Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN

MANAJEMEN RISIKO
RS. BAPTIS BATU TAHUN 2015

RS. BAPTIS BATU


JL. RAYA TLEKUNG
TLEKUNG JUNREJO BATU

DAFTAR ISI

Halaman Judul
.............................................................................................
Daftar Isi
......................................................................................................
Lembar
Pengesahan.....................................................................................
1.1.Risiko....................................................................................................
.
1.2. Manajemen
Risiko................................................................................
BAB II. RUANG LINGKUP.......................................................................

i
i
1
4
7

2.1. Maksud
.................................................................................................
2.2.
Tujuan...................................................................................................
2.3. Cakupan
................................................................................................
2.4. Pelaksana
..............................................................................................
BAB III. TATA LAKSANA .......................................................................

3.1. Identifikasi Risiko.................................................................................

3.2. Urutkan Prioritas Risiko Dengan Mengukur Tingkat Risiko


...............
BAB IV. PENUTUP....................................................................................

7
7
8
9

1
4

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RS. BAPTIS BATU


NAMA

KETERANGAN

Dr. Eva Nirmala,Sp.PK.

Pembuat Dokumen

Dr. Imanuel Eka Tantaputra

Authorized Person

Dr. Arhwinda PA,Sp.KFR.,MARS.

Direktur RS. Baptis


Batu

TANDA TANGAN

TANGGAL

BAB I
DEFINISI

1.1.

RISIKO.
Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian di antaranya

berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis.Namun tidak sedikit pula yang
memberikan konsekuensi medik yang cukup berat.
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya
yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis
adalah risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan lain yang
dialami pasien selama di RS. Sementara risiko non medis ada yang berupa risiko bagi
organisasi maupun risiko finansial. Risiko organisasi adalah yang berhubungan
langsung dengan komunikasi, produk layanan, proteksi data, sistem informasi dan
semua risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian organisasi. Risiko finansial adalah
risiko yang dapat mengganggu kontrol finansial yang efektif, salah satunya adalah
sistem yang harusnya dapat menyediakan pencatatan akuntansi yang baik (Bury PCT,
2007).

Menurut Dwipraharso (2004) risiko medis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:


1. Tingkat

probabilitas

dan keparahannya

minimal

(umumnya

bersifat

foreseeable but unavoidable, calculated, controllable).


2. Risiko bermakna tetapi harus diambil karena the only way (unavoidable).

Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent sehingga bila terjadi dokter tidak
bertanggung jawab secara hukum.
3. Risiko yang unforeseeable = untoward results
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
FAKTOR
Organisasi dan Manajemen

Lingkungan pekerjaan

Tim

Individu dan staf

Penugasan

KOMPONEN YANG BERPERAN

Sumber dan keterbatasan keuangan

Struktur organisasi

Standar dan tujuan kebijakan

Safety culture

Kualifikasi staf dan tingkat keahlian

Beban kerja dan pola shift

Desain, ketersediaan dan pemeliharaan alkes

Dukungan administratif dan manajerial

Komunikasi verbal

Komunikasi tulisan

Supervisi dan pemanduan

Struktur tim

Kemampuan dan ketrampilan

Motivasi

Kesehatan mental dan fisik

Desain

penugasan

dan

kejelasan

struktur penugasan

Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur yang ada

Karakteristik pasien

Ketersediaan dan akurasi hasil tes

Kondisi ( Keparahan dan kegawatan)

Bahasa dan komunikasi

Faktor sosial dan personal

Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko:

Meningkatkan peran RS dan manajemen dalam mencegah error dengan cara


mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan juga menjamin bahwa setiap upaya, prosedur dan sistem
pelayanan yang dilakukan aman untuk pasien, petugas dan lingkungan. Hal
tersebut dipresentasikan dalam bentuk SPO, clinical practice guidelines, clinical
pathway dll.

Meningkatkan peran staf RS agar terlibat langsung maupun tidak langsung


dalam pelayanan kesehatan di RS untuk mampu mengenali, mengidentifikasi
dan menganalisis kejadian medical error dan melakukan upaya yang adekuat
untuk mengatasi error yang sudah terlanjur terjadi.

Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang bekerja
dalam satu sistem. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh kinerja
manajemen rumah sakit yang baik, mulai dari dukungan moral, finansial, ,teknis
dan oprasional hingga terjalinnya komunikasi yang baik antara pihak
manajemen dengan pihak praktisi.
Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem yang dapat

menjamin bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan haruslah aman bagi pasien

maupun petugas dan lingkungan sekitar. Pendekatan yang dapat dilakukan disebut
dengan manajemen risiko.

1.2.

MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko menurut The Joint Commission On Acreditation Of

Healthcare Organizations adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh
RS untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cedera
atau kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi RS.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari
identifikasi secara sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan
mengurangi dampak buruk bagi organisasi maupun individu. Rumah Sakit perlu
menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan manajemen risiko. Upaya
manajemen risiko adalah : (RR, Balsamo dan MD, Brown., 1998)

MANAJEMEN RISIKO DILAKUKAN BERDASARKAN


RISK MANAGEMENT LOGIC(DWIPRAHARSO, 2004)
What are the hazards (identifikasi risiko)
Probability, Severity , Exposure
Level of risk ?

Yes

Acceptable?

Accept the risk


- Eliminated
- Reduced

No

Can it be eliminated?
Can it be reduced?
Cancel the mission?

Manajemen risiko merupakan upaya yang proaktif untuk mencegah masalah


dikemudian hari, dilakukan terus menerus dan dalam suasana no blame culture.
Tahapan manajemen risiko adalah:
1. Risk Awareness. Seluruh staf RS harus menyadari risiko yang mungkin
terjadi di unit kerjanya masing-masing, baik medis maupun non medis.
Metode yang digunakan untuk mengenali risiko antara lain: Self-assessment,
sistem pelaporan kejadian yang berpotensi menimbulkan risiko (laporan
insiden) dan audit klinis.
2. Risk control (and or Risk Prevention). Langkah-langkah yang diambil
manajemen untuk mengendalikan risiko. Upaya yang dilakukan:

Mencari jalan untuk menghilangkan risiko (engineering solution)

Mengurangi risiko (control solution) baik terhadap probabilitasnya


maupun terhadap derajat keparahannya.

Mengurangi dampaknya.

3. Risk containment. Dalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat suatu
tindakan atau kelalaian ataupun akibat dari suatu kecelakaan yang tidak
terprediksikan sebelumnya, maka sikap yang terpenting adalah mengurangi
besarnya risiko dengan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam
mengelola pasien dan insidennya. Unsur utamanya biasanya adalah respons
yang cepat dan tepat terhadap setiap kepentingan pasien, dengan didasari
oleh komunikasi yang efektif.
4. Risk transfer. Akhirnya apabila risiko itu akhirnya terjadi juga dan
menimbulkan kerugian, maka diperlukan pengalihan penanganan risiko

tersebut kepada pihak yang sesuai, misalnya menyerahkannya kepada sistem


asuransi.

Dari sisi sumber daya manusia, manajemen risiko dimulai dari pembuatan
standar (set standards), patuhi standar tersebut (comply with them), kenali bahaya
(identify hazards), dan cari pemecahannya (resolve them).

BAB II
RUANG LINGKUP

2.1.

MAKSUD.
Maksud manajemen risiko di RS Baptis Batu adalah upaya-upaya yang

dilakukan RS yang dirancang untuk mencegah cedera pada pasien atau meminimalkan
kehilangan finansial. Manajemen risiko dilakukan dengan mengenali kelemahan dalam
sistem dan memperbaiki kelemahan tersebut (dilakukan dengan menerapkan no blame
culture)

2.2.

TUJUAN.
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS. Baptis Batu.
b. Meningkatkan akuntabilitas.
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD).
d. Terlaksananya

program-program

pencegahan

sehingga

tidak

terjadi

pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.


e. Meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan
adanya antisipasi risiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif
penyelesaiannya.
f. Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan
lainnya.

2.3.

CAKUPAN
Managemen resiko di lakukan di semua unit layanan di RS.

2.4.

PELAKSANA
Semua unit di bawah koordinasi Panitia Mutu RS. Baptis Batu.

BAB III
TATA LAKSANA

3.1.

IDENTIFIKASI RISIKO.
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko,

kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko termasuk
menjelaskan kejadian dan persitiwa yang mungking terjadi dan

dampak yang

ditimbulkannya.
Identifikasi

dilakukan

pada:Sumber

risiko,

area

risiko,peristiwa

dan

penyebabnya dan potensi akibatnya. Metode identifikasi risiko dilakukan dengan


proaktif melalui self asessment, incident reporting sistem dan clinical audit dan
dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non medis.

3.2.

URUTKAN PRIORITAS RISIKO DENGAN MENGUKUR TINGKAT


RISIKO.
Pengelolaan risiko diawali dengan menilai konsekuensi yang dapat diakibatkan

sebuah insiden dan kemungkinan terjadinya risiko setelah teridentifikasi. Kemudian


risiko dievaluasi lalu diberikan skor untuk menentukan bobot dan prioritas risiko yang
telah terjadi. Sesuai dengan bobotnya ditentukan tindakan yang akan diberlakukan
terhadap masing-masing risiko. Bila bobotnya ringan dan tidak prioritas tindakannya
dapat hanya mentoleransi saja dan menjadikannya catatan. Namun bila risiko yang
terjadi memiliki bobot besar dan mengganggu pencapaian tujuan RS, maka ditentukan
sebagai prioritas utama dan harus diatasi atau ditransfer, atau bahkan menghentikan
kegiatan yang meningkatkan terjadinya risiko.

Tujuan menentukan prioritas risiko adalah membantu proses pengambilan


keputusan berdasarkan hasil analisis risiko.

Menentukan prioritas risiko dengan menggunakan rumus:

TINGKAT RISIKO = PELUANG

(P) X

FREKUENSI PAJANAN

AKIBAT / DAMPAK (A)

KriteriaPeluang (P)
Kriteria
Peluang
Sangat Besar
Hampir pasti /Sangat mungkin akan
terjadi terjadi(50 50 kesempatan)
Besar
Mungkin
Substantial
Tidak biasa namun dapat terjadi;
Menengah
Kecil kemungkinannya untuk terjadi
Kecil
Sangat kecil kemungkinannya
Kriteria Frekuensi (F)
Kriteria
Frekuensi
Sangat Besar
Terus menerus (terjadi beberapa kali
dalam sehari)
Besar
Sering; terjadi harian / minimal sekali
dalam sehari
Substantial
Kadang-1kadang; terjadi seminggu sekali
Menengah
Tidak sering; terjadi sekali antara
seminggu sampai sebulan
Kecil
Jarang; beberapa kali dalam setahun

Nilai
5
4
3
2
1

Nilai
5
4
3
2
1

(F) X

KriteriaAkibat / Dampak (A)


SANGA
ASPEK
RINGAN (3)
T
>Rp10 Juta sd
SdRp10Juta
Keuangan
Rp

Keselamata
n
&Kesehatan

Operasional

Keluha
n
pelangg

Cidera tidak
serius/minor
misalnya: lecet,
luka kecil,
hanya perlu
penanganan
P3K.

Pelayanan
tidak
terhambat
Adanyakeluhan
yang
disampaikansecar
al isan

Menyebabkan
cidera/penyakit
yang
memerlukan
perawatan
medis lebih
dari 7 hari dan
dapat
disembuhkan

Pelayanan
terhambat
kurang dari 30
menit
Adanyakeluhante
rt ulissebanyak>
5 kasusdalam
sebulan

SEDANG (7 )
>Rp 50 Juta sd
Rp 100
Menyebabkan
cidera serius
seperti cacat atau
kehilangan
anggota tubuh
permanen,
menyebabkan
penyakit yang
memerlukan
perawatan medis
lebih dari 7 hari
dan dapat
disembuhkan
Pelayanan
terhambat lebih
dari 30 menit
Adanyakeluhantert
ul
isdantuntutanpasie
n< RP 10 juta

10

BERAT( 15)
>Rp 100 Juta sd
Rp 1
Menyebabkan
satu kematian,
memperberat atau
menambah
penyakit pada
pasien atau
karyawan,
menyebabkan
penyakit yang
bersifat kronis
atau permanen
(HIV, Hepatitis,
Keganasan, Tuli,
gangguan fungsi
Sebagian proses
berhenti dan
pelayanan
terhambat hingga
lebih dari 1 hari
Adanyakeluhantert
ul
isdantuntutanpasie
n Rp 10 juta sd

SANGA
T BERAT
Rp 100 Juta
sd Rp 1

Beberapa
kematian dan
menyebabka
n penyakit
yang bersifat
komunitas/en
de mik pada
karyawan
atau pasien

EXTRE
ME
>Rp 1
Milyar

Banya
k
Kemati
an

Berhenti total
Adanyakeluha
nt
ertulisdantunt
uta
npasien

Adanyakelu
ha
ntertulisdant
un

4.

Tentukan respon RS.

Respon RS ditentukan melalui asesmen risiko atau pengelolaan risiko, yang


meliputi

3:

Identifikasi potensial risiko dan hazard.

Menelusuri siapa dan apa yang dapat dirugikan serta bagaimana


caranya.

Evaluasi temuan risiko, analisa apakah pengelolaannya sudah cukup


atau perlu diubah untuk mencegah terjadinya insiden.

Catat temuan lalu buat rencana pengelolaanya.

Evaluasi pengelolaan secara menyeluruh dan perbaiki bila perlu.

Proses menganalisa risiko yangperlu dipertimbangkan adalah dampak dari risiko


tersebut bila benar terjadi. Risiko yang dampaknya besar harus segera ditindaklanjuti
dan mendapat perhatian dari pimpinan . Risiko yang dampaknya medium-rendah akan
dikelola oleh Panitia PMKP bersama Kepala Unit Kerja untuk membuat rencana tindak
lanjut dan pengawasan.
KriteriaSkorRisiko (R)
Skor
Lebih
da ri
200

Kriteria
Sangat tinggi
Tinggi

400
70 199

Substantial

20 69

Menengah;

<20

Rendah

Keterangan
Hentikan kegiatan dan perlu
perhatian manajemen puncak.
Perlu mendapat perhatian dari manjemen
puncak dan tindakan perbaikan segera di
lakukan.
Lakukan perbaikan secepatnya dan tidak
diperlukan keterlibatan pihak manajemen
puncak.
Tindakan perbaikan dapat dijadwalkan
kemudian
dan
penanganan
cukup
dilakukan dengan prosedur yang ada
Risiko dapat diterima

11

5. Kelola kasus risiko untuk meminimalkan kerugian (Risk Control).


Perlakukan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat
mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadi risiko.
Perlakuan yang dapat dipilih adalah;
Pengendalian = upaya-upaya untuk mengubah risiko yang merupakan
langkah-langkah antisipatif yang direncanakan dan dilakukan secara
rutin untuk mengurangi risiko.
Penanganan = langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi risiko
jika tindakan pengendalian belum memadai. Dapat juga bermakna
langkah-langkah yang telah direncanakan dan akan dilakukan apabila
risiko benar-benar terjadi.
Sementara menurut NHS (National Health System) pengelolaan risiko adalah:
1. Mengambil

kesempatan

dengan

kondisi

yang

ada

dengan

mempertimbangkan keuntungan lebih besar daripada kerugian


2. Mentolerasi risiko
3. Mentransfer risiko pada pihak ke 3 seperti asuransi
4. Menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko Opsi
Perlakuan Risiko
KLASIFIKASI
Menghindari risiko
Mengurangi risiko

JENIS PENGENDALIAN
Menghentikan kegiatan
Tidak melakukan
Membuat Kebijakan/SPO (pembuatan
dan pembaruan prosedur, standar
dan check-list;) Mengganti atau membeli alat
Mengembangkan sistem informasi pelatihan
penyegaran bagi personil, seminar, ,
pembahasan kasus
Melaksanakan prosedur (pengadaan,
perbaikan dan pemeliharaan bangunan dan

KLASIFIKASI

Mentransfer risiko

JENIS PENGENDALIAN
sesuai dengan persyaratan; pengadaan bahan
habis pakai sesuai dengan prosedur dan
persyaratan)
Asuransi
Alih dayakan pekerjaan

Menerima risiko
6. Membangun upaya pencegahan.
Dalam hal ini adalah monitoring dan reviu. Monitoring adalah pemantauan
rutin terhadap kinerja aktual proses manajemen risiko dibandingkan dengan
rencana atau harapan yang akan dihasilkan. Reviu adalah peninjauan atau
pengkajian berkala atas kondisi saat ini dan dengan fokus tertentu.
7. Kelola pembiayaan risiko (Risk Financing).
Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian atau penanganan yang
dilakukan.

BAB IV
PENUTUP

Harapan untuk masa yang akan datang adalah penerapan manajemen resiko
dalam institusi kesehatan adalah untuk meminimalisir resiko yang mungkin terjadi.
Dengan adanya tindakan yang bersifat antisipatif dari manajer resiko, bila terjadi
insiden maka sudah tersedia alternatif keputusan yang dilihat dari berbagai sisi
dilengkapi dengan pengetahuan akan konsekuensi dan dampak yang diakibatkannya.
Pada akhirnya tujuan manajemen resiko akan melindungi pasien, karyawan,
pengunjung dan pemangku kepentingan lainnya dalam ruang lingkup institusi pelayanan
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai