Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang.
Bergesernya predikat swasembada beras akhir-akhir ini yang ditandai dengan impor
beras dalam jumlah yang cukup besar, menunjukkan adanya penurunan produksi
beras di Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi memerlukan dukungan
pangan yang memadai. Disisi lain kebutuhan papan dan perkembangan di sector
industri

juga memerlukan lahan yang cukup luas. Beralihnya fungsi lahan

pertanian untuk keperluan lain,


sehingga perlu adanya

berpengaruh terhadap hasil produksi pertanian,

perluasan lahan untuk mengimbanginya. Ekstesifikasi areal

persawahan dalam upaya peningkatan produksi beras guna memenuhi kebutuhan


pangan tidak terbatas pada lahan kering saja, tetapi juga menyangkut lahan basah
yang berupa daerah rawa.
kondisi irigasi pada saat ini belum adanya jaringan irigasi, daerah tersebut
merupakan pertanian tadah hujan, untuk bercocok tanam diambil dari air hujan dan
hasil pertanian kurang maksimal. Dengan demikian perlu adanya penanganan
khusus tentang pengadaan/penyediaan air irigasi dengan jalan diadakan pembuatan
Dam dan Jaringan irigasi.
.

2.1

Maksud, Tujuan dan Sasaran


Kegiatan dari pekerjaan ini dilakukan dalam rangka menyiapkan dokumen teknis
pelaksanaan kegiatan secara detail dan rinci untuk pembangunan fisik mulai dari
Dam Irigasi,Jaringan irigasi dan Bangunan air.

1. Maksud.
Maksud dari adanya pekerjaan ini adalah tersedianya dokumen teknis (gambar
detail, anggara biaya, bill of quantity dan rencana kerja & syarat-syarat) untuk
pembangunan Dam irigasi, jarimgam irigasi beserta bangunan air.

2. Tujuan.
Tujuan dari pekerjaan ini adalah sebagai pedoman dan acuan design (dokumen
detail engineering design) sebelum melaksanakan pekerjaan fisik pembangunan

Dam irigasi, Jaringan irigasi beserta bangunan air. Sehingga memudahkan dalam
pelaksanaan pembangunan fisiknya dan mengetahui besar biaya yang disediakan
serta memberikan masukan agar perencanaan pekerjaan dapat berjalan lebih baik
dan lancar serta memberikan rekomendasi penyelesain kendala/kendala yang
mungkin terjadi dalam pelaksanaan fisik.
3. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai adalah perlu dilaksanakan pekerjaan pembangunan
waduk/Dam gunanya adalah penampung air, serta membuat jaringan irigasi untuk
memudahkan aliran air dapat menuju ke daerah pertanian.
Untuk pelaksanaan pekerjaan perlu disiapkan design jaringan irigasi yang
memadai, agar pekerjaan pelaksanaan akan sesuai dengan kegiatan eksploitasi
dan pemeliharaan yang nantinya dapat ditingkatkan lebih efisian dan efektif.Selain
itu dengan adanya pembangunan fisik tersebut nantinyai juga diharapkan bisa
meningkatkan produksi pertanian khususnya beras.

3.1

Ruang Lingkup Pekerjaan


Ruang lingkup pekerjaan jaringan irigasi adalah :

1.

Survey dan pengukuran daerah irigasi

2.

Perencanaan Dam Irigasi

3.

Perencanaan Jaringan irigasi yang tediri :


Jaringan Irigasi ( saluran terbuka)
Jaringan Perpipaan (saluran tertutup)

4.

Bangunan Bagi

5.

Tersedianya dokumen perencanaan, yang meliputi :


Lay out Jaringan Irigasi
Gambar Dam, Jaringan irigasi terbuka, Jaringan Irigasi Perpipaan (pipa
HDPE) dan Bangunan bagi.

6.

Rencana, BOQ & RAB, serta Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).

7.

Pelaporan
Laporan Pendahuluan
Laporan Akhir
BAB II

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Kabupaten Malinau dengan luas wilayah 39.799,90 Km2 secara astronomis terletak
pada koordinat 114o3522 116o5055 Bujur Timur, 1o2136 - 4o1055 Lintang Utara.
Keadaan topografi wilayah yang ada di Kabupaten Malinau merupakan wilayah yang

mempunyai bentuk relif, kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan laut dengan
kemiringan rata-rata 0-50%. Kabupaten Malinau terdiri dari 12 Kecamatan dengan 108
desa, dan jumlah penduduk berdasarkan registrasi penduduk tahun 2010 sebanyak
70.717 jiwa, serta tingkat kepadatan sebesar 1,78 jiwa/Km 2 seperti yang dapat dilihat pada
Secara geografis Kabupaten Malinau memiliki batasbatas wilayah administrasi sebagai
berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Nunukan

Sebelah Timur : Kabupaten Tana Tidung dan Bulungan

Sebelah Selatan: Kabupaten Kutai Barat

Sebelah Barat

: Negara Malaysia Timur Serawak

Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan


Kabupaten Malinau Tahun 2010
No

Kecamatan

Luas Wilayah
(Km2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kayan Hulu
Kayan Selatan
Sungai Boh
Kayan Hilir
Pujungan
Bahau Hulu
Malinau Kota
Malinau Selatan
Malinau Barat
Malinau Utara
Mentarang
Mentarang Hulu
Jumlah

463,71
3.733,84
3.420,97
11.898,15
6.595,75
3.052,36
123,09
3.733,84
746,95
768,78
3.063,36
2.692,83
39.799,90

Jumlah Penduduk
(jiwa)
3.360
2.265
2.362
1.533
1.934
1.574
21.774
8.434
9.626
10.793
5.992
1.070
70.717

Tingkat
Kepadatan
(jiwa/Km2)
7,26
0,66
0,41
0,20
0,29
0,52
177,02
2,26
12,90
14,05
1,96
0,40
1,78

Sumber: Kabupaten Malinau Dalam Angka, 2010

Kodisi daerah studi pada umumnyai lahan pertanian tofografinya relative rata,
bergelombang dan dikeliling oleh bukit; Petani sendiri mengambil air untuk irigasi dari air
hujan dan belum adanya jaringan irigasi.
Masyarat petani mayoritas sebagian besar melaksanakan pola tanam padi sekali dalam
satu tahun pada musim hujan. Untuk musim kemarau sawah dibiarkan bero dan ada
sebagian ditanami palawija. Daerah ini merupakan sawah tadah hujan, belum ada pola
tanam maupun jadwal tanam yang jelas.
tentunya masyarakat cara bercocok tanam dilakukan seadanya sesuai dengan kondisi
yang ada, dengan cara bercocok tanam tersebut hasil produksi pertanian tidak semaksimal
mungkin.
Perlu diketahui bahwa air irigasi merupakan salah satu faktor yang dominan bagi
pertumbuhan tanaman dan pemerintah Kabupaten Malinau memberikan perhatian yang

sangat besar untuk melanjutkan pengembangan jaringan irigasi, disamping jaringan irigasi
baru, guna meningkatkan produksi pangan khususnya pengadaan beras.
Rencana pembangunan jaringan irigasi antara lain : Jaringan irigasi Sentaban, Long Bila
dan Setulang, Untuk meningkatkan penghasilan para petani yang ditunjang dengan sarana
dan prasarana irigasi, dengan demikian penghasilan di sector pertanian diharapkan terus
meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang relatif cepat. Usaha
meningkatkan produksi pangan sebagian tertumpu pada pembangunan irigasi, eksploitasi
dan pemeliharaan jaringan irigasi, hal ini akan menyangkut kegiatan pengelola air yang
baik, Untuk mencapai kondisi pembagian yang baik, perlu keaktifan dari semua pihak yang
terlibat didalamnya.
Pada tingkat usaha tani dapat mengembangkan kreatifitas sesuai dengan tujuan program
pemerintah yang berasaskan kekeluargaan, dimana pada prisipnya air dikelola petani, dari
petani, dan dibagikan kepada petani.

BAB III
METHODE DAN KRITERIA PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

2.1

U m u m.
Secara umum analisa hidrologi adalah merupakan salah satu dari bermacam-macam
pengolahan data guna untuk menunjang perencanaan Jaringan irigasi beserta
bangunan pelengkapnya. Didalam studi penentukan kapasitas waduk ini analisa
hidrologi digunakan untuk mengetahui besarnya debit andalan yang ada di daerah
waduk , dimana debit andalan ini yang nantinya akan dipakai sebagai daerah untuk
menentukan kebutuhan air irigasi antara lain Jaringan irigasi Sentaban, Long Bila
dan Setulang.

2.2

Klimatologi.
Untuk kondisi hidrologi pada daerah sangat tergantung pada keadaan topografi,
geologi dan iklim.

Mengenai iklim sangat tergantung pada temperatur, penguapan, kelembaban,


kecepatan angin dan penyinaran matahari. Maka dari Itu untuk menganalisa kondisi
hidrlogi pada suatu daerah sangat penting mengetahui karakteristik dari iklim suatu
daerah tersebut.
Dengan demikian maka data klimatologi dari iklim suatu daerah dalam perhitungan
kebutuhan air irigasi.
Data hidrologi untuk daerah irigasi Sentaban, Long Bila dan irigasi Setulang ini
diperoleh dari stasiun klimatologi Tarakan.
Periode pengamatan hanya tersedia selama 4 (empat) tahun yaitu dimulai dari tahun
2010 sampai tahun 2014.
2.2.1 Suhu Udara
Yang dimaksud dengan suhu udara atau temperature adalah suhu udara yang
diukur dengan thermometer, besarnya evavorasi dan evapotranpirasi
tergantung pada suhu udara demikian pula kelembaban tanah.
2.2.2 Kecepatan
evaporasi.

Angin.Kecepatan
Semakin

besar

angin

sangat

kecepatan

mempengaruhi
angin,

semakin

besarnya
besar

evavotranspirasinya. Kecepatan angin beasanya diukur dengan Anometer


Robinson.
2.2.3

Kelembahan Relatif.
Kelembaban relative adalah merupakan perbandingan antara massa uap
dalam satu satua volume itu pada suhu yang sama.
Kelembaban relative ini sangat mempengaruhi besarnya evaporasi karena
semakin tinggi kelembaban udara semakin kecil evaporasInya.

2.3 Perhitungan Kebutuhan Air Pengambilan (DR).


2.3.1 Keseimbangan dan Kebutuhan Air
Untuk memenuhi air bagi tanaman pada suatu petak terutama tanaman padi,
diperlukan tercapainya kesembibangan air sesuai dengan rumus sebagai
berikut :
I + R + Lg = S + E + P + Os
dimana :
I

debit air yang masuk ke petak

curah hujan

Lg =

air yang masuk dari rembesan

air di dalam tanah dan untuk kejenuhan

evapotranpirasi

E
P
R

Lg

Gambar. 2.1 Keseimbangan Air

2.3.2

Kebutuhan Air untuk Pengolaan dan Pembibitan.


Pada prinsipnya pengolahan lahan adalah mengolah tanah yang bertujuan
untuk mendapatkan struktur tanah yang baik dengan imbangan antara udara,
air dan partikel tanah yang memadai untuk pertumbuhan tanaman. Untuk itu
diperlukan sejumlah air bagi pengolahan tanah umumnya dilakukan antara 20
30 hari sebelum tanam. Sebelum pekerjaan pengolahan tanah dimulai maka
sawah diberi air secukupnya untuk melunakkan tanah.

2.3.3

Evapotranspirasi.
Yang dimaksud dengan evaporasi dalah peristiwa berubahnya air menjadi uap
yang bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara.
Sedangkan transpirasi adalah peristiwa penguapan dari tanaman. Evaporasi
dan transpirasi dari permukaan tanah terjadi secara bersama-sama disebut
evapotranspirasi.
Dalam studi memperkirakan besarnya evapotranspirasi digunakan rumus
Penman yang disederhanakan guna perhitungan di daerah Indonesia sebagai
berikut :
ETo = c. ET*
ET* = w.(0,75 . Rs - Rn1) + ( 1 - w) . F(u) . (ea ed)

Dimana :
ETo

= Evapotranspirasi potensial yang merupakan evaporasi yang terjadi


di dalam keadaan kebutuhan air tercukupi.

ET*

= Evapotranpirasi yang telah dipengaruhi oleh nilai koreksi dari


Penman.

= factor yang berhubungan dengan suhu (t) dan elevasi daerah.


Untuk daerah Indonesia dengan elevasi antara 0 -500 m, hubungan
antara t dan w disajikan pada lampiran 3.

Rs

= radiasi gelombang pendek dalam satuan evaporasi (mm hari-1)

Rs

= (0,25 + 0,54 n/N) . Ra

Ra

= radiasi gemlobag yang memenuhi batas luar atmosfir (angka


angot), dipengaruhi letak lintang daerah (lampiran 6)

Rn1

= radiasi bersih gelombang panjang (mm hari-1)

Rn1

= f(t) . f(ed) . (f(n/N))

f(t)

= fungsi suhu =

Ta4

= konstanta
Ta

= suhu (oK)

F(ed)

= 0,34 0,044. (ed)

f(n/N)

= fungsi kecerahan
= 0,1 + 0,9 n/N

= jumlah sebenarnya dalam I1 hari bersinar terang (jam)

= jumlah jam yang dimungkinkan dalam 1 hari matahari bersinar (jam)

f(u)

= fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2 meter dalam satuan m


det-1

f(u)

= 0,27 + (2 +0,864 u)

(ea-cd) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan sebenarnya


Cd = ea . Rh
Rh = kelembaban udara relative (%)
ea

= tekanan uap jenuh (mbar)

ed

= tekanan uap sebenarnta (mbar)

= angka koreksi penman dipengaruhi oleh perbedaan kondisi


cuaca siang dan malam. Harga c tertera pada Lampiran 15

2.3.4 Perkolasi
Faktor yang mempengaruhi perkolasi atau peresapan air ke dalam tanah
antara lain :
1. Tekstur tanah

Tanah dengan tekstur halus mempunyai angka perkolasi yang kecil


sedangkan tanah dengan tekstur besar mempunyai angka perkolasi yang
besar.
2. Permeabilitas tanah
3. Tebal lapisan tanah
Semakin tipis lapisan tanah bagian atas, makin kecil angka perkolasi
4. Letak permukaan tanah
Semakin tinggi letak permukaan air makin kecil angka perkolasi.

Tabel 2.1 Besarnya Angka Perkolasi

Macam Tanah

Perkolasi (mm, hari-1)

Tanah Beroasir (Sandy loam)

-6

Tanah Berlanau (Loam)

-3

Tanah Berlempung (Clay loam)

-2

2.3.5 Pola Tata Tanam


Kondisi Daerah Irigasi Setulang, Sentaban dan Long Bila,

mayoritas

sebagian besar melaksanakan pola tanam padi sekali dalam satu tahun pada
musim hujan. Untuk musim kemarau sawah dibiarkan bero dan ada sebagian
ditanami palawija. Daerah ini merupakan sawah tadah hujan, belum ada pola
tanam maupun jadwal tanam yang jelas.
Pada umumnya jadwal pola tata tanam tergantung pada keadaan tanah,
distribusi curah hujan dan kesediaan air irigasi. Maka jadwal tanam ditentukan
bersama-sama dengan factor cuaca yang dipakai untuk merencanakan waktu
dan jumlah pemeberian air irigasi.
2.3.6

Koefisien Kebutuhan Tanaman (KC)


Koefisien kebutuhan tanaman diambil dari table yangberdasarkan jenis
tanaman dan persentasi pertumbuhan tanaman, harga koefisien tanaman
diambil dari KP.01, Tabel Koefisien Tanaman sebagai berikut :

Tabel. 2. 1 Koefisien Tanaman Padi.

Bulan ke

Koefisien Kebutuhan Tanaman (K)


Padi I
Padi II

1,10

1,10

II

1,10

1,10

III

1,05

1,05

IV

1,05

1,05

0,95

0,95

VI

0,00

0,00

Tabel. 2. 1 Koefisien Tanaman Palawija.

Bulan ke

Koefisien Kebutuhan Tanaman (K)


Palawija I
Palawija II

0,50

0,50

II

0,75

0,75

III

1,00

1,00

IV

1,00

1,00

0,82

0,82

VI

0,45

0,45

VII

0,00

0,00

2.3.7 Penggunaan Konsumtif (ETC)


Penggunaan Konsumtif air oleh tanaman diestimasi berdasarkan metode
Empiris. Dengan rumus sebagai berikut :
Etc = Kc . ETo
Dimana :
Etc

= Evapatrans pirasi tanaman (mm/hari)

Eto

= Evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)

Kc

= Koefisien tanaman.

2.3.8 Curah Hujan Efektif


Curah hujan efektif merupakan bagian dari keseluruhan curah hujan yang
secara efektif untuk kebutuhan air yang digunakan oleh tanaman.
Untuk menganalisa curah hujan efektif, harus ada data curah hujan yang
berasal dari beberapa stasiun penakar hujan yang terdapat disekitar daerah
tersebut.
Curah hujan efektif dihitung dengan cara menyusun data hujan tahunan
berdasarkan urutan kecil ke besar dan di hitung dengan metode Basic year
(R.80), artinya bahwa curah hujan yang dipakai untuk perencanaan
selanjutnya adalah curah hujan pada tahun dasar (tahun yang bersangkutan).
Tahun dasar ditentukan dengan perkiraan 805 tahun kering rata-rata.
Hujan efektif ditentukan dari hujan harian dengan periode pengamatan tahun
2003 sampai dengan tahun 2014 dengan rumus :
R (80)

= n/5+1

Dimana :
R (80)

= data yang terdapat pada urutan kecil ke besar.

= banyaknya pengamatan ( n = 12 tahun ).

2.3.9 Saluran Irigasi


Bentuk penampang saluran yang direncanakan adalah trapesium, sering
dijumpai dipalangan baik sebagai saluran pembawa maupun saluran
pembuang. Hal ini cukup beralasan karena bentuk saluran ini mempunyai

kelebihan, baik ditinjau dari bentuk hirolis maupun dari segi pelaksanaan
pembuatannya. Dari segi hidrolis, saluran yang berbentuk trapezium dengan
radius hidrolis ( R ) yang relative kecil mampu mengalirkan debit yang relative
besar. Hal ini berarti jika R diperbesar maka kemampuan untuk mengalirkan
debit juga bertambah besar jika dibandingkan dengan bentuk penampang
segitiga maupun segi empat.
Saluran Yang ada direncanakan berdasarkan pada saluran stabil (stable
channel), sehingga persyaratan yang harus dipenuhi adalah tidak terjadi
gerusan (non erisive). Maka perhitungan berdasarkan atas kecepatan
maksimum yang iijinkan, untuk itu perlu ditetapkan besaran-besaran yang
berhubungan dengan hal tersebut sehingga fungsi dari pengaliran pada
saluran diharapkan dapat dicapai sebaik mungkin.
Untuk mendimensi saluran dipakat kriteria sebagai berikut :
a)

Saluran berbentuk trapezium.

b)

Perbandingan antara lebar, tinggi, kecepatan air dan kemiringan talud


tergantung pada debit rencana.

c)

Perhitungan hidrolis memakai rumus :


Q = Ax V
dimana :
Q = debit rencana (M3/det)
A = luas penampang
V = kecepatan aliran (m/det)

d) Kecepatan aliran memakai rumus Manning


V = K x R2/3 x S1/2
dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
K = koefisien kekasaran Manning
R = jari-jari hidrolis (m)

S = kemiringan saluran
e) Dimensi
b

= lebar dasar saluran (m)

= tinggi air (m)

1:m

= kemiringan talud

= luas penampang basah (m2)


= (b + mh) x h
= keliling basah (m2)

= b + 2H ( 1 + m2)0,5

1
m

Gambar : Penampang saluran berbentuk trapesium

BAB III
METHODE DAN KRITERIA DEBIT RENCANA BANJIR

Prosedur metode perhitungan antara lain :


1. Distribusi Curah Hujan.
- Pola pembagian Hujan.
Pola pembagian hujan terpusat dianggap 5 jam perhari. Di Indonesia berkisar antara
4 7 jam. Pembagian curah hujan tiap jamnya dihitung dengan methode Rational
Method dengan rumus sebagai berikut :
a. Rata-rata hujan sampai jam ke T.
Rt = Ro (5/t)2/3
dimana :
Rt

= intensitas huja selama t jam (mm/jam)

= lamanya hujan

Ro

= hujan harian rata-rata (mm) = R24/5

R24 = hujan harian efektif (mm/jam)


b. Curah hujan pada jam ke t
Rt = t x Rt (t 1) x R (t -1)
dimana :
RT

= curah hujan pada jam ke t (mm)

Rt

= intensitas hujan selama t jam

= lamanya hujan

R (t -1) = intensitas hujan selama (t -1 ) jam

2. Unit Hidrograph.
Untuk menghitung kemungkinan banjir yang terjadi dilakukan dengan methode
Nakayasu Yaitu :
Q max = 1/3,6 x A * Ro/0,3 Tp + T 0,30
dimana :
Q max = Debit terbesar (m3/det)
A

= Luas daerah pengaliran (km2)

R0

= Curah hujan efiktif (mm)

Tp

= Waktu menaik (jam)

T0,3

= Waktu menurun dari pucak ke 0,3 Qmax (jam)

Gambar .

0,8 tr

Tg

Q Max
KURVE
NAIK

DEBIT (m3/det)

KURVE MENURUN

TP

T0,30

1,5 T 0.30

WAKTU (Jam)

a.

Methode analisa Debit Banjir Rencana Waduk Setulang.Para meter dalam unit
hydrograph
- Luas Daerah Pengaliran
- Panjang Alur / sungai

b.

- Tg

= 0,21 x L0,7

- Tr

= 0,50 x Tg

- T0,3

= 0,47 X (A X l)0,25

- Tp

= (0,8 x Tr) + Tg

Unit hydrograph
1. Keadaan Kurve Naik
0 < t < Tp
Q

= (t/Tp)2,4 x Qmax

Keadaan Kurve Menurun


Tp < t < (tp T0,3)
Q

= 0,30 (Tp T0,3)/T0,3 x Qmax

(Tp + T0,3) < t < (Tp - T0,3 + 1,5T0,30)


Q

= 0,30 (t - (Tp 0,50To,3)/1,50 T0,3 x Qmax

t > (Tp + T0,3 + 1,5T0,30)


Q

= 0,3 (t-(Tp-1,5T0,3)/2T0,30 x Qmax

BAB IV
METHODE DAN KRITERIA PERENCANAAN WADUK/DAM IRIGASI

4.1

Perhitungan Kehilangan Air di Waduk/Dam Setulang


Kehilangan air di waduk dapat disebabkan oleh pergerakan air di aduk menuju air
tanah. Kehilangan air karena resapan yang terjadi di dalam waduk ini dianggap sama
dengan perkolasi disawah yaitu sebesar :
a. Perhitungan kehilangan air karena resapan.
Kehilangan air karena resapan di dalam waduk disini dianggap sama dengan
perkolasi di sawah yaitu 2 mm/hari ( P ). luas permukaan waduk ( A )
Qp = P x A
b. Perhitungan kehilangan air karena evaporasi.
- Berdasarkan hasil perhitungan diatas tabel rata-rata Evaporasi mm/hari
- Angka koreksi Penman C = 1,10
Total Evaporasi = C x E x A

4.2

Kapasitas Pengaliran Spillway.


Debit yang melimpah lewat spillway dihitung dengan rumus :
Q = C x L x H3/2
L = L 2 (N x Kp + Ka)H
Dimana :
Q

= debit yang melimpah lewat spillway (m3/det)

= koefisien Limpahan diambil = 2

= lebar efektif pelimpah (m)

= lebar pelimpah sesungguhnya m

= jumlah pilardiatas mercu pelimpah

Kp = koefisien kontrakti pilar


Ka = koefisien kontraksi pada dinding samping
H

4.3

= tinggi air diatas mercu pelimpah

Analisa Penelusuran Banjir (Flood Routing)


Penelusuran Banjir adalah merupakan perramalan hydrograph disuatu aliran atau
bagian sungai yang dudasarkan atas pengamatan hydrograph dititik lain.
Penelusuran banjir pada waduk setulang untuk pengairan melalui spillway dengan
menggunakan prinsip dasar persamaan kontinuitas sebagai berikut :
Q = I ds/dt
dimana :
Q

= out flow

= in flow

= tampungan

= waktu

Dengan nengintegrasi persamaan diperoleh :


t2

t2
T dt -

t1

s2
O dt

t1

ds
s1

t2
I(t) - O(t)
t1

t2
= (S)
t1

s2
s1

I (t2 t1 ) O (t2 t1) = S2 S1


I x t O x t = S2 S1

Dimana I dan O merupakan harga rata- rata dari inflow dan uot plow dalam interval
waktu tersebut, sehingga persamaan menjadi :
((I1 + I2)/2) x t ((O1 O2)/2 x

t = S2 - S 1

((I1 + I2)/2) x ((O1)/2 O2)/2 x

t = S2/ t - S1/ t

((I1 + I2)/2) + S1/ t O1/2 = S2/ t + O2/2


Jika :
Y = (S1/ t) - (O1/2)
O = (S1/ t) + (O1/2
Maka persamaan dapat ditulis sebagai berikut :
O = Y + (I1 + I2)/2
Dimana :
I1
I

= aliran masuk pada permulaan t


= aliran masuk pada akhir t

O1 = aliran keluar pada permulaan t


O2 = aliran keluar pada akhir t
S1 = tampungan waduk pada permulaan waktu t
S2 = tampungan waduk pada akhir waktu t
T

= 1 jam = 3600 detik

4.4 Methode analisa Stabilitas kontruksi Spillway


Garis Gaya :
MV

X=
V

MH

Y=
H

Kontrol Eksentrisitas :
ms =

(H x Y) - V (X B/2

Daya Dukung Tanah


t maks =
W

V / A ms/W

> 1,50 .. aman

= 1/6 x B2 x L

Kontrol Stabilitas Terhadap Guling


MV/

> 1,50 .. aman

Kontrol Stabilitas Terhadap Geser


V/H

BAB
A.

UMUM

> 1,50 ..aman

IV _ RENCANA KERJA

Secara garis besar rencana pelaksanaan pekerjaan di bagi dalam 3 (tiga) tahap,
dimana pada setiap bagian akhir pekerjaan dilakukan diskusi dengan pihak pemberi
tugas. Tahapan pekerjaan dimaksud adalah :
- Laporan Pendahuluan

- Laporan Akhir
B.

PERSIAPAN SURVEY LAPANGAN


Kegiatan yang tercakup dalam pra survey lapangan adalah pekerjaan-pekerjaan
persiapan, mobilisasi tenaga dan peralatan survey, pengumpulan data sekunder,
penyusunan laporan pendahuluan dan diskusi laporan pendahuluan.
1.

Persiapan dan Mobilisasi Tenaga Ahli


Kegiatan ini dilakukan setelah dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (KONTRAK),
yaitu meliputi :
a)

Mobilisasi tenaga ahli, asisten tenaga ahli, surveyor dan peralatan


kantor.

b)

Menyusun rencana kerja lapangan.

c)

Menentukan jumlah tenaga lokal untuk survey lapangan.

d)

Menyiapkan alat-alat tulis untuk survey.

2.

Pengumpulan Data Sekunder


Mencakup kegiatan sebagai berikut :

3.

a)

Mencari data dan informasi kondisi lokasi

b)

Mencari literature mengenai aspek perencanaan bangunan.


Penyusunan Laporan Pendahuluan
Penyusunan laporan pendahuluan dimaksudkan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan survey lapangan dan analisa data baik secara kualitas maupun
kuantitas, yaitu mencakup kegiatan-kegiatan :
1)

Pemahaman kondisi lokasi proyek dari hasil review studi.

2)

Menetapkan

metoda

pendekatan

pekerjaan

dan

pendekatan

pelaksanaannya.
3)

Menentukan data-data yang akan diperoleh.

4)

Menentukan prosedur memperoleh data.

5)

Menentukan waktu dan jumlah tenaga serta peralatan yang akan


digunakan.

6)

C.

Prosedur analisa data.

SURVEI LAPANGAN

Pada pekerjaan Perencanaan Irigasi Setulang, Sentaban dan Long bila Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Malinau survey lapangan yang dilakukan tidak sebatas
pada lokasi pekerjaan
Survey lapangan untuk mengetahui kondisi riil di lapangan (ukuran lahan, bentuk
lahan, kondisi tanah).
D. EVALUASI DAN ANALISA DATA
Setelah terkumpulnya data, baik primer maupun sekunder, maka tahap berikutnya
adalah melakukan analisa dan evaluasi data dengan tujuan memberikan hasil
berupa beberapa rekomendasi dalam mendesain Jaringan Irigasi. Analisa dan
evaluasi data meliputi data-data sekunder dan data lapangan yang terdiri dari :
1. Analisa Kebijakan Peraturan Daerah mengenai Irigasi
Analisa ini mengacu pada beberapa literatur mengenai Peraturan Daerah (Perda)
karena keberadaan Jaringan tidak lepas dari upaya pemerintah daerah setempat
untuk mengatur tata lingkungannya.
Peraturan struktur Jarinagn irigasi lebih ditujukan pada beberapa irigasi yang
belum memiliki Jaringan tetap. Karena akan bertujuan untuk menyesuaikan
pemanfaatan lahan (daerah peruntukan) struktur Jaringan. Terlebih lagi akan
sangat berpengaruh pada pusat aktivitas masyarakat yang berpengaruh pula
pada perkembangan peruntukan lahan.
2. Analisa Kaidah Perencanaan Jaringan Irigasi
Analisa ini merupakan analisa yang lazim dilakukan oleh seorang Ahli Sipil Irigasi
dalam mendesain suatu Jaringan Irigasi. Karena analisa ini merupakan analisa
dasar dalam menentukan Jalur Jaringan yang akan membentuk Jaringan
keseluruhan. Selain itu, alasan yang paling utama adalah untuk memberikan
kemafaatan yang maksimal bagi penggunanya.

a) Analisa aktivitas pengguna; tujuannya dapat program Layout Jaringan Irigasi.


b) Analisa kaidah Jaringan Irigasi; tujuannya dapat Panjang dan luasan yang
akan di aliri.
3. Analisa aplikasi material
Analisa ini merupakan salah satu analisa yang penting karena berhubungan
dengan semua item analisa. Hal ini karena material akan berhubungan dengan
aktivitas pengguna, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu juga
berhubungan dengan pihak Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Malinau karena
berhubungan dengan analisa financial yang akan dibutuhkan pada tahap
konstruksi pembangunan Jaringan Irigasi.
E.

PRA DESAIN
1.

Respon dari Aspek Perencanaan Irigasi.


Respon ini merupakan kajian ulang terhadap beberapa hasil rekomendasi yang
dihasilkan dari tahap analisa dan evaluasi data. Kajian ini dilakukan untuk

mempelajari hasil rekomendasi yang lebih tepat untuk melakukan Pra Desain
Irigasi.
2.

Penyusunan Alternatif Pradesain


Setelah mendapatkan

hasil

dari

respon

kajian

terhadap

beberapa

hasil

rekomendasi dari analisa dan evaluasi data, maka dapat dilakukan tahap
pengerjaan desain Jaringan Irigasi. Pada tahap pra desain ini diharapkan dapat
menciptakan beberapa alternatif desain yang sesuai dengan hasil respon
rekomendasi di atas. Sedangkan tujuan didesain beberapa alternatif desain
adalah untuk memberikan gambaran kepada pemberi tugas bahwa terdapat
beberapa desain yang dapat diterapkan pada Irigasi Setulang Setaban dan Long
Bila.
F.

DETAIL DESAIN
1. Hasil Akhir
a) Gambar Detail Desain Standar

b) Spesifikasi Teknis, dan RKS


Spesifikasi teknis yang dimaksud disini adalah spesifikasi material bangunan
yang diaplikasikan dan Rencana Pelaksanaan Teknis Kegiatan.
c) Rencana Anggaran Biaya (RAB)

BAB
A.

V _ ORGANISASI DAN PENUGASAN

STRUKTUR ORGANISASI TIM KONSULTAN


CV. ADHI HUTAMA dalam menjalankan tugas sebagai Konsultan Perencana pada
Perencanaan Irigasi Setulang Setaban dan Long Bila ini mengusulkan
sebuah organisasi yang mampu menjalankan fungsi dan tugas Perencanaan secara
efektif, sebagaimana digambarkan pada Struktur Organisasi Konsultan Perencana
berikut ini :
Organisasi dan manajemen perencanaan diperlukan guna :
1.

Membakukan keputusan di dalam asistensi dan koordinasi dengan tim teknis.

2.

Melengkapi estimasi biaya, analisa nilai pengulasan dari tender, koordinasi


kendali mutu antara pernecanaan dan desain dikaitkan dengan administrasi
kontrak.

3.
B.

Melengkapi koordinasi kendali mutu dan supervisi pada aktivitas desain.


JADWAL DAN TAHAPAN PEKERJAAN

Jadwal dan tahapan pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Irigasi Setulang


Setaban dan Long Bila seperti terlihat pada Tabel 5.3.

Tahapan kegiatan

disesuaikan dengan prioritas serta tanggung jawab dari masing-masing Tenaga Ahli.

PEMBERI TUGAS
DINAS PEKERJAAN UMUM

TEAM LEADER
CitraPuspita sari. A, ST

ADMINISTRASI
Dwi Isnaningsih.SE
AHLI PENGAIRAN

AHLI ESTIMATOR

Supaekan Siswanto, ST

R. Yunita Amala Rahman

AHLI SIPIL

Muhammad Erik. A, ST

ASISTEN AHLI IRIGASI

ASISTEN AHLI SIPIL

Agus Suprato, ST

Sunarno Widodo, ST

SURVEYOR
Widya Jalu Latri, ST

CAD OPERATOR
Sugiayanto, ST

ASISTEN SURVEYOR
Dwi Susilo

CAD OPERATOR
Ahmad Hafid Agus ST

Tabel 5.3. Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan

No

Uraian Kegiatan

1.

Laporan Pendahuluan
Persiapan
Pengumpulan Data
Survey/Pengukuran
Draf Laporan
Revisi Laporan

2.

Laporan Akhir
Pemb. Lay out Jaringan Irigasi
Pemb. Detail Desain Jaringan
Irigasi
Pemb. Gambar A3
Pemb. Spesifikasi Teknis dan
RKS
Pembuatan RAB dan BQ

C.

Bulan Ke
3 4 1 2 3

KUALIFIKASI TENAGA AHLI


Dalam menangani dan menjalankan pekerjaan ini, diperlukan sejumlah tenaga ahli
dengan spesifikasi penugasan sebagai berikut.
Adapun Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli antara lain :
1.

Team Leader
a) Bertanggung jawab terhadap seluruh hasil pekerjaan rancangan, kesesuaian
rancangan dengan TOR maupun pengarahan pada rapat-rapat koordinasi
yang dilakukan secara berkala oleh pemimpin proyek, dinas teknis terkait.
b) Mengkoordinasi semua pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan proyek
untuk memastikan bahwa seluruh aspek dalam pelaksanaan proyek dapat
saling mengisi dan memberikan kontribusi sehingga tercipta harmoni
kegiatan proyek dari awal hingga akhir.
c) Mengumpulkan informasi & data-data tentang maksud tujuan proyek,
kegiatan-kegiatan yang perlu

diakomodasi oleh

proyek, situasi lahan,

anggaran dan waktu tersedia serta data-data lain.


d) Mengolah informasi & data-data tersebut diatas serta menyusun suatu
Program Rencana Rancangan, yang akan digunakan sebagai dasar rencana.
e) Mengkoordinasikan
bekerja

para

Ahli

& Asisten

Ahli serta mengarahkan

agar

dengan baik dan benar agar proyek dapat selesai sesuai mutu,

waktu & biaya yang ditetapkan oleh pemilik proyek.


f)

Mengendalikan pelaksanaan seluruh pekerjaan dan memastikan bahwa


setiap tahapan proyek telah sesuai
engineering serta prosedur yang benar.

23

dengan rencana dan

standard

2.

Tenaga Ahli
a) Melakukan survey lapangan bersama dengan team leader/koordinator
disiplin perencanaan lainnya
b) Menyiapkan

pembuatan

analisa

hasil

survey

sebagai

pengembangan konsep awal sesuai dengan bidang


masing. Para ahli akan mencari

dasar

untuk

keahliannya masing-

konsep dasar rencana rancangan Jaringan

Irigasi yang terbaik, & memenuhi persyaratan program rencana rancangan


c) Rencana

Rancangan Jaringan irigasi diwujudkan dalam bentuk gambar-

gambar , Lay out Jaringan irigasi, dan laporan-laporan.


d) Konsep rencanan Detail Desain jaringan irgasi dan bangunan pelengkapnya
secara

keseluruhan

terutama

menyangkut

system-sistem,estetika

&

ekonomi.
e) Memperkirakan rencana anggaran biaya (RAB) & BQ
f)

Dalam melaksanakan tugasnya Tenaga Ahli Arsitektur bertanggungjawab


kepada Team Leader.

3.

Surveyor
a) Membantu dan Melaksanakan validasi data lapangan terhadap Trase Jaringan
irigasi, membuat lay out jaringan irigasi. agar site mapping sesuai dengan
kondisi lapangan yang sebenarnya.
b) Melaporkan segera ke

Tenaga Ahli / Asisten Tenaga Ahli terkait , apabila

dianggap akan ada penyimpangan di lapangan yang berpengaruh terhadap


proyek tersebut.
c) Membuat catatan-catatan penting sehubungan dengan penyiapan dokumen
tender, masalah yang timbul, serta kesalahan data dalam melaksanakan
pekerjaan.
d) Menguasai beberapa peralatan teknis dan program computer, antara lain :
o

Automatic level (waterpass).

Theodolite.

Global Positioning System (GPS).

MS Words.

MS Excel .

e) Membantu Team Leader dan Tenaga ahli terkait lainnya dalam menyiapkan
segala data dari pengukuran dilapangan.

24

BAB

VI _ PENUTUP

Dalam perencanaan suatu irigasi diharapkan analisa yang akan dilakukan untuk
pekerjaan Perencanaan Irigasi Setulang, Sentaban dan Long Bila pada tahap berikutnya
dapat diuraikan secara mendetail. Tentunya tidak lepas dari rencana kerja, metodologi
dan pendekatan yang telah disusun di Laporan Pendahuluan ini. Oleh karenanya
Laporan Pendahuluan ini akan tetap dijadikan acuan dalam Laporan Akhir.

25

Anda mungkin juga menyukai