Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

Trauma okuli
Rezhi Putri Novia Sari 1010070100048
FK UNBRAH
Siska Wulandari
7111081480
FK UISU
Rifni Amalia
7111081708
FK UISU
Ratu Laura Rahmatika 111001243
FK UISU
Pembimbing:

dr. Syaiful Bahri, Sp.M

Anatomi dan histologi


kornea

Definisi
Trauma tajam mata adalah tindakan
sengaja
maupun
tidak
yang
menimbulkan perlukaan
mata,
dimana mata ditembus oleh benda
tajam atau benda berukuran kecil
dengan
kecepatan
tinggi
yang
menembus kornea atau sklera.

Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat


bekerja, bermain dan berolahraga. Luas cedera
ditentukan oleh ukuran benda yang mempenetrasi,
kecepatan saat impaksi, dan komposisi benda tersebut,
benda tajam seperti pisau akan menyebabkan laserasi
berbatas tegas pada bola mata.7
Luas cedera yang disebabkan oleh benda asing yang
terbang ditentukan oleh energi kinetiknya. Contohnya
pada peluru pistol angin yang besar dan memiliki
kecepatan yang tidak terlalu besar memiliki energi
kinetik yang tinggi dan menyebabkan kerusakan mata
yang cukup parah.

Trauma mata dapat terjadi secara mekanik dan non mekanik


Mekanik, meliputi :
Trauma oleh benda tumpul, misalnya :

Terkena
Terkena
Terkena
Terkena

tonjokan tangan
lemparan batu
lemparan bola
jepretan ketapel, dan lain-lain

Trauma oleh benda tajam, misalnya:


Terkena pecahan kaca
Terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu
Terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin tenun.

Trauma oleh benda asing, misalnya:


Kelilipan pasir, tanah, abu gosok dan lain-lain

Non Mekanik, meliputi :


Trauma oleh bahan kimia:
Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras
Coustic soda, kaporit, jodium tincture, baygon
Bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, miyak putih

Trauma termik (hipermetik)


Terkena percikan api
Terkena air panas

Trauma Radiasi
Sinar ultra violet
Sinar infra merah
Sinar ionisasi dan sinar X

Manifestasi klinis

Tajam penglihatan menurun


Tekanan bola mata menurun
Bilik mata dangkal
Bentuk dan letak pupil berubah
Terlihatnya ada rutur pada kornea
Konjungtiva kemosis

Trauma tembus pada Kornea

Bila luka tembus mengenai kornea dapat menyebabkan gangguan fungsi


penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma
tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus
ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus. Abrasi dan benda asing di
kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata
dan palpebra di gerakkan, defek epitel dapat kornea dapat menimbulkan
sensasi serupa.
Tes fluorensia akan mewarnai membran basal epitel yang defek dan dapat
memperjelas kebocoran aquos akibatluka tembus (uji seidel positif).
Lakukan pemberian antibiotik lokal dan sistemik. Benda asing di kornea
diangkat, setelah diberi anastesi, mengeluarkan benda asing
menggunakan sebuah alat pengorek atau jarum berukuran kecil untuk
mengeluarkan benda asing sewaktu pemeriksaan slitlamp. Setelah benda
berhasil dikeluarkan mata harus diberikan salap antibiotik dan ditutup.
Luka harus diperiksa setiap hari untuk mencari tanda-tanda infeksi sampai
luka sembuh sempurna.
Bila ada perforasi : bila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus yang
berdekatan, kemudian ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flap
konjungtiva). Bila luka di kornea luas, maka luka itu harus dijahit. Kemudian
ditutup dengan flap konjingtiva. Jika luka di kornea itu disertai prolaps iris,
iris yang keluar harus dipotong dan sisanya di repossisi, robekan di kornea
dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva. Kalau luka telah berlangsung
beberapa jam, sebaiknya bilik mata depan dibilas terlebih dahulu dengan
larutan penisilin 10.000 U/cc, sebelum kornea dijahit. Sesudah selesai

Diagnosis

Anamnesa, informasi yang diperoleh dapat berupa mekanisme


dan onset terjadinya trauma, bahan/benda penyebab trauma dan
pekerjaan untuk mengetahui penyebabnya. Anamnesis harus
mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera
sesudah cedera. Harus dicurigai adanya benda asing intraokuler
apabila terdapat kegiatan memahat, mengasah atau adanya
ledakan.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan
ketajaman penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah,
maka periksa proyeksi cahaya, dan adanya defek pupil aferan.
Periksa motilitas mata dan sensasi kulit periorbita, dan lakukan
palpasi untuk mencari defek ada bagian tepi tulang orbita.
Pemeriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat
kedalam cedera di segmen anterior bola mata. Tes fluoresein
dapat digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera
kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan
untuk mnegetahui tekanan bola mata. Fuduskopi yang di
dilatasikan dengan oftalmoskop indirek penting untuk dilakukan
untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler. Bila benda
asing yang masuk cukup dalam, dapat dilakukan tes seidel untuk
mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. T
Pemeriksaan Ct-scan dan USG B-scan digunakan untuk

PENATALAKSANAAN TRAUMA TEMBUS


Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit:
Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.
Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan
bola mata.
Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.
Sebaiknya pasien di puasakan untuk mengantisipasi tindakan
operasi.

Penatalaksanaan di rumah sakit:


Pemberian antibiotik spektrum luas.
Pemberian obat sedasi,antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi.
Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.
Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler
(bila mata intak).
Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis
cedera.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi setelah terjadinya trauma
tembus adalah endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina,
perdarahan intraokular dan oftalmia simpatika.
Endoftalmitis dapat terjadi dalam beberapa jam hingga
dalam
beberapa
minggu
tergantung
pada
jenis
mikroorganisme yang terlibat. Endoftalmitis dapat berlanjut
menjadi panoftalmitis.
Oftalmia simpatika adalah inflamasi yang terjadi pada mata
yang tidak cedera dalam jangka waktu 5 hari sampai 60
tahun dan biasanya 90% terjadi dalam 1 tahun. Diduga
akibat respon autoimun akibat terekposnya uvea karena
cedera, keadaan ini menimbulkan nyeri, penurunan
ketajaman penglihatan mendadak, dan fotofobia yang
dapat membaik dengan enukleasi mata yang cedera.

PROGNOSIS
Prognosis berhubungan dengan sejumlah faktor seperti visus
awal, tipe dan luasnya luka, adanya atau tidak adanya ablasio
retina, atau benda asing.
Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar
laserasi atau ruptur, prognosis semakin buruk.
Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang menyebabkan
laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan retina
yang tidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang baik
dibandingkan laserasi kecil yang melibatkan bagian posteror.
Trauma tembus akibat benda asing yg bersifat inert pun
mempunyai prognosis yang baik. Trauma tembus akibat benda
asing yang sifatnya reaktif magnetik lebih mudah dikeluarkan
dan prognosisnya lebih baik. Pada luka penetrasi, 50-75% mata
akan mencapai visus akhir 5/200 atau lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai