Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan kekuatan, berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan paper ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di
SMF Bedah Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dengan judul Hemoroid.
Penyusunan paper ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari
dr. Robert F Siregar, Sp.B. Oleh karena itu, dengan rasa hormat penulis menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing kami selama
proses pendidikan kami di SMF bedah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan paper ini masih terdapat
banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk memperbaiki kesalahan dan
juga untuk menambah ilmu pengetahuan agar paper yang dihasilkan berkualitas.
Harapan penulis semoga paper ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Medan,

Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................

i
ii

Bab I Pendahuluan.................................................................................................

Bab II Tinjauan Pustaka.........................................................................................


2.1. Definisi....................................................................................................
2.2. Anatomi...................................................................................................
2.3. Etiologi....................................................................................................

2
2
2
3

2.4. Epidemiologi...........................................................................................
2.5. Klasifikasi................................................................................................
2.6. Gejala dan Tanda.....................................................................................
2.7. Patofisiologi.............................................................................................
2.8. Diagnosis.................................................................................................
2.9. Diagnosis Banding..................................................................................
2.10. Penatalaksanaan.....................................................................................
2.11. Komplikasi............................................................................................
2.12. Prognosis...............................................................................................

3
4
6
7
11
12
12
19
20

Bab III Kesimpulan...............................................................................................

21

Daftar Pustaka.......................................................................................................

23

BAB I
PENDAHULUAN
Hemoroid atau Wasir merupakan vena varikosa pada kanalis ani dan dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu : Hemoroid Interna dan Eksterna. Hemoroid Interna merupakan
varises vena hemoroidalis superior dan media, sedangkan hemoroid eksterna merupakan
varises hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, hemoroid eksterna interna
timbul disebelah luar otot sfingter ani dan hemoroid interna timbul di sebelah atas (atau
disebelah proksimal) sfingter. 1
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35%
penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa,
namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman.1
Hemoroid internal merupakan bantuan vaskuler di dalam jaringan submukosa
pada rectum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu
kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid lebih kecil terdapat diantara
ketiga letak primer tersebut.2

Hemoroid eksternal merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid


inferior yang terdapat disebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan dibawah
epitel anus.2
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara
longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah
bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke V Hemoroidalis
Superior dan selanjutnya ke V Porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke
peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke V Iliaka.2
Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang
peranan kasual ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan,
dan obesitas. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hemoroid adalah bantalan jaringan submukosa yang mengandung venule,
arteriole, dan serabut otot yang berlokasi di canalis ani. Tiga bantalan hemoroid
dijumpai pada posisi kiri-lateral, kanan-arterior, dan kanan-posterior. 3
2.2. Anatomi
Hemoroid merupakan bantal jaringan vaskuler pada canalis ani. Jaringan
hemorod normal dan dijumpai pada saat lahir. Secara mikroskopis, jaringan ini
terdiri dari struktur pembuluh darah yang dindingnya tidak mengandung otot. Maka
dari itu, hemoroid bukanlah vena, yang memiliki dinding otot, melainkan sinusoid.
Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa perdarahan pada hemoroid berasal dari
arteri, bukan vena. Bila sinusoid terganggu, perdarahan terjadi dari arteriol
presinusoid. 4
Pada manusia, jaringan hemoroid ini berperan pada saat defekasi dengan cara
membentuk bantalan yang kenyal, yang nantinya akan membantali canalis ani dan
mencegah kerusakan mekanisme sfingter selama defekasi berlangsung. Jaringan ini
juga berperan sebagai lapisan yang dapat ditekan yang menyebabkan anus untuk
menutup sempurna. Tiga bantalan utama terdapat pada kiri-lateral, kanan-

anterolateral, dan kanan-posteolateral daripada canalis ani. Bagian superior dari


hemoroid dilapisi oleh mukosa anal, dan bagian inferior ditutupi oleh kulit. 4

Gambar 2.1. Anatomi Hemoroid 4


2.3. Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu
konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran
prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang disertai
hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis
superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu, sistem portal tidak
mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik. 1
2.4. Epidemiologi
Prevalensi hemoroid yang simtomatik di seluruh dunia adalah sebanyak 4,4%
pada populasi umum. Pasien yang menderita penyakit hemoroid cenderung berkulit
putih, memiliki status sosial-ekonomi yang tinggi, dan berasal dari daerah
pedalaman. Hemoroid eksternal lebih sering terjadi pada orang dewasa usia
pertengahan dibandingkan dengan orang dewasa yang berusia lanjut. Prevalensi
hemoroid meningkat seiring dengan meningkatnya umur, dimana umur puncak
berkisar antara 45 tahun hingga 65 tahun. 5
2.5. Klasifikasi
Ada 3 tipe hemoroid, yaitu :
a. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna berlokasi pada distal dari linea dentata dan dilapisi oleh
anoderm atau kulit. Jaringan yang melapisi ini diinervasi oleh saraf somatik dan
sensitif bila tersentuh, terhadap suhu, bila tertarik dan nyeri. Gejala-gejala dari
hemoroid eksternal biasanya merupakan akibat dari trombosis pleksus
hemoroid. Pelebaran jaringan yang cepat oleh karena pembekuan dan endema

menyebabkan nyeri. Pada pasien-pasien seperti ini, biasanya dijumpai massa


lunak yang bewarna biru.4
Massa lunak yang bewarna biru tersebut sebenarnya merupakan suatu
hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksternal akut.
Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang-kadang perlu membuang thrombus
dengan anestesi lokal, atau dapat diobati dengan kompres duduk panas dan
analgesic. Hemoroid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sekuele
dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan anus yang
terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah.1
b. Hemoroid Interna
Hemoroid interna terletak pada proksimal dari linea dentata dan dilapisi
oleh mukosa. Berdasarkan ukuran dan gejala klinis, hemoroid interna dibagi
lagi menjadi :
Derajat

Defenisi

Penonjolan pada lumen canalis

ani; tidak

II

keluar dari lumen


Keluar dari lumen saat defekasi, dapat masuk

III
IV

kembali secara spontan


Keluar dari lumen saat defekasi
Keluar dari lumen canalis ani secara permanen
Tabel 2.1. Pembagian Hemoroid Interna berdasarkan derajatnya
Gejala Hemoroid Interna yang paling sering adalah perdarahan tanpa
nyeri, karena tidak terdapat serabut nyeri pada daerah ini. 1

Gambar 2.2. Hemoroid derajat IV 4

c. Kombinasi antara Hemoroid Interna dan Eksterna


Hemoroid jenis ini mempunyai karakteristik keduanya. Hemoroidektomi
sering kali menjadi terapi pilihan pada hemoroid kombinasi yang besar dan
simtomatik. 2
Hemoroid jenis ini juga merupakan jenis hemoroid yang paling sering
dijumpai.1

Gambar 2.3. Posisi Hemoroid sebelah kiri menunjukkan hemoroid


eksterna dan interna yang terpisah, sedangkan yang disebelah kanan merupakan
kombinasi keduanya.
2.6. Gejala dan Tanda
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya
dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada
hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang
mengalami trombosis. 2
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna akibat trauma
oleh feses yang keras. Darah yang keluar bewarna merah segar dan tidak tercampur
dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada
perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun
berasal dari vena, darah yang keluar bewarna merah segar kaya akan zat asam.
Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap
merupakan darah arteri. 2

Kadang perdarahan yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat.


Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu
defekasi dan disusul oleh reduksin spontann sesudah selesai defekasi.
Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid intern ini didorong kembali setelah
defekasi agar masuk ke dalam anus. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk
yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat di dorong masuk lagi. Keluarnya
mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang
mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang
dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembapan yang terus menerus
dan rangsangan mucus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan
udem dan radang. 2
2.7. Patofisiologi
Sebagian besar gejala disebabkan oleh hemoroid internal yang besar. Pembesaran
abnormal bantalan anus menyebabkan dilatasi pleksus arteriovena. Ini akan
menyebabkan tertariknya otot yang menahan dan akhirnya menyebabkan prolapsnya
jaringan rektum melalui canalis ani. Mukosa anus yang longgar akan mudah trauma,
dan menyebabkan perdarahan rectal yang biasanya bewarna merah segar dikarenakan
tingginya kadar oksigen dalam darah anastomosis arterivenosa. Prolaps menyebabkan
munculnya cairan mucus (yang memicu pruritus) dan memberikan kecenderungan
terjadinya strangulasi. 5
Meskipun banyak pasien dan klinis yang percaya bahwa hemoroid disebabkan oleh
konstipasi kronis, duduk yang terlalu lama, mengejan yang terlalu kuat, tidak banyak
bukti untuk hubungan antara penyebab-penyebab ini. Berikut beberapa penyebab yang
mungkin. 5
a. Berkurangnya Aliran Balik Vena
Beberapa sumber setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan feses yang
keras, yang nantinya akan menyebabkan individu tersebut untuk mengejan
selama defekasi. Tekanan yang meningkat memicu kendurnya hemoroid, dan
kemungkinan mengganggu aliran balik vena. Kehamilan dan tingginya tekanan
otot sfingetr internal juga dapat menyebabkan masalah hemoroid, kiranya
dengan mekanisme yang sama, yang mana dipercayai mengurangi aliran balik
vena. Duduk terlalu lama di WC dipercayai menyebabkan masalah aliran balik

vena pada area perianal (efek torniquet), yang menyebabkan hemoroid


membesar. Penuaan menyebabkan pelemahan struktur yang menyokong dan
memudahkan terjadinya prolaps. Melemahnya struktur tersebut dapat terjadi
pada dekade ketiga kehidupan.5
b. Mengejan dan Konstipasi
Mengejan dan konstipasi sudah lama diperkirakan sebagai biang untuk
pembentukan hemoroid. Ini bisa jadi benar ataupun tidak benar. Pasien dengan
hemoroid mempunyai tonus canalis yang lebih tinggi dari normal saat sedang
beristirahat. Setelah prosedur hemorodektomi dilakukan, tonus canalis saat
istirahat lebih rendah dibandingkan sebelum dilakukannya prosedur tersebut.
Perubahan tonus ini merupakan mekanisme dilatasi Lord, yaitu sebuah prosedur
bedah untuk masalah anorektual yang sering dilakukan di Inggris. 5
c. Kehamilan
Kehamilan merupakan predisposisi yang jelas bagi wanita untuk
hemoroid, meskipun etiologinya tidak diketahui. Kebanyakan pasien kembali
ke kondisi asimptomatik setelah melahirkan. Hubungan antara kehamilan dan
hemoroid berhubungan dengan perubahan hormonal atau tekanan. 5
d. Hipertensi Portal dan Varises Anorektal
Hipertensi portal sering disebut-sebut mempunyai hubungan dengan
hemoroid. Gejala hemoroid tidak lebih sering terjadi pada pasien dengan
hipertensi portal dibandingkan pada pasien tanpa hipertensi portal, dan
perdarahan masif hemoroid tidak banyak pada pasien-pasien ini. Perdarahan
seringkali merupakan komplikasi dari koagulopati. 5
Varises anorektal sering dijumpai pada hipertensi portal. Varises terjadi
pada midrektum, tepatnya pada hubungan antara sistem portal dan vena rektal
medialis dan vena rektal inferior. Varises lebih sering terjadi pada pasien-pasien
yang nonsirotik. Pengobatan seringkali ditujukan pada hipertensi global yang
mendasari. Cara pengontrolan darurat untuk perdarahan dapat dilakukan dengan
cara ligasi jahitan. Portosystemic shunts dan transjugular intrahepatic
portosystemic shunts (TIPS) telah digunakan untuk mengontrol hipertensi dan
juga perdarahan.
e. Patofosiologi Hemoroid Internal
Hemoroid internal tidak dapat menyebabkan nyeri pada kulit, dikarenakan
berada diatas linea dentata dan tidak diinervasi oleh saraf kulit. Walaupun
begitu, dapat terjadi perdarahan, prolaps, dan sebagai akibat deposisi iritan pada

kulit perianal yang sensitif, timbullah rasa gatal dan iritasi pada perianal.
Hemoroid internal dapat memicu timbulnya nyeri perianal dengan cara prolaps
dan menyebabkan spasme sfingter disekitar hemoroid yang terlibat. Spasme ini
mengakibatkan ketidaknyamanan dan mengekspos hemoroid yang prolaps.
Ketidaknyamanan pada otot ini dapat diatasi dengan reduksi. 5
Hemoroid interna juga dapat menyebabkan nyeri yang akut apabila
teringkuk atau terjepit. Nyeri berhubungan dengan spasme kompleks sfingter.
Terjepit dengan jaringan yang nekrotik dapat menyebabkan ketidaknyamanan
yang lebih dalam. Ketika peristiwa ini terjadi, spasme sfingter seringkali
menyebabkan trombosis eksternal. Trombosis eksternal ini menyebabkan nyeri
akut pada kulit. Kumpulan gejala ini disebut krisis hemoroidal akut dan
biasanya membutuhkan penatalaksaan yang cepat.5
Hemoroid interna sering menyebabkan perdarahan yang tidak disertai
nyeri saat defekasi. Epitel yang melapisi rusak dikarenakan feses yang keras
dan vena yang berada disekitarnya juga ikut berdarah. Dengan spasmenya
kompleks dari sfingter yang meningkat tekanannya, vena hemoroidalis interna
dapat menyembur.5
Hemoroid internal dapat mengendapkan mukus pada jaringan perianal
yang prolaps. Mukus ini dengan kandungan feses mikroskopis dapat
menyababkan dermatitis terlokalisir, yang disebut pruritus ani. Hemoroid
hanyalah jembatan atau kendaraan untuk elemen-elemen ini sampai ke jaringan
perianal. 5
f. Patofisiologi Hemoroid Eksternal
Hemoroid eksternal dapat menimbulkan gejala dengan 2 cara. Yang
pertama, trombosis akut dari vena hemoroidalis eksternal dapat terjadi.
Trombosis akut biasanya berhubungan dengan peristiwa yang spesifik, seperti
penyalahgunaan tenaga fisik (mengangkat beban yang terlalu berat), mengejan
saat konstipasi, penyakit diare, atau berubahnya diet. Ini merupakan peristiwa
akut dan sangat nyeri.5
Nyeri timbul akibat menggembungnya kulit yang dipersarafi oleh
gumpalan dan endema disekitarnya. Nyeri berlangsung selama 7-14 hari dan
membaik dengan pecahnya trombosis. Dengan pecahnya trombosis, anoderm
yang tertarik mendesak kulit mendesak kulit yang lebih atau yang disebut
dengan skin tag. Trombosis eksternal sekali-sekali mengikis kulit yang
melapisinya dan menyebabkan perdarahan. Rekurens terjadi sekitar 40-50%

pada daerah yang sama (dikarenakan vena rusak yang melapisinya terus berada
disitu). Menghilangkan bekuan darah dan membiarkan vena lemah tersebut
tetap disitu, daripada mengeksisi vena yang membeku, akan memberikan
kecenderungan rekurens (kejadian ulang) pada pasien.5
Hemoroid eksternal dapat juga menimbulkan kesulita hygiene, dengan
adanya skin tag setelah trombosis akut. Vena hemoroidalis eksternal yang dapat
dijumpai dibawah kulit perianal tidak menyebabkan masalah higinitas, namun
skin tag pada daerah perianal dapat mengganggu saat sedang dibersihkan.5
2.8. Diagnosis
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang
membutuhkan tekanan intraabdominal tinggi (mengejan), juga sering pasien harus
duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri yang merupakan gejala radang. 7
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui inspeksi, pemeriksaan digital, dan
merupakan protoskopi atau anoskopi. Dokter perlu menyingkirkan kemungkinan
karsinoma apabila hemoroid dan perdarahan terjadi pada penderita usia pertengahan dan
usia lanjut.
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi, apabila bila telah terjadi
trombosis. Apabila hemoroid mengalami prolaps , lapisan epitel penutup bagian yang
menonjol keluar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita diminta
mengedan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak dapat diraba sebab
tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.2
Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak
menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran.
Hemoroid intern terlihar sebagia struktur vaskular yang menonjol kedalam lumen.
Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.2
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
Karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses
harus diperiksa terhadap adanya darah samar.2
2.9. Diagnosis Banding

Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid intern juga dapat
terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa, dan
penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum. Pemeriksaan
sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolom dan kolonoskopi perlu dipilih
secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita.2
Prolaps rektum harus juga dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid intern.
Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan dari
hemoroid yang mengalami prolaps. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat dari
trombosis hemoroid ekstern sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya lipatan kulit
sentinel pada garis tengah dorsal, yang disebut umbel kulit dapat menunjukkan adanya
fisura anus.2
2.10. Penatalaksanaan
Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan.
Hemoroid adalah normal dan oleh karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan
pleksus hemoroidal, tetapi untuk menghilangkan keluhan.2
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya
terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar,
namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan
secara berlebihan.2
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali
efek anestetik dan astringen.2
Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udah umumnya dapat
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres lokal
untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat
meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang mendasarinya,
misalnya penyakit Chorn, terapi medic harus diberikan apabila hemoroid menjadi
simptomatik.2
a. Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa didalam
jaringan areolar yang longgar dibawah hemoroid intern dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan disebelah atas dari garis

mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntukan


dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan
termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk ke dalam prostat, dan reaksi
hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikkan.2
Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan
merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid intern derajat I dan II.2
b. Ligasi dengan Gelang Karet
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani
dengan ligasi gelang karet menurut barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa
diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam tabung
ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat
di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia
terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis
dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi
hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan
dalam jarak waktu dua sampai empat minggu.2
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya
garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan
cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat disebabkan oleh
infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada waktu hemoroid mengalami nekrosis,
biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari.2

Gambar 2.4. Ligasi dengan gelang pada hemoroid interna. Mukosa yang letaknya
proksimal dari hemoroid interna diikat.2

c. Krioterapi
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang
rendah sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh
karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini lebih
cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang inoperabel.2
d. Fotokoagulasi Inframerah
Fotokoagulasi dengan inframerah merupakan tatalaksana yang efektif
untuk hemoroid derajat 1 dan 2 yang kecil. Instrumen diaplikasikan ke bagian
apeks tiap-tiap hemoroid untuk membekukan pleksus yang melapisinya.
Ketiga kuadran dapat diobati dalam kunjungan yang sama. Hemoroid yang
berukuran besar dan hemoroid yang disertai dengan prolaps tidak efektif apabila
ditatalaksana dengan teknik ini. 2

Gambar 2.5. Fotokoagulator inframerah menimbulkan luka termal kecil2


e. Eksisi Trombosis Hemoroid Eksternal
Hemoroid eksternal yang trombosis pada umumnya menyebabkan nyeri
hebat dan massa pernianal yang terpalasi selama 24 sampai 72 jam pertama
setelah terjadinya trombosis. Trombosis dapat ditatalaksana secara efektif
dengan eksisi ellips yang dilakukan dengan anestesi lokal.3

Gambar 2.6. Trombosis eksternal (A) Lokasi Insisi; (B) Jahitan untuk menutup luka4
f. Hemoroidektomi Operatif
Beberapa prosedur bedah telah diajukan sebagai reseksi elektif pada
hemoroid simptomatik. Semuanya tergantung pada aliran darah yang berkurang
ke pleksus hemoroidalis dan eksisi anoderm dan mukosa yang lebih.3
- Hemoroidektomi Submukosa Tertutup
Hemoroidtektomi metode parks atau ferguson melibatkan reseksi
daripada jaringan hemoroid dan penutupan luka dengan benang jahit
yang dapat menyerap. Prosedur ini dapat dilakukan pada posisi
telungkup ataupun litotomi dibawah anestesi lokal, regional, ataupun
umum. Canalis ini diinspeksi
Bantalan hemoroid

dan spektulum anus dimasukkan.

dan mukosa yang berlebih diidentifikasi dan

dieksisi menggunakan insisi anorektal. Penting untuk mengidentifikasi


serabut sfingter internal untuk menghindari terjadinya trauma pada
sfingter. Bagian apeks dari pleksus hemoroidalis kemudian diligasi
dan hemoroid dieksisi. Luka kemudian ditutup dengan jahitan yang
dapat menyerap ke kulit. Ketiga bantalan hemoroid dapat dicopot
dengan teknik ini.3

Gambar 2.7. Teknik hemoroidektomi submukosa tertutup. A.Pasien berada


pada posisi terlungkup. B.Anoskop Fansler digunakan untuk
mengidentifikasi. C.Eksisi berbentuk elips pada anoderm dilakukan. D.
Diseksi submukosa pleksus hemoroidalis dari sfingter ani yang
melapisinya dilakukan. E. Mukosa yang berlebih diarahkan ke proksimal

dari canalis ani, dan luka ditutup dengan jahitan yang dapat terserap.
F. Kuadran tambahan dieksisi untuk menyelesaikan prosedur3
-

Hemoroidektomi Terbuka
Teknik ini sering disebut Hemoroidektomi Milligan dan Morgan
mengikuti prinsip yang sama dari eksisi yang telah dijelaskan diatas,
tapi luka dibiarkan tetap terbuka dan pulih secara sekunder.3

Gambar 2.8. Hemoroidektomi Terbuka (Milligan-Morgan)4


-

Hemoroidektomi Whitehead
Hemoroidektomi tipe ini menggunakan metode eksisi yang
melingkar pada bantalan hemoroid, tepatnya proksimal dari linea
dentata. Setelah dieksisi, mukosa rektum kemudian dinaikkan dan
dijahit ke linea dentata. Pendekatan ini sudah mulai ditinggalkan
dikarenakan menyebabkan resiko terjadinya ektropion (deformitas
Whitehead).3

Gambar 2.9. Hemoroidektomi Whitehead 4


g. Terapi
Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan larutan
hangat, salep yang mengandung analgesic untuk mengurangi nyeri atau gesekan
pada waktu berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat tidur dapat membantu
mempercepat berkurangnya pembengkakan.2
2.11. Komplikasi
Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula perianal, dan
inkaserasi. Untuk hemoroid eksterna, pengobatannya selalu operatif, tergantung
keadaan, dapat dilakukan eksisi atau insisi trombus serta pengeluaran trombus.7

2.12. Prognosis
Sebagian besar penderita hemoroid tidak perlu menjalani pembedahan.
Pengobatan medis adalah Kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, tirah
baring, pelunak feses untuk mencegah konstipasi, diet tinggi serat, dan penggunaan
supositoria. Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolaps, atau
terjadi pruritus dan nyeri anus yang tidak dapat diatasi.1

BAB III
KESIMPULAN
Hemoroid adalah bantalan jaringan submukosa yang mengandung venule
arteiole, dan serabut otot yang berlokasi di canalis ani. Tiga bantalan hemoroid dijumpai
pada posisi kiri-lateral, kanan-arterior, dan kanan-posterior.
Hemoroid merupakan bantal jaringan veskuler pada canalis ani. Jaringan
hemorod normal dan dijumpai pada saat lahir. Secara mikroskopis, jaringan ini terdiri
dari struktur pembuluh darah yang dindingnya tidak mengandung otot. Maka dari itu,
hemoroid bukanlah vena, yang memiliki dinding otot, melainkan sinusoid.
Hemoroid dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : Hemoroid Interna dan Hemoroid
Eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media,

sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises hemoroidalis inferior. Sesuai istilah


yang digunakan, hemoroid eksterna interna timbul disebelah luar otot sfinger ani, dan
hemoroid interna timbul disebelah atas (atau disebelah proksimal) sfingter.
Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering mengejan,
kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum.
Penyakit hari kronis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid,
karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal.
Gejala dan tanda hemoroid dapat berupa perdarahan dengan warna darah merah
segar, nyeri saat buang air besar. Diagnosis hemoroid ditegakkan dari anamnesis
(riwayat mengejan, konstipasi, diet rendah serat, dan sebagainya), pemeriksaan fisik
(inspeksi), pemeriksaan penunjang (anoskop, protosigmoidoskopi).
Sebagian besar penderita hemoroid tidak perlu menjalani pembedahan.
Pengobatan medis adalah kompress duduk atau bentuk pemanasan basah lain, tirah
baring, pelunak feses untuk mencegah konstipasi, diet tinggi serat, dan penggunaan
supositoria. Eksisi bedah dapat dilakaukan bila perdarahan menetap, terjadi prolaps,
atau terjadi pruritus dan nyeri anus yang tidak dapat diatasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit Volume
I. Edisi 6.2006. Jakarta : EGC. Hal : 467-8
2. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. 2005. Jakarta : EGC,
Hal : 672-5
3. Brunicardi FC. Scwartzs Principles of Surgery. Tenth Edition. 2015. United States :
McGraw-Hill. Page : 1222-5.
4. Beck DE. Handbook of Colorectal Surgery. Second Edition 2003. Florida : CRC
Press. Page : 325-42.
5. Thornton
SC.
Hemorrhoids.

Nov

03

2014.

http://emedicine.medscape.com/article/775407-Overview#showall

Medscape,

6. Lawrence PF. Essentials of General Surgery. Fifth Edition. 2013. Philadelphia :


Wolters Kluwer | Lippincott Williams & Wilkins. Page : 320-1.
7. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, Kapita Selekta Kedokteran,
Jilid 2. Edisi 3. 2009. Jakarta : Media Aesculapius. Hal : 321-4.

Anda mungkin juga menyukai