TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas
1. Mobilitas
a. Pengertian
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
Aktivitas dan mobilitas didefinisikan sebagai suatu aksi energetik atau
keadaan
bergerak.
Semua
manusia
yang
normal
memerlukan
kartilaginous/sinkondrodial,
memiliki
sedikit
10
11
Perubahan
laki-laki
pada
bentuk
biasanya
menghasilkan
12
a.
2. Imobilitas
Pengertian
Imobilisasi merupakan gangguan imobilisasi fisik. Sebagai suatu
keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
keterbatasan gerak fisik. Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat
mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring,
pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal
13
cairan
dan
elektrolit
dan
gangguan
14
volume
cairan,
pengumpulan
darah,
pada
ekstremitas bawah dan penurunan respons otonom. Faktorfaktor tersebut menyebabkan penurunan aliran balik vena,
diikuti oleh penurunan curah jantung yang terlihat pada
penurunan tekanan darah.
(2) Meningkatkan Beban Kerja Jantung
Peningkatan beban kerja jantung maka konsumsi oksigen
juga bertambah. Oleh karena itu jantung bekerja lebih keras
dan kurang efisien selama masa istirahat yang lama. Jika
imobilisasi meningkat maka curah jantung menurun,
penurunan efisiensi jantung yang lebih lanjut dan
peningkatan beban kerja.
(3) Pemebentukan Thrombus
Klien juga beresiko terjadi pembentukan trombus. Trombus
adalah
akumolasi
15
trombosit,
fibrin,
faktor-faktor
dinding
pembuluh
darah,
misalnya atherosklerosis
(b) Kelainan aliran darah misalnya, aliran darah vena yang
lambat akibat tirah baring dan imobilisasi
(c) Perubahan unsur-unsur darah misalnya, perubahan
dalam faktor pembekuan darah atau peningkatan
aktifitas trombosit.
d) Pengaruh Psikososial
Imobilisasi menyebabkan respons emosional, intelektual, sensori
dan sosiokultural. Perubahan status emosional biasa terjadi
bertahap. Bagaimana juga lansia lebih rentan terhadap
perubahan-perubahan
tersebut,
sehingga
perawat
harus
16
4)
5)
6)
7)
8)
17
18
19
20
21
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi
g. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara
teratur, fasilitas buang air besar dan kebiasaan buang air besar
h. Prosedur diagnostic
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostik biasanya dipuaskan
atau dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali
setelah makan
i. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan
konstipasi
j. Anastesi dan pembedahan
Anastesi umum dapat membloking inpuls parasimpati, sehingga
kadang-kadang dapat menyebabkan cleus usus. Kondisi ini dapat
berlangsung 24-28 jam.
k. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid
fraktur aspubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk buang
air besar
l. Kerusakan sensori dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensori untuk defekasi.
5. Masalah-masalah umum pada Eliminasi Bowel (buang air besar)
a. Konstipasi adalah gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses
yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh
pola defekasi yang tidak teratur penggunaan laktasi yang lama, stres
psikologis, obat-obatan, kurang aktifitas, usia
b. Fecal imfaktion adalah masa fase yang keras dilipatan rectum yang
diakibatkan
oleh
retensi
dan
akumulasi
material
feses
yang
22
yang kurang, kurang aktifitas, diet rendah serat dan kelemahan tonus
otot
c. Diare adalah keluarnya feses cairan dan meningkatkan frekuensi buang
air besar akibat cepatnya chyme melewati usus besar, sehingga usus
besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare
dapat menyebabkan karena stres fisik, obat-obatan, alergi, penyakit
kolon dari nutrisi intestinal
d. Inkonstinensia alvi adalah
hilangnya
kemampuan
otot
untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui spinter anus akibat
kerusakan funasi spinter atau persyaratan di daerah anus. Penyebabnya
karena penyakit-penyakit neuromuscular, trauma spinal cord, tumor
spinter anus eksterna
e. Kembung ada flatus yang berlebihan di daerah instestinal sehingga
menyebabkan distensi intestinal, dapat di sebabkan karena konstipasi,
penggunaan obat-obatan (barbiturate, penurunan ansietas, penurunan
aktivitas intestinal), mengonsumsi makanan yang banyak mengandung
gas dapat berefek anastesi
f. Hemoroid
Adalah pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan
tekanan di daerah tersebut. Penyebabnya adalah karena konstipasi
kronis, peregangan maksimum saat defekasi kehamilan daan obesitas.
C. Konsep Dasar Konstipasi
1. Definisi
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana
seseorang mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan
sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan
kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi sendiri sebenarnya
bukanlah suatu penyakit, tetapi lebih tepat disebut gejala yang dapat
23
menandai adanya suatu penyakit atau masalah dalam tubuh (Dipiro et al.
2008).
2. Etiologi
Konstipasi umumnya disebabkan karena rendahnya asupan serat atau
dari penggunaan obat-obatan seperti opiat yang dapat menginduksi
terjadinya konstipasi. Pada orang tua konstipasi yang sering terjadi dapat
disebabkan karena hasil dari diet yang tidak tepat (rendah serat dan
cairan), kekuatan otot pada dinding abdomen berkurang, serta karena
berkurangnya aktivitas fisik. Namun frekuensi buang air besar tidak
menurun dengan penuaan normal (Dipiro et al., 2008). Daftar penyebab
umum konstipasi pada kondisi penyakit tertentu ditampilkan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 1 Daftar Penyebab Umum Konstipasi
Kondisi
Gangguan GI
Gangguan
metabolisme
dan endokrin
24
Kehamilan
Penyebab
Neurogenik
Penyebab
psikogenik
Induksi Obat
3. Manifestasi Klinis
a. Pasien mengeluh tentang rasa tidak nyaman dan kembung pada perut,
kelelahan, sakit kepala, mual dan muntah, pergerakan usus yang
hilang, feses dengan ukuran kecil, perasaan penuh, kesulitan dan sakit
saat mengeluarkan feses (Dipiro et al. 2008)
b. Implikasi dari konstipasi dapat bervariasi mulai dari rasa tidak
nyaman sampai gejala kanker usus besar atau penyakit serius lainnya.
c. Konstipasi menunjukan gejala yang parah apabila ditandai dengan
gejala berlangsung lebih dari 3 minggu, terdapat darah dalam tinja,
penurunan berat badan, demam, anoreksia, mual dan muntah atau
setiap kali terjadi perubahan kebiasaan buang air besar yang biasa
terjadi secara signifikan.
25
4. Terapi Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup perlu dilakukan sebelum penggunaan laksatif
pada konstipasi. Konstipasi biasanya berhubungan dengan rendahnya
asupan serap, kurangnya cairan dan olahraga. Peningkatan konsumsi serat
seperti kacang-kacangan, biji-bijian, sereal, buah-buahan segar dan
sayuran seperti asparagus, kol dan wortel sebanyak 20-35 gram/hari dan
menghindari konsumsi makanan yang rendah serat seperti keju dan es
krim. Asupan cairan yang cukup juga penting (6-8 gelas perhari). Berjalan
atau latihan aerobik lain dapat membantu melatih otot di daerah
abdominal yang mendorong propulsi dalam usus. Selain itu, pasien
sebaiknya membiasakan untuk tidak menunda keinginan untuk buang air
besar.
D. Konsep Dasar Stroke
1. Definisi Stroke
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa
kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke
otak. Secara sederhana stroke akut didefinisikan sebagi penyakit otak
akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik)
atau perdarahan (stroke hemoragik)
Tahun 1998 stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan
penyebab kematian nomor dua di dunia dengan lebih dari 5,1 juta angka
kematian. Perbandingan angka kematian itu di negara berkembang dengan
Negara maju adalah lima banding satu. Juga tercatat lebih dari 15 juta
orang mendapat stroke nonfatal.
26
27
j) Hiperhomocysteinemia
k) Infeksi: virus dan bakteri.
l) Obat-obatan, misalnya obat kontrasepsi oral/ pill KB
m) Obesitas/kegemukan
n) Kurang aktifitas fisik
o) Hiperkolesterolemia
p) Stres fisik dan mental.
c. Faktor risiko general baru:
a) Defisiensi atau kurangnya hormon wanita (esterogen)
b) Plasma fibrinogen
c) Factor VII pembekuan darah
d) Tissue plasminogen activator (t-PA)
e) Plasminogen activator inhibitor type 1
f) Lipoprotein (a)
g) C-reactive protein (CRP), yang terjadi saat inflamasi/infeksi
h) Chlamydia pneumonia (infeksi)
i) Virus herpes/sitomegalovirus, helicobacter pylori.
j) Dan setiap infeksi yang meningkatkan heat shock protein (HSP)
yang merupakan pertanda adanya proses auto-immun
k) Genetic atau bawaan (ACE polymorphismis, hunan leucocyte
antigen/HLA-DR. class II genotype) sebagai genetic markers pada
aterosklerosis (Junaidi, 2010).
Faktor internal atau faktor yang tidak dapat dikontrol atau diubah,
seperti faktor keturunan, umur, jemis kelamin dan etnis/ras. Faktor internal
reaksi bagi setiap orang terhadap penyakit atau suatu kejadian responnya
berbeda-beda sesuai bawaannya. Ada yang menghadapi suatu kejadian
dengan emosi yang biasa-biasa saja tetapi ada pula yang bereaksi dengan
sangat marah atau geramnya sehingga melakukan tindakan yang tidak
terduga (Junaidi, 2010).
Faktor keturunan adalah suatu faktor yang cenderung akan dialami
sesorang bila dalam keluarganya mengalami penyakit tersebut. Misalnya
untuk penyakit hipertensi, bila kedua orang tuannya menderita hipertensi
maka anaknya kemungkinan menderita penyakit yang sama 45%. Apabila
29
30
alat.
Gangguan buang air besar, ngompol
Gangguan makan.
Ketidakmampuan berpindah posisi, misalnya dari tempat tidur ke kursi.
perlu bantuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari, misalnya
berpakaian, mandi, mencuci dan lain-lain.
Apabila masih memungkinkan dan penderita masih mampu untuk
c. Perubahan Kepribadian
Umumnya terjadi kejengkelan karena hanya berbaring ditempat tidur
sehingga dapat mengalami ketidaktenangan, halusinasi dan atau delusi.
Rangsangan yang berlebihan karena bising dan banyak pengunjung.
Orang yang baru mengalami stroke memiliki daya memperhatikan amat
singkat. Dapat juga ia menjadi galak dan umumnya sulit hidup bersama
mereka atau memperlihatkan sifat kekanak-kanankan.
32
d. Perubahan Emosi
Gangguan dapat berupa gampang tertawa atau menangis silih berganti
dengan sebab yang tidak jelas. Para kerabat atau keluarga tidak perlu
menanyakan ke pasien kenapa ia tertawa atau menangis, abaikan saja.
e. Epilepsy
Epilepsy atau kejang pascastroke dapat terjadi yang disebabkan
perubahan arus listrik otak akibat luka yang terserang stroke. Keadaan
ini terjadi terutama pada stroke perdarahan intraserebral (Junaidi, 2010).
6. Gejala Sisa yang dapat dialami Penderita Stroke
a. Penurunan kemampuan otak gerak dan tangan atau kelumpuhan otot
parsial.
b. Gangguan ingatan dan proses berpikir.
c. Gangguan bicara, bicaranya pelo, relo, tau cadel. Tidak mampu bicara
atau memahami bahasa lisa (afasia, disfasia), tidak mampu
mengeluarkan suara walaupun ia mengerti bahasa lisan (disastria).
Kesulitan memilih kata-kata yang tepat untuk diucapkan atau ditulis.
Kesulitan
memahami
tulisan,
mengeluarkan
kata-kata
tanpa
33
34
35
4) Pasang selimut
e. Mobilisasi dengan Memberikan Posisi Miring
Persiapan:
1) Berikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan di lakukan
tindakan mobilisasi ke posisi lateral.
2) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi
penyebaran kuman
3) Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak.
4) Siapkan peralatan yang di perlukan.
5) Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasi terlindungi.
Persiapan alat:
1) Satu bantal penopang lengan
2) Satu bantal penopang tungkai
3) Bantal penopang tubuh bagian belakang
Cara kerja:
1) Angkat/singkirkan rail pembatas tempat tidur pada sisi di mana
perawat akan melakukan mobilisasi
2) Pastikan posisi pasien pada bagian tengah tempat tidur, posisi
supinasi lebih mudah bila dilakukan mobilisasi lateral
3) Perawat mengambil posisi sebagai berikut:
4) Perawat mengambil posisi sedekat mungkin menghadap klien di
samping tempat tidur lurus pada bagian abdomen klien sesuai
arah posisi lateral (misalnya: mau memiringkan ke kanan, maka
perawat ada di samping kanan klien
5) Kepala tegak dagu ditarik ke belakang untuk mempertahankan
punggung pada posisi tegak.
6) Posisi pinggang tegak untuk melindungi sendi dan ligamen.
7) Lebarkan jarak kedua kaki untuk menjaga kestabilan saat menarik
tubuh klien
8) Lutut dan pinggul tertekuk/fleksi
9) Kemudian letakan tangan kanan lurus di samping tubuh klien
untuk mencegah klien terguling saat ditarik ke posisi lateral
(sebagai penyangga).
36
10) Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan
tungkai kiri menyilang diatas tungkai kanan dengan tujuan agar
memberikan kekuatan sat didorong.
11) Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi
bersiap untuk melakukan tarikan terhadap tubuh klien yakinkan
menggunakan otot terpanjang dan terkuat pada tungkai dengan
tujuan mencegah trauma dan menjaga kestabilan.
12) Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan
tangan kiri di letakan pada bahu klien.
13) Kemudian tarik tubuh klien ke arah perawat dengan cara:
a) Kuatkan otot tulang belakang dan geser berat badan perawat ke
bagian pantat dan kaki.
b) Tambahkan fleksi kaki dan pelfis perawat lebih direndahkan
lagi untuk menjaga keseimbangan dan ke takstabil
c) Yakinkan posisi klien tetap nyaman dan tetap dapat bernafas
lega
14) Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal
pada bagian yang penting sebagai berikut:
a) Tubuh klien berada di samping dan kedua lengan berada di
bagian depan tubuh dengan posisi fleksi, berat badan klien
tertumpu pada bagian skakula dan illeum.
b) Berikan bantal pada bagian kepala agar tidak terjadi abduksi
dan adduksi ada sendi leher.
c) Kemudian berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan
dan dada untuk mencegah keletihan otot dada dan terjadinya
lateral fleksi serta untuk mencegah/membatasi fungsi internal
rotasi dan abduksi pada bahu dan lengan atas.
d) Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila
diperlukan untuk memberikan posisi yang tepat.
37
15) Rapikan pakaian dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di
gunakan.
16) Dokumentasikan tindakan yang telah di kerjakan.
38