Anda di halaman 1dari 1

Di Indonesia kebiasaan merokok masih merupakan perilaku yang sulit dihentikan

disamping polusi udara dan lingkungan yang belum dapat dikendalikan. Kebiasaan merokok
makin banyak terlihat pada usia muda bahkan sudah dimulai pada anak sekolah dasar.
Karena efek asap rokok yang demikian signifikan pada angka kejadian PPOK, maka
sebagai seorang dokter punya tanggung jawab untuk ikut memberikan edukasi kepada
pasien agar bisa berhenti merokok. Proses berhenti dari kebiasaan merokok ini memang
tidak semudah membalik telapak tangan, butuh niat yang kuat dari penderita dan kalau perlu
bisa dibantu dengan farmakoterapi. Kebiasaan merokok ini bahkan bisa masuk kategori
candu karena begitu seseorang mencoba merokok maka nikotin yang terserap dalam darah
akan diteruskan ke otak dan ditangkap oleh reseptor alfa 4 beta 2 sehingga merangsang
pelepasan dopamin yang memberikan rasa nyaman. Sehingga saat seseorang berhenti
merokok, dopamin akan berkurang dan menimbulkan hilangnya rasa nyaman selanjutnya
akan timbul keinginan kembali untuk merokok, terjadilah lingkaran setan yang akan sangat
sulit diputuskan.
Untuk itu butuh dukungan dari semua pihak untuk membantu seseorang berhenti
merokok. Saat ini sudah ada terapi farmakologi untuk membantu seseorang yang ingin
berhenti merokok. Dengan berhenti merokok diharapkan status kesehatan masyarakat
menjadi lebih baik dan prevalensi PPOK terutama di Indonesia bisa menurun.

Anda mungkin juga menyukai