Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan kekuatan, berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan paper ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di
SMF Bedah Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dengan judul Hemoroid.
Penyusunan paper ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari
dr. Robert F Siregar, Sp.B. Oleh karena itu, dengan rasa hormat penulis menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing kami selama
proses pendidikan kami di SMF bedah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan paper ini masih terdapat
banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk memperbaiki kesalahan dan
juga untuk menambah ilmu pengetahuan agar paper yang dihasilkan berkualitas.
Harapan penulis semoga paper ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Medan,
Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................
i
ii
Bab I Pendahuluan.................................................................................................
2
2
2
3
2.4. Epidemiologi...........................................................................................
2.5. Klasifikasi................................................................................................
2.6. Gejala dan Tanda.....................................................................................
2.7. Patofisiologi.............................................................................................
2.8. Diagnosis.................................................................................................
2.9. Diagnosis Banding..................................................................................
2.10. Penatalaksanaan.....................................................................................
2.11. Komplikasi............................................................................................
2.12. Prognosis...............................................................................................
3
4
6
7
11
12
12
19
20
21
Daftar Pustaka.......................................................................................................
23
BAB I
PENDAHULUAN
Hemoroid atau Wasir merupakan vena varikosa pada kanalis ani dan dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu : Hemoroid Interna dan Eksterna. Hemoroid Interna merupakan
varises vena hemoroidalis superior dan media, sedangkan hemoroid eksterna merupakan
varises hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, hemoroid eksterna interna
timbul disebelah luar otot sfingter ani dan hemoroid interna timbul di sebelah atas (atau
disebelah proksimal) sfingter. 1
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35%
penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa,
namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman.1
Hemoroid internal merupakan bantuan vaskuler di dalam jaringan submukosa
pada rectum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu
kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid lebih kecil terdapat diantara
ketiga letak primer tersebut.2
Defenisi
ani; tidak
II
III
IV
kulit perianal yang sensitif, timbullah rasa gatal dan iritasi pada perianal.
Hemoroid internal dapat memicu timbulnya nyeri perianal dengan cara prolaps
dan menyebabkan spasme sfingter disekitar hemoroid yang terlibat. Spasme ini
mengakibatkan ketidaknyamanan dan mengekspos hemoroid yang prolaps.
Ketidaknyamanan pada otot ini dapat diatasi dengan reduksi. 5
Hemoroid interna juga dapat menyebabkan nyeri yang akut apabila
teringkuk atau terjepit. Nyeri berhubungan dengan spasme kompleks sfingter.
Terjepit dengan jaringan yang nekrotik dapat menyebabkan ketidaknyamanan
yang lebih dalam. Ketika peristiwa ini terjadi, spasme sfingter seringkali
menyebabkan trombosis eksternal. Trombosis eksternal ini menyebabkan nyeri
akut pada kulit. Kumpulan gejala ini disebut krisis hemoroidal akut dan
biasanya membutuhkan penatalaksaan yang cepat.5
Hemoroid interna sering menyebabkan perdarahan yang tidak disertai
nyeri saat defekasi. Epitel yang melapisi rusak dikarenakan feses yang keras
dan vena yang berada disekitarnya juga ikut berdarah. Dengan spasmenya
kompleks dari sfingter yang meningkat tekanannya, vena hemoroidalis interna
dapat menyembur.5
Hemoroid internal dapat mengendapkan mukus pada jaringan perianal
yang prolaps. Mukus ini dengan kandungan feses mikroskopis dapat
menyababkan dermatitis terlokalisir, yang disebut pruritus ani. Hemoroid
hanyalah jembatan atau kendaraan untuk elemen-elemen ini sampai ke jaringan
perianal. 5
f. Patofisiologi Hemoroid Eksternal
Hemoroid eksternal dapat menimbulkan gejala dengan 2 cara. Yang
pertama, trombosis akut dari vena hemoroidalis eksternal dapat terjadi.
Trombosis akut biasanya berhubungan dengan peristiwa yang spesifik, seperti
penyalahgunaan tenaga fisik (mengangkat beban yang terlalu berat), mengejan
saat konstipasi, penyakit diare, atau berubahnya diet. Ini merupakan peristiwa
akut dan sangat nyeri.5
Nyeri timbul akibat menggembungnya kulit yang dipersarafi oleh
gumpalan dan endema disekitarnya. Nyeri berlangsung selama 7-14 hari dan
membaik dengan pecahnya trombosis. Dengan pecahnya trombosis, anoderm
yang tertarik mendesak kulit mendesak kulit yang lebih atau yang disebut
dengan skin tag. Trombosis eksternal sekali-sekali mengikis kulit yang
melapisinya dan menyebabkan perdarahan. Rekurens terjadi sekitar 40-50%
pada daerah yang sama (dikarenakan vena rusak yang melapisinya terus berada
disitu). Menghilangkan bekuan darah dan membiarkan vena lemah tersebut
tetap disitu, daripada mengeksisi vena yang membeku, akan memberikan
kecenderungan rekurens (kejadian ulang) pada pasien.5
Hemoroid eksternal dapat juga menimbulkan kesulita hygiene, dengan
adanya skin tag setelah trombosis akut. Vena hemoroidalis eksternal yang dapat
dijumpai dibawah kulit perianal tidak menyebabkan masalah higinitas, namun
skin tag pada daerah perianal dapat mengganggu saat sedang dibersihkan.5
2.8. Diagnosis
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang
membutuhkan tekanan intraabdominal tinggi (mengejan), juga sering pasien harus
duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri yang merupakan gejala radang. 7
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui inspeksi, pemeriksaan digital, dan
merupakan protoskopi atau anoskopi. Dokter perlu menyingkirkan kemungkinan
karsinoma apabila hemoroid dan perdarahan terjadi pada penderita usia pertengahan dan
usia lanjut.
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi, apabila bila telah terjadi
trombosis. Apabila hemoroid mengalami prolaps , lapisan epitel penutup bagian yang
menonjol keluar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita diminta
mengedan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak dapat diraba sebab
tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.2
Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak
menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran.
Hemoroid intern terlihar sebagia struktur vaskular yang menonjol kedalam lumen.
Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.2
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
Karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses
harus diperiksa terhadap adanya darah samar.2
2.9. Diagnosis Banding
Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid intern juga dapat
terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa, dan
penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum. Pemeriksaan
sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolom dan kolonoskopi perlu dipilih
secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita.2
Prolaps rektum harus juga dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid intern.
Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan dari
hemoroid yang mengalami prolaps. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat dari
trombosis hemoroid ekstern sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya lipatan kulit
sentinel pada garis tengah dorsal, yang disebut umbel kulit dapat menunjukkan adanya
fisura anus.2
2.10. Penatalaksanaan
Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan.
Hemoroid adalah normal dan oleh karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan
pleksus hemoroidal, tetapi untuk menghilangkan keluhan.2
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya
terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar,
namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan
secara berlebihan.2
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali
efek anestetik dan astringen.2
Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udah umumnya dapat
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres lokal
untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat
meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang mendasarinya,
misalnya penyakit Chorn, terapi medic harus diberikan apabila hemoroid menjadi
simptomatik.2
a. Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa didalam
jaringan areolar yang longgar dibawah hemoroid intern dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan disebelah atas dari garis
Gambar 2.4. Ligasi dengan gelang pada hemoroid interna. Mukosa yang letaknya
proksimal dari hemoroid interna diikat.2
c. Krioterapi
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang
rendah sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh
karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini lebih
cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang inoperabel.2
d. Fotokoagulasi Inframerah
Fotokoagulasi dengan inframerah merupakan tatalaksana yang efektif
untuk hemoroid derajat 1 dan 2 yang kecil. Instrumen diaplikasikan ke bagian
apeks tiap-tiap hemoroid untuk membekukan pleksus yang melapisinya.
Ketiga kuadran dapat diobati dalam kunjungan yang sama. Hemoroid yang
berukuran besar dan hemoroid yang disertai dengan prolaps tidak efektif apabila
ditatalaksana dengan teknik ini. 2
Gambar 2.6. Trombosis eksternal (A) Lokasi Insisi; (B) Jahitan untuk menutup luka4
f. Hemoroidektomi Operatif
Beberapa prosedur bedah telah diajukan sebagai reseksi elektif pada
hemoroid simptomatik. Semuanya tergantung pada aliran darah yang berkurang
ke pleksus hemoroidalis dan eksisi anoderm dan mukosa yang lebih.3
- Hemoroidektomi Submukosa Tertutup
Hemoroidtektomi metode parks atau ferguson melibatkan reseksi
daripada jaringan hemoroid dan penutupan luka dengan benang jahit
yang dapat menyerap. Prosedur ini dapat dilakukan pada posisi
telungkup ataupun litotomi dibawah anestesi lokal, regional, ataupun
umum. Canalis ini diinspeksi
Bantalan hemoroid
dari canalis ani, dan luka ditutup dengan jahitan yang dapat terserap.
F. Kuadran tambahan dieksisi untuk menyelesaikan prosedur3
-
Hemoroidektomi Terbuka
Teknik ini sering disebut Hemoroidektomi Milligan dan Morgan
mengikuti prinsip yang sama dari eksisi yang telah dijelaskan diatas,
tapi luka dibiarkan tetap terbuka dan pulih secara sekunder.3
Hemoroidektomi Whitehead
Hemoroidektomi tipe ini menggunakan metode eksisi yang
melingkar pada bantalan hemoroid, tepatnya proksimal dari linea
dentata. Setelah dieksisi, mukosa rektum kemudian dinaikkan dan
dijahit ke linea dentata. Pendekatan ini sudah mulai ditinggalkan
dikarenakan menyebabkan resiko terjadinya ektropion (deformitas
Whitehead).3
2.12. Prognosis
Sebagian besar penderita hemoroid tidak perlu menjalani pembedahan.
Pengobatan medis adalah Kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, tirah
baring, pelunak feses untuk mencegah konstipasi, diet tinggi serat, dan penggunaan
supositoria. Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolaps, atau
terjadi pruritus dan nyeri anus yang tidak dapat diatasi.1
BAB III
KESIMPULAN
Hemoroid adalah bantalan jaringan submukosa yang mengandung venule
arteiole, dan serabut otot yang berlokasi di canalis ani. Tiga bantalan hemoroid dijumpai
pada posisi kiri-lateral, kanan-arterior, dan kanan-posterior.
Hemoroid merupakan bantal jaringan veskuler pada canalis ani. Jaringan
hemorod normal dan dijumpai pada saat lahir. Secara mikroskopis, jaringan ini terdiri
dari struktur pembuluh darah yang dindingnya tidak mengandung otot. Maka dari itu,
hemoroid bukanlah vena, yang memiliki dinding otot, melainkan sinusoid.
Hemoroid dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : Hemoroid Interna dan Hemoroid
Eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media,
DAFTAR PUSTAKA
1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit Volume
I. Edisi 6.2006. Jakarta : EGC. Hal : 467-8
2. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. 2005. Jakarta : EGC,
Hal : 672-5
3. Brunicardi FC. Scwartzs Principles of Surgery. Tenth Edition. 2015. United States :
McGraw-Hill. Page : 1222-5.
4. Beck DE. Handbook of Colorectal Surgery. Second Edition 2003. Florida : CRC
Press. Page : 325-42.
5. Thornton
SC.
Hemorrhoids.
Nov
03
2014.
http://emedicine.medscape.com/article/775407-Overview#showall
Medscape,