Anda di halaman 1dari 8

TUGAS DISASTER PLAN

DAMPAK BANJIR DI KOTA BANDUNG

DISUSUN OLEH :
Muhamad Andanu Yunus Slamet
030.10.185
PEMBIMBING :
Dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PERIODE 16 MEI 2016 29 JULI 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
SEMARANG, 2016

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan Atlas Kebencanaan Indonesia yang dipublikasikan oleh BNPB


tahun 2011, hampir sekitar 70% dari keseluruhan bencana di Indonesia, adalah
bencana hidrometeorologi, yaitu bencana yang dipengaruhi oleh cuaca seperti banjir,
kekeringan, tanah longsor dan angin puting beliung. Diperkirakan bencana
hidrometeorologi akan terus meningkat seiring dengan dampak perubahan iklim
global dan dampak degradasi lingkungan.
Seperti yang dikemukakan di atas, salah satu bencana hidrometeorologi adalah
banjir. Banjir adalah di mana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara
tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena
penggundulan hutan di sepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk
maupun menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia.
Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya
peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi
oleh faktor alam berupa curah hujan yang di atas normal dan adanya pasang naik air
laut. Di samping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan
lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan,
penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai,
pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya. Salah satu
wilayah di Indonesia yang rawan banjir adalah Kota Bandung.
Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan di sekitarnya. Namun
pada beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan suhu, serta musim hujan yang
lebih lama dari biasanya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, musim hujan dirasakan
lebih lama terjadi di Kota Bandung. Dampaknya adalah meluapnya air hujan yang
tidak tertampung drainase melalui jalan-jalan yang ada. Persoalan ini menjadi salah
satu masalah penting dalam pengelolaan perkotaan di Kota Bandung. Perubahan iklim
tersebut tampaknya berkaitan dengan meningkatnya suhu global.

2. GEOGRAFI
1

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi
Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 10703238,91 BT dan 605519,94 LS.
Luas Kota Bandung adalah 167,29 Km2. Adapun batas administratifnya adalah :

Sebelah Utara

Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung

Sebelah Barat

: Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi

Sebelah Timur

: Kabupaten Bandung

: Kabupaten Bandung Barat

Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi


wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa, secara geografis kota ini terletak di
tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada ketinggian 768 m di atas
permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian
1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah
dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya terbentuk
pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung
Tangkuban Parahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol
begitu juga pada kawasan dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian
selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan
tanah liat.
Semetara iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab
dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah
hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan

Peta Kota Bandung, Jawa Barat


Secara hidrologi Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai
Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya
mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang
demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir terutama pada
musim hujan. Kondisi hidrologi sangat erat kaitannya dengan sumber air yang
berguna untuk memenuhi kebutuhan air di suatu wilayah. Di kota Bandung, mengalir
sungai dan anak sungai dengan total panjang 252,55 km yang seluruhnya bermuara ke
Sungai Citarum.
3. PENDUDUK
Penduduk Kota Bandung berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2011 adalah
2.394.873 jiwa (penduduk laki-laki 1.215.348 jiwa dan perempuan 1.179.525 jiwa).
Angka tersebut menunjukan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,81%. Rata-rata
kepadatan penduduk Kota Bandung 14.314 jiwa/km2 dilihat dari perkecamatan.

.
3

4. HAZARD
Banjir merupakan bencana yang sering terjadi di Kota Bandung. Hampir
sebagian besar wilayah tergenang pada saat curah hujan tinggi termasuk unit-unit
kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas. Ketinggian air ketika terjadi bencana
banjir mencapai 2-3 meter.
Adapun kebiasaan masyarakat dalam menghadapi banjir adalah sebagai
berikut :
1) Apabila terjadi banjir, tidak ingin langsung di evakuasi. Mereka sudah terbiasa
dengan bencana banjir sehingga memiliki persiapan yang baik, contohnya adalah
mempersiapkan jukong dan membuat ampar-ampar.
2) Mereka mau dievakuasi apabila kondisinya sudah sangat parah.
3) Sosialisasi mengenai banjir dan bahayanya sudah sering kali dilakukan oleh pihak
BPBD, namun masyarakat tetap dengan pendiriannya dengan bertahan selama
mungkin di rumahnya masing-masing.
Kebiasaan masyarakat dalam menghadapi banjir tersebut menjadikan pemerintah dan
pihak-pihak terkait kebencanaan di Kota Bandung tidak menyediakan tempat khusus
untuk dijadikan tempat evakuasi sementara.
5. VULNERABILITY
Kerentanan adalah keadaan atau suatu sifat atau perilaku manusia yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman.
A. Fisik
Hampir sebagian besar wilayah di Kota Bandung tergenang pada saat curah hujan
tinggi. Ketinggian air ketika terjadi bencana banjir mencapai 2-3 meter. Secara
geografis, sebagian wilayah Kota Bandung mempunyai banyak sungai-sungai
yang bermuara ke sungai Citarum yang dimana saat musim hujan dapat meluap
dan menyebabkan banjir.
B. Sosio, Ekonomi, dan Pendidikan
Kondisi fisik dan sarana prasarana pendidikan di sekolah-sekolah sudah cukup
baik sehingga sudah banyak masyarakat yang memiliki usaha yang maju di daerah
kota tersebut.

6. CAPASITY
4

Sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, kota Bandung memiliki sarana


pelayanan kesehatan yang paling lengkap di provinsi ini. Sampai tahun 2007, kota
Bandung telah memiliki 30 unit rumah sakit dan 70 unit puskesmas yang tersebar di
kota ini, di mana dari 17 unit rumah sakit tersebut diantaranya telah memiliki 4
pelayanan kesehatan dasar sedangkan selebihnya merupakan rumah sakit khusus.
Pelayanan kesehatan dasar tersebut meliputi pelayanan spesialis bedah, pelayanan
spesialis penyakit dalam, pelayanan spesialis anak serta pelayanan spesialis kebidanan
dan kandungan.
Dari jumlah tenaga medis yang tercatat di kota Bandung dibandingkan dengan
jumlah penduduk pada tahun 2007 adalah 86 orang tenaga medis untuk melayani
100.000 penduduk.
7. DISASTER MANAGEMENT
Pra Bencana
A. Pencegahan
Pencegahan dengan cara memberikan peringatan kepada warga agar dapat
waspada terhadap datangnya banjir, diharapkan juga dapat menyadarkan
warga untuk memperhatikan penyerapan air di sekitar lingkungan rumah, bisa
dengan memperbaiki selokan dan menambah lahan untuk penghijauan
B. Mitigasi
Pada fase ini dilakukan usaha-usaha untuk meredam dan mengurangi bencana
dan juga meredam atau mengurangi dampak bencana. Pada fase ini bidang
kesehatan lebih cenderung pasif, dengan melakukan pengobatan dan upaya
kesehatan yang insidentil dan screening penderita banjir melalui pengobatan
massal. Fase ini lebih banyak diperankan oleh institusi lainnya dengan,
a) Pengenalan faktor resiko/Hazard, penyebab-penyebab harus dikenali
b) Rencana mereduksi faktor resiko, jika penyebab dikenali makan faktor
resiko diturunkan atau dihilangkan
c) Rencana mengurangi dampak bencana (Mitigation Plan), jika bencana
tidak dapat dihindari maka dilakukan rencana pengurangan dampak
bencana
Bentuk upaya mitigasi non struktural yang dapat dilakukan oleh masyarakat di
kawasan rawan banjir antara lain:
5

a) Mengetahui akan ancaman banjir termasuk banjir yang pernah terjadi


dan mengetahui letak daerah yang banjir dan mengetahui seberapa
tinggi banjir di daerah tersebut.
b) Mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam
menghadapi bencana seperti pelatihan pertolongan pertama pada
kondisi tanggap darurat dan lain-lain.
c) Berperan aktif pada posko banjir
C. Kesiapsiagaan
a) Penyusunan dan uji coba bencana penanggulangan kedaruratan
bencana
b) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini
c) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan
dasar
d) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat, berupa:

Menempatkan

barang

barang

elektronik

(pemanas

air,

panel,meteran dan peralatan listrik) serta barang berharga (ijasah,


sertifikat tanah, dll) di tempat yang tinggi (tidak terjangkau
bencana banjir)

Menyiapkan alamat/no telp yang penting untuk dihubungi.

Menyediakan barang-barang kebutuhan darurat saat memasuki


musim penghujan ( seperti radio, obat obatan, makanan, minuman,
baju hangat dan pakaian, senter, lilin, selimut, pelampung, ban
dalam mobilatau barang-barang yang bisa mengapung, tali dan
korek api.

Pindahkan barang-barang rumah tangga seperti furniture ke tempat


yang lebih tinggi

Menyimpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap


air dan aman

e) Penyiapan lokasi evakuasi


f) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap
tanggap darurat bencana, dan

g) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk


pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
h) Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat, khususnya
rumah hunian yang ditinggal mengungsi.
i) Koordinasi antara BMG, media massa, pejabat setempat dan
masyarakat yang terkait.
j) Penyiapan bahan dan material untuk tanggul yang jebol.
Puskesmas melakukan fase kesiapsiagaan seperti :
1. Revitalisasi sarana dan pra sarana PPPK ( Ambulance, Peralatan, Obatobatan).
2. Menyiagakan Brigada siaga Bencana (BSB).
3. Merlaksanakan rencana kontingensi (pendelegasia tugas) dengan
membentuk Gugus Tugas untuk menempati Pos-Pos tertentu yang
sudah ditentukan melalui kesepakatan rapat evaluasi bencana.

Anda mungkin juga menyukai