

Sumber:
Kementrian Kesehatan dan Himpunan Obstetri & Ginekologi Sosial Indonesia.
2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai